You are on page 1of 0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Urinalisa
Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau
zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat
adanya kelainan pada urine.
1. Definisi Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinalisasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting,
karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin.
(Iqbal ali, 2008)
2. Komposisi Zat-zat Dalam Urine
Komposisi zat-zat dalam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta air
yang diminumnya. Urine normal berwarna jernih transparan, sedang warna urine
kuning muda urine berasal dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin
normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam
6
7

laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-garam terutama garam dapur, dan
zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C dan obat-obatan.
Semua cairan dan materi pembentuk urin tersebut berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui
molekul pembawa. (Kus Irianto, Kusno Waluyo, 2004)
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal
dengan melalui glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman,
berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal
akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa
cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. (Syaifuddin, 2003)
Ada 3 Tahap Pembentukan Urine
a. Proses Filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus, proses filtrasi terjadi karena permukaan
aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah.
Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri
dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke
tubulus ginjal. (Syaifuddin, 2003)

8

b. Proses Reabsorbsi
Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi yaitu proses
dikembalikannya air bersama dengan glukosa, asam amino, asam urat dan
protein yang berhasil menembus filter glomerulus ke aliran darah. Tubulus
proksimal juga mengembalikan elektrolit, natrium, chlorida dan bikarbonat.
Simpai Henle mereabsopsi air dan natrium. Tubulus distal secara halus
mengatur konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat, fosfat dan
hydrogen. (Frances K. Widmann, 1995)
c. Proses Sekresi
Proses ini adalah proses penyerapan urine sisa dari filtrasi dan
reabsorpsi. Proses penyerapan urine ini terjadi pada tubulus dan diteruskan ke
piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
(Syaifuddin, 2003)
4. Macam Sampel Urine
a. Urine Sewaktu
Adalah urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan
dengan khusus. Urine sewaktu ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang
menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus. (R. Gandasoebrata,
2006)

9

b. Urine Pagi
Adalah urine yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur. Urine ini lebih pekat dari urine yang dikeluarkan siang hari,
jadi baik untuk pemeriksaan sediment, berat jenis, protein, tes kehamilan dan
lain-lain. (Pusdiknakes, 1989)
c. Urine Postprandial
Adalah urine yang pertama kali dilepaskan 1
1
/
2
- 3 jam sehabis makan.
Urine ini berguna untuk pemeriksaaan terhadap glukosuria. (Pusdiknakes,
1989)
d. Urine 24 J am
Adalah urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine yang pertama
keluar dari jam 7 pagi dibuang, berikutnya ditampung termasuk juga urine
jam 7 pagi esok harinya. (R. Gandasoebrata, 2006)
e. Urine 3 gelas dan urine 2 gelas pada laki-laki
Urine ini dipakai pada pemeriksaan urologik yang dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran tentang letaknya radang atau lesi yang
mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urine laki-laki.
Urine 3 gelas adalah urine yang waktu keluar langsung ditampung ke
dalam 3 gelas sediment (gelas yang dasarnya menyempit) tanpa
menghentikan aliran urinnya. Ke dalam gelas pertama ditampung 20 30 ml
10

urin yang mula-mula keluar, ke dalam gelas kedua dimasukkan urin


berikutnya, beberapa ml terakhir ditampung dalam gelas ketiga.
Untuk mendapat urine 2 gelas, caranya sama seperti urine 3 gelas,
dengan perbedaan: gelas ketiga ditiadakan dan ke dalam gelas pertama
ditampung 50 70 ml urine. (R. Gandasoebrata, 2006)

B. Berat Jenis Urine
Penentuan berat jenis urine merupakan barometer untuk mengukur jumlah
solid yang terlarut dalam urine dan digunakan untuk mengetahui daya konsentrasi
dan daya ilusi ginjal. (Pusdiknakes, 1989)
Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut di dalam urine atau
terbawa di dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal
mengencerkan urine (misalnya sesudah minum air) maka berat jenisnya kurang
dari 1010. Bila ginjal memekatkan urine (sebagaimana fungsinya) maka berat
jenis urine naik di atas 1010. (Evelin C. Pearce, 2006)
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin
berhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat
jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat
jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin yang mempunyai berat jenis lebih
11

