You are on page 1of 70

BEBERAPA PERSOALAN YANG DIHADAPI ATAU

MUNGKIN DIHADAPI NOTARIS DAN P.P.A.T


DALAM M ELAKSANAKAN JABATAN N YA
BERIKTIT SOLUSINYA

Disusun oleh
Miftachul Machsun

Disampaikan Dalam Acara llpgrading & Refreshing Course


Pada Kongres Ke XX lkatan Notaris lndonesia
Di Surabaya, Tanggal 28 Januari 2009
PENGANTAR

Makalah ini saya susun untuk menindaklanjuti permintaan Pengurus Pust lkaAn
Ndtans lndonesia (P.P - 1.N.0, di mana aya diminta selaku slah satu nan sumber
dalam materi'Persalan Hukum Eerikut Solusinla'yang merupkan salah satu materi
dalah aaftt tlpgnding & Refreshng @urse pada Kongres Ke XX yang berlangsung di
Sumbap.

\ lnengingat ankup bdnyaktya percoalan yang aihadapi Notanls dan P.P.A.T dalam
melaksanal<art tugas jdhdltnya, naka pokok percoalan yang akan aya paparkan, ddn
mungkn Oeitcut usulan solusinya adalah irk"ruu, dan / atau berhubungan
"pAOiU
dengan hal tersebut dleh karcnd itu makalah ini saya beri judul 'Bebenp persoatan
Yang Dihadapi Atau lilungkin Dihadapi Notarts Dan P.P.A.T. Dalam Melaksanakan
Jataartnla Berikut Solusinya'.

Sehubungan dengan ketebatdsdn ilmu dan pengetahuan sefta pengalaman saya


maupun sempitnya waQu lang disdiakan untuk menyusun mhkalah ini, maka sebagian
besar dan isi makalah inisdp ambil dai bebenpa tulisan yang pemah aya susun rlan
saia saiikan kepada rekan-rckah Noaris dan P.P.A.T. di Jawa Timur maupun kepada
pihak lain.

Sala sangat menfrdai apabila dalam makalah ini teftandung berbagai maarh
kekurangan, sekalipun demikrbn, saya masih tetap befianp semoga makalah ini masih
tEn digunakan untuk mempefuahyak waane, ekatigus men@n slusi a is berbagai
rnadh percoalan ydnd dihdiapi oteh rekan-rekan Noaris dah P.P.A.T. dalam
mela&nal<afl tugas jAbebhnyd, *hingga kepentingan maslankat tang memeilukan
jas Nobris dan P.P.A.T. tidak terhambat.
PENDAHULUAN

pada bagian ini, tedebih dahulu alcan akan saya unikan seeila singkat mengenai
bebenpa hal yang berkenaan dan / atau berhubungai dengan Notais dan P-P-A.T-,
denga n ma ksud aga r pembahaan da niutnp meniadi runtut'

Berbda dengan lembaga Pejabat Pembuat AKa Tanah (P.P.A.T) yang baru dikenal
elbk Ehun l()61, yaitu se1?k ditetapkannla Pentunn Menteri Agnia Nomor l0 Tahun
lg6l, Lembaga Notariat sudah dikenal di Nusantan tercinta ini lebih dai 400 tahun
yang lalu. antan tain tetbuQi dai diangkatnla Melchior Kerchem, Sekrehnie dari
"College uan Schepenen" di Jaatm (kemudian diubah meniadi Batavia) pada tanggal2T
Agustus 1920, di mana dia sebagai Notaris peftama di Nusantam ini-
pada tanggal 26 Januai 1860 ditetapkan Stb. Nomor 3 tentang Reglement op Het
Notaris Ambt, )ang mulai beddku pada tanggal I Juli 1860, dan pada tanggal6 Oktober
tahun 2004 diundangkan tJndang-Undang Nomor 30 tentang Jabatan Notans yang
menggantikan Reglement op Het Notan's Ambt yang sudah berusia lebih dari 144 tahun
tersebut.

Adapun mengenai lembaga P.P.A.T. telah kita ketahui bahwa sampai saat ini belum
ncmpunlai Undang-tlndang yang.mengaturtenangiafutan P.PA.T, sehingga sampi
ffit ini at<ta drbaat di hadapn P.PA.T. tidak mempunlai kekuadn pembuktian
Fng
enryfiE, *bagaimana dimaksud dalam pasal 1870 KU.H. Petdata, paal 165 H.l.R.

naupn pal285 R.Bg.


un&ng<tndang petbma yang memberikan definisi tentang P.P.A.T adalah Undang'
tda?g Nonpr4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, seba7diytana terantum dalam
Fst I angl<e 4, tang m:bnyaakan bahwa P.PA.T adatah Pefubbt lJmum )ang diberi
terqqtg untuk membtqt atft pemhdalnn hak atis Enah, atcb pembefunan hak aEs
tuEh, dan alcA pembertan kudsa membehnlan hak tanggungan.

Munn perundang+ndangan tertinggi Fng ada dan berlaku hingga saat ini yang
npng1tur tentang jabatan P.P.A.T. adalah Pentunn Pemerthbh Nomor 37 Tahun 1998
ffing peqtunn Jafutan PP.A.T. Jang diundangkan dan mulai bedaku Pda tanggal S
krct bhun 1998.

En hnyi konsidenn (Mgian menimbang) huruf b dan huruf cdapat kita ketahui tuhwa
wttgguhnp penturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 merupalen pentunn
pelakanaan dari Pentunn Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftann
Tanah yang mulai bedaku sejak tanggal 6 Oktober 2007 (3 bulan x1?k diundangkan).
Hal yang demikian ini cukup aneh, sebab semeslinya Pentunn Pemerintah itu dibuat
untuk melaksnakan Undang-Undang, dan bukan untuk melaksnakan Pemtunn
Pemerintah lainnya. Demikbn itu sesuaidengan ketentuan yang tercantum dalam paal
5 apt (2) Undang-Undang Dasar 19$ png berbunyi sebagai berikut 'Prcsiden
menetapkan peatuan pemerinHh untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinla'.

Dalam pasal I angka I Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun /998, demikian pula
dalam pasal I angka I Pentunn Kepala B.P.N. Nomor I Tahun /9BO dinptakan bahwa
P.P.A.T adalah pejabat umum yang difuri kewenangan untuk membuat akta-afta
otentik mengenai pefuuatan hukum teftentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun.

Pengeftian tentang P.P.A.T yang termuat dalam Peratunn Pemenntah inilebih lengkap
bila dibandingkan aengan yang tercantum dalam pasal / angka 24 Pentunn
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, yang membeikan defint'si tentang P.P.A.T. sebagai
'Pejafut umum lang diberi kewenangan untuk membuatakb-akb tanah tertentu".
Dari bebenpa pengertbn tentang P.P.A.T. sebagaimana teruai di atas dapat kita lihat
bahwa antaat pengertian yang satu dengan yang lain te*andung bebenp ma@m
pffian, padahal semestinla keadaan seperti ini tidak pedu teqadi, sebab bukan
mustahil akan menimbulkan bebagai maam perco;ilan hukum.

ffinjuttp yang perlu kita fahami adalah mengenai fungsi dari akta-a&a yang dibuat di
hdapan (bulcan oleh) P.P.A.T., sebagatmana diatur dalam pasal2 ayat (l) Pentumn
Penerinah Nomor 37 Tahun 7998, yaitu rebagpi buirti telah dilaktkannp perbuatan
hLdan tertentu mengenai hak aAs tanah atau Hak fulilik Atas Satuan Rumah Susun,
yae al:an dipiikan dasar Mgi penda*ann prubahan data pendaftann tanah )ang
dbkibatkan oleh perbuatan hukum itu.

Dengan mengingat fungsi akta png dibuat di hadapan P.P.A.T. sebagaimana terunidi
abs, insya Allah dapat kita fahami bahwa P.P.AT. bukan sebagai dan tidak merupakan
k&r$uan dari Crrerdtrijntngambtenaar (Pejabat Ealik Nama) Fng membuat aQa
ptyenhan (akte van tnnsport) untuk keperluan /evering mengenai benda tidak
brgenk, *fugaimana diatur dalam Ordonansi Balik Nama
(Overcalrijuingndorantie), S. l&U -27 juncto perubahan-perubahannla juncto pasal
584 KU.H. Perdata.

Selanjutnp yang pedu kita fahami adalah tentang perbuatan hukum apa saja reng
tetmasuk dalam pengertian peftwbn hukum teftentu, sebagaimana tersebut dalam
paal 1 angka f Pentunn Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 maupun dalam paal I
angka 24 Pentunn Penerintah Nomor24 Ehun 1997.
Berdasar ketentuan yang tetantum dalam pael 2 alat (2) Pentunn PemenhHh
Nonor 37 Tahun 1998 jundo pael 37 dan Fel 44 Pentunn Pemerintah Nomor 24
Tahun l99Z Pebuatan hukum tert€ntu tercebut meliputi:
a. jual beli;
b. tukarmenukac
c. hibah;
d. piemasukan ke dalam peruahaan (inbreng);
e. p;embagian hak bercamd;
f, pemberian Hak Guna Bangunanlllak Pakai atas tanah Hak
Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan; dan
h. pemben?n kuasa membebankan Hak Tangpungan.

Setanjutnla perlu sala kemukakan bahwa dalam pelakanaan.+ewenang utama Notans


mAupun P-P.A.T. untuk membuat akta-akta sebagaimana diatur dalam peniuan
jabatan masing-masing berikut pentunn pelakanaannla, Fng didahului abu diikuti
dehgan kewajtban-kendJiban tEftet)lu, tbmyaa banpk petsoalan lang harus dihadapi
ruolanS maupun P.PA.I , hal hal ihittih hng insq Atlah akan aya oba paparkan
datAn makalah sederhand ini.
II. BEBERAPA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI NOTARIS DAN
P. P.A. T. DALAM M ELAKSANAI(AN TUGAS JA BATANN YA

Dalam bagian ini akan sala coba unikan


tentang bebenpa permasalahan )ang
dihadapi atau mungkin aican dihadapi oleh Nobris dan P.P.A.T dalam melaksnakan
kewenangannya yang berupa membuat aQaakta (otentik), yang se@n befturut-turut

:r sebagaimana dimaksud dalam pasl 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 20O4 dan


paal2 Pentunn Pemerinbh Nomor3T Tahun 1998 maupun dalam pasal 37 dan paal
.- 4 Peratunn Pementnhh Nomor24 Tahun 1997.

Bebenpa persoalan lang saya maksudkan tersebut, antaa lain yang berkenaan dan /
atiiu berhubungan dengan :
/. B.P.H.T.B. , dalam hal ini atas petolehan hak atas tanah dan /atau bangunan yang
terTadi karena pemindahan /peralihan hak;
2. Pembuatan afta penlihan hak yang merupakan kelaryutan dari atau berdasar
pada lkatan Jual Beli dan Kuas;
3. Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan Saat lahimya Hak Tanggungan;
4. Perolehan hak karena waisan;
5. Perubahan Nama din; dan menjenai
6. Pengambilan Minuta dan Pernartggilan Notais
Untuk lebih jelasnya, hal-hal igrsebut akan saya cobd umikan satu demi satu, seperi di
bawah ini :
Ad. l. B.PH.TB. , daldlh n'Eiini dtgs perclehan hak atas tanah dan / aau bangunan
png teiadi *ardha p[rnrnAahan / peniihan llak
Berdasar ketentudn lanQ tdrantum dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang
Nomcr 2f Tahun t99Z iuncto tlndang-Undang Nomor 20 Tahun 2000,
perolehan hakyang di@hakan B.P.H.T.B. meliputi perbuatan hukum :
a. Pemin&han hak karena :
/. jualbeli;
2. tukar-menukar;
3. hibah;
4. hibah wasiat;
5. wans;
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnp;
7. pemisahan haklang mengakibatkan penlihan;
8. penuniukan Pmbeli dalam lelang;
g. pelakaraan gtfi.tan hakim yang mempunlai kekuatan hukum
tetaP;
10. penggabungan usaha;
ll. pelebunn usha;
12. pemelcann ugha;
13. hadiah.

b. Pembrian hak Hru kdrena :


l. kelaniutan PblePasan hak;
2. di luarPelePamn hak.
Perolehan hak yang berkaitan dengan pelakanaan 1?batan P.P.A-T adalah
yang terjadi karena perpindahan /penlihan hak, di mana berdasar ketentuan
yang terantum dalam pasal 2 ayat (2) Pentunn Pemerintah Nomor 37
tahun /998 juncto pasal.,37 Peratunn Pemerintah Nomor 24 tahun 1997
meliputi : judl beli; tular rhenUkaC hihh; pmasukan ke dalam perushaan
(inbreng); penbalian hak betsama; perhberian hak guna bangunan / hak
palai afls btleth hak mllik bdangkatt yang bedcai2n dengan pelakanaan
tugas jabA2n Notais lebih tuas dan lebih banlak bila dibandingkan dengan
keurenarry)an F.b,q.T,' terlihat dai ketentuan larV terantum datam pal 1
angka I den paal 15 Llhddlgandang NarlbrSO an* 20A.
Dari seklan banydk p€tbuabn hukum lnf, lang berpotensi menimbult'an
persOalah addlah pemH*at hak guna bdtlgllnan atau hak pakai a4s tanah
hak mrTik, sbab dalam Wsl 2 apt (2) hUruf a tJndang<tttdang Nomor 2l
tahun 1997 phg mEngAtlr tentang perolehdn hak karena pemindqhan hak
maupun dalaln Alat (2) huruf b tang nengatur'perolehan hak katena
pembeian hak baru tehydta tidak diatur.

Selanjutnp nefi klta perhatkan ketentuan yang mengatur tenfing eat


teruEngnya d.P.H.Lb. sUna ketentuan yang mengatur tenbng peiabat,
sefugaimana yang tetantum dalam pasl 9, pasal 24, pal25, dan paal
26 tJndang-undang Nomor 2l Tahun 1997, yang selengkapnya berbunyi
sebagai berikut:
Pasl9
(l) Saat teruEng pajak atas perclehan hak atas tanah dan abu bangunan
untuk:
jua I be li ada ta h seia k tan gga I dib u a t da n dita n da ta n ga n in ya a kta ;
tukar-menukar adalah *iak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
aKa;
c. hibah adatah seiak tanggal dibuat dan ditandatanganinla akta;
d. wan's adalah seiak tanggal yang bercangkutan mendaftarkan
penlihan haknlta ke Kantor Pertanahan;
e. pemasukan dalam persepan atau badan hukum lainnp adalah
sejak tanlgal dibuat dan ditandatanganinla aQa;
f. pemisahan hak yang mengakibatkan penlihan adalah seiak
tanggal dibuat dan ditandatanganinya a Ka;
g. lelang adalah seiak tanggalpenuniukan pemenang lelang;
h. putusan hakim adalah seiak tanggal putuen pengadilan png
mempunyai kekuatan hukum yang tetap,'
i. hibah wasiat adalah seiak tanggal yang betsangkutdn
mendaftarkan penlihan haknya ke Kantor Pertanahan;
i. pemben?n hak baru atas tanah sebagai kelaniutan dari pelepann
hak adalah sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat
keputusdn pEmberian hak;
pemben'an hak baru diluar pelepaan hak adalah se1'ak tanggal
ditandatangani dan diterbitkannya sumt keputusan pemberian
hak;
l. penggdbungan usaha adalah seiak tanggal dibuat dan
dita nda ta n ga n in1a a kta,'
m. pel\burdn' ulahP adalah seiak tanggal dibuat dan
ditd ndaYan ga n inYa a kta ;
n. pemdkdt1n usaha adalah seiak tangQal dibuat dan
ditandatarPa n in)a a kta ;
o. nadAh adebh seiak tanggal dibuat dan diandaanganinya aQa.

(2) Pajak png terutang harus dilunasi pada saat teq?din1a perctehan hak
sebagaimdld dllnaksud dalam aya(l ).

(3) Tempat EruEng fuiak adalah di wilayah Kabupaten, Kota, atau


Propinsilrang rneliputi letak Pnah dan atau bangunan.
Pasai24
/i) Peiabat FettlOuat Akta TanahrNo6n's hanya dapat menandatangani
ama pemindAian hak aas tanah dan abu bangunan pafu aat Waiib
eajak menpldhkan bu6i pembapnn paiak berupa Sunt Setonn Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(2) Pejabat Lelang Nqan hanla dapt menandatangani Risalah Lelang


perolehan hak atas bnah dan atau bangunan pada saat Waiib Paiak
bufti pembayamn paiak berupa Sunt Setonn Bea
Peroleiian Hak atas Tanah dan Bangunan.
(2a) Pejabat yang Erwenang nenandatangani &r nsaffit adt
pembeian hak atas tanah hanya dapat nwan&fgzifu
menetbitkan suat kegttusan dimaksud Fda saat ,l@ pF
menyenhlen bukti pmbpnn pjak berupa Sumt ffiwr M
Perclehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(3) Tethadap pendafunn )enman hak atas bnah t<arctp vdb aal
hibah wasiat hanla dapat dilakukan oleh Pejabat furtutdwt
Kabupaten/Kota pada aat lUajib Pajak menyenhkan buktipmbsaran
PaJak berupa Sunt Setodn Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Pasl25
(/) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notans dan Kepala Kantor Lelang Nqan
meldpodcan pembuabn akta atau risalah lelang perclehan hak atas
tanah dan atau fungunan kepada DircRont Jendenl pajak selambaF
ldmbatnya pada tanggal l0 (sepuluh) bulan berikutnp.
(2) Tata an pelapnn bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diatur dengan Pentunn Pemerintah.

Pasl26
(l) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notans dan pejalat Letang Negan yang
melanggar ketentuan dimaksud dalam pasl24 asat (l)
dan ayat (2), dikenakan snlei administnsi dan denda sebesar Rjt
7.500.000,00 (ujuh juta lima Ettus nbu rupiah) untuk etiap
pelanggann.

