You are on page 1of 14

1.

Jelaskan manfaat radiografi bagi kedokteran gigi memperoleh informasi diagnostik untuk penatalaksanaan kasus, mulai dari menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan, menentukan prognosis, memandu dalam perawatan, mengevaluasi, dan observasi hasil perawatan. 2. Sebutkan ilmu yang terkait didalamnya dan berikan contoh Anatomi, karena dengan melihata hasil pemotretan radiografi dapat terlihat struktur anatominya. Histologi dan Patologi, karena dapat terlihat jaringan yang mengalami keruksan atau nekrotik yang menunjukkan adanya kelainan 3. Sebutkan jenis radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi Radiografi di kedokteran gigi ada 2 macam yaitu radiografi intra oral (film di dalam mulut, yaitu radiografi periapikal, bitewing, oklusal, dll) dan radiografi ekstra oral (film di luar mulut yang termasuk di dalamnya adalah panoramik, sefalometri,dll). 4. Jelaskan arti kata Radioopak, Radiolusen dan Radiointermediet dalam suatu Radiograf Radioopak : daerah yang diwakilinya tampak terang atau putih pada film karena banyak jumlah penghambat jalannya sinar Radiolusen : daerah yang diwakilinya tampak gelap pada film karena sedikitnya penghambat jalannya sinar Radiointermediet: daerah yang diwakilinya tampak abu-abu atau samar-samar antara gelap dan terang, karena jumlah penghambat jalannya energi diantara radioopak dan radiolusen. 5. Sebutkan dan jelaskan macam/jenis image reseptor yang sering digunakan dalam radiografi Image Reseptor dapat berupa film atau pun detektor. Adapun jenis-jenis film sinar x terbagi atas: 1. Jenis film menurut lapisannya. 2. Jenis film menurut sensitivitasnya. 3. Jenis film menurut butir emulsi. 4. Jenis film menurut penggunaan screen 5. Jenis film menurut kecepatan Untuk penjelasan jenis film sinar x di atas akan dibahas selanjutnya. 1. JENIS FILM MENURUT LAPISANNYA. Jenis film sinar x menurut lapisannya Film sinar x tersusun atas: Base (dasar film)

Subratum (perekat film) Emulsi Supercoat (pelindung film) Adapun Jenis film sinar x menurut lapisannya dibagi menjadi 2 yaitu: a. Single Side Single side adalah film sinar x dengan satu lapisan emulsi dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan hanya pada satu sisi dasar film (base) saja. b. Double Side Double side adalah film sinar x dengan dua lapisan emulsi, dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan pada kedua sisi dari dasar film (base). 2. JENIS FILM SINAR-X MENURUT SENSIFITASNYA. a. Green Sensitive Green sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya hijau. Green sensitive ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga harganya pun relatif mahal. Dampak lain dari penggunaan green screen adalah pengurangan pemakaian faktor exposi, sehingga selain rendahnya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube menurun sehingga automatis akan memperpanjang masa hidup / usia dari X-ray tube. Green sensitive biasanya digunakan dalam mammografi.

2. Blue sensitive Blue sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya biru. Blue sensitive ini mempunyai kualitas yang kurang bagus sehingga harganya pun relatif lebih murah. Dampak lain dari penggunaan blue sensitive adalah bertambahnya pemakaian faktor exposi, sehingga selain tingginya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube meningkat sehingga automatis akan

memperpendek masa hidup / usia dari X-ray tube.

3. JENIS FILM SINAR-X MENURUT BUTIR EMULSI. Emulsi merupakan bahan film sinar-x yang rentan terhadap cahaya, yang bila terkena cahaya / x-ray akan berubah dan membentuk warna hitam. Adapun jenis film sinar x menurut butir emulsi dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Butir emulsi ukuran besar Pada butir emulsi ukuran besar bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran besar.

