You are on page 1of 4

Shigellosis Definisi

Amebiasis

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Shigella dysenteriae yang Adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba hystolitica ditandai dengan diare cair yang berlendir dan berdarah. yang dapat ditandai dengan manifestasi gastro intestinal (disentri amoeba) atau manifestasi ekstra intestinal (hepar, dll). Taksonomi : Kingdom : Bakteria Filum : Proteobakteria Kelas : Gamma proteobakteria Ordo: Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Shigella Spesies : Shigella dysenteriae, Shigella Flexneri, Shigella boydii, Shigella sonnei. Taksonomi : Kingdom : Protista Filum : Sarcomastigophora Subfilum : Sarcodina Kelas : Lobosea Ordo : Amoebidorida Famili : Endamoebidae Genus : Entamoeba Spesies : Entamoeba hystolitica

Etiologi

Morfologi : Bentuk histolitika : bentuk yang patogen dan lebih besar dari minuta. Ukuran 20-40 mikron. Dapat hidup di kolon, hepar, paru, otak, kulit, dan vagina. Bentuk histolitika dan minuta disebut trofozoit. Bentuk Minuta : dibentuk di rongga kolon, ukuran 10-20 mikron. Bentuk Kista : memiliki dinding kista & ada inti entamoeba. Bentuk ini infektif.

Daur hidup : Kista matang tertelan di usus halus menjadi trofozoit bentuk

histolitika invasi ke mukosa kolon bs menyebar ke hepar, paru, otak ataupun kolon bagian lainnya bentuk trofozoit dan kista dapat keluar melalui feses trofozoit akan berubah menjadi kista dalam feses cair. Epidemiologi Endemik pada kondisi penduduk padat, sanitasi buruk, tidak adekuatnya suplai air, dan masyarakat kurang mampu di daerah tropis. anak <10tahun Tertelan Shigella sp invasi ke sel epitel mukosa (contohnya sel M) menginduksi fagositosis apoptosis bermultiplikasi menyebar ke sel yang ada di dekatnya reaksi inflamasi kerusakan menyebabkan mikroabses di dinding kolon dan ileum terminal nekrosis membran mukosa, ulserasi superficial, perdarahan, dan pembentukan pseudomembran (terdiri dari fibrin, leukosit, debris sel, membran mukosa yang nekrotik, bakteri) pada daerah ulserasi saat proses mereda, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut (Jawetz, 2004). Fase diare cair (watery diarrhea) pada awal onset, terjadi setiap 20-30menit, Fase disentri muncul 12-72jam dari fase diare cair setelah infeksi mencapai ileum dan kolon sigmoid. Pada feses terdapat mukus dan darah (Yamada, 2009). Disertai gejala demam, nyeri perut pada awal infeksi (fase diare cair). Terjadi tenesmus pada fase disentri. endemik pada negara dengan kondisi sosioekonomi rendah

Patogenesis

Entamoeba hystolitica bentuk trofozoit tertelan kontak dengan epitel kolon epitel immobile granul & struktur sitoplasma epitel hancur invasi amoeba bersarang di sub-mukosa. Invasi ini menyebabkan timbulnya ulkus amoeba. Kemudian, lewat submukosa E. hystolitica ini akan masuk ke pembuluh darah dan menyebar. Selain itu krn peristaltik usus, E. hystolitica akan menyebar ke usus lain yang sehat, dan keluar bersama feses dalam bentuk kista ataupun trofozoit.

Gejala klinis

90% asimptomatik dan hospes dapat mengeliminasi penyakit tanpa ada gejala. Masa inkubasi 1-4minggu. Amebiasis intestinal (akut&kronik) : Nyeri perut, diare feses cair berlendir dan berdarah, frekuensi 10x sehari, anorexia. Bisa terjadi tenesmus karena berhubungan dengan infeksi di daerah rectosigmoid. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan di abdomen bagian bawah biasanya pada regio tempat beradanya sekum, kolon transversum, atau sigmoid. Bila kronik diare

diselingi obstipasi. tempat infeksi : sekum, rektum, sigmoid. Amebiasis ekstra intestinal : abses hepar (paling sering), abses paru, abses otak (paling jarang) Komplikasi HaemolyticUraemic Syndrome ensefalopati, hemiplegia (HUS), megakolon Fulminant kolitis (demam tinggi, hipovolemik, ggn elektrolit, kolon toksik, transversum dilatasi, nekrosis kolon), perforasi kolon, peritonitis