(2) Pe1'abt Pembuat Akta Tanah/Notaris yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasl zi
afat fl), dikenakan enrrsi
administtdsi dan denda sebesar Rp 250.000,00 (dua ntus lima puluh
ibu rupiah] untuk setiap laponn.
(2a) Pe1?bat Jang brwenang menandaEtngani dan meneftitkan sunt
keputuan pemberian hak abs tanah yang melanggar ketentuan
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2a), dikenalcan snksi
menulut ketentuan pentuan perunda ng-undangan ya ng berlaku.

(3) Pehbat Pertandhan Kabupaten/Kota yang melanggar ketentuan


sefugaitnana dimaleud dalam Pasl 24 apt (S), dikenakan snksi
menurut ketentuan pentunn perundang-undangan yang bedaku.
(3a) Kepala KantorLelang Negan, rcng melanggarketentuan *fugaimana
dimaksud dalam Pasal25 alat (l), dikenakan snksi menurut ketentuan
penturan perundang-undangan tang berfaku.

Pertama4ama akan sala aba beri komentar tentang ketentuaa tang


terantum dalam pasal9.
Ketentuan yang termuat dalam (l) png smniilas mempunpi
psal 9 ayat

huburgan dengan pelakaraan tugasiafutan P.PA.T adalah peqlehan hak


yang terten pada :

- huruf a fiual beli);


- huruf b (tulcarmenulcar);
- huruf c (hituh);
- huruf e (pemasulcdh dalam perserwn atau badan hukum lainnp);
- huruf f (peminhan hak lang mengakiLntkan pemlihan), saXangkan lang
terten Pada i:

- huruf i (hibah,tlvbbtag dan huruf o (hddiah) masih pedu dianalisa lebih


dalam, Lterhubun!1:
* pelalraraan
-ter@ntum
pendafrann hihh wasiat berdaar ketentuan lang
dalam pasl ll2apt(3) huruf b Pentunn Menteri Negan
AgHlia / Kepala Badan Pertanahan Nasional dilaksanakan deng?ry
iem'buat dka niOan di hadapan P-P-A:T )/ary dilakukan oleh
Pelalcsna illasiat atas nam€, pemberi hibah wasiat sebagai
pelaksnaan dari wasiat ,ang dikuaskan pelaksanaannp kepda
'pelaksanti
Vlasiat tersebut. Sekalipun pentunn ini aneh dan bahkan
bertentangdn dengart ketentuan tang tercantum dalam pa*l 1813
KU-tl. Ntaab, oetnubungonng )lang sudah meninggal dunia masih
bisa melakukAn pefuuabn hukum, namun dalam kenlataannya bisa
dildksanakan, dan
* pela)isanaah petnberian hadiah sepdnptp meng2ndi hak atets tanah
sebagaimarta telantum dalam paal 2 ayat (l) Undang-Undang
Notnbr2l Tahun' t997 akan ditakukdn dengan pembuatan akta hibah,
sebab akta hadidh tidak atau sekunhg-kunngnya belum diatur dalam
Pentunn Jabatan P. P.A. T.
Selain ialhal tersebut, hdl yang rerlu dipbdanlakan mengenai pnl 9 ini
adalah berkenaan dengan aat terhuEnglnla paidk dikaitkan dengan
larangan menanddtdngani aQa penlihan hak. berikut analnan snksi
terhddap Nciaris atdu, P. P.A. 7., yang seaftt berturut'tu rut diatur dalam pas I
24 ayat (l) dan pa#t 26 alat (l), padahal xsungguhnla masih bnlak an
tain ydh$ 6ba At[npUn, misalnya memfurikan tenggang waktu tertentu
u n tu k keja did n *eJd diiln kh us us.

Sebetutnya hdt png angat mengffitawatidran dalam hubungannla dengan


ketentuan yang tetantum dalam paffil 9 ayat (l) ini adalah teriadinya
penyelundupan hukum untuk menghindai pa1?k dengan an tidak membuat
akta penlihan hak dalam bentuk akta P.P.A.T maupun alb Notan's,
melainkan dengan akta di bawah tangan, berhubung terhutangnla paiak
dikaitkan dengan xat penandatanglanan akE penlihan yang dibuat di
hadapn P.PA-T abu Nohnls.

Selanjutnya akan saya aba unikan tentang ketentuan yang mengatur


tenteng lanngan, kewajiban dan snksi terhadap Peiabat, khususnya Notaris
dan P.P.A.T., sebagainana tercantum datam panl24, paal25 dan pal26
Ilndang-Undang Nomor 2l tahun I 997.
Sebagaimana telah eya kemukakan sebelumnya, bahwa ketentuan
mengenai lanngan terhadap Notaris dan P.P.A.T untuk menandatangani
a&a pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan, manakala Waiib Pailk
belum menyeftthkan bukti pembapnn paiak berupa Sunt Setonn Bea
Perolehan Hak dflb Tdnah dan Bangunan searngguhnya merupakan
sesuatu yang agdk brl€bihan, lebih-lebih bila dikaitkan dengan adanya
sankli yang sedemikian bent terhadap Notais atau P-P-A.T. yahg
meldnggar larangAn termaksud, laitu berupa snksi administnsi dan denda
seAsdl np 7.500.000,00 (tuJuhiua lima ntus ibu rupiah), pddahal berdasar
ketehtuan sebagaimAna El@ntum dalam pasal 2 ayat (/) Pentumn
Pemeintah Nomor 37 tahun 1998 dan pasat 37 ayat (/) Pentunn
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 iuncto pafrl 5 Undang-Undang Nomor 5
tahun /960, sesungguhhya akta penlihan hak atas tanah yang dibuat di
hadapan P.P.A.T. tidak lebih sebagai alat buktl tertultls atas perbuatan hukum
penfihiln hak atas tanah png telah dilakukan oleh pan pihak, sekaligus
sefugdi dasr bagi pendafunn perubahan data penclaftann tanah lang
diakhAkan oteh perbuatan hukum itu, sehingla sesungguhnya pembuatan
a4a pelalihan hak ini sekedar metengkapi pedlihan hak lang smn materiil
suddh t4tJddt.

Tanpa bermaksud uniuk nenqakkan benang bash, sap pkin bahna


pelangga6n terhadap ketentuan )ang tercantum dalam pas€tl 24 apt (l)
tJndang-Undang Nomor 2l tahun 1997, baik yang dilakukan oleh Nobris
maupun P.P.A.T. bisa iadi tidak sernata'mata karena bktor yang bercifat
intemal, antan lain lcarcna kesengaiaan atau kelaiaian maupun
kekurangfahaman Notaris atau P.P.A.'\. terhadap Penturan Perundang-
undangan yang mengatur tentang B.P.H.T.B., namun ering kali karena
faktor ekstemal (bemda di luar kewenangan Notaris maupun P.P.A.7),
misalnya
jumlah bank perrepsi kunng mencukupi, sedangkan hai dan jam
ke rja n1a re la tff pe nde k;

tnnsksi penlihan hak dilakukan pada akhir tahun, di mana nta-nta


bank per*psi tidak memberikan pelalanan;
terjadi keadaan yang sangat luar biasa terhadap salah satu atau kedua
belah pihak rcng hendak bertnnsksi, misalnya karcna sedang akit
panh atau karena hal-hal lainnya )/ang sangat sulit untuk ditunda atau
ditinggalkan.

Persoalanpercoalan lain yang sering kali dihadapi dan menghambat


pelaksanaan tugas jabatan Notais atau P.P.A.T. adalah sebagai berikut:

lambatnya proses validasi atas Sunt Setonn B.P.H.t B., salah satu di
anfaanya disebabkan karcna terJ'adinp kqkunngan syaat tang
dipeflukan, misalnya ll.P.y|1P. pihak penjual, padahal seam nil
sesdngguhnla pihak penjual ini tidak bekery'a dan / atau tidak
menlpunyai penghasilan yang melebihi P.T.K.P. ateu teiadin;a
*esdAhan tulb mengilnai identi4s diri dari slah satu atau kedua tulah
pihak;
- tnn*aksi pemlihan hAk ditakukan pda awal tahun, di mana S.P.P.T.-
P.B.B atas objek yan! berwngkutan belum dikeluaftan;

- kekunngthhaman apant dai instansi teftait mengenai atunn hukum


Ettehtu,mialnla mengenai wriA sehingga seing terjadi pefte4aan
pendapt png bdarut-larut; '
- adanla pentunn perundang-undangan yang kunng jelas, misalnya
tentang malaa peryantian nanE, lang diartikan sebagai peryantian
identitas diri, padaha! arti semes-tinya adalah peryantian subjek;
- adanla pentunn perundang-undangan yang tumryng tindih etb tidak
tunbs, mialnya lang beftenaan dengan diktum pencabutan Buku Ke ll
K.U.H.Pedab e,oanjang yang, mengenai bumi, air *rta kekalaan
alam ysng terkandung di dalamnla dikaitkan dengan tetap berlakunta
' Buku Ke lll, khususnla mengenai perianiian dengan oQ;ek png berupa
hak atas bnah; dan
kunng harmonisnya hubungan antarinstitusi atau lembaga teftait
Untuk metengkapi utaian pada Mgian ini, selaniuhya akan aya oba
unikan pula tentang kewajiban Notais dan P.P.A.T. untuk melaporkan
pembuatan akta perolehan hak aEs Enah dan atau fungunan kepda
Direktont Jendenl Pajak, yang selambat-lambatnya harus dilakukan pada
tanggat 10 (sepuluh) bulan berikutnp berikut sanksinla, yang *aft,
berturut-turut dbtur dalam pasal25 ayat (l) dan pasal 26 ayat (2)
Terhadap kewalTban untuk melapotkan pembuabn akta perclehan hak ini,
saya sepEndapat, namun mengenai pengenaan anksinya sya
berkebentan, sebab snksi ini terlalu bdnt laitu berupa snksi administnsi
ddn denda sebesar hp 250.000,00 (dua ntUs lima puluh ribu rupiah) untuk
setiap tapdnn. Lebih dari ftu, yang amat memprihatinkan adalah dengan
terlalu mer)gutamdkan snksi, seakanakan tidak add Nota_n's dan P.P.A.T.
yang mempunlai kesadann hukum untuk menyampaikan laponn.
Sekedar sebagai informaii, sekaligus sebagai perbandingan mengenai
kewajibart pelaponn ini addlah pelaponn yang harus dilakukai oleh Notais
atas akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapannya maupun atas surct'surat
di bawah tangan tang dilqdlisasi atau didaftar olehnya, di mana temyab
lebih dai 95 % dari NoE fis )t"ng ada dl Surabaya ini patuh, padahal tidak
ada sanksi yang sedemikian bent sebagaimana yang diatur dalam pasal 26
ayat (2) undang-Ltndang lbmor 2l Tahun lggT ini, hanla saia dalam hal ini
ada lembaga abu institusi tang seaft, aktif mengawasinya, pitu Maielis
Pengawas Noiais, yang'i&Ai untu,a anggoianya betast dari Notaris.
Sehubungan dengan berfugai maam pea@lan rcng dihadapi Notan's dan
P.P.A.T. dalam melaksanakan sebagian dari wewenang utamanla, yaitu
membuat akE penlihan / petpindahan hak atas tanah dan / abu hngunan
maupun hak milik atas satuan rumah susun dikaitkan dengan palak yang
berupa B.P.H.TB., ehgaimana teruni di atas, selaniutnya setya @ba
untuk menari solusinla, antaft, lain dengan :

melakukan pembinaan sean Lerus menerus dalam nngka


menanamkan kesadann, baik terhadap waiib paiak maupun apant
terkait bahwa patuh dan taat pada penturan perundang-undangan,
termasuk di dalamnla kesdiaan untuk berbnggung jatwab atas rcsiko
yang mungkin teg?di *hubungan dengan kelalaiannya adalah sikap
mulia;
P.PA.T., Apant Pajak maupun B.P.N. serta apant lainnla yang terkait
dengan pengenaan dan pemungutan B.P.H.TB. harus terus menerus
meningletlan profesionalismen1a, dalam afti mumpuni dalam bidang
keilmuannya efta integritas monlnSa tidak boleh dingukan;
jumlah bank persepsi diushakan untuk ditambah -cefta pelayanan dan
jam kerjanya diperpnjang, temasuk di dalamnya untuk memberikan
pelaya na n pada m enjela ng a kh ir ta h u n ;

dalam hal-hal yang khusus, apant peryalakan harus memberikan


tolennsi yang berupa dispensasi atas teryadiry/a keadaan yang luar
biasa Sang menyeMbkan Nobris dan P.P.A.T. dengan amat terpaks
membuat akta penlihan hak yang.tS.A. nya Obtum dibayaC yang bila
diperlukan disefta i jaminan 1a ng laya k;

kepetnilikan N.P.W.P. bagiPembeli maupun Penjual bukan merupakan


syadt mutlak, melainkan sebagai peringatan kens;
Notans, P.P.A.T, Apaat Pajak maupun B.P.N. harus lebih cermat
dalam menulis identibs diri wajib pajak;
pada alval tahun, lnstiiusi pajak harus sudah mengeluarkan S.P.P.T.-
P.B.B;
apabila terjadi pebdaan pendapat atau penafsinn abs peraturAn
perundang-undangan atau mingenai hkta hukum teftentu harus #gen
diselesaikan sffift, objekif oleh semua piha?yang terkait;
Notaris, P.PA.T, Apnt Pajak maupun B.P.N. serta pihak-pihak tain
yang terkait harus selalu berusaha memberikan masukan kepada
instansi ]ang berwenang, manakala menemui pentunn perundang-
undangan png kunng jelas atau tumpang tindih, sehingga dapat
menimbulkan penebin n ganda ;
- Notaris, P.P.A.T, Aparat Paiak maupun B.P.N. serta pihak-pihak lain
yang terkait harus selalu berusaha untuk lebih maningkatlcan hubungan
antan yang satu dengan yang lain, agar bisa lebih harmonis.

Ad.2. Pemhtabn akg pentihan hak lang merupkan kelaniuhn dari atau betdasr
pada ll<atan Jual Beli dan Kuasa

Dalam kehidupan sehan:-hari sering kali kita jumpai suatu keadaan di mana
karena alasan-alasn tertentu, omng'omng membuat suatu perianiian
pendahuluan (padum de ontnhendo), di mana pam pihak dalam perianiian
pendahuluan inisaling mengikatkan diri untuk mewuiudkdn suatu perianiian baru
atau pg?niian pokokpng merupakan tuircn mercka-

Salah satu @ntoh yang sering kita temukan adalah peq'aniian pendahuluan
untuk melakukan jual beli, yang biasanla disebut dengan istilah : tkatan Jual
Beli, Pengikatan Jual Beli, Perjanjian Pengikahn Jual Beli, Ferianiian Fengixatan
Diri untuk Melakukan Jual Beli dan sebagainp-

Dengan maksud untuk memberikan gambann yang relatif utuh tenteng


peqanjian pendahuluan (paaum de antntrendo), terlebih dahulu akan sap
coba unikan se@Et singkat mengenai bebenpa hal tentang Peryaniian, antarc
lain mengenai : pengertt?n, aasaas umum *tfu qrant-qent ahnp
peq'anibn.

Mengenai apa yang dimaksud dengan perianir?n dapat kita temukan dalam
ketentuan pase,t 1gl3 KIJ.H.Perdata, yang menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan prjanjian adalah peftmAn di mana stu orang atau lebih rnengikakan

diri teihadap satu onng lain atau lebrh'.

Sehubungan rlengan pengertian tentang perianiian in!, Dr. Hen'ien Btrtiono, S.H.
dalam maP.alahnya yang disampaikan pada pertemuan Antar Cabang lkatan
Nataris lndanesia, Pengurus Daenh Jawa Bant di Bekasi, tanggal 17 Januari
2004 yang dimuat dalam Medb Notaiat, Januari - Maret 2004, memberikan
definisi yaag iebih tenEkap bila dibandingkan dengan ketentuan yang tercantun
dalam pasal /3/3 K.U.H. Peroata diatas, yaitu merupakan:
perbm2n hukum yang dengan mengicdahkan ketenfinn undarg'undarp,
timbul karena kesepakaAn dari dua pihak atau lebih yang aling mengikatkan diri
dengan tujuan menimbulkan, benlih, brubah, atau benkhimya suatu hak
kebndaani

Selanjutnya Dr Herlien Budiono, S.H. menyatakan bahwa :


Agar suatu perbuatan diTolongkan pada perl'aniian, maka perbuatan hukum
tekebut harus memenuhi adanla unsur-unsursebagai berikut :
l. Kata sepakat di antan dua pihak atau lebih.
2 Kata sepakat yang terapaibergantung pada para pihak.
3. Kemauan pan pihak untuk timbulnla akifut hukum-
4. Untuk tcepentiigan png satu atas befun pihak lang lain atau timbal balik.
5. Dengan mengindahkanperslantan perundang-undangan".

Definisi mengenai'perJ?niian'yang disamsnikan oleh Dr. Hedbn Budiono, S.H.


yang mertgaitkan dengan tuluan pembuatan pryaniian, yaitu menimbulkan,
benlih, berubah, atau bemkhimya suatu hak kebendaan di atas patut kita
maklumi, mengingat perianiian di atas merupakan perianiian obligatoir
(obligatoirE orcrcenkomst) yang akan ditindaklaniuti dengan peg'anibn
kebendaah (za keltrke overcen komst)-
Mengenai apa yang dimaksud dengan perikatan, secan sedethana dapat kita
rumuskan sebagai hubungan hukum mengenai harta kekayaan antara dua
onng afuu tebih png memberikan hak pda pihak Sang satu abs suatu prcdasi,
dan membebnkan kewajiban pda pihak srang lain untuk memenuhi presEsi
itu'.

