You are on page 1of 2

SANG PECANDU CINTAMU Cinta.

Inilah kata awalku kata yang selalu ingin aku tulis dalam ingatanku dalam setiap lembah-lembah hatiku. Mengapa cinta? Bukan tanpa alasan karena pikiranku kini tengah habis hilang tak mampu berfikir sebagai manusia normal tapi juga bukan sebagai malaikat tapi akulah sang pecandu cintamu. Mengenal cinta kita bisa hidup, mengenal cinta berubah jadi hidup, mengenal cinta akan melupakan pada kematian dan kesengsaraan. Cinta dia sedahsyat amukan raja singa sekalipun, menerkammu dengan cakar-cakarnya, meremasmu dengan taring-taringnya yang tajam tak mungkin melepaskanmu, tak mungkin membiarkanmu pergi kamu akan merasa nyawamu dalam kaitan kehidupan dan kematian. aku tersenyum tapi biarlah satu goresan ini tiba-tiba mengajakku menyelami perjalanan cintaku selama berabad-abad lalu sejak aku dihidupkan dalam alam kealpaan dan kehampaan alam arwa. Burung-burung ini kamu tau apa? Mondar-mandir menatapku terkadang tersenyum memicingkan mata mengejekku ada yang cemburu ada yang terharu. Aku tak peduli padamu. Percaya atau tidak aku akan melanjutkan menuliskannya sembari percaya pada matahari bahwa dia akan membimbingku dengan sinarnya melihatkan cintanya pada buminya kepada semua yang bernafas kepada semua pecandu sinarmu. Terlepas dalam sepi menari dalam tepian jalan yang sunyi. Pagi menungguku kering membawa asap-asap memandu burung-burung pipit terbang demi telur-telurnya yang dia erami. Cinta, dia membuktikan segalanya kasih sayang seekor burung kepada telurnya padahal dia sendiri tak tau apakah telur itu akan menetaskan bayi-bayi pipit kecil yang akan menghadirkan cinta padanya ataukah telur-telur ular yang malah akan memangsanya ketika dia menetas? Cinta menjawabnya dengan teguh, menjawabnya dengan kepastian salam dan keselamatan. Cinta membutakan segalanya membutakan mata ular itu dari nafsu untuk membunuh induk pipit. Menulikan telinga-telinganya dari bisikan setan yang senantiasa menyuruhnya menghembuskan sihir kejahatan cinta. Tapi cinta memberikan kasih sayangnya kepada ular meluluhkan hatinya hingga terperosok dalam palung cinta menghabisi hasrat pemangsanya pelan-pelan bisikan malaikat menyapanya dengan nada dia ibumu dia cintamu. Perjalananku masih jauh tapi kaki ini seakan lumpuh riuh resah hati akan berhenti di persimpangan jalan kali ini. Jalan yang diliputi rel-rel tak bertujuan, lautan dan samudera tak berdermaga bagaikan lingkaran tak berujung. Jalan ini bukan jalan cinta aku tersesat terperangkap terdesak dalam kerumunan semut-semut pemungut madu madu kepahitan. Merasakan madunya yang pahit kerumunan itu mau berjalan kemana? Aku ikuti dia berharap akan menuntunku menuju jalan yang lain. Semut-semut itu tergopoh-gopoh terkadang terjungkal hingga madu-madu itu tumpah sepanjang jalan dipunguti lagi tetes demi tetes diangkutnya pelan-pelan. Keringat peluh darah jadi saksi pengorbanan kesetiaan dan kepercayaan atas nama cinta. Aku terdiam mataku terbelalak kuasaku lumpuh pilu-pilu ini menetes dari sudut kiri dan kanan. Apa untuk siapa mereka melakukan semua ini? Hatiku bertanya-tanya sembari menuntun langkahku untuk terus mengikuti mereka jauh

dibelakang sembunyi dibalik bebatuan. satu persatu jengkal demi jengkal lorong demi lorong kumasuki, nafasku semakin kecil udara kini semakin tipis kakiku sontak berhenti. kakiku benar-benar lumpuh sekarang tulangku, hancur nafasku habis, nyawaku saatnya meregang aku akan mati sebelum melihat ujung perjalanan semut-semut pembawa madu pahit itu. Aku akan menyesal selamanya harapanku pupus. Tangisku menarik nyawaku keluar. Aku sedih melihat jasadku penuh dengan ketidakberdayaannya sekarang menjadi seongok bangkai yang akan jadi santapan ulat-ulat tanah. dia tidak berdaya tapi aku berterimakasih dengan ini aku bisa melanjutkan perjalanan ini, berterimakasih telah mengantarkan roh ini sampai dipenghujung batas. Kini aku leluasa, tak lagi sembunyi tak lagi mengendap-endap akan kuamati dengan mata kepalaku kemana semut itu akan pergi kemana dia akan memberikan madu-madu itu. Tak terasa dihadapanku berdiri megah pintu gerbang berlapiskan emas berpilin perak-perak putih terpahat ukiran ukiran yang membuat orang melihatnya terkagum-kagum terpesona takjub dengan keindahan diantara kegelapan relung bawa tanah menyilaukan mata-mata kesombongan dan keangkuhan membuatnya tunduk dan patuh. Terdengar suara pintu itu membuka dengan sendirinya seakan mempersilahkanku masuk mengantarkanku pada tujuanku sepertinya dia tau maksud hatiku, dia baca pikiranku. Karpet merahpun digelar permadani-permadani warna merah yang dimana karpet merah itu melambangkan ketegaran abadi dalam dirinya

You might also like