Dengan ukuran butir perak halida yang besar, maka jarak antara butir perak halida yang satu dengan yang lain lebih renggang. Hal ini mengakibatkan emulsi mendapatkan sedikit cahaya karena cahaya lebih banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang rendah tapi kecepatannya cepat karena emulsi mendapatkan sedikit cahaya. 2. Butir emulsi ukuran sedang Pada butir emulsi ukuran sedang bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran sedang.

Dengan ukuran butir yang sedang ini maka sinar-x / cahaya yang menembus emulsi akan lebih sedikit karena banyak dihalangi butiran perak halida yang jaraknya tidak terlalu renggang. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang cukup tinggi tapi kecepatannya lebih lambat karena emulsi mendapatkan cukup banyak cahaya. 3. Butir emulsi ukuran kecil Pada butir emulsi ukuran kecil bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi berukuran kecil.

Dengan ukuran butir yang kecil mengakibatkan jarak / celah antara butir perak halida agak rapat. Sinar x / cahaya akan lebih banyak mengenai butiran perak halida dan sedikit sinar yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang tinggi tapi kecepatannya lambat karena emulsi mendapatkan banyak cahaya. 4. DITINJAU DARI PENGGUNAAN SCREEN a.. SCREEN FILM - Dalam pemakaiannya selalu digunakan screen Eksposi rendah, dengan gambar yg baik. - Dalam penggunaanya selalu menggunakan kaset ( agar terlindung dari cahaya) - Radiasi thd penderita dapat ditekan sekecil mungkin - Akan tetapi resolusi lebih rendah karena kristal peraknya lebih kasar dari single emulsi - Dapat timbul bayangan kurang tajam bila kontak screen-film kurang sempurna. B. NON-SCREEN FILM Film yang dalam penggunaanya tanpa menggunakan screen. Ciri-cirinya adalah : - digunakan tanpa screen. Dosis radiasi lebih tinggi (5-25 kali lebih tinggi). - Emulsinya lebih tebal (2-3 x) - Detail yg dihasilkan lebih tinggi. Karena butir-butir peraknya lebih halus. - Gambaran yg dihasilkan 100% dari sinar X

5. DARI SEGI KECEPATAN FILM a. High Speed : film dengan kecepatan tinggi adalah jenis film yang memiliki kristal perak halide yang relative kasar, sehingga film ini menghasilkan kontras yg relative rendah/kurang baik, tetapi memerlukan jumlah penyinaran yg relative kecil. b. Medium Speed/Paar speed/jenis universal:Butiran sedang, ekpose sedang, kontras sedang. c. Low speed: kristal perak halus/kecil, kontras tinggi, resolusi baik, dan kecepatan rendah. Hubungan speed dan kontras berbanding terbalik. 6. Jelaskan lapisan yang terdapat dalam film Lapisan-lapisan film rontgen adalah sebagai berikut : 1. Lapisan dasar film (film base) Terbuat dari bahan yang kuat, tipis dan transparan.Bahan yang digunakan yaitu sellulose asetat yang mempunyai sifat tidak mudah terbakar. Tebalnya 0,175 0,2 mm. Terbuat dari bahan tipis dan lemas, yaitu polyester. Biasanya bahan dasar film berwarna biru agar dapat memberikan kontras yg lebih baik, disebut blue base. 2. Lapisan perekat (subtratum layer) Lapisan ini berfungsi sebagai alat perekat antara dua bahan yang mempunyai sifat berbeda, yaitu lapisan dasar film (Film base) yang tidak meresap air sehingg adalam processing tidak mengalami perubahan dan lapisan Emulsi film, yang menyerap air dan membengkak bila basah. Bahannya terbuat dari bahan campuran antara sellulose, gelatin dan aceton. Tebalnya 0,01mm 3. Lapisan Emulsi Merupakan lapisan yang sangat penting dari semua lapisan karena pada lapisan ini akan terbentuk radiograf yang diinginkan. Lapisan ini sangat peka terhadap cahaya dan sinar-x. Terbuat dari bahan kristal perak bromida. Tebalnya 0,01-0,02 mm. 4. Lapisan Pelindung ( supercoat ) Disebut juga lapisan anti abrasi, karena berfungsi melindungi emulsi dari rangsangan ( misal : tekanan & gesekan . Merupakan lapisan paling luar dari film ro yang terbuat dari lapisan gelatin yang bersifat menyerap air. 7. Jelaskan tahapan pengolahan film secara manual Tahap Pengolahan Film Manual Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying). 1. Developing a. Sifat dasar

Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film. b. Bayangan laten (latent image) Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar melalui reaksi kimia sebagai berikut: AgBr Ag + + Br - Br - + radiasi Br - + e SS + e - SS - SS - + Ag + Ag

Larutan developer terdiri dari: Developing Agent ( Reducing Agent ) Accelarator Restreiner Presorvatif Solvent

Faktor-faktor penting dalam penggunaan developer:

a. Suhu / temperature. b. Agitasi yaitu proses / gerakan menggoyangkan film selam proses pembangkitan. c. Keadaan developer.

2. Rinsing ( pembilasan ) Pada tahap rinsing / pembilasan digunakan air dengan ph netral yaitu ph 7 untuk menghilangkan cairan developer yang masih menempel pada film yang bersifat basa dan masuk pada tahap selanjutnya pada ph asam.

3. Fixing ( penetapan ) Mempunyai tujuan : Menghentikan proses pembamgkitan sehingga tidak ada lagi perubahan bayangan pada film Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi sehingga pada bagian yang tidak terkena eksposi akan tampak bening Menyamak emulsi AgBr agar tidak menjadi rusak

Komposisi dari fixer : Fixing agent yaitu untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi.Bahan dari fixer sodium theosuphate dan amonium theosulphat Asam ( acid ) Yaitu untuk menghentikan aksi dari developer secara cepat / merata Buffer Hardener Stabiliser ( presorvatif )

4. Washing (pencucian) Bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh selama penetapan dengan suhu 250C.Waktu standar proses washing 10 menit.

5. Drying (pengeringan) Temperatur yang digunakan 400C - 500C dengan kelembapan yang rendah.

8. Jelaskan proses yang terjadi selama prosesing film Prosesing film Prosesing film radiografi adalah proses pembentukan bayangan laten menjadi bayangan tampak dan permanen. A. Prosedur manual

Dilaksanakan dalam ruangan gelap, dan yang dibutuhkan dalam proses ini meliputi:4 a. b. c. d. e. f. Keketatan cahaya yang absolute Ruang kerja yang memadai Ventilasi yang memadai Fasilitas pencucian yang memadai Tempat penyimpanan film yang memadai Safelights-diposisikan 1.2 meter dari permukaan kerja yaitu bohlam 25 watt dan

filter yang cocok untuk tipe film yang digunakan g. Peralatan processing: 1) 2) 3) 4) 5) Tank yang berisi larutan-larutan yang bervariasi Termometer Pemanas pencelupan Timer yag akurat Penggantung film

Siklus Manual Processing a. b. Paket film yang terpapar dibuka dan dijepit pada penggantung. film dicelup pada cdeveloper dan dikebut beberapa kali dalam larutan untuk menyingkirkan gelembung udara dan dibiarkan selama kira-kira 5 menit pada suhu 20 derajat celcius. c. d. e. Sisa-sisa developer dibilas dengan air selama lebih kurang 10 detik. Film dicelup pada fixer +- 8-10 menit. Film dibilas dengan air yang mengalir selama 10-20 menit untuk menghilangkan sisa-sisa fixer. f. Film dibiarkan kering pada lingkungan yang bebas debu. 4

B.