Dengan mehgingat ketentuan yang tercantum dalam pasal 1233 K.U-H. Pedata
)ang menlatakan bahnra 'Perikatan lahir karena perianiian aEu katena undang'
undangl dapat kita mengerti bahwa sesunggunya yang dimaksud dengan
perjanjian lang terantum dalam paal l3l3 K.U.H. Perdata adalah perianiian
ya ng mela h irka n / men imbulka n perikatan I
selanjutnya dari ketentuan J/ang ter@ntum dalam paal 1233 dan l3l3 K.U.H.
Perdata tercebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa 'selain karena dua hal
(perjanjian &n undang<tndarg) terrebut ti&k al<an ada atau teqladi perikatan'-
perJanjian yang melahirkan atau menimbulkan peikatan sebagaimana diatur
datam pasal l3l3 juncto pasal 1233 K.u.H. Perdata biasanya dinamakan
perprtjian obwatoir (obligatoire overcenkomst)'. Dalam perianiian in!pan pihak
atau slah satu pihak beftewajiban untuk memberikan ptestasi tertentu, oleh
karena itu penyenhan prestasinya *ndii bisa sa1? atau mungkii'baru dilakul<an
kemudrbn.

Salah satu @ntoh perjanjian obligatoir adalah luat beti', sebagaimana diatur
dalam pfil 1457 K.U.H. Perdata, yang menladkan Mhwa :Jual breli adalah
perjanjian, dengan mana pihak ldng satu mengikatkan diri untuk menlenhlan
suattt kehnhn, dan pihak yang lain untuk membalar harg lang telah
dijanjikan'.

Dari ketentuan yang tet@ntum dalam psat ini dapat kita ketahui bahwa dengan
adanya jual beli saja, pembeli belum berctatus sebagai perhilik atas banng yang
dibelinya, dan penjual belum meniadi pemilk atas uang harya bamng yang
dijualnya, berhubung jual beli, demikian pula peqaniian'perianiran lainnya yang
diatur dalam Buku ttl K.u.H. Perdab (keaali perjanjian riel), baru menimbulkan
kewajiban untuk menyenhkan obiek perianibn-
Selanjutnp pdrlu sala kemukakan Mhwa berdasar ketentuan lang tetuntum
dalam pasal 1458 K.U.H. Perddb, Jual beli dianggap telah teriadiantan kedua
belah pihak, segen setelah onngoft,ng itu menapi keryalabn tentang
banng tercebui beserta harganya, meskipun banng ltu belum disenhkart dan
harganp belum difuYar.
Keadaan sebagaimana tentni di atas terjadi berhubung sistem K.U.H. Pbrdae
membedelan. antaa, prianiiarl obligatoir dEngan perianiian penyenhth aPls
o bje k 1a ng dipe ria niika n.
Adapun mengenai kewajiban _png timbul atau teriadi dari suatu pbfianiian
obligatoir biba berupa "meberikan sesuatit, melakukan .s"esuattJ abu tidak
metakulan *suatu', efugaitfinna dimaksud dalam Pst l2g KU-H- forda4-
Apabila kernjiban tercebut uhfuk membeikan sesuatu ke datam pemitikan pihak
lain (tulam hal ini kreditur), rnaka pe7bniian obligatoir redu diikuti perianiian
kebndan (akelijke overqnkomst), yaitu perianiian untuk mengadakan,
mengubh, dan merghaptskan hakhak kebndaan-

Setanjutnp al<an a1a unikan tenHng halhal yang beftenaan dengan


Perjanjian Pokok (prinsipl) dan Pertaniian Banttan-
Dari kedua maam istilah ini, insya Allah telah dapat kita peroleh gambann
mengenai apa *sunggunla yang dimaksud dengan dengan kdua istilah
teEebut-
Pebedaan Pokok dari dua maam perjanjian ini adalah berkenaan dengan ada
atau tiadanya alasn serdii sehubungan dengan pembuatan perianiian yang
bersangkutan.
Apabila suatu perjanjian mempunyai alasan sendin (idak bergantung pada
adanla peqianjian lain), maka pqanjian sepefti ini merupakan peq'aniian pokok,
dan sebaliknya apabila suatu peq?njian yang alasan dibuatnya bergantung pada
adanp perjanjian lain, mal<a prjanjian ini merupakan peq?nibn bantuan.
Diadakannya perjanjian bantuan adalah dimaksudkan untuk : mempersiapkan,
menqaskan, mempeftuat, mengatur, mengubah, atau menyelesaikan suatu
hubungan hukum. Dengan demikian dapat kifa mengefti bahwa waktu
p'embuatan peqhniian ini bis dilakukan *belum abu *sudah dibuanya
perjdnjian pdkok.

Apabila peqanjian bantuan dibuat untuk memperciapkan hubungan hukum (ain),


maka perjatjian bantuan ini diadakan atau dibuat sebelum perjanjian pokok,
misalnya dalam perjanjr'an pendahuluan (pactum de nntmhendo) untuk
melakukan jual beli (katan Jual Belt). Apabila perlanjian bantuan dibuat untuk
menqaskan, mempetkuat, mengatur, mengubah, atau menyelesaikan suatu
hubungan hukum, maka perjanjian bantuan ini diadakan atau dibuat sesudah
perjanjbn pokok, miatnya dalam perianibn pemben'dh hak tangguEan, gadai,
fidusia, dan Lorytodrt :

Dari tujuan *rA sat dibuanya tkaHn &nl Befi, dapat kita simpulkan bahwa
lkatan Jual Beli merupakan suatu perianinn obligatOlr, sebagaimana yang tetah
'*aya
umikan dt'atas.

Beli tedapat beberapa hal yang pedu


Mengenai isi dan bentuk tkAbh Jual
difahami oleh pam pihak maupun Notaris yang dipetaya untuk membuat
aktanya.
Dengan mengingat fungsi dan tujuan pembuatan ikatan iual beli, maka a{asan'
alasan atau hahhal yang melatabelakangi dlbuatnya lkatan Juai Beli periu
diunikan dan tergambar se@n lElas di dalan premissenp, dan sekdar
sebagai bahan pembanding, aya oeikan antoh sebagai beikut:
a. bahwa berdasar surat tanda buili hak (seftipikat) yang diieluaftan oleh
Kantor Peftanahan Kota Sunbaya, tanggal 25 (dua puluh lima), bulan 2
(Pebruari), tahun 2001 (dua ribu stu), Pihak Petbma adalah pemilik lang
sah atas ebidang Enah hak milik Nomor: 15 / Kelunhan Darmo, Fng
luas dan batas-batasnya diunikan d-alam Sunt Ukur tanggal 20 (dua
puluh), bulan I (Januai), tahun 200/ (dua ibu satu), Nomor: 552001'
terletak di Ptopinsi Jawa Timuf Kota Sunbya, Keamatan Wonoktomo,
Kelurahan Darmo, *tempat dikenal sefugai Jalan Ra)a Darmo, nomor:
14, tertulis atas nama Pihak Peftama, herikut bangunan, tanaman dan hasil
karya yang berdiri di atas atau melekat serta merupakan satu kestuan
dengan bidang bnah dan bangunan terrebut, yang untuk *laniuhla dapat
disebut ?epil";
b. bahwa Pihak Pertama berkehendak untuk menjual kepada Pihak Kedua,
sebagaimana Pihak Kedua berkehendak untuk membeli dai Pihak Pertama
atas persil termaksud;
c. bahwa untuk pembuatan akta jual beli di hadapn Peiabat Pembuat Akta
Tanah diperlukan bebenpa persyantan tenentu sebagaimana yang diatur
dalam Pentunn Perundang-undangan, antam lain : telah dilunasinla
pembayamn harga jual beli serta telah dibalamya Papk Penghasilan
maupun Bea Perolehan Hakatas Tanah dan/abu bangunan;
d. bahwa pada saat ini pembayann lunas atas harga iual beli maupun
pembayann pajak penghasilan sefta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan /
'
ata u Ba ng una n- tetma ki ud belum dila ku ka n.

Berdasar segala sesuatu yang ferurai tercebut, selaniutnya pan penghadap


yang masih tetap bertindak sebagaimana di atas menenngkan dengan ini.saling
'meigikatkan
diri untuk mengadakan perianiian (katan Jual Beli) ini, dengan
menggunakan syant-syamt atau ketentuan-ketentuan .sebagai Berikut :

Selanjutnle dalam isi pokoknp dimuat sSant'syani dan / alau ketentuan-


ketentuan mengenai jual beli sebagaimana diatur daldn pemturcn perundang-
undangan atau hukum yang berlaku serta syant's1ant atau ketentuan-
ketentuan lainnya yang dipandang peflu dan disepakati oleh pan pihak, satu dan
lain sepanl?ng syabt-syant tercebut trdak bertenbngan dengan hukum yang
berlaku.
Satah satu di antan slant-siarctt atau ketentuan-ketentuan tercebut, antan lain
mengenai Janii-ianii yang beftenaan dengan :
- penyenhan obiek perianiian, tetmasuk di dalamnla pengonngannla;
- pemberian kuasa untuk meniual kepada Pihak Kedua (Calon pembeli )
berikut s1a nt'sya ntnYa ; da n
Janji-janji ini sesunguhnya merupakan ketentuan-ketentuan manakala
syant-syant untukiual belinya sendiri telah dipenuhi.
Mengenaijanji pemherian kuas untuk menjual kepada calon pembeli , sehingga
Calon pembeli benvenang bertindak untuk dan atas nama Calon penjual dalam
meniual obiek yang diperTanjikan kepada Calon pembeli diperlukan terutama
untuk menghindari terjadinla kerugian terhadap Calon pembeli sehubungan
dengan te7adinya keadaan di mana karena satu dan lain hal, Calon penjuat
berhalangan hadir dalam nngka pelakanaan penandatanganan akta juat
belinya.

Dari unian tentang kuasa yang diberikan oleh Calon penjual kepada Calon
pembeli di atas dapat kia fahami bahwa pembeian kuas tersebut tidak fudin
ser'dn sekalipun mungkin dibuat dalam akta lang terpisah, sebab pemberian
kuasa ini merupakan salah satu isi dan merupakan satu kestuan png tidak
terpiahkdn dari lkatan Judl Beli, oleh karcna itu berdasr ketentuan lang
terantum dalam pasal 1338 apt (2) K.U.H. Perdata tidak dapat ditarik kemfuli
selain derlgan kesepatcaHn kAua belah pihak, atau karcna alaanalasn tdng
dftentuka n oleh undang-urtdangi

Dalam hubungannla dengan pemberian kuas untuk menjualdari Calon penjual


kepada Calon pembeli ini perlu drperhatikan ddanya ketentuan sebagaimana
tet@ntum dalam panl 1470 K.U.H. Perdata yang menyatakan
bahwa:
"Begitu pula atas anaman yang sama, tic'aklah boleh menjadi penbbli pada
penjualan di bawah tangan, baik pem.belian itu dilakukan oleh mereka sendin
maupun melalul penntan :
pam kuasa, sejauh mengenal banngianng yang dikuaakan kepada ,nereka
untuk dijual; ....'
Sehubungan dengan ketentudn ini, nraka pemberian kuas untuk rfibnjual dari
calon penlltal kepada alon pembeli perlu diantumkan seata eksplisit dan
tegas.

Selain hal-hal yang teruni di alas, hal-hal lain yang perlu juga ulttuk diperhatikan
adalah kemungkinan teq'adinya keadaan dirnana karena alasan-alasn tedentu,
Calonpembeli tidak bisa atau tidak befteinginan untuk melanjutlcan lkatan Jual
Beli png telah dibudt. Untuk mengantisipasi timbulnya akibat hukum
sehubungan dengan itu, maka dalam lkatan Jual Beli perlu dimuat klausul yang
bisa digunakan dalam menari solusi, antan lain berupa pemben?n kaasa
kepada Calon pembeli atau dengan pemberian hak substitusi atas pemberian
kuasa untuk menjual yang telah ditenmanya, dengan ketentuan penerima kuas
dibehslen dari perAnggmgjawabn ebagai kuae, keanali atas kewajiban-
kewajiban kepda PemberiKuaa lang belum aiwniiten.

Mengenai bentuk lkatan Jual Beli (Perjanjbn Pengikatan Jual Beli), peatuan
perundang-undangan tidak memperclantkan harus dalam bentuk teftenta,
berhubung perJ?njian ini bukan merupkan perjanjian fotmil, xhingga tidak
diharuskanseaft, teftulrs, bak dalam akta otentik maupun akta di bawah tangan
atau dengan kata lain, peq'anjian ini furfuntuk bebas, namun demikian, dalam
nngka menjamin adanya kepastian hukum, sudah selayaknyalah perjanjian ini
dibuat sean tertulis, sekalipun bukan dalam bentuk akta otentik.

Mdngenai penbenen kuas (astgeuing) oleh alon penjual kepada alon


pemfuli sebagaimana telah sala singgung di atas akan sala aba unikan
secaftt lebih detail, sebagaimana teftulrs dibawah ini.

Dalam Kftab Undang-undang Hukum Perdata, Pemfurian Kuas (astgeving)


XVt, mulai Pasl /792 sampai dengan Pasal 18/9,
diatur dalam Buku lll - Bab
sedangkan mengenai kuas (wlmadt) tioTk diatuC baik sean khusus dalam
K.U.H. Perdatd maupun dalam perundang-undangan lainnya.
Berdasar ketenwan yang terantum dalam pasl 1792 K.U.H. Perdab,
pemberian kuas (astgew:ng) adalah : "suatu peqanjian dengan mana seonng
memberikan kekuasan kepada onng lain yang menen'mania, untuk dan aias
namanya menyelenggankan suatu urusano, sedangkan yang dimaksud dengan
Kuas atau wlmadt adalah @thtaan hu?um sepihak yang memberi
rAewenang kepada penerima kuasa .untuk mewakili pemberi kuasa guna
kepentingan pemberi kuaa dalam melakukan suatu perbuabn hukum tertentu".
Aciapun yang dimaksud dengan Perbuabn hukum sepihak adalah petbuatan
hukum yang timbul dan benkhimp sebagai akbat dari pefuuatan stu pihak
saja"
Mengenai istilah 'uru.tan'dalam pasal ini, pada umumnya para ahli
hukum mengartikan sebagai 'perbuatan hukum', yaitu perbuatan
yang mempunyai akibat hukum.
Dari ketentuan )/ang tercantum dalam paal l7g2 K.U.H. Perdata dapat kita
ketah ui ba hwa da la m pemben?n kuasa tetdapat unsu r'un su r sebaga i beikut :
l. perianiian;
2. pemberikan kektasan kepada penefima kuas; dan unsr
3. untuk dan atas namAnla (pemberi kuasa) menyebnggankan suatu urusan.
Sehubungan dengan unsur ketiga di atas, timbul pertanyaan :
Apakah peneima kuasa harus melaksanakan sendiri perbuatan hukum yang
telah dikuaskan kepdanla oleh pemberi kuasa ?
I1ntuk menjawab peftanyaan ini terlebih dahulumai kita lihat ketentuan panl
1803 KU.H. PedaE yang menyatakan sebagai beikut:
'Penerima kuasa berbnEgung iawab atas onng lain yang dituniuknp sefugai
penggantinya dalam melaksnakan kuasanya:
--bila
1. tidak diberikan knas untuk menuniuk onng lain sebagai penggantinla;
2.
' bila
kuasa itu diberikan tanpa menyebutkan onng tertentu sdangkan
onng yang dipitihnya temyata onng y6ng tidak cakap atau tidak mampu.
:

Pembei kuasa senantias dianggap telah memberi kuasa kepada peneima


kuannla untuk menuniuk snang lain sebagai penggantinp.untuk ye17urus
bamng-bamng yang benCa di luar wilayah lndonesia atau di ludi pulau tempat
tinggal pemberi kuasa.

Pemberi kuasa dalam segala ha!, dapat sean langsung mengaiukan tuntutan
kepada omng lang telah dituniuk oleh penenma kuas sebagai pnggantinya".

Dai ketentuah yang terantum dalam pasal di atas yang menyatakan bahwa
benerima kuas betunggung iAl4db atas oang tain png dituniuknp sefugai
[enggantinp dalam kua*n1A:...', dapat kita simputkan bahwa
tndang-undahg tidak mengharuskan peneima kuasa melaksnakan sendiri
perbuaan hukum yang telah dikuasakan kepadanya oleh pembei kuasa,
sekalipun mengenai hal ini tidak diperJ'anlTkan dalam pemberian kuasa tersebut.

Sehubungan dengan ittt, timbul pertanydan :'Bagaimana apabila dalam


perjanjian pembenen ktaanya *ndiri diperianiikan *an tegas bahwa
pembeian kuasa ini tidakbisd dialihkan kepada onng lain ?'
Dengan mengingat bahwa pemberian kuas merupakan suatu perianiian,
maka
sedangkan maksud diadakannya suatu peqaniian adalah untuk ditaati,
menurut hemat ffi)/d, dalam keadaan eperti ini, pengalihan kuas oleh
penerima kuas kepada onng lain tidak dimungUnl<an' Hal yang sama
semesiin)/a dipedakukan pula dalam keadaan di mana untuk pelaksanaan
perbuatan hukum yang dikuastcan tercebut diperlukan keahlian tertentu dari
penerima kuasa, sedangkan ofttng yang hendak menerima pengatihan temyata
tidak mempunlai keahlian untuk itu.

