You are on page 1of 5

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai dua potensi besar, yaitu

potensi sumberdaya dan potensi bencana alam. Potensi sumberdaya tersebut jelas sudah tak diragukan lagi, sehingga Indonesia juga disebut sebagai

megabiodiversity center karena sumberdayanya. Dan potensi bencana alam tersebut karena letak Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng bumi (triple junction plate convergence) yakni Eurasia, Samudera Pasifik dan IndoAustralia. Ketiga lempeng itu bergerak aktif dengan kecepatan dan arah yang berbeda dalam kisaran beberapa sentimeter sampai dengan 12 sentimeter/tahun. Dampak dari letak itu, beberapa daerah di Indonesia yang merupakan daerah pertemuan tiga lempeng bumi merupakan daerah yang sangat rawan terhadap gempa dan tsunami. Kawasan itu tersebar mulai dari pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa dan Bali, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, Maluku, pantai utara Papua, serta hampir seluruh pantai timur dan barat Sulawesi bagian utara. Tsunami-tsunami yang terjadi di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya. Selama periode tahun 1600 sampai 2007 terjadi kurang lebih 109 tsunami. Dari jumlah itu, 90 persen diantaranya disebabkan oleh gempa tektonik,

9 persen karena letusan gunung api dan hanya 1 persen dipicu oleh longsoran (land-slide) (Diposaptono dan Budiman, 2007). Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Pulau Jawa sangat rentan akan aktivitas endogenik seperti gempa bumi dan aktivitas vulkanik. Pantai selatan pulau ini merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang berhadapan langsung dengan zona subduksi antara lempeng IndoAustralia dengan lempeng Eurasia. Berdasarkan pergerakan lempeng, tingkat gempa bumi sering terjadi di sekitar daerah ini. Sebagai akibatnya, daerah ini saat rentan terhadap gempa bumi. Jika gempa bumi terjadi di bawah laut dan terjadi patahan secara vertikal, akan mengakibatkan tsunami (Mardiatno,dkk 2008). Tsunami yang baru saja terjadi di pantai selatan Pulau Jawa, pada 17 Juli 2006 dimana mencakup wilayah Pangandaran-Ciamis (Provinsi Jawa Barat) sampai Parangtritis-Bantul (Provinsi Yogyakarta) dengan total panjang pantai mencapai 400 km. Peristiwa ini menelan korban lebih dari 600 orang dan menyebabkan kerugian ekonomi dalam jumlah yang besar. Pada penelitian ini, Kabupaten Cilacap digunakan sebagai objek kajian, salah satunya karena garis pantainya menghadap langsung ke Samudera Hindia. Dimana daerah ini dekat dengan zona subduksi antara lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia, yang menyebabkan daerah ini berpotensi terkena tsunami. Dan karena kabupaten ini pernah diterjang tsunami pada 2006 yang lalu, sehingga perlu dilakukan mitigasi bencana tsunami untuk masa mendatang, paling tidak dapat mengurangi kerugian yang lebih besar akan tsunami mendatang.

Pedoman awal dari mitigasi itu, yaitu dengan menentukan daerah-daerah di Kabupaten Cilacap yang rentan terhadap tsunami menjadi sebuah Peta Indeks Kerentanan Tsunami.

1.2.

Permasalahan Kawasan pesisir selatan Pulau Jawa umumnya dan Kabupaten Cilacap

khususnya merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya hayati dan potensial untuk pengembangan pemukiman dengan berbagai aktivitas budidaya, wisata, industri dan jasa yang dapat menunjang perekonomian nasional. Namun, kawasan ini juga sangat rentan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami karena berhadapan dengan zona subduksi di Samudera Hindia. Sebagai suatu kejadian alam, waktu kejadian dan intensitas bencana tsunami pada suatu daerah belum dapat di prediksi dan dihindarkan secara tepat hingga saat ini. Bencana tsunami yang menghempas daerah pesisir, seperti

kejadian bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (2004) dan Pangandaran (2006) dapat menelan korban jiwa dalam jumlah sangat besar, menghancurkan berbagai infrastruktur dan investasi yang telah dibangun pemerintah dalam waktu bertahun-tahun. Stretegi mitigasi sebagai upaya untuk mengurangi dampak kejadian bencana tsunami secara tepat, efektif dan efisien merupakan hal yang penting dan perlu segera untuk diprogramkan secara terpadu pada semua aspek kehidupan di kawasan pesisir yang rentan bencana tsunami. Strategi mitigasi yang tepat, akurat, efektif, dan efisien hanya dapat dilakukan jika ditunjang oleh keberadaan data

spasial daerah rentan tsunami yang akurat, mutakhir, komprehensif dan sesuai dengan kondisi geofisik dan ekologi kawasan pesisir daerah kajian serta pada skala yang memadai untuk keperluan operasional. Pemodelan spasial berbasis sel (cell based modeling) daerah rentan tsunami yang mengintegrasikan berbagai kondisi geofisik dan ekologi wilayah pesisir Kabupaten Cilacap secara khusus, hingga saat ini masih jarang dilakukan. Perkembangan teknologi komputer untuk pemrograman metode Sistem Informasi Geografi (SIG) dan ekstraksi data spasial menggunakan metode penginderaan jauh satelit saat ini, memungkinkan dilakukannya pemodelan spasial berbasis sel yang komprehensif untuk analisis kawasan rentan bencana tsunami.

1.3.

Pembatasan Masalah Penentuan daerah rentan tsunami dalam penelitian ini dibatasi sebagai

berikut : 1. Penelitian ini dititik beratkan pada tingkat kerentanan wilayah pesisir secara spasial terhadap bahaya tsunami di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. 2. Parameter-parameter yang digunakan dalam model spasial ini adalah morfologi dasar laut, posisi dan kekuatan gempa, morfologi dan morfometri pantai, elevasi pesisir, keterlindungan, bentuk penggunaan lahan, jarak dari sungai/kanal serta keberadaan ekosistem pesisir, khususnya mangrove dan terumbu karang. Dengan asumsi parameter-

parameter tersebut memberikan kontribusi besar dalam penentuan daerah yang rentan tsunami. 3. 4. Penelitian berdasarkan sejarah tsunami di Kabupaten Cilacap. Kondisi geofisik, ekologi wilayah pesisir Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap dan ketersediaan data.

1.4.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan prototype model

berbasis sel (cell based modeling) yang komprehensif dalam bentuk Peta Indeks Kerentanan Tsunami (Tsunami Vulnerability Index Map) sesuai dengan kondisi geofisik dan ekologi pantai selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

1.5. Manfaat Penelitian ini dimaksudkan bahwa dengan adanya Peta Indeks Kerentanan Tsunami (Tsunami Vulnerability Indeks Map), dapat diintegrasikan dengan sebaran pemukiman dan infrastruktur penting yang ada di wilayah kajian dalam suatu analisis spasial daerah resiko bencana yang komprehensif dan diharapkan dapat menjadi elemen penting dan pedoman dalam penyusunan rencana tata ruang, perencanaan strategi mitigasi dan kebijakan pembangunan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

You might also like