dari normal dapat disebabkan karena demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis
urin kurang dari normal dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,
hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun. (R. Wirawan, dkk)
Metode Pemeriksaan Berat J enis Urine:
1. Metode Refraktometer
Cara menentukan berat jenis urine dengan menggunakan refraktometer
makin banyak dipakai karena cara ini hanya memerlukan beberapa tetes urine
saja. Index refraksi suatu cairan bertambah secara linier dengan banyaknya zat
larut, jadi index refraksi urine mempunyai hubungan erat dengan berat jenis urine
yang juga ditentukan oleh kadar zat larut. Refraktometer yang khusus dibuat
untuk pemakaian dalam laboratorium klinik mempunyai skala berat jenis
disamping skala index refraksi, sehingga hasil penetapan dapat dibaca langsung.
Berat jenis yang dibaca pada refraktometer dipengaruhi oleh glukosa dan protein
dalam urine. Refraktometer tidak memerlukan koreksi untuk suhu. (R.
Gandasoebrata, 2006)
2. Metode Urinometer
Di dalam laboratorium klinik berat jenis urine ditentukan dengan suatu alat
yang disebut urinometer (Pusdiknakes, 1989). Penetapan berat jenis urine
biasanya cukup teliti dengan urino meter. Prinsip penetapan berat jenis urine ini
adalah berat jenis diukur dengan alat urino meter yang mempunyai skala 1000
12

1060 dimana temperature urine harus diperhatikan koreksinya terhadap hasil yang
diperoleh. (R. Gandasoebrata, 2006)

C. Kalsium Urine
Kalsium urine adalah kalsium yang berada di dalam urine yang berasal dari
pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal atau kandung
kemih yang berbentuk Kristal yang tidak dapat larut. (Kus Irianto, Kusno Waluyo,
2004)
Dari semua mineral yang ada di dalam tubuh jumlah kalsium menempati
urutan paling atas. Sembilan puluh sembilan persen dari banyaknya kalsium di
dalam tubuh terdapat pada tulang dan gigi. Satu persen yang lain terlibat dalam
proses pengentalan darah, stimulasi syaraf dan otot, mengatur fungsi hormon
paratiroid dan metabolisme vitamin D. (Amos Simorangkir, Anneke G.
Simorangkir)
Pada pria dewasa kebutuhan kalsium sangat rendah, sekitar 300 400 mg
setiap hari. Sebaliknya pada wanita pascamenopause kalsium yang dibutuhkan
tinggi, berkisar antara 1200 1500 mg setiap hari. Hal ini dapat disebabkan oleh
menurunnya absorpsi kalsium secara bertahap akibat usia lanjut. (Robert E. Olson,
1998)


13

Cara Pemeriksaan Kalsium Urine :


1. Cara Sulkowitch
Reagens Sulkowitch yang terbuat dari asam oxalat 2,5 g; ammonium oxalate
2,5 g; asam acetat glacial 5,0 ml dan aquadest ad 150 ml ini mengendapkan
calcium dalam bentuk calcium oxalat tanpa kalsium fosfat oleh pH reagens
tersebut. Pemeriksaan cara Sulkowitch ini barguna dalam kelainan faal ginjal.
parathiroid dan gangguan metabolismus kalsium pada umumnya. (R.
Gandasoebrata, 2006)
2. Metoda O cresolphthlein complekxon
Ion kalsium bereaksi dengan O cresolphthlein complekxon dalam
suasana basa dan membentuk warna ungu komplek.Absorban komplek ini sesuai
dengan konsentrasi kalsium dalam sampel.

D. Hubungan Kalsium Urine dengan Berat Jenis Urine
Pengukuran berat jenis dipengaruhi oleh adanya zat-zat bermolekul besar
yang terlarut dalam urine. Zat-zat tersebut dapat berasal dari dalam tubuh
(endogenous) misalnya glukosa, protein atau kalsium atau yang sengaja
dimasukkan dari luar (exogenous) yang nantinya akan keluar bersama urine,
misalnya kontras X(ray atau dextran). (Pusdiknakes, 1989)
14

Kalsium urine berasal dari oksalat yang berada dalam ginjal yang dipecah
menjadi beberapa kristal yaitu : kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan
bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen. Kristal-
kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut
tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan
kepekatan urin. Pekatnya urine tersebut tergantung pada faal pemekat ginjal yang
dapat mempengaruhi pemeriksaan berat jenis urine.(R. Wirawan, dkk)

You might also like