Selaniutnya perfu saya sampaikan bahwa pada umumnya penenma kuasa dalam
melakukan suatu pefuuahn huktmlang dikuasakan kepadanla adalah untuk
kepentingan, di amping atas nama pembei kuasa. Peruakilan seperti ini
dikenal sebagai peruakilan largsung, seperti pada makelar. sedangkan dalam
peruakiian tidak langsung, sepefti pada komisioner, perbuatan hukumnya
dilakukan atas namanya endiri, tetapi untuk kepentingan komitennla.
Pada proanntio in rem suam, perbuatan hukum yang dikuasakan dilakukan oleh
penerima kuasa atas nama pemberi kuaa, akan tetapi untuk kepentfugan
penerima kuasa. Hal ini adalah vnjaf sebab dibenkannya kuasa adalah untuk
kepentingan penenma kuasa rang merupakan tujuan dari pembeian kuasa
tersebut.
Salah satu @ntohnya adalah paCa peq'anjian pengikatan jual beli mengenai hak
atds tanah, dimana alon penjual memberi kuasa kepada calon pembeii untuk
apabila syant lang diperlukan untuk melakukan jual beli tetah dipnuhi, mewakili
dlon penJualmelaksanakan jualbelinya (membuat ikta jual belinya).
Dari antoh di atas dapat kin tihat bahwa penerima kuasa trdak hanya
mempunydi kekuasaan rti€wakili (vertEgenwnrdpingsrnachi), tetapi juga
m e mp u n yd i h a k m e wa k iIi (ve rtqe n rwo rdig ings rcdt t).

Selanjutnp akan saya sampaikan utaian se@ft, singkat tentang @n


benkhimla pemben?n kua# benkut akibai hukumnya.
Mengenal cara berakhirhya pemberian kuasa berikut akibat hukum
yang tim,bul karenanya diatur dalarn pesal l8l3 s/d pasat lStg
K.U.H. Pqrdata.
Pasal l8l3 K.U.H. PEfdata menentukan cara dan hal-hal yang
mengakhiri pemberian kuasa, yaitu karena :
pencabuian (penarikdh kembali) oleh Pemberi Kuasa;
pemberitahuan penghenilan (pelepasan) oleh Penerima Kuasa atas
kuasa yang diterimartya ;
meninggalnya, pengampuannya atau pailitnya Pemberi maupun
Penerima Kuasa'
perkawinan si perempuan yang memberikan atau menelfma kuasa.
Selain dengan cara atau karena hal'hal yang terurai di atas,
menurut Dr. R. Wiriono Prodiodikoro dalam bukunya yang beriudul
"Hukum Perjanjian Tentang Persetuiuan'Persetuiuan Tertentu'
masih ada cara-cara lain untuk terhentinya pemberian kuasa,
yaitu :
kalau pemberian kuasa diadakan untuk tenggang waktu tertentu,
dalam hal mana pemberian kuasa terhenti pada akhir tenggang itu,
dan dalam hal dipenuhi suatu syarat untuk itu.

Menyimpang dari ketentuan yang tercantum dalam pasal 1338 ayat


(2) Kitab undang-undang Hukum Perdata yang tidak
memperkenankan penarikan kembali perianiian, kecuali dengan
kesepakatan ke dua belah pihak atau karena alasan'alasan )iang
oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu, maka mengenai
pemberian kuasa tidak demikian halnya, di mana Pemberi Kuasa
boleh mencabut (menarik kembali) kuasa yang telah diberikannya'
dan Penerina Kuasa boleh melepaskan kuasa yang diterimanya.
Pencabutan (penarikan kembali) kuasa dapat dilakukan secara
tegas maupun secara diam'diam.
Pencabutan kuasa secara tegas dapat dilakukan pada setiap saat
yang dikehendakinya. Apabila kuasa diberikan dalam bentuk
tertulis, nlaka Pemberi Kuasa dapat dianggap mengakhiri
pemberian kuasanya dengarl cara mEncabut atau-meminta kembali
surat kuasa termaksud.
Dalam hal Penerima Kuasa tidak trlau menyerahkan kembali surdt
kuasa termaksud, maka yang bersangkutan dapat dipaksa melalui
proses Pengadilan.
Penarikan kembali oleh Pemberi Kuasa yang diikuti dengan
penyerahan surat kuasa oteh Penerima Kuasa merupakan hal yang
wajar, yaitu untuk menghindari atau menCegah kemungkinan
adanya penyatahgunaan surat kuasa itu.
Penarikan kembali dan penyerahan kuasa tertulis ini aRan

menimbulkan persoalan yang cukup rumit, apabita pemberian kuasa


tersebut termuat dalam akta Notaris dalam bentuk minuta,'di mana
Penerima Kuasa yang merupakan pihak dalam pemberian kuaja
dapat meminta turunan lagi kepada Notaris yang bersangkutan,
pengganti maupun pemegang protokolnya.

Perlu pula diperhatikan bahwa pencabutan kuasa yang dilakukan


hanya dengan pemberitahuan kepada Penerima Kuasa, tidak
dengan sendirinya berakibat terhadap pihak Ketiga, berhubung
pihak Ketiga yang tidak mengetahui adanya pencabutan itu, dan dia
telah mengadakan suatu perjaniian dengan Penerima Kuasa.

Pencabutan kuasa secara diam-diam teriadi apabila Pemberi Kuasa


mengangkat seorang Penerima Kuasa baru untuk menialankan
urusan yang sama. Pencabutan yang sedemikian ini berlaku seiak
hari diberitahukannya pengangkatan tersebut kepada Penerima
Kuasa yang baru.
Mengerlai pelepasan kuasa oleh Penerima Kuasa, terdapat syarat
yang harus diperhatikan, yaitu tidak boleh dilakukan pada waktu
dan keAdaan yang tidak tepat atau tidak layak, misalnya dilakukan
pada waktu atau keadaan yang pasti membawa kerugian terhadap
Pemberi Kuasa, dengan perkecualtan apabila terrlyata Penerima
Kuasa sendiri akan menderita kerugian yang tidak sedikit, iika
kuasa tersebut diteruskan.

Pelepasan Kuasa oleh Penerima Kuasa yang diatur dalam pasal


/815 ini merupakan perimbangan dari pencabutan kuasa yang
diatur dalam pasal 1814.

Mengenai berakhirnya kuasa karena salah satu pihak (Pemberi atau


Penerima Kuasa) meninggal dunia, perlu kita perhatikan akibat dari
adanya peristiwa tersebut, Yaitu :
apabita Pemberi Kuasa yang meninggal dunia dan ternyata
Penerima Kuasa tidak mengetahuinya, sehingga tetap
melanjutkannya kuasanya seperti sediakala, maka segala sesuatu
yang dilakukan dalam ketidaktahuannya itu adalah sah, oleh karena
itu ahli waris Pemberi Kuasa terikat untuk memenuhi perikatan
yang dibuat oleh Penerima Kuasa dalam keadaan seperti itu.
Apabita Pihak Ketiga tidak mengetahui kematian Pemberi Kuasa,
maka segala sesuatu yang dilakukan oleh Penerima Kuasa dengan
Pihak Ketiga tersebut adalah sah.
Apabita Penerima Kuasa yang meninggal dunia, dan para ahli
warisnya mengetahui adanya pemberian kuasa, maka mereka harus
segera memberitahukan tentang kematian itu kepada Pemberi
Kttasa, dan mengamankan kepentingan Pemberi Kuasa.
Akibat kelalaian dalam memberitahukan ini, para ahli waris
Penerima Kuasa waiib menanggung kerugian yang teriadi.
Selanjutnya perlu kita jawab pertanyaan yang timbul sehubungan
dengan ketentuan yang tercantum dalam pasa/ /8/3 K.U-H.
Perdata, khususya mengenai berakhirnya pemberian kuasa karena
pencabutart atau penarikdn kerhbali oleh Pemberi Kuasa, yaitu :
'a pa ka h keten tua n in i b e rs ifa t m e m a ksa (dvvr:ngend tdt) ?'
Dengan segala keterbatasan ydhg ada, saya berpendapat bahwa
ketentuan ini bersifat rnemaksa (tidak bisa disimpangi), satu dan
lain sepanjang pemberian kuasA ter-cebut berdiri SChdiri (bukan
merupakan bagian atau isi dari perianiian lain)-

Pemberian kuasa yang merupakatt sebagian dari isi atau bagian


yang tidak terpisahkan (intqtercnd deel) dari suatu peianiian lain,
misalnya dalam suatu PerJaniian Kredit, maka pemberian kuasa ini
tidak bisa dicabut, sekatipun di daldmnya tidak dicantumkan ktausut
'tidak dapat dicabut kenlbali'. Hal ini s€tuai dengan keteniuan
yang tercantum dalam pasat lg38 ayat (2) K.U.H. Perdata yang
secara tegas melarang (tidik memperkenankan) penarikan kemba.li
perjanjian, kecuali dengan kesepakatan ke dua belah pihak atau
karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu. Dengan demikian, maka pemberian kuasa itu akan
berlangsung terus selama perianiian (pokoknya) sendiri masih
berlaku.
Sebaliknya apabila pemberian kuasa berdiri sendiri, sekalipun di
dalamnya dicantumkan klausul rtidak dapat dicabut kembali', maka
pemberian. kuasa seperti ini tetap dapat dicabut.
Untuk sekedar mempeduas waxtna, selanjutnya akan saya unikan tentang
istilah 'Kuab Mutla?' yang baru dikenal se1?k dikeluarlcannya lnstruksi Menieri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 tentang Lanngan Penggunaan Kuasa
Mutlak sebagai Pemindahan Hak atas Tanah, yang kemudian diikuti oleh pasal
39 alat (l)
huruf d Pentunn Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
'Pendaftanh Tanah.

Pada diktum kdua dari instruksi tersebut dinyatakan bahwa :


/. Kuasa mutlak yang dimaksud dalam diQum Pertama adalah kuasa yang di
dalamnya mengandung unsurtidak dapt diaik kembali oleh pemberi kuasa.
2. Kuasa mutlak yang pada hakikatnla merupkan pemindahan hak atas bnah
adalah kuas mutlak yang memberikan kewenangan kepada penerima kuasa
untuk menguasai dan menggunakan tanahnya serta melakukan segala
perbuatan hukum lang menurut hukum hanya dapat dilakukan oleh
pemqang haknya.
Runusan lebih sederhana ter@ntum dalam paal 39 ayat (1) huruf d Pentumn
Pemerintah Nomor24 Tahu7 1997 Snng beftunyi :
Tl) PPAT menolak untuk membudt akta, jika :
.... d. Salah stu atau pan pihak bdftindak atas dasr suatu sumt kuas mutlak
yang pada hakikatnp berislkan pdfuuatan hukum pemindahdn hak; ...."
Dalam penjelaan atas pasal3g ayat (l) Pentunn Pemerintah Ncmor24 Tahun
/997 dinyatakan antan lain :
Yang dimaksud dalam huruf d dehlan suat kuas mutlak adalah pemberian
kuasa yang tidax dapat didrlk kdmbali oleh pihak yang nlelhbei kuasa,
sehingga pda hakikattp meruPkdh perbrcbn hukum pemindahai hak
Dari lnstruksi Menteri Dalam Negdri dan Pentunn Pemerintah diatas dapat kita
simpulkan bahwa kuas rnutlak adatah :
a. pembeian kuasa yang tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi kuasa;
b. pada hakikatnp merupakan perbuatan hukum pemindahan hak;
c. ruang lingkupnya sebatas pada objek lang berupa hak atas tanah.
Labr belakang dikeluarkannya instruksi Mentei Dalam Nqeri tercebut
berhubung adanya penyslahgunaan kube ini, antan lain terhadap ketentuan
mengenai:.
a. Penetapan Luas Tanah Peftanian sebagaimana terantum cJi datam Undang-
Undang Nomor56 Tahun 1960;
b. pemilikan hak tertentu atas tanah oleh subjek hukum tertentu menurut
Undang-Undang NomorS Tahun lg60; atau
c. ketEntuan mengenai pengenaan pajak atas tanah.
Dengan unian seMgaimana di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu pemben'an
kuasa yang di dalamnya diantumkan klausul tidak dapat diabut kembali" tidak
serE merb dapt digolongkan kuam mutla& sepanjang tidak memenuhi unsur-
unsur sebagaimana tercantum dalam instruksi Mentei Dalam Negeri atau dalam
paal 39 ayat (l) hurut d Pentunn Pemerintah f,lomor 24 Tahun 1997 berikut
penjelasannya sebagaimana teruni di atas, apalagi apabila pemberian kuasa
yang tidak dapat drtarik kembali itu diberikan tidak dalam nngka suatu peq'anjr?n
yang oQ'eknya bukan hak atas tanah.

Pada akhimp , akan ala coba memaparkan, sekaligus memberikan masukan


atas beben/a persodlan yang t,;mbu/ atau terjadi dalam pnktek sehubungan
dengan lkatan Jual Beli ini, di mana dalam pelaksanaan tugas jabatan slaku
Notans maupun Pejdbat Penbuat Akta Tanah seing kali kita jumpai keadaan
sebagaimana yang telah 9p kEmukakan pada bagian ini, yaitu alon petnbeli
dalam lkatan Jual Beli tlddk bisa atau tidak berkeinginan untuk metanjutkan
lkatan Jual Bdli.

Alasan-alasan abu sebab-sebab yang menjadikan ketidakbisaan untuk


rnelanjutkan ikatan jual beli ini bisa berstfat intemAl, misalnya katEna tidak
mampu melunasi kekudngAn hdrga pembayann atas objEk yang dlperjanjikan,
atau karena alasn png belsifat ektemal, antara lain karena dildtang oleh
pentunn perundang-undatlgdh, rhisalnya tatkala jual beli hendak dilakukan jual
beii tempta alon p,embeii ntenjadi tidak memenuhi qlarat sebagai pemilik hak
atas bidang tanah yang hendak dibelr. Sedangkan mengenai alasanalasan atau
sefub-sebab ketidakinginan alon pembeli untuk melanjutkan ikatan jual beli,
pada dasamya furci,rat intemal, yaitu bergantung pada kemauan dari pihak alon
pembeli sendiri.

Keadaan sebagaimana terumi di atas seing kali menimbulkan percoalan hukum


yang cukup rumit, baik bagi pan pihak sendiri maupun bagi Notais maupun
P.P.A.T. yang dimintai nasihat dalam nngka menai
solusinla. $alah satu
sebab dari kerumian tersebut karena adanya lebih dari satu sis8{7t hukum
perdata yang bedaku diNegan kiia.

tJntuk keperluan ini, pertama-tama mailah kita baa tJndang-Undffig Nomor 5


Tahun 1960 tentang Pentunn Dasar Pokok-Pokok Agnria (Und#tg-undang
Pokok Agnria), di mana pada diQum bagian 'Menahtf tang diletal<kan
mendahutui diktum bagian 'Menebpkan', antan lain dinyatakan :
Dengan menabut:
.... d: Buku ke-lt KiAb tJndang-undang Hukum Perdata lndonesia *paniang
lang
'kecualimengenai bumi, air sefta kekayaan alam yang terkandung di dalamnla'
ketentuan-ketentuan mengenai hypotheek yang masih berlaku pada
n ula i befla kunya Unda ng-undang ini".
Dari di6um Jang berbunyi sebagaimana di atas, dapat kita fahami bahwa selain
bagian yAng diabut, semestinya Mlian lain dari ketentuan-ketentuan lang ada
dalam K.U.n. Perdata, Etndsuk di dalamnya tentang perikatan yang terantum
dalam Buku lll, yang di dalamnla diatur tentang perianir?n yang merupakan
salah satu sumberperikatan disamping undang-undang, masih tetap betfaku.
Apabila demikian halnya, maka iual beli, termasuk di dalamnp iual beli atas
objek yang berupa hak atas tandh yang merupakan perianiian obligatoir
(obligatoire otereenkomst) perlu ditindaklanjuti dengan perianiian kebendaan
(zakelijke ov€reenkomst), dalartt hal ini perianiian penyerchan (evenng)'
Mengenai apa )ang dimaksud dengan peq4niian kebendaan telah sla
kemukakan pada bdlian sebelum ini, yaitu sebagai 'perianiian untuk
mengadakan, menguhh, ddn lnenghapuskan hak-hak kebendddrl', di mana
salah satu di antan perianiiah irli adalah perianiian penyenhan Qevding).
Berdasarkan ordonansi Balik Nama (overcchriivingsorclonantie), s. 1834 -27
juneto perubahan-perubahannya, Peq?niian penyenhan (evering) mengenai
benda tidak bergenk dilakukan dengan membuat akb penyenhan (aQe wn
tnnsport) di hadapan Peiabat Balik Nama (Overcdriivingsambtenaar).

Pengatunn mengenai akta penyenhan maupun Peiabat Balik Nama


sebagaimana dimaksud dalam Ordonansi Balik Nama temyata tidak diikuti oleh
dan dalam tJndang-Undang Nomor 5 TaQun 1960 maupun dalam pentunn
pelaksanaannYa.
Ketiadaan pengatunn tentang Pejabat Balik Nama inisesungguhnya meru"pakan
hal yang vnjaC laitu sebagai akibat dari pencabutan Buku ke-ll Kibb Undang-
tlndang Hukum ,Derdata, sepaniang Sang mengenai bumr, air serta kekayaan
alam yang teftandung di
cfalamnya berikut segala pengeanhennya,
sebagaimana teruni di atas.
Dengan tiadanya pengatumn mengenai akta pnyenhan maupun pe1:abat balik
nama ini menimbulkan persoalan mengenai cara melakukan levering dalam
mngka pengalihan hak atas tanah, khususnla yang teriadi karena iual beli yang
menurut sistem K.U.H. Perdata merupakan perianiian obligatoir.

tJntuk menjawab persoalan ini marilah kita hubungkan dengan tuiuan Undang'
Undang Nomor 5Tahun 1960 tentang Pentunn Dasar Pokok-Pokok Agraria
(tlndang-undang Pokok Agmna), sebagaimana terantum dalam Penielzan
Umum angka l, yaitu untuk:
e. meletakkan dasar4asar bagi penyusunan hukum agnna nasional, yang
akan merupakan alat untuk membawakan kemakntunn, kebahagiaan dan
keadilan bagi Negara dan rakyat, terutama nkyat tani, dalam mngka
masyanket Fng adildan makmur.
b. meletakan dasr4agr untuk mengadakan kestuan dan kesderfianaan
dalam hukum perta na ha n.
c. meletakkan dasar4asar untuk menlberikan kepastian hukum mengenai hak-
hak atas tanah bagirakyat seluruhnya.