Diagnosa

Anamnesa (riwayat kemungkinan infeksi lewat fekal-oral, Anamnesa (riwayat kemungkinan infeksi fekal-oral, epidemiologi) epidemiologi) px.fisik ( nyeri tekan di abdomen bagian bawah biasanya pada regio px. Fisik (nyeri abdomen, demam, nyeri abdomen, tenesmus) tempat beradanya sekum, kolon transversum, atau sigmoid. Dapat ditemukan sedikit hepatomegali atau jaundice bila sudah mengenai px.lab (leukositosis, px feses (makros : lendir keruh+darah yg hepar) bercampur rata dengan feses. Mikros : eritrosit bercampur feses, leukositosis, makrofag karioreksis); pewarnaan gram (Bentuk : px.lab (leukositosis, peningkatan transaminase, bilirubin, dan alkalin Batang, Susunan : Tunggal, Warna : Merah, Gram : Negatif), fosfatase (bila sudah menyebar ke hepar), px.feses (makros : terdapat kultur pada SSA/MCA (koloni tidak berwarna) bagian feses (tdk hanya lendir&darah), lendir jernih + darah yg melekat pada bagian luar feses saja, bau busuk. Mikros : ditemukan px.penunjang : sigmoidoskopi (mukosa kolon kemerahan, trofozoit/kista, eritrosit berkelompok, tdk ada makrofag). berdarah, dengan patch membran nekrotik, ulserasi) px.penunjang : sigmoidoskopi (ulserasi bentuk oval dengan pinggir tidak jelas), histopatologi : ditemukan ulkus amoeba. Asimptomatik : Diloxanide furoate (first choice) 3 x 500 mg /hari selama 10 hari (u/ anak 20mg/kg/hari 3x sehari selama 10 hari). Amebiasis intestinal : metronidazol 3 x 750-800mg/hari selama 10 hari (anak : 35-50 mg/kg/hari 3x sehari selama 10 hari) diikuti diloxanide furuate (dosis sama dgn diatas). Untuk amebiasis hepar obat pilihan

Penatalaksanaan Farmakologi : drug of choice untuk eradikasi etiologi kotrimoksazol, kloramfenikol. Rehidrasi dgn new oralit krn biasanya pada shigella tidak sampai dehidrasi berat. Obat untuk simptomatik seperti asam mefenamat untuk nyeri abdomen, anti piretik seperti parasetamol untuk demam.

Kotrimoksazole bekerja dengan menghambat pembentukan asam pertama sama dengan amebiasis intestinal. folat. Metronidazol bekerja dengan menghambat sintesis DNA. Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein Diloxanide furoate : bekerja amebisida intralumen (terutama pd kista). Pencegahan Shigella ditularkan melalui makanan, jari, feses, dan lalat dari Masyarakat : Peningkatan sanitasi pada masyarakat termasuk suplai air (konsumsi air matang), pembuangan feses yang pada tempatnya dan satu orang ke orang lain. Usaha untuk pengedalian dengan cara : tidak mencemari sumber air, keamanan dan kebersihan makanan, dan Pengendalian sanitasi air, makanan, dan susu; pembersihan edukasi kesehatan untuk meminimalisasi transmisi fekal-oral. saluran air; dan pengendalian lalat. Isolasi pasien dan disinfeksi ekskreta; Individual : deteksi awal dan pengobatan agar tidak menjadi sumber infektif.

Deteksi kasus-kasus subklinis dan carrier, terutama Kista dapat bertahan 8 hari pada feses di suhu 34-38 derajat celcius dan 1 bulan di suhu 10 derajat celcius. Kista infektif di tanah basah, air pengelola makanan; tawar, air laut. Kista mati pada pemanasan 68 derajat celcius. Terapi antibiotik pada individu yang terinfeksi.

You might also like