Prosedur automatis

Proses ini dijalankan oleh mesin. Ada beberapa mesin atau processor yang didesain untuk menjalankan siklus processing dengan sistem rollers, tidak membutuhkan ruang gelap, tapi harus dikontrol dari infeksi, harus diberikan larutan seperti hypochlorine 1% sebelum dijalankan. 4

Siklus Automatic Processing: Siklusnya sama dengan proses manual hanya terdapat perbedaan pada pemerasan dari kelebihan larutan developing sebelum memasuki fixer, mengurangi kebutuhan pencucian dengan air antara dua larutan ini. Kelebihan: a. b. c. d. Hemat waktu-film kering diproduksi dalam 5 menit. Ruang gelap sering tidak dibutuhkan. Pengontrolan, proses standarisasi mudah dipertahankan. Zat kimia dapat diisi secara otomatis oleh beberapa mesin.

Kekurangan: a. Sangat diperlukan pengawasan ketat dan pembersihan teratur; roller yang

kotor dapat menghasilkan mark (bercak) pada film. b. c. d. Beberapa model harus benar-benar persis. Peralatannya mahal. Mesin kecil tidak dapat memproses film ekstraoral yang besar (lebar). 4

9. Jelaskan beberapa macam kegagalan film a. Technique & Projection errors. i. Patient preparation error: gambar yang blur, tanda tertekan, dll ii. Film placment artifact: gambar yang double, reserved image, dll iii. Projection errors: penyudutan yang tidak benar,dll b. Exposure errors.: gambar yang kosong, densitas gambar yang rendah atau tinggi, gambar dengan kontras yang tinggi atau rendah c. Processing errors: eror secara kimia (gambar yang terlalu terang atau gelap,dll) dan eror atau kesalahan dalam penanganan film. 10. Jelaskan faktor faktor yang mempengaruhi kualitas radiograf Faktor yang mempengaruhi kualitas radiograf 1. Densitas

Yaitu tingkat derajat kehitaman suatu gambaran radiografi. Kehitaman terjadi karena adanya interaksi antara sinar-x dan emulsi film. Emulsi film akan menghitam jika nilai mAs dinaikkan. densitas yang tinggi didapat pada area yang terpapar langsung oleh sinar-x Densitas dipengaruhi oleh: a. Kilovolt (kV) b. Mili Amphere (mA) c. Second (s) d. mAs e. FFD (Focus Film Distance) f. Ketebalan objek g. Luas lapangan penyinaran 2. Kontras Perbedaan gambaran antara derajat kehitaman dan putih akibat adanya perbedaan daya absorbsi objek terhadap sinar-x. Kontras radiografi dibagi menjadi 2: 1. Kontras subjektif : perbedaan persepsi/penilaian mata , masing-masing orang dalam membedakan kontras radiografi. 2. Kontras objektif : perbedaan gambaran hitam dan putih yang diukur dengan alat densitometer. Faktor yang mempengaruhi kontras radiografi: 1. Tegangan tabung 1. Perbedaan koefisien atenuasi linear gambar, dipengaruhi oleh kerapatan jenis dan nomor atom objek. 2. Radiasi hambur akan menurunkan nilai kontras 1. Penggunaan grid akan meningkatkan kontras radiografi dengan menyerap radiasi hambur. 2. Processing film : agitasi yang terlalu lama menyebabkan gambaran hitam meningkat (kontras menurun), cairan processing yang lemah menyebabkan kontras menurun. 3. Ketajaman gambar Ketajaman gambar dipengaruhi oleh: 1. Faktor geometrik

Faktor yang berhubungan dengan pembentukan bayangan. Dipengaruhi oleh: a. Ukuran fokus. Setiap pesawat rontgen memiliki perbedaan ukuran fokus. Semakin kecil fokus, semakin tajam hasil gambaran b. Jarak. Semakin jauh FFD atau semakin dekat OFD maka semakin tajam gambaran 2. Faktor pergerakan Faktor yang berhubungan dengan objek dan pergerakannya. 2 macam pergerakan: 1. Pergerakan subjektif, yaitu pergerakan yang disebabkan oleh organ-organ yang bergerak secara sadar, contoh: denyut jantung, paru-paru, dll yang menyebabkan kekaburan gambaran. 2. Pergerakan objektif, yaitu pergerakan dari objek yang dapat dikendalikan secara sadar, contoh : pada tulang. 3. Faktor Fotografi Faktor yang berhubungan dengan pencatatan bayangan