Selanjutnya perlu kita perhatikan pula ketentuan pasal 5 Undang-Undang ini


beikut penjel*ennyd, yang secan betturut-turut menyatakart bahwa :
'Hukum agmria yang beddku atas bumi, air dan ruang angkasa t'alah hukum adat
....", dan
"Penegasan bahwa hukurh adat driadikan dasar dari hukum agnn? yang baru.
Selanjutnya lihat Penielasan Umum (ll angka /)".
Adapun bunyiPenjelasan Umum (ll angka 1) adatah sebagai berikut:
TU Sebagaimana telah ditemngkan Ci atas hukum agraria sekanng ini
mempunyai sifat'dualisme" dan mengadakan pebedaan anEE hakiak tanah
men'urut huxu4m a&t dan hdk4ak Enah menurut hukumhmt yang berpkok
pada ketentuan-ketentuan dalam Buku ll Kitab Undang-undang Hukum Perdata
lndonesia. Undang-undang Pokok Agnia bermaksud menghilangkan dualisme
itu dan searct sadar hendak mengadakan kesatuan hukum, sesuai dengan
keinginan nkpt *bagai banga yang atu dan sesuai pula dengan kepentingan
perekonomian.
Dengan sendirinya hukum agnia baru itu harus sesuai dengan kesdann
hukim daipada-nkyat banyak. Oleh karcna nl(Wt lndonesia seMgbn terhsar
tunduk pda hukim aht maka huktm agnrta Fryg Mru tersebut akan
didasrlcan puta pda ketenfttan-Retenttnn hukum adat itu, seMgai hukum yang
asli, yang disempumakan dan disesuaikan dengan kepentingan masyankat
dalait itegan yang modem dan dalam hubungannya dengan !*i,
intemasionbl, serta clisesuaikan dengan sosialisme lndonesia. Sebagaimana
dimaklumi maka hukum adat dalam pertumbuhannya tidak teiepas pula dai
iiigarun politik dan masyankat kolonial yang kapitalistis dan masyankat
swapraja yang feodal".

Dai ketentuan-ketentuan sefugaimana teruni di atas, dapat kita ketahui bahwa


salah ffitu tujuan utama Undang-lJndang Pokok Agraia adalah meletakan
laar4aer untuk mengadakan kestuan (univikasi) dan kesderhanaan dalam
hiiunm di mana ketentuan-letentuan hukum adat yang diddkan
:

*Mgai dafir, dengan alasn aHu bethubttng seMgian terbesr nklat


lndonesia tunduk Pda hukunt adat
DaAm hubungannya dengan iual beli, hukum adat menganut aas temng dan
t1naii oleh karcna itu mandkala kedud unsur tersebut telah terpenuhi, iual beli
'i r-_ -:--:'
iudah dianggap paripuma daJt barcn7 / bcnda yang menlACi oblEk peq?niian
telah beralih meniadi milik penbfli.
Dengan demikr?n, benlihnlra hak kepada pembeli atas banng / benda yang
menl:adi objek jual beli (dalam hdt ini iak atas tanah) teryadi bersamaan dengan
pembayann atds hdrga iual belinya oleh penbeli kepaCa peniual,
gedangkan mengenai bentuk peliartfaniuat belinya sendii "bebas".

Berkaibn dengan bentuk iual belinya yang bebas ini, dapat kita simpulkan
bahwa fungsi akta jual beli yang dibuat di hadapan kita dalam kedudukan selaku
Pq'abat pembuat Akta Tanah atlillah sekdar sebagai alat bukti atas petbuatan
jual beli yang telah dilakukan, sEkaligus untuk keperluan pendaftann perclihan
halaya, sebagaimana lang dbmanatkan oleh paat 37 alat (l) Pentunn
Pemeintah Nomor 24 Tahun t99Z iunao pasal 19 ayat (2) IJndang-lJndang
PokokAgnria, yang *@n berturut-turut befuunyi sebagai berikut :
Paal STapt (l) Pentunn Pemeintah Nomor24 Tahun 1997:
!l) penlihan hak atas bnah dan hak milik atas satuan rumah susun melaluiiual
ieli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum
p"ina"n"n hak lbinnya kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat
'didaftarkan
jika dibuktikan dengan apta png dibuat oleh PPAT yang berwenang
men urut keientua n pentu n n perundang-undangan ya ng berla ku. "
Pasal 19 apt (2) Undang-Undang Pokok Agnria :
"(2) Pendaftann tercebut dalam ayat (/) pasalini meliputi:
a. Pengukunn, perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftamn hakiak atas tanah dan penlihan hak-hak tersebut .

c. pembeian sunt-sumt tanda bukti hak, yang berlaku sebagaialatpbmbuktiafi


yang kuat."

Dari segala sesuatu yang telah saya unikan di atas, insya Allah dapat kita
simpulkan bahwa pengatutan jual beli mengenai hak atas tanah sebagaimana
yang diatur dalam K.U.H. Perdata lang bersibt obligatoir tidak diikuti oleh
Un dan g-Un da ng Pokok Ag n na be riku t pera tun n pe la ksa na a n n ya.

Sehubungan dengan itu, perlu kita tegaskan mengenai bebenpa hal tentang
ikatan jual beli (perjanjian pengikatan jual beli) dengan objek hak atas tanah ini,
yaitu:
a. bahwa berdasar Undang-Undang Pokok Agnria beikut pemtumn
pelakanaannya, jual beli mengenai hak atas tanah adalah berdasar hukum
adat yang menganut azas tenng dan tunaf, oieh karena itu tidak mengikuti
jual beli yang diatur dalam K.U.H. Perdata, Buku lll, Bab V mulai paal 1457
s/d pasal /540;
b. bahwa sekalipun berdasar hukum positif (Undang-Undang Pokok Agnn'a
benkut penturan pelaksanaannya), jual beli mengenai hak atas tanah
menganut azas tenng dan tunai', ikatqn jual beli (peq:anjian pendahuluan
untuk,meEkulan jual helfl yang beiunlsi mempersiapkan hubungan hukum
jual beli mengenai hak atas tanah tetap dapat dilakukan;
c. bahwa sesudi dengan azas kebebasan berkohtrdk, pan pihak dalam ikatan
jual beli (mehlenai hdk atas tanah) dapat merletdpkan slant-s1ant atau
ketcnfrtan-ketEhfuan yang dikehehidaki, sepanjang syarat-gant atau
ketentuan-ketentuan tErcebut tidak beftenAngai dengan undang-undang,
keteftiban umum, dan fususilaan; :

d. bahrta pemberian kuagd lthtuk mbnjubl (kepada Caton pembeli sendiri),


demiki)n puld kuasd untuk kefrfiuan lainnya lmana'kata
dipanddng retlu), sepanJdnlj nerupaftdS bl dan / atau sebagai bagian yang
tidak teQisahkdn dai ikatbhlial beli tidAk ddpat ditarik kemtuli oleh Pemberi
\r
Kuasa, s\katipun tanpa klausul liaakAapat ditaris kembali";
e. bahwa apabila sampai te7AAi keadaan, dl mana karena alasanalasan atau
sebab-sebab teftentu @lort pembeli tidak bisa atau tidak befteinginan uniuk
melanjutkan ikatan jual beli, calon pembeli dapat memanfaatkan kuas
untuk menjual kepada pihak lain yang diberikan oleh alon penjual,
sepanjang pembenan kuas ini diperjanjikan;
f. bahwa dalam pemberian kuasa kepada alon pembeli, #yogyanp disertai
ketentuan bahwa penen'ma kuas dibebaskan dai peftanggungjawaban
selaku kuasa, kearali atas kewajiban-kewajiban kepada Pemberi Kuaa lang
belum ditunaikan.
g. bahwa kuas (-kuasa) png
dberikan oleh calon penjual kepada alon
pembeli dalam nngka ikatan jual beli bukan merupakan kuas mutlak yang
dilanng lnstruksi Menteri Dalam Nqeri Nomor 14 Tahun 1982
yang sekarang telah diatur di dalam Pasal 39 ayat (/) huruf d Pentunn
Pemerintah Nomor24 Tahun 1997 tentang Pendaftann Tanah;
h. bahwa untuk menghindan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,
pelakenaan kuasa hanya diperkenanl<an manakala syant tangguhnSa telah
terpenuhi, kecuali bila diperianiikan lain ;
i. bahvh pery'anjian jual beli diusahakan selengkap mungkin dan lbngan
r'si

Sampai nlemuat kebntuan'yang satingl beftentangan antara yang stu


dengan png lain.

Ad. 3. Kuasa fulembebankan Hak failggungan


bEdasar ketertuan yer'tg ter@ntum ddlam pesd 15 apt (l) Undeng-Undang
NOilorn bhun 1996, St)dl kuasa i)lertbdbdhkah Hdk Tanggungdn (S.K.lil.H.r.)
*EJio aiwat densan a*u tttolahs aau Akb P.p.A.f.

be*aa dengan bentuk aiii pert oeriu, nak aiiiigungan, bentuk buku tanah
hak bhggungan, dan hal-iai ldin yarrg beftaitah dengan tata an pemberian dan
penddhann hak tangguhgdh ydhg oerdasarphsal 17 t/ndang-Undang Nomor4
tanun bbdbsa*an Pentunn Pemerintah
1996 ditetapkah dah'dfbClenggankan
sebagaimana dimaksud aAtail basat tg unddhd"lJndang Nomor 5 tahun 1960,
benwk S.KM.H.T tidak AsCUh ffima sekali'&'b, pael ini. Dalam hal ini
mungkin Pembuat Undang-Undang telah menyadari bahwa bentuk S.K.M.H.T.
dierahlan *pnuhnla pada pentunn perurdang<tndangan lang mengatur
tenhng jafutan Nobis maupun Jahtart'P.P.A.T.
Sekalipun dalam paal /5 dan paxl /7 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996
dinyatakan sepeftiitu, temlata Menteri Negan Agnria / Kepala Badan
Pertanahan Nasional telah mengeluarkan Pentunn Nomor 3 Tanun 1996
tentang Bentuk Sunt Kuas Membefunlan Hak Tanggungan, Akta Pemben?n
fiak Tanggungan, Buku Tanah Hak Tanggungan, dan Sertipikat Hak
Tanggungan, png isinp melampaui kewenangan yang diben'kan oleh dan
dalam pasal /5 dan pasal /7 Undang-Undang Nomor 4 tahun /996 di atas,
sebagaimana temyab dalam Lampinn f tentang Suat Kuas Memfufunl<an
Hak Tanggungan, di mana di dalamnya diantumkan kata "Notaris".
Hal yang demkiart ini semestinya tidak perlu teqTdi, sebab Undang-Undang
Nom,or 4 Tahun 1996 sama sekali tidak memeintahkan dan lebih dai itu,
Menteri Negan Agmria / Kepala Badan ,oertanahan Nasional tidak mempunlai
kewenangan dalam mengatur hal ihwal yang berkenaan dan / atau berhubungan
dengan jabatan Notans, sebab jabatan Notan's telah diatur sendiri dalam
Reglement op Het Notans Anbt, S. /860 - Nomor 3 (pada ffiat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 20U tentang Jabatan Notaris, Fng
diundangkan dan mulaiberlaku pada tanggal6 Oktober20M).

Pemtunn lang kunng tepat tercebut temyata diiukuti oleh dan dalam pasl 96
Fentunn Pemerintah hlenteri Agnia / Kepala Badan Pahnahan Nasional
Nomor3 bhun 1997.

llengenai bentuk, demlkian pula proses dan prosedur pembuatan akta Notaris,
baik berupa akta parti maupun akta relaas telah diatur se@n lengkap dalam
tsab Utt Undang-undahg Nomdr 30 tahun 2004, oleh karena itu sangat aneh
apdbila sampai saat ini :

- masih ada bahkan mungkin sebagian besar Noteris masih nenggunakan


bla nko atau form ulir S. t<. ll. U. f. ;
- masih ada penotakdn oleh Kantor Pertanahan tertentu untuk mendaftar Akta
Penben'an Hak Tanggungan png pentbuetannya didasarkan pada Sumt
Kuasa Membebankdn Hdk Tanggungan yang drbuat di hadapan Notaris
dengan tidak rnenggunakan blanko atau formulir yang dikeluarkan Badan
Pertanahan Nasional.

Contoh konknT mengenai maslah ini terlihat dari dan dalam sunt Kepala
Kantor Wlayah Eadan Perhrnhan Nasional Propinsi Jawa Timur, tanggal2
April2O0Z Nomor 500.35.3910- yang salah satu tembuannyi disampaikan
kepda semua anggota |.P.P.A.T dalam kepengurusan Wayah Jawa fimur.
Hal yang lebih aneh adalah adanya ketentuan yang tercantum dalam paal 5l
Pentunn Kepla Badan Pefianahan Naqional Nomor f Tahun 2006, yang
antan lain berisi ketentuan bahwa )ang boleh membeli blanko hanlalah
P.PA.T, P.PAT Pengganti P.PA.T Semenbn atau P.PA.T Kltttsus,
sehingga tidak dimungkinkan Notaris membelinya (dalam hal ini membeli blanko
s.K.M.H.T.).
Llntuk menghindari timbulnya halhal yang tidak kita inginkan, antan lain namun
tidak teftatas pada bablnya a?ta pembeian hak tanggungan bethubung
@etry/a S.K.M.H.T. )ang dibuat di hadapan Notants, maka seroglanya semua
pihak beilapang dada urttuk benni menlatakan bahwa JarU benar itu benar,
sekalipun terlamht.
Hat ini saya mengingat peintah yang termuat dalam pasal 15 arct (l)
Tmpakan
Undang-Undang Nomor 4 tahun /gg7 untuk membuat Surat Kuas
Membebankan Hak Tanggungan dalam bentuk akta otentik merupalan suatu
syant mutlak (beesdhsvooruEatde) untuk adanya perbuatan hukum ir.i, di mana
hal ini berkaitan dengan ketentuan yang mengatur tentang lahimya hak
:

E!ggungan
I

llengenai lahimp hak bnggungan, pasal /3 alat (5) Undang-gndang Nomor 4


tdhun /996 mdnyatakan bdhwa Hak Tanggwngan lahir pada hai tanggal buku
ertan Hak Tanggungpn *bagaimana dimakad fuda ant (4)'. Adapun ayat (4)
nlA tnrbunyi sebdlai bbikut :Tanggal buLu bnah Hak Tanggungan
sehgaimana dimaksttd pddC dtat (3) adalah tarVgal hari- ke tuiuh retelah
senra tehgkep sulat'suat png Ciperlukan bagi pendafunnnla,
dan jika hari ke tujuh itu JAtith pah hari tibur, bbkt tanah yang berangkubn
dibeibeftanggalhankeqe Obn'kitnrci ,

Ketentuan ini sangat pentittgl,.dan menurut herhat sdya tdak #rta mefta atau
searE otomatis bahwa dengan adanla ketentuan ini lahimya hak tanggungan
adalah tanggat hari ke Wiuh atau apbila hari ke tuiuh itu iatuh reda hai libun
pada tanggal hari keria berikutnla, sebab akan menimbulkan
per4nlaan :bagaimana bila p& hari ke tuiuh atau hai berikuhp tet#ut
buku tanah Hak Tanggungan belum dibuat atau belum selesai dibuat ahu
bagaimana bila sebelum hari ke tuluh, bttku tanah Hak' Tanggungan telah
selesi ?

Sehubungan dengan itu, selayaknya ketentuan ini ditafsirkan atau diartikan


sebagai peringatan terhadap Kantor Pertanahan bahwa apabila sampai dengan
han ke tujuh atau apabila han ke tujuh itu jatuh pada hari libut pada tanggal hari
keqa berikutnya tercebut dimaksudkan hpbila ampai dengan hari lang
ditentul<an ini belum dibuat atau belum selesai dibuat, semua kerugian rcng
timbul atau terjadi ehubungan dengan kelalaian ini menjadi bnggung iawab
Kantor Pertanahan', misalnya terhadap bidang tanah yang dibebani hak
tanggungan tercebut dtTetakkan iita atas permohonan pihak ketiga. Dalam
keadaan seperti ini, Pemegang Hak Tanggungan akan menderita kerugian
bethubung hak tanggungannya belum lahin oleh karena itu pemegang Hak
Tanggungan tidak mempunyai hak untuk didahulukan (preferensi) terhadap obiek
hak tanggungan ini.

Ad. 4. Perolehan hak karcna wz,n'san

Persoalan ubma lang berkenaan dengan perolehan hak karena wanlsan ini
sebetulnya berkaitan dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan / atau
Bangunan (B.P.H.TB.), namun dengan pertimbangan bahwa belum tentu pada
waktu pendaftann perclehdn haknya pada Kantor Peftanahan diseitai dengan
akta pembagian warisan, sehingga apabila nantinya hendak dilakukan
pemisahan dan pembagian akan dilakukdn dengan akta pembagian hak
bersama yang dbuat di hadapan P.P.A.T, maka saya temptkan sffiIa
tersendiri.

Sebagarmana telah kita ketahui bersma bahwa dengan meninggal dunianla


seseofttng, demi huhrm hAftd peninggalannya m€njadi milik pan ahli warisnya
menurut undang-uhddng, rejduh mengenai hal itu tidak ditetapkan lain oleh
almarhum semasa hidupnya, oleh karena itu setidp ahli unris dianggap seketika
menggantikan pendris dalam kepemilikannla atas banng'banng tang
dibagikan kepadanp
Dalam kehidupn sehan:-hari sen:ng terjadi kesalahan persepsi, di mana dengan
pemisahan dan pembagian waisan dianggap telah teriadi pengalihan hak,
sehingga bercifat tnnslatif, p.dahal sesungguhnya tidak demikian, *bab
perolehan mereka tersebut sekah:-kali bukan karena pemisahan dan pembagian
di antan mereka, melainkan larcna pwan'san.
Mengenai penlihan hak'yang teiadi karena pewarisan, pasal 42 Pentunn
Pemerinbh Nomor24 menlatalan bhwa :
(/) Untuk pendaftann penlihan hak karena pewarisan mengenaibidang tanah
hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun sebagai
yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasl
36, wa/b disemhkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik
atas satuan rumah susun yang bersangkutan sebagai wan'san kepada
Kantor Pertanahan, seftipikat hak yang bercangkutan, sunt kematian omng
yang namanya didtat sebagai pemqang haknya dan sumt tanda bukti
sebagai ahiliwan's.
(2) Jika bidang tanah yang merupakan wansan belum terdafta1 wajib
disenhkan juga dokumen4okumen sebagaimana c{imaksud dalam Pasl
39 alat (/) huruf b.
(3) Jika penerima wantsan terdiri atu onng, pendaftann penlihan hak
tercebut dilakukdn kepada omng tercebut berdasarkan sunt tanda bukti
sebagaiahilwan's sebagaimana dimaksud pada ayat (l).
(4) Jika penenma watisan lehih dai stu ordng dan pada waQu pemlihan hak
tesebut didaftaftan disertai dengan akta pembagbn wan's yang memuat
ketenngdn bahwa iak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun
tertentu jatuh k€pada seonng penerima warisan teftentu, pendaftann
penlihan hak aHs bnah atau hak miik atas satuan rumah susun rtu dila-
kukan kepada penerima wan'san )anE brcangkutan berdasarkan suat
tanda buffiisebagai ahliwans dan akta pembagian wais tersebut.
(5 ) WArfsan befupa hak atds tanah atau hak milik atas satuan rumah susLtn
yang menuni akta pemfugian l'nn's harus dibagi bercama-sama antan
bebenpa pnerima wan'san atau waktu didaftaftan belum ada aQa
pCrhba)iah wafisan, diddftatpenlihan haknla kepada pan penerima wais
yang berltdk sebagai hak bersama mereka berdasarkan sunt tanda buWi
sebagai ahli wan's dan/atau aQa pembagr'an wan's tersebut

Ketentuan yang lebih lengkap rhengenai peatihan hak karena pewan'san ini
diatur dalam ft*t lll Adn ll2 Penlunn Merlteri Nqan Agmn? / Kepala
Badan Pertanahan NasloanalNorhor3 tahun 1997 yang beisi gebagai berikut:

, Fbsatttt
(l) Permohonan pehdaftann penlihan hak dtas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun dlajukan oleh ahli waris atau kuasanya dengan
melampirkan:
a. seitipikat hak atas tdnah atau sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun atas nama pewaris, atau, apabila mengenai tanah png bet'um
terdaftar, bukti pemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 Pentunn Pemeintah Nomor24 Tahun 1997;
b. sunt kematrbn .atas nama pemegang hak yang tet@ntum dalam
seftipikat lang bervngkutan dari Kepla DestLumh tempat tinggal
pewais waktrr meninggal dunia, rumah sakit, petugas k€sehatan., atau
intansi lain yang berwenang;
c. sunt Enda buffii sebagai ahli wan:s yang dapat berupa :
l) wasiat dari Pewan:s, atau
2) putusan Pengadilan, atau
3) penetapan hakim/Ketua Pengadilan, atau
4) - bagi watganegan lndonesia pendudukasli : sunt ketenngan
ahli wans yang dibuat oleh pan ahli wais dengan disaksikan oleh
2 (dua) onng sksi dan dikudtkan oleh Kepala DesatKelunhan
dan Camat tempat tinggal petnris pada waffiu neninggal dunia;
- bagi wE tganqaft, lndonesia keturunan fionghoa akta :
ketemngan hak mewanls dari Nptaris;
- bagi warganegaft, lndonesia keturunan TimurAsing lainnla: sunt
ketenngan wan's dari Balai Harta Peninggalan.
d. surat kuas tertulis dari ahli waris apabila tang mengaiukan
pennohonan pendaftann penlihan hak bulcan ahli waris yang
beRangkutan;
e.bukti identitas ahli wan's;
(2) Apabila @da waKa petmohonan pendaftann pemlihan sudah ada
putusan abu penetapn hakim / Ketua Pengadilan -atau akta
mengenai p-enbagian waris sebaidimana dintaksud Pasal 42 ayat (4)
Pegtunn Pemerintah Nomor 24 Tahun /997, maka putusan / penetapan
atau afta tersebut juga dilampiftan padd permohonan sebagaimana
Pada aYat ( 1 ),
-*'fiAeiai'ithoibpn
dimaksud
O InJ twrts sebagaindha dimaksui pada ayat (2)
aapat dibiat dalam Oeitul< akta di balmh taltpan oleh semua ahli natls
denglan dlsksilan oleh 2 oeng sksi abu dErEan akE notanls.
H ApiOita ahli wan's lebih dai I (satu) orcng dan belum ada pembagian
iilfisan, maka p:endafta#n peftilihan hakny,a.dilakukan kepada pan ahli
wdrls gebdgai pemilikan tarcAma, dan pqrrtbagian hak selaniuinp dapat
dildkukan
-*slai ketenfiran paal 5f Peratunn Pemen:rltdh Nomor 24
Tahun 1997.'
6 ApaOila ahti.vlaris tebih dAfi I (satu) onng dan pada vtaktu pendaftamn
iefltihan hakhya disertai dertgan akta pembagian thn! memuat
'kEtbnngan atau Hak. ttlilik Atas Satuan Rumah
bah:un hak akis tanah
J"tuh kepada I
"iert"ntu' (stu)
i;in of1hg penerima warisan, maka
pehcAtefih henlihan hakhya dilakukan HpAde penerima warisan yang
'bersangkutAh
beraasa*ai akta pembagian vhris tersebut
(6) penahlert pEhdaftann penlihan hak sebagaimana dimaksud Pasal ini
dalam daftar4Qfur penddftann bnah dilakukdn sefugaimana dimaksud
dalam Pasdl 106.
Pasal I 12
(l) Dalam hat pewdtlsan di*rbidetgan hifuh wasiat maka:
a. jika hik atas tanah atau Hak Milk Atas Satuan Rumah Susun lang
TihiOah*an sudah tertentu, maka pendaftann pemlihan haknya
ditakukan atas permohonan penerima hibah dengan melampiftan:
t) sertipikat hak atas tanah ata| Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
atas nama pewan's, atau apabila hak atas bnah yang dihbahkan
belum terdaftar, bukti pemilikan tanah atas nama pemberi hibah
sebagaimana dimaksud Pasal 24 Peraturan Pemeintah Nomor 24
Tahun /997;
2) sunt kematian pemberi hibah wasiat dari Kepala DesatLunh
tempat tinggal pemfun hibah wasiat tersebut waktu meninggal
dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau intansi lain yang
berwenang;
J) a) Putusan Pengadilan atau Penetapan Hakin/Ketua Pengadilan
mengenai pembagian hafta waris yang memuat penuryukan hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan sebagai telah dihibah wasiatkan kepada pemohon,
atau
b) Akta PP.AT mengenai hibah yang dilakukan oleh Pelaksna
Wasbt atas nama pemberi hibah wasiat sebagaipelaksanaan dai
wasiat yang dikuasakan pelaksanaannya kepada Pelaksana
Wasiat tercebut, atau
c) akta pemfugian wans sebagaimana dimaksud dalam Pasl / / 1
ayat (2) yang memuat penuniukan hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan sebagai telah
dihibah wasiatkan kePada Pemohon,
4) surat kuas tertutis daripenerima hibah apabila lang mengaiukan
permohonan pendaftaran penlihan hak bukan penerima hibah;
5) bukildentitas Penerima hibah;
6) buki pelunasan pemba5aran Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan sebagainana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor2/ Tahun 1997, dalam halbea tersebut terutang;
7) bukti pelunasan pembayann PPh sebagaimana dimaksud
dalam Peratumn Pemerintah Nonrcr 48 Tahun /994 dan
Pentunn Pemerintah Nonor 27 Tahun /996, dalam hal paiak
tersebut terutang.
jika
b. 'dihibahkan
hdk atas tanah atau Hak Milik Atas satuan Rumah susun ydng
belum tertentu, maka pendaftann penlihan haknya
dilakukan kepada pan ahli waris ddn penerima hibah wasiat sebagai
harta bersdma.
(2) penatatan pendaftann peralihan hak sebagaimana dimaksud dalam pasal
ini dalam dafrar4aftar penciaftamn tanah dilakukan sesuai ketentuan
sebagaimarta dimaksud dalam Pasal /05.

Dalam menahani ,)m" aia| ketentuan-ketentuan yang teruni di atas harus


c:etniot, sebab kareh! kekul"1hpfahamen pettr€las pajak terhadap hukum waris,
butan musbhil Etttd&p waiib piak bis dkenakan PJek bbih dai stu kali
atau bahkan tebih dari sdtu maam (P.Ph. dan B.P.H.TB.), berhubung
pemisahan dan pembagian hak waris (akta pembagian waisan) yang diseftakan
bersama-sama dengan ketenngan waris, demikian pula pembagian hak
bersama yang merupakan kelaniutan dari pendaftann kelenngan waris yang
tidak diseftai akta pembagian warisan dianggap sefugai penlihan hak, padahai
sebagaimana png telah saya kemukakan sebelumnya bahwa pembagian
warisan maupun pembagian hak bersama atas hafta warisan tersebut bukan
merupakan pefuuabn pengalihan hak, sebab prolehan hak dari pan ahli waris
adalah bensl dari warisan.

Hal lainnya yang merupakan percoalan adalah pelaksanaan hibah wasiat dengan
carct membuat akta hibah yang dilakukan oleh Pelaksana Wasiat atas nama
pemberi hibah wasiat sebagai plakanaan dari wasiat yang dikuasakan
pelaksanaannya kepada Pelaksana Wasiat tersebut, sebagaimana diatur dalam
paat l12 alat (l) Pentunn Menteri Negan Agan'a / Kepala B.P.N. di atas, di
mana penturan ini aneh dan bahkan bertentangan dengan ketentuan yang
terantum dalam pasal 1813 K-U.H. Perdata, berhubung oang png sudah
meninggal dunia masih bisa melakukan perbuatan hukum, hanya saia dalam
kenlatdannya bisa dilaksnakan, sebagaimana telah saya kemukakan pada
bagian sebelumnya.

Lebih dari itu, timbul pUla peftanpan tentang B.P.ii.T'9. yang harus dibayar,
apakah disarflakan dengan pntihan hak karena hibah abukah ptolehan hak
karena ttdrisan ?

Ad. 5. Perubahan namd dirt

Seperti halnfa perclehan hak kdrena pewarisan, persoalan perubahan nama ini
sesungguhnya lebih terkait dertgan persoalan B.P.U.T.B. , yditu sehubungan
dengan ketentudh lang terantum dalam past 3 apt (l) huruf d Undang'

Undang Nomor 21 Tdhun 1997 junao Undang-tJntdang Nomor 20 Tahun 2000,


yang pada pokoknta menlatakatl bahwa :
Bangunan
, ailiertdkdn Bea Perolehart hak atas Tanah dan
obyek pajak yan! tidak
' ' ;.
adalah obyek PJdk Yang diPetoleh :
.... d. oa,ng pnbaa'i ateu badln karena konverci hak atau karena pefiuabn
huktm lain dengan tiddkadanp perufuhan nama;
Datam penielasan dbb pasat ini dinSatakan bahwa :
.-.. Huntf d
yang dimaksud dengan konversi hak adalah perubahan hak dari hak lama
,.ii"ai n"f baru mehuntt undang-undang Pokok Agnia, termasuk pengakuan
hak oleh Pemerintah.
Contoh:
/. Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik tanpa adanya perubahan nama;
2. Bekas tanah hak milik adat (dengan buQi sunt Giik atau sejenisnya)
menl?di hak baru,
Yang dimaksud dengan perbuatan hukum lain misalnya memptpnjang hak
atas bnah Enpa adanla perubahan nama.
Contoh:
Peryanjangan Hak Guna Bangunan (HGB), yang dilaksanakan baik sebetum
maupun setelah berakhimya HGB,

Apabila pemahaman atas ketentuan pasal ini seaftt harftah, maka


dilakukan
makna perubahan nama ini menjadi luas, yaitu bisa benfti terjadi karena abu
bnpa perubahan subjek.
Apa bila pemah a ma nnya dila kukan den ga n mengguna kan ta fsir sistematik, da la m
hal ini dikaitkan dengan ketentuan yang terantum dalam pasl 2 dan paal 1 ,
maka akan diperoleh pengeftian bahna sesungguhnya yang dimaksud dengan
perubahan nama ini addlah perubhan subjek, dan saya kin inilah tafsinn yang
lebih tepat, sebab sangat aneh apabila ada .seseorang yang bemama 'Mtlyo',
yang karena sering kali mendenTa sakit, sehingga namanya diganti menjadi
Mulyo Raharjo'. Dalam hal sepefti ini, apakah layak apabila yang bersangkutan
inidikenakan B.P.H.T.B. tatkala dia melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasaldiatas ?
Selain itu, lang harus kita fahami adalah @nggantiatl nama diri merupalcan hak
azasi, separljthg tidak bedentangan dengan undang-undang, ketertifun umum
maupun kesusilaan'.

Apabila pe9oalan perubahan nama ini ditanyaan oleh klien tehadap seoft,ng
Notaris atau P.P.A.T, maka bukan mustahi! akan menimbulkan persmlan yang
berkepanpngan, sebab bisa jadi tatkala liawaban si Notaris atau P.P.A.T diikuti
temlata melimbulkan Abrugidh terhadap klien yang bersangkutan.

Untuk menghindan bertarut-larutnya persoalan ini, sudah selayaktya setiap


instansi terkait sealpatnln elin! bertemu untuk menari tafsiryang paling tepat

Ad 6. Pengambilan MinuE dan Pemanggilan Notaris


Dengan maksud untuk membeikan gambann yang relatif utuh tentang
persoalan Pengambilan Minuta dan Pemanggilan Notaris, sebagaimana diatur
dalam paal 66 Undang-undang Nomor 30 Tahun 20M juncto Pentunn Mentei
Hukum dan HakAsasi Manusia NomorM.03....... Tahun 2007, uii", mengenai
hal ini saya sampaikan dengan menggunakan srlstematrka *bagai berikut :
A. Pendahuluan
B. Hukum PembuWian Dan Kebendaan Nohris
C. Majelis Pengawas Nobnls, dan
D. Petfindungan Huktm Bagli Noaris

Uraian
A. Pendahuluan

1. Pengertrbn dbs bebenp maam istilah


Dbawah ini sampaikan pengeftian tentang bebenpa maq,m istilah yang
sap
berhubungan dengan materi tuh:san ini yaitu :

a. Majelis Pengawas Noaris adalah Badan yang mempunyai kewenangan


dan kewajiban untuk melaksanakan pengawasan, termasuk di dalamnya
pembinaan terhadap Notaris (Pasal I angka 6 juncto PenlElasan Pasal 67
ayat 1);
b. MaJells Pemeriksa Daenh adalah Majelis yang dibentuk oleh Ketua Majelis
Pengawas Daenh yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas
laponn anggob mdslankat yang measa dirugikan sehubungan dengan
adanla dugadq pelanggqen oleh Notaris terhadap pelaksanqan Kode Etik
dan /atau tugesiabatan N.otais;
c. Tim Femeriksa'Dd\Eh' Adalah Tim yang dibentuk oleh Ketua tt4ajelis
Pengawas Daenh png bertugas untuk melakukan pemeiksaan atas
Protokol I'totais;
ci. Prdtbkdl Noiens adalah dokumen yang harus dibuat dan dilsi/ ditulis serta
disimpan oldh seilap onng yang menialankaniabatan sebagai Notaris;
e. Perlh'dik adalah pe1hbd,t polisi negan Republik lndonesia atau pe1?bat
pdawai neglei spil tertenil yang diberi wewenang khusus oleh undang'
u ndah g uh tu k rr) eld kuka 4 pe hlidika n ;
f. Penlfdrldn dataldh senhdt<dian
'dalatn findakah penyidik dalam hal dan menurut
ey2 nhg diatur undang-undeng ini untuk menari serta
mengintpunan buQi pr$ dengan bukti itu membuat teang tentang tindak
pidand ydng teriadi dan !)hd mdnemukan tercangkanla;
g. Penyehdrl< adaPn pejabat polisi negaa Republik lndonesia yang diben
wewenang bleh undanguhdang ini untuk melakukan penyelidikan;
h. Penrclidkdn adalah seHhgkaian tindakan penyelidik untuk menari dan
meiemukan suefii /eristiwa .yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapdt atdu tidaknya dilakukan penyiCikan menurut can yang
diatur dalam undang-undahg ini;
i. Jak adalah pejabat yang direri wer4Enang oleh undang<tndang ini untuk
bertinda k sebaga i penuntut umum sefta mela ksana kan putusan pen ga dila n
yang telah memperoleh kekuatan huktm tetap;
j. Penuntut umum adalah jaka yang dibei wewenang oleh undang-undang
ini untuk melakul<an penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim;
k. PenuntuEn adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkan
pidana ke pengadilan nqei yang berwenang dalam hal dan menurut G,tz,
yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya dipenksa
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan;
t. Hakim adalah pe1'atnt pendilan negaft, yang diberi newenang oleh
undang-undang untuk mengadili;
m. tttenglaifi adalah tindakan hakim untuk menerima, memeriksa,
dan-merhutus perkan- pidana berdasarkan esas bebas, iuiur, dan tidak
memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut an
yang diatur
dalam undang-undang ini.

Kedudukdrt, Fungsi dan Sifat Kewenangan Mpielis

a. Kdudukan
A,taptrS Pengawas Notans berkedudukan sebagai badan yang
metufukan kepnlbngan tangan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi
Mahusn. Hal ini terbukti dari ketentuan yang tercanturn dalam pasat
67'alqt (l) dan ayat (2) tJndang-undang Jabatan Notans, yang
belburtyi sebaSai beikut :

T, Pertganaban dris Noarts diiakukan oteh Menteri.