Kuis 2 1. Jelaskan teknik radiografi periapikal dan sebutkan jenisnya Teknik radiografi periapikal merupakan radiografi teknik intra oral yang memperlihatkan gigi secara individu dan jaringan di sekitar apical yang memuat gambaran akar seluruhnya dan tulang alveolar gigi minimal 2 mm dari ujung akar. Masing masing film biasanya menunjukkan 2 4 gigi yang menyajikan informasi tentang gig dan jaringan tulang alveolar di sekitarnya.Teknik yang digunankan pada radiografi Periapikal antara lain : Teknik Paralel Teknik Bisecting Angle 2. Jelaskan apa yang harus diperhatikan pada saat melakukan teknik periapikal bisektris Teknik bisektris atau teknik bidang bagi gigi disebut juga Short Cone Periapical Technique atau bisecting angle karena menggunakan jarak antara sumber sinar x dengan film 8 inci atau 20 cm (Mason, 1977; Frommer, 1981). Teknik ini merupakan teknik pemotretan dengan menggunakan sudut vertical sedemikian rupa sehingga sinar x pusat jatuh tegak lurus pada garis bagi sumbu panjang gigi dan film (Frommer, 1981).

Prinsip teknik bisektris berdasarkan teori geometri

Penentuan posisi kepala Gigi dan processus alveolaris merupakan bagian dari tulang muka dan juga merupkana komponen tetap dari tengkorak. Jika posisi kepala sudah stabil,posisi gigi otomatis juga akan tetap. Pada saat persiapan pemotertan terlebih dahulu harus ditetapkan posisi kepala sebagai berikut: Bidang vertical: posisi kepala bersandar pada sandaran kepala sedemikian rupa sehingga bidang sagital tegak lurus pada lantai. Bidang horizontal atau bidnag oklusal: untuk pemotretan rahang atas, kepala pasien diatur sedemikian rupa sehingga dapat ditarik garis khayal dari cuping hidung ke tragus dari telinga yang sejajar dengan lantai. Punggung kursi harus ditegakkan agar kepala dapat membentuk posisi ini. Pandangan lurus ke depan. Letakkan bantalan busa jika dibutuhkan antara kepala dan sandaran kursi. Untuk pemotertan rahang bawah, turunkan kursi kembali dan angkat dagu pasien sehingga dapat dibuat garis khayal dari sudut mulut ke tragus di telinga yang sejajar dengan lantai. Kedua garis horizontal ini merupakan garis dasar dalam menentukan sudut tabung pesawat sinar x dan harus diperiksa kembali setelah peletakkan film dalam rongga mulut. Posisi kepala ini tidak boleh berubah selama dilakukan pemotretan (Mason, 1977).

Penempatan film roentgen Penempatan film rontgen yang tepat merupakan hal yang sangat penting dalam penggunaan teknik bisektris. Penempatan film yang benar dapat dibantu dengan pembuatan garis bantu yang dibuat pada sampul film. Pada film periapikal yang digunakan untuk memotret gigi-gigi pada regio anterior (incisive dan caninus) rahang atas dimana film diletakkan secara vertical maka dibuat garis vertical pada sisi panjang film yang membagi film menjadi 2 bagian kiri dan kanan. Untuk film yang digunakan pada pemotretan gigi-gigi regio posterior dan anterior rahang bawah dimana film

akan diletakkan secara horizontal dalam mulut, garis bantu dibuat tegak lurus pada sumbu panjang film. Garis bantu ini pada saat penempatan diletakkan di tengah dari daerah yang akan difoto. Penempatan film dalam arah tingginya diletakkan 1/8 sampai inci di atas dan di bawah garis oklusal dengan bagian sensitive menghadap ke gigi. Film kemudian ditahan di tempatnya dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk.