P) babm nelaksanakan pbrtgawasan sebagatilana dimaksud
WdA arat O), Menteri membntuk Ma1?h's Pengawas'.
i

b. Fungsi
Sesuai deligdn pEllgertian tentang Maielis Pengawas Notaris
sebagalhtdna teruAt di itds, makd fungsi Maielis adalah melakuhan
:_ r.'
pengefusan, tennAst)k di dalamhla pmbinaan terhadap Notanls-

c. Silbt Kefienahgdn ltaiefs


- .;, I

Ken$tangan Malblis Pengawas bercibt administutif-


Kenry)dtlban tersebut dilakukan oleh Ketua, Wakil Ketua atau slah
*oeng anggo? yang dibn weJeenang ber,fusftan keputusn
Rapat Maielis Pengawas.
B. Hukum Pembuktian Dan Keberadaan Notaris

Kebendaan Lembaga Notariat atau Notan's tidak mungkin dilepskan dari


ketentuan hukum yang mengatur tentang pembufiian / bukti sefugaimana yang
ter@ntum dalam paal 1865 s/d paal 1945 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (K.U.H. Pedata) maupun dalam pasal /62 s/d pasal /77 Reglemen
lndonesia Baru (R.l.B. / H.l.R), S. l94l Nomor 44, dan pasal282 s/d psal 3/4
Reglemen Acan Hukum untuk Daenh Luar Jawa dan Madun (R.B.G), S. 1927
i,lomor227

Di antara aturan hukum yang mengatur tentang pembuktian atau bukti tersebut
terdapat ketentuan tentang beban pembuftian, sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 1865 K.U.H. Perdata maupun paal /63 H.t.R. / pasal283 R.B.G.
yang pada pkoknp menlatakan bahwa : '*tiap oang Sang mendalitkan
bahwa ia rttenpunyai sesuatu hak atau menunjuk .suatu peristiwa guna
rhenquhkan ftdkh;a abu membanfuh hak onng tain diwajibkan membuktikan
adanla hak atdu peristiwa tersebut".

tttuktrytnQrbrylfu tmgartug@ lffiKU.H @ @/eH.R/


@l e R.A na yAt tWry nmn aH tuldi Sarg wra M.tntt4.rut @ai Mat :
O1

frlfut /il4, ge eg@ p&sml A1 sr@l


Urut-urutan dalam pbnyebutan aldt bukti sebagaimana yang diatur dalam pasAt
1866 K.U.H.Perdata maupun pasal 164 H.I.R sefta pasal 284 R.B.G.
sebagaitr)dhd di alas tethydta berbeda denQan ketentuan yang ntengatur tentang
alat buKI dalAm tlu*un Aan Pidana, sEbagaimana yang tet@ntum datam
paal /84 dydt U) KftAb Unddhg-unddng Hukum Aan Pidana yang
menempatkdn alat bukisaksi paaa urutan peftama, yang selengkapnya berbunyi
sebagaimana yahg tetsebut dl bawah ini :
(/) Alat bukti yahg sah iilah :
a. kaenrigan
""ki;
b. keiennjdn ahli;
c. surat,'
d. petunjuk;
e. ketenngan tedakwa.
(2) Halyang secam umum sudah diketahuitidak perlu dibuktikan-

Pengatumn mengenai susunan penyebutan (urut-urutan) alat buktiyang berbeda


antara hukum perdata dan hukum pidana (hukum acan pidana) merupakan hal
yang wajar dan / atau sudah semestinya, mengingat seaet umum dapat
difahami bahwa setiap orang mempunyai keenderungan uniuk mengamankan
hak atau kepentingannp dalam lapangan hukum perdata dengan membuat atau
minta dibuatkan alat bukti teftentu, khususnya alar buQi surat / tulisan.
Sebaliknya, setbp oang akan cenderung menghilangkan alat bukti atas
pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan, sehingga sangat aneh bila yang
bersangkutan sengaja membuat dan meninggalkan alat buktiatas perbuatannya
tersebut, lebih-lebih yang berupa alat bukti surat / tulisan.

Alat bukti surat /


tulisan tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu aQa dan bukan
akta. seddngkdn akta sendiri dibedakan menjadi dua pula, yaitu akta otentik dan
akta dibawah tartgan.
Mengendi apa yang dimaksud dengan akta otentik, Pasal /868 K.U.H. Perdata
memberikan rutnusan Fng pada pokoknya berisi sebagai berikut : 'suatu af<ta
otentik addlAh suatu ada dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
dibuat oleh atdu di hadapan peiafut umum Fng beruenang untuk itu ditempt
di mana akta dibuat".
Rumusan pengertian yahg pada pokoknya sama mengenaiakta otentik tertlapat
dalam pasal /65 H.l.R. dan pasal285. R.B.q.
Sesuai dengai keientudn yang terantum dalam pasal 1870 K-U-H. Perdata
maupun pasal )dS tl.t.n. / pasal 285 R.B.G, akta otentik mempunyai kekuabn
pembuktidrt l"ahb sempunia bagi pan pihak, ahli waris sefta oranganng tang
meneima ha* dan htbieka.
Dengan kekuatdn pefrtOukian Wn.g sempuma tersebut, akta otentik mempunpi
3 (tiga) macam kbkudlan pen)buktian, yaitu :
a. Kekuafurt Fentbudian Lahiriah, dalam art! afta tersebut mempunyai
kenampuan untuk membuktikan sendiri keabsafannya, yang lazim disebut
dalam bahas Latin : 'affi puolia probant sese ipa'. Hal ini betbda
dengan sunt / akta ai bawaf langan yang berCasar pasal /875 K.U.H.
perdata masih memerlukan adanva pengakuan oleh orang terhaCap siapa
tulsan itu hendak dipakai atau dengan caa menurut undang-undang
dbnggap setugai diakui.
b. Kekuahn Pembuktbn Formal, dalam arti pemyataan pejabat dalam tulisan
sebagaimana yang tet@ntum dalam akta itu adalah sebagaimana yang
dilakukan dan disaksikan oleh pejabat yang bersangkutan dalam
menjalankan jabatannla. Dalam kekuatan pembuktnn ini termasuk di
dalamnya : kepastian tanggal akta, kebenaran tanda tangan yang terdapat
dalam afta, identitas onngorang yang hadir serta tentang tempat di mana
akta itu dibuat.
c. Kekuabn Pembuktian Material, dalam arti t'si akta ftu dianggap dibuQikan
sebagai yang benar terhadap setiap orcng yang menyuruh membuatkan
akta itu sebagai alat bukti terhadap dirinya.

Apabila ktta berkenan meneliti seaft, ermat, sesungguhnya kekuatan


sempuma yang dimiliki oleh akta otentk merupakan hal yang ffingat
wajar, sebab sesungguhnla dalem akta otentk terkandung selurun unsur alat
bukti;ang lain.

Selanjutnya, yang pedu kita jawab adalah pertanyaan tentang siapakah yang
dimaksud dengan Pepbt Umum' ?
Sesuai d€ngan ketehtuan yang terantum dalam pasal / Reglement op Het
Notaris Ambt (Pentunn Jabatan Notaris / P.J.N), S. 1860 Nomor 3 iuncto p#l
I angka I dan pasal 15 ayat (l) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004, yang
se@ft, befturut-turut befiunyi selagai berikut :
i"
- Notais adalah pEjabat ltmum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta otentk mengenai semua perbuatan, perianiian dan
penetapan ydng diharuskan oleh suatu peratunn umum atau oleh yang
berkepenttrtgan dikehendaki untuk dinptakan datam suatu akta otentik,
menjamin kePastdn tanggalnla, menyimpan aktanya dan membeikan
gpsse, shhan ddn kutipnnla, semuanya sepaniang pembuatan akta itu
oleh suatu peEtUEn umum tidakjuga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabataau onng lain (pael I P.J.N);
- Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
dan kewenangan lainnla *Mgaimana dimaksud dalam undang-undang ini
(pasal I angka 1 Undang-undangNomor4 Tahun2004).
Notans berwenang membuat akta otentik mengenaisemua perbuatan, perianjian
dan ketetapan yang diharuskan oleh pentunn perundang<tndangan dan / atau
ciikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,
menjamin kepastian tanggal afta, nenyimpan akta dan membenkan grosse,
salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak
juga ditugaskan atau dikeanatikan kepada peiabat lain atau onng lain png
ditetapkan oleh undang-undang (pasal /5 ayat / Undang-undang Nomor 4
Tahun 20M);
semestinya yang dimaksud dengan Pejabat Umum dalam hukum positif kita tidak
lain adalah Nobn:s, hal mana sesuai dengan bunyi kalimat bagian akhir dari
pasal / P.J.N. dan pasal 15 ayat (/) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 20M
tercebut yang pada prinsipnya *azt ieias dan tegas menyebut : 'sepniang
pbmbuatan akta-aka itu tidak juga ditugaskan abu dikecualikan kepada pejabat
ldin atau oang lain lang diteEplan oleh undang-undang'.
Apabila ada Pejabat Umum lain, nisaya dalam undang-undang tersebut pasti
disebut'pejafut unum lain dan bulan piaOat tain:

Timbul tanda tanya kembali kepada dirikita, bagaimana dengan ketentuan yang
terantum dalam Peptunn Pemeintah ftomor 24 Ta.7un /gg7, Pemtunn
Pemerihtah Nomor 37 Tahun /99E berikut peraturan pelaksanaannya yang
menyatakan di dalamnp bahwa Pejaht Pembuat Akta Tanah adalah sebagai
Pejabat Umum ?

Dalam menghadapi peaoalan sepefti ini, sesungguhnya terdapat bebenpa


macam pendapat atau penafsinn, antara laiit :
a. peftrtunn perundang-undangan tersebul tnengubah s*dn substansial
bahwa FeiaOat tJmum tidak hanya I'lotaris, berhubung P.P.A.T.
dima.sukkan pula *bagai Feiabat Umum;
b. dalam proses pembuatan pemtunn perundang-undangan tersebut telah
terjadi kexabn / kekhilahn dalam bedlkir j/ang menganggap bahwa aQa
otentik hanya bisa dibuat oleh atau di hadapan Noiaris, sehingga
memaksakan kehendak untuk memasukkan P.P.A.T sebagai Peiabat
Umum dengan maksud agar aAta yang dibuat di hadapannya dapat
diklasifikasikan dan meniadi akta otentik.
Dengan diundangkan dan berlakunya Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004,
maka harus kfta terima kenlataan bahwa lang dimaksud dengan Pejafut umum
tidak lain adalah hanya Notaris.

Dari segala sesuatu yang telah saya unikan di atas, insya Allah dapat kita
mengertibahwa :
a. kebndaan, kdudukan dan fungsi Notaris adalah berhubungan seaft,
langsung dengan hukum pembuktian, terubma dalam nngka pembuatan
alat bukti teftult's png berup akb otentik aHs segala perbuatan, perjanjian
dan ketehpan yang diharuskan oleh pentunn prundang-undangan atau
Fng dikehendaki oleh paa pihak;
b. perbuabn, pery'anjian dan ketebpan yang diharuskan oleh pentunn
perundang-undangat? abu Fng dikehendaki oleh lang be*epentingan
uhtuk dinlatakan abu dibuat dalam akE otentik tercebut adalah petbuabn,
perjanjian dan ketetapan hlam ruang tingkup hukum petdab.
Majelis Pengawas Nob ris

Pengambilan minuta akta, fotokopi minuta akta atau surat-sunt lain png
dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris sefta pemanggi/an Notans
oleh penyidik, penuntut umum maupun hakim sebagaimana .ang diatur dalam
pasal 66 Undang-undang Jabatan Notaris berikut peraturan perlaksanaannya
yang penulrs bahas dalam tulisan ini berhubungan langsung dengan
kewenangan Majelis Pengawas Notaris, berhuoung untuk keperluan tersebut
harus ada persetujuan dari Maielis Pengawas Daenh.
lJntuk lebih memperjelas analisa tentang ha/-ha/ tersebut, pada bab ini saya
pandang perlu untuk mengunilran serba sedikit tentang Ma.ielis Pengawas
Notaris sebagaimana terurai di bawah ini.

Ketentuan yang mengatur tentang Majelis Pengawas merupakan bagian dari


ketentuan yang mengatur tentang Pengauasan sebagaimana yang tercantum
dalam Bab lX lJndang-undang Nomor 30 Tahun 20U, mulai dari pael 67 s/d
paal S/.
Sesuai dengan ketentuan yang terantum dalam pasal I angka 6, yang
dimaksud dengan Maielis Pengawas adalah :\uatu badan yang mempunlai
kewenangan dan kewajiban untuk melakukan pembinaan dan ,cengawasan
terhadap Notaris", sedangkan mengenai apa yang dimaksud dengan
pengarnani Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tidak membeikan
penjelasan dan hanya sekedar menyatakan bahwa pengawaen dalam
ketentuan ini temagtk pembinaan Fng dilakukan oleh Menteri terhadap
Notaris', sebagaimana diunikan dalam penielasan atas pasal6T ayat (/).

Fengertian tentang apa yang dimaksud dengan pengawas€,t tefantum dalam


.:
paal I dngka 5 PCratunn hfenteri Hukum dan Hak Azasi tlAnusia Enggal 7
Desemfur 20U, Nomor M 02.PR.M.10 Tahun 20U, tentang Tata Cara
Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organi*si, Tata

Kerja dan Tata &n Pemenksaan Maielis Pengawas Notans, yang


selengkapnya berbunyi sebagai berikut : ?engawasan adalah kegiafun tang
bersifut prcventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan Fng dilakulen oleh
Majelis Pengawas terhadap Notaris", sedangkan Calam Penturan Mentei
Hukum dan Hak ,azasi martusia tanggal 8 November 2007, f{omor M
03.HT.03.10 Tahun 2007 tentang Pengambilan Minuta AKa dan Pemanggilan
Notaris tidak terantum pengertian tentang istilah Pengawaan ini.
Sekalipun ketentuan mengenai Majelis Pengawas sudah diatur dalam 15 (ima
pasl, mulai dari paal 67 {d paal 81, tang terbagi meniadi 4 (empt
betas)
bagian), laitu: tlmum, Maielis Pengawas Daenh, Maielis Pengawas Wlayah
dan Majelis Pengawas Pust, termasuk di dalamnla mengenai uewenang dan
kewajiban masing-masing, namun temlata dinsa masih belum lengkap,
sehingga berdasr ketentuan )ang tetantum dalam pasal 8l diperlulan
keteniuan lebih laniut dengan Pentunn Menteri.

Atas perintah paal 8f


tersebut, Menteri Hukum dan Hak Azasi manusia
mengeluarkan bebenpa pentunn dan keputusan, yaitu :
a. Pentunn Nomor M 02.PR.08.10 Tahun 2004, tanggal 7 Desember 2004
tentang Tata Can Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota,
Susunan Organisasi, Tata Keria dan Tata Can Pemeriksaan Majelis
Pengawas Notaris;
b. Peratumn Menteri Hukum dan Hak A.asi manusia tanggal 8 November
2007, Nomor iV ffi.HT.13.10 Tahun 2007 tentang Pengambilan Minuta AHa
dan Pemanggilan Notais;
c. Keputusan tanggal2S Desember 2004 Nomor M.38-PW.07.02 Tahun 20M
tentang Pembentukan Tim Pelantikan Dan Peng?mbilan Sumpah / Janii
Majelis Pengawas Wibyah Notais; dan
d. Keputusan tanggal2S besember20U Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 204,
tentang pedoman Pelaksanaan Tugas Maielis Pengawas Notaris.

Iienpdari akan kemunlkinan timbulnp hatial Fry betum ankup diatur di


daAmhp, makA pdsal 36 Peratunn Menteri Nomor M 02.PR.08.10 Tahun 20A
di atas memberi kenenangan kepada Majelis Pengawas Pusat untuk mengafrtr
hahhal png belum cakuP diatur itu.
Sehubungan dengan hal tersebut, Maielis Pengawas Pusat telah
mengeluarkan beberapa macam surat, antara lain :
a. Suni tanggal 18 Marct 2005, Nomor : C-MPPN.03.1044, perihal :
Pembeitahuan tentang pemberlakuan dan penggunaan iogo dan fotmat
Majelis Pengawas Notaris diSeluruh lndonesia;
b. Sunt tanggal 1 Juli 2005, Nomor : C-MPPN.03.|0-07, penhal : Tata Can
penyampaian lapomn dan penggunaan buku repeftorium Notan's;
c. Sunt tanggal l0 Agustus 2005, Nomor : C-MPPN.03./0-/ !, perihal : Tata
Can penutupan dan penandatanganan buku repertoium Notaris;
d. Surat tanggal l0 Agustus 2005, Nomor : C-MPPN.03.'|0-13, perihal :
Permohonan izin cuti Notaris yang meniadi Peiabat Nqan;
e. Sumt bnggal 12 Agustus 2005, Nomor : C-MPPN.03.|0-15, peihal :
Pembenan dan penolakan persetujuan pemanggilan Notaris oleh penyidik,
penuntut umum, atau hakim;
f, Sunt bnggal 12 Agustus 2005, Nomor : C-MPPN.03.|0-16, perihal :
Pendelegasian penandatanganan dan paraf buku repertoium Notais.