Penentuan titik penetrasi Titik penetrasi adalah suatu titik yang merupakan proyeksi dari apeks gigi yang berguna untuk mengarahkan pusat sinar x pada apeks gigi. Penentuan titik penetrasi ini diawali dengan pembuatan garis khayal, untuk rahang atas ditarik garis dari fosa nasalis ke tragus telinga, lalu dibuat garis tegak lurus untuk masingmasing jenis gigi yaitu: Titik penetrasi incisive pusat dan lateral terletak pada fosa nasalis. Titik penetrasi caninus pada ala nasi (cuping hidung). Titik penetrasi premolar pertama pada perpotongan garis dari garis dan pupil mata. Titik penetrasi premolar ke dua ditemukan dengan menarik cm ke distal dari titik penetrasi gigi molar pertama. Titik penetrasi molar pertama berada pada perpotongan garis dari sudut terluar mata. Titik penetrasi molar ke dua ditemukan 1 cm ke distal dari titik penetrasi molar pertama. Titik penetrasi molar ke tiga 2 cm ke distal dari titik penetrasi molar pertama. Garis vertical yang sama untuk gigi-gigi rahang bawah, dimana titik-titik penetrasi gigi-gigi rahang baah didapatkan pada perpotogan garis-garis vertical tersebut dengan garis khayal rahang bawah yaitu pada inci ( ) di atas batas terbawah mandibula ditarik kearah belakang sejajar tepi mandibula (Mc. Call & Wall, 1957).

Penentuan sudut tabung sinar x Sudut tabung sinar x yang harus ditentukan ada dua yaitu sudut vertical dan sudut horizontal. Sudut vertical adalah sudut dari tabung pesawat sinar x terhadap bidang horizontal. Sudut yang berada di atas bidang horizontal disebut sudut vertical positif dan sudut yang berada di bawah garis horizontal disebut sudut vertical negative. Untuk geligi yang berada di rahang atas, tabung sinar x berada di atas garis oklusal (bidang horizontal disebut bersudut 0), jadi digunakan sudut vertical positif (+). Sedangkan untuk pemotretan geligi pada rahang bawah, tabung sinar x berada di bawah garis oklusal sehingga

sudutnya adalah sudut vertical negatif (-). Sudut horizontal adalah sudut yang dibentuk tabung pesawat sinar x dengan bidang sagital kepala (OBrien, 1977). 3. Jelaskan maksud teknik radiografi periapiakal parallel Prinsip dasar arah sinar roentgen tegak lurus terhadap bidang film roentgen dan sumbu panjang gigi. Tujuan utama untuk memperoleh gambaran radiografi yang mendekati keadaan sebenarnya dari objek pemeriksaan. ` 4. Sebutkan kerugian dan keuntungan untuk masing-masing teknik tesebut

Teknik Paralel Lebih sering digunakan untuk gigi gigi posterior rahang bawah Untuk gigi anterior atas, posterior atas dan anterior bawah diperlukan film holder untuk fiksasi film sehingga film tetap sejajar terhadap sumbu vertical gigi Teknik Bisecting Angle Teknik bisecting angle ini merupakan trik geometric, dasar yang dipakai adalah teori geometerik Dengan menggunakan prinsip geometric pada segitiga sama kaki, panjang gigi sesungguhnya akan sama dengan panjang gigi pada film. Prinsip bisecting angle film membentuk sudut dengan sudut vertical gigi, dan arah sinar x tegak lurus dengan bidang bagi / garis khayal Lebih sering digunakan untuk gigi anterior dan posterior rahang atas dan anterior rahang bawah Jika sudut expose tidak tepat, akan didapatkan distorsi pada hasil radiografi dental Tidak membutuhkan film holder

5. Gambarkan teknik pemotretan bisektris untuk gigi : Insisive atas, Premolar Atas dan Molar bawah lusiepsilawati@yahoo.com

You might also like