Sesual dengan ketentuan)ang terantum daiam paal 67 ayat (l) Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 20A di atas, sesuglguhnya instansi yang berwenang
melakukan pengawasan terhadap Notais adalah Mented hanya sa1'a untuk
kepeduan itu Undang-undang memerintahkan Menteri untuk membentuk Majelr's
Pengawas yang lerdiri atas:
a. Majelis Pertgawas Daenh, yang dibentuk dan berkedudukan di kabupaien
atau kcta;
b. Majelr's Pengawas Wayah, yang dibentuk dan berkedudukan di provinsi,
dan
c. Majelis Pengawas Pusat, yang dibentuk dan berkedudukan di ibukota
nqan.
Setiap Majelis Pertgawas bennggotakan 9 (sembilan) orang yang terdii dari
unsur- uisur:
a. pemeintah sebanyak 3 (Wa) onng;
b. oryanisasi Nobn:s sebanlak 3 (tEa) onng;
c. ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) onng.

Syant-syant untuk diangkat menjadi anggota Majelis Pengawas diatur dalam


paal2 Pentunn Mentei Hukum dan Hak Azasi manusla tanggal 7 Desember
2004, Nomor M 02.PR.08.10 Tahun 20A, yaftu : rmrga negaft, lndonesia;
berhqwa kepda Tuhan Yang Maln Ea; pendidikan paling rendah sarfina
hukum; trdak pemah dihukum karena melafutkan perbwfun pidana ,ang
dianam piddna penjan 5 (/ina) tahun atau lebih; tidak dalam keadaan pailit;
sehat jasmani dan rohani; berpengalaman dalam bidangnp paling rendah 3
(tiga) tahun.

Pengusulan anggota Majelis Pengawas Notaris dilakukan dengan ketentuan


sebagaiberikut:

l. Majelis Pengawas Daerch:


a. unsur pemerintah oleh Kepala Divisi Peiayanan Hukum Kantor
Wayah Depaftemen Hukum dan Hak,4z-asi Manusr?,'
b. unsur organisasi Notaris oleh Pengurus Daerah lkatan Notais
lndonesia;
c. unsur ahli / akademisi oleh pemimpin fakultas hukum atau perguruan
tinggisetempat.

2. Majelis Pengawas Wtdyah :


a. unsur pemerintah oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukunt
dan Hak Azasi Manusia,'
b. unsur organisasi Notaris oleh Pengurus Wlayah lkatan Notans
lndonesia;
c. unsur ahli/ akadernisi oleh pemimpin fakultas hukum atau petguruan
tinggisetempat.

3. Majelis Pengawas Pusat:


a. unsur pemerintah oleh Direktur Jenderal Admirtistnsi Hukum Umum
Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia;
b. unsur organisasi Notans oleh Pengurus Pusat lkatan Notaris
lndonesia;
c. unsur ahti / akademisi oleh Dekan fakuttas hukum Ur;iversitas yeng
m e n ye le ng ga m k a n p rcg n m m a g iste r ken ota n'a ta n.

Pengangkatan Majelis Pengawas Notaris tersebut, befturut-turut dilakukan oleh


Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum o:an Hak,Azasi Manusia, Direktur
Jendenl Administnsi Hukum Llmum Deoattemen Hukum dan t'lek Azasi
Manusia dan oleh Menteri Hukum Can Hak Azasi Manusia dengan Surai
Keputusan masing-masing (paal 3 ayat 4, paal 4 ayat 4 dan paszl 5 ayai 3
Peraturan Menten Hukum clan Hak Azasi Manusia tanggal 7 Desember 20A,
NomorM 02.PR.08.10 Tahun 20U).

Dalam hal pada suatu daenh tidak terdapat unsur instansi pemerintah, maka
keanggotaan dalam Majelis Pengawas dit'si dari unsur lain yang ditunjuk oleh
Mentei (pasal 67 ayat 4 U.U. No. 30 tahun 2004), dan dalam hal pada suatu
kabupaten / kota dan propinsi tidak terdapat fakultas hukum atau sekolah tinggi
ilmu hukum, maka penunjukan unsur ahli / akademisi ditentukan seara
berturut-turut oleh Kepala Kantor Wlayah dan Direktur Jendeml Administnsi
Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia (pasal 3 ayat 2 dan
pasal 4 apt 2 Pentunn Menteri Hukum dan Hak ,Azasi Manusb ianggal 7
Desember 2004, Nomor M 02.PR.08.10 Tahun 2004).

Selanjutnla akan aya umikan tentang wewenang dan kewajiban Majelis


Pengawas, hanya saja terlebih dahulu akan saya berikan penjelasan tentang
makna atas istilah-istilah tersebut, termasuk di dalamnya istilah hak dan tugas
dalam hubungdnnya dengan Majelis Pengawas Notais sebagaimana terumi di
bawah ini.
Hdk adalah : kekuagan uhtuk befuuat sesuatu berdasr suatu
atuan'.
Wewenang adalah : hak unfuk milakukan aAu befuudt *suatu".
ftlgas adalah : 'se.sitetu yang wajib dilakxnalah atau perintah untuk
melakukan *suatu'.
KCwajiban : 'sesuatu lang lnesti abu harus dilakukan'.

Dari makna atau pengertian yang teruni di atas, dapat kita mengerti bahwa
dalam menggunakan atau memalcai, menempatkan atau menghubungkan istilah-
istilah di atas harus tepat dan tidak boteh sembanngan, lebih-lebih dalam
pemtunn perundang-undangan agar tidak menimbulkan kenncuan.

Mengenai kenenangan dan kewajiban Majelis Pengawas Notaris, Undang'


undang Nomor30 Tahun 2004 mengatumya sebagai berikut:
l. Kewenangan
a. Majelis Pengawas Daenh:
adanya dugaan
- menyetenggaftrkan sidang untuk memeiksa
pelakanaan
petanggamn kode eAk Nodris atau pelanggann
iabatan Notaris;
.melakukanpemeiksaanterhadapptotokolNotaisse@rE,
berkalal(satu)kalidalaml(satu)tahunatausetiapwaktuyang
dianggaP Pedu;
(enam) bulan;
- membeikan izin cuti untuk wamu sampai 6
-menetapkanNotarisPenggantidenganmemperhatikanusul
Notais Yang bercangkutan;
-menentukantemptpenyimpananprotokolNotaisyangpada
saatsenhteimaprotokolNotaistelahberumur25(duapuluh
lima) tahun atau lebih;
pemegang
- menuniuk f'totais )ang akan beftindak sebagai
protokot Notais yang diangkat sebagai peiabat negan;
- menerima laponn masyankat mengenai adanya dugaan
pelanggannkodeetikNotan|sataupelanggannketentuan
dalam lJndang'undang Jabatan Notaris;
.membuatdanmenyampaikanlapomntentanghal.haldiat4g
kePada Maieiis Pengawas WlaYah'

b. MalEh's Pengawas WaSnh :


menyelenggamkansidanguntukmemeriksadanmengambil
keputusanataslaponnmasyamkatyangdisampaikanmelalui
Maie lis Pen ga wa s IMla Ya h ;
-memanggilNotaristetlaporuntukdilakukanpemeiksaanatas
laPomn di atas;
- memberikan izin anti unfuk waktu lebih dari 6 (enam) bulan
samPai I (satu) tahun;
-memeriksadanmemutusataskeputusanMajelisPengawas
DaenhyangmenolakcutiyangdiajukanNotarispelapor;
-memberikansanksiberupategumnlisanatauteftulis;
.mengusulkanpemfuriansanksiterhadapNotaiskepada
Maielis Pengawas Puat beruPa:
. pemberhentian sementara 3 (ttga) bulan sampaidengan 6
(enam) bulan; atau
c p€utberhentian dengan tidak hotmat,'
membuat berita a@E atas setiap keputusan peniatuhan sanksi
atau usulan pemberian sanksisebagaimana teruni diatas,'

c. Maielis Pengawas Pusat:


- menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil
keputusan dalam tingkat banding terfiadap peniatuhan sanksi
(mestinyd termasuk di daiamnya usulan pemLeian sanksi) dan
Penolakan anti;
-memanggilNotaristedaporuntukdilakukanpemeriksaan,,
- meniatuhkan anksi pemberhentian sementara; dan
- mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian clengan
tidak hormat kePada Menteri'
Kewenangan MaJe/is Pengawas sebagaimana terurai di atas
merupakan kewenangan yang bersifat administratif )'ang
dibedakan meniadi dua thacam, yaitu :
l) yang tidak memerlukan keputusan, dan
2) yang memerlukan keputusan rapat Maielis Pengawas'
Berdasar ketentuan plg 'tetantum dalam pael 13 apt (1), paat t8 apt
(1)danpaallgayat(1)PentunnMenteiHukumddnHak,Azasi
Tahun 2004'
tuianusia tanggal 7 Esdmber 2004, Nomor M.02.PR.08.10
oleh ketua, wakil
kewenangan Maielis Pehgdwas tersebut dilaksanakan
ketua abu stah latu anggoa lang ciiberi uevvenang berdasd<an
keputunn Maielis Pdi tga*as'

Kewenangan Maplis Fengawas Daenh Fng tidak memeduken


percetuiuan nPt mdliPuti :

- membeikan izin cuti untuk iangka waktu ampai dengan


6 (enam)
bulan;
- meneta7Kan Notais Pengganti;
pada aat
menentukan tempat penyimpanan protokol Notais yang
senh teima protokol Notaris telah berumur25 (dua puluh lima) tahun
atau lebih;
meneima laponn masyankat mengenai adanya dugaan

pelanggannkodeetikNotan.sataupelanggannketentuandalam
Un da n g-u n da n g Ja bata n Nota n's ;
memberiparafdanmenandatanganidaftarakta,claftar
surat di bawah tangan yang disahkan, dan daftar surat di
bawahtanganyangdibukukan,dandaftarsuratlainyang
d iwajibka n Un da n g - u n da n g ;
menerimapenyampaiansecaratertulissalinandaridaftar
akta,daftarsural.dibawahtanganyanEdisahkan'daftar
surat cli bawah tangan yang dibukukan yang telah
disahkan, paling tambat l5 (tima belas) hari kalender
pada bulan berikutnYa.

petsetuiwn
Kewenangan Majelis Pengawas Daemh yang memedukart
npat meliPuti:
- menuniuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang
protokol Notaris yang diangkat sebagai peiabat negara
dan Yang menihggdt dunia;^
- memberikan pErsetuiuan atas permintaan' penyidik'
penuntut umuni, dtau hakim untuk kepentingan proses
peradilan daldrn :
o tn€ngambti fdfo?opi minuta akta dan / atau surat'
surat yanq dllekatkan pada minuta akta diau
protokol
. Notaris daldn) penyimpanan Notaris;
t tn€tTtanggii Notaris untuk hadir dalam p'emeriksaan
yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau
protokol Notaris yang berada dalary penyimpanan
Notaris-
Kewenangan Ma1?lis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat yang
tidak memedukan peaetuiuan npat adalah pemberian bin anti, berturut-
turut untuk 1?ngka waktu 6 (enam) bulan sampai / (satu) tahun dan lebih
dai / (satu) tahun.

Kewajiban
a. Majelrls Pengawas Daenh :
- mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam protokol
Notaris dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, iumlah akta
serta iumlah surat di bawah tangan yang di sahkan dan
dibukukan yartg dibuat seiak tanggal pemenksaan tenkhir;
- membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya
kepada Majelis Pengawas wilayrllT setempat' dengan tembusn
kepada Notais yang bersangkutan, organisasi Notaris dan
Maie /is Pe n ga wa s P u sa t;
- menhasiakan isiakta dan hasilpemeriksaan;
- menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan
daftar lain dariNotaris dan merchasiakannya;
- memerik:sa tapomn masyankat terhadap Notaris dan
menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Maielis
Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan
tembusankepadapihakyangmelaporkan,Notarisyang
bercang kutd n, Maielis Pengawas Pusat da n orga n isasi Notais ;
-menyampaikanpermohonanbandingterhadapkeputuan
oenolakan anti.

b. Maielis Pengawas WdYah:


- menYamqaikan kePutusan atas:
penyelengganan sidang untuk memeriksa dan mengambi!
keputuen atas lapomn masyankat tang disampaikn
melaiui Maielis Pengawas WlaYah ;
pemberikan ;zin cutiuntuk waktu lebih dari6 (enam) bulan
sampai / (satu) tahun,'
. peffnohonan banding terhadap keputusan Majelis
Pengawas Daenh lang menolak cuti yang dnjukan
Notaris pelapoc
. pemberian anksi berup teguran lisan atau tertulis;
. usulan pembenan sanksi terhadap Notans kepada Majelis
Pengawas Pust berupa : pemberhentr?n sementam 3
(iga) bulan sampai denganb 6 (enam) bulan atau
pemberhentian dengan tida k hormat;
kepada Notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada
Majelis Pengawas Pust dan organisasi Notaris; serta
- menyampaikan pengajuan banding dai Notaris kepada Majelis
Pengawas Pust terhadap penjatuhan sanksi ddn penolakan
cuti.
c. Llajelis Pengatns Pust berkewajiban mery/ampaikan keputusan
atas penyelenggankan sidang untuk memenksa dan mengambil
keputuvn dalam. tingkat bandng terhadap penBtuhan snksi
(mestinya termasuk di dalamnya usulan pemberian sankst) dan
penolakan cuti kepada Menten dan Notaris yang bersangkutan
dengan tembusan kepada Majelis Pengawas Wilayah dan i4aielis
Pengawas Daenh yang bercangkutan serta organisasi Notais.

Dari kewenangan dan kewaJiban Majelis Pengawas sebdgaimana yang


terumi di atas, tedapat bebenpa cttatan yang perlu sap sampaikan di
sini, yaitu:
a. dalam penyelengganan siding untuk memeriksa adaq/a dugaan
pelanggann kode etik Notan's atau pelanggamn pelaksanaan jabatan
Notan's, sehubungan adanla laponn masyamkat mengenai hai
tersebut, Majelis Pengawas Daenh tidak mempunyai kewenangan
untuk memutuskan, dan hanla melakulan pemeriksaan abs segala
sesuatu lang dilapoftan tercebut sebab kewenangan untuk memutus
ada pada Majelis Pengawas Walah;
b. peniatuhan sanksi pemberhentian sementan merupakan
' kewenangan Majelis Pengawas Pusat;
c. penjatuhan ffinksi pemberhentbn dengan tidak hormat merupakan
kewenangan Menteri.
D. Pedindungan Hukum Bagi Notais

Sebagaimana telah sala unikan dalam bab l, kebemdaan, kdudukan dan


hukum pembuffiian'
fungsi Notaris adalah berhubungan secan langsung dengan
terutama dalam mngka pembuatan alat bukti tertulis
yang berupa affia otentik

atds selata p|tuuatdn, peianibn dan ketetapan ddtdn ruang titikup huAum
pedata yang diharuskdn oleh peratunn perundang"undangan tang berlaku atau
yang dikeh)hdaki oleh pihak (pihak) yang berkepentingan'

tJntuk menjamin adanw perlindungan hukum reng propotstbnal bagi


Notan's
dan
dalam menjalankan tugas Jabatannya sekaligus untuk meniaga kebemdaan
keamanan serta kenhasiaan, terutama atas ama yang dibuat oleh atau
di
hadapannya, maka dalam (lndang-undang Nomor 30 Tahun 20M
Tentang

Jabatan Notan's ditetapkan ketentuan lang terantum dalam Bab


wll tenang
pengambilan Minub Akb dan Pemanggitan Nofun's yang memuat / (satu) pasal,
yaitu pasat 66 yang Snng setengkapnya betbunyi sebagaiberikut
(l) untuk kepentingan pt^ses pendilan, penyidik, penuntut umum atau hakim
dengan percetuiuan Maielis Pengawas Daenh bntenang :
a. mengambil fotokopi minu? akta dan / atau sunt-sunt yang dilekatkan
pada minu? ak6 abu protokol Noiaris dalam penyimpnen Noans;
b. memanggil Notais untuk hadir da,tam pemeiknan tang Erteitan
dengan alrta png drbuahp abu pntokol Nobis lang benh dalam
PenYimPanan Notaris
(2) Pengambilan btokopi minua aka abu sunt'sunt sebagaimana dimaksud
pada aPt (l) huruf a, dibuat Erita

Dari ketentuan lang terantum dalam paal ini dapat kita mengertibahwa
:
a. penyidik, penuntut umum maupun hakim hanya diperkenankan untuk:
- mengambilfotokopi minuta akta dan /atau surct-sumt yang dilekatkan
pada minuta awa atau protokol Notans dalam penyimpanan Notaris,
maupun
- memanggit Notaris untuk hadir dalam pemeiksaan yang berkaitan
dengan afta lang dibuat atau protokol NotarE yang bemda dalam
PenYimPanannln,
sepanjang untuk kepentingan proses pendilan dan telah memperoleh
persetujua n Majelis Pengawas Daenh ;

b. penyidik, penuntut umum maupun hakim tidak dibena*an mengambil


minuta aQa dan / atau sunt-sunt asli yang dilekatkan pada minuta akta
a ta u protokol Nota n's da la m penyimpan an Nota ris;
c. pemanggilan Notans oleh penyidik, penuntut umum maupun hakim untuk
hadir dalam pemenksaan suatu perkan, baik perdata, pidana maupun tata
usaha / administnsi negan ,ang tidak berkaitan dengan akta yang dibuat
atau protokol Notans dalam penyimpanan Notaris tidak memeiukan
percetujuan dari Majelis Pengawas Daenh;
d. dalam pengertr?n Notaris yang terantum dalam pasal 66 ini termasuk di
dalamnya Pejabat Sementam Notans, Notaris Pengganti dan Notans
Pengganti Khusus, baik tatkala masih menjalankan tugas jabatannya
maupun telah berhenti;
e. atas pengambilan fotokopi minuta afta dan / atau sumt-surat sebagaimana
terumi di atas dibuat bertta aan penyemhan, hanya saja undang-undang
ini maupun penjelasannya tidak memberikan penjelasan tentang siapa
yang berkewajiban membuat dan menandatanganiberita aan tersebut.
Menurut hemat saya yang paling tepat untuk membuat dan
menandatangani bentd aam penyenhan tersebut adalah Notanb )ang
m e nye n h ka n Oe rsam ) -sa ii a de n ga n p ih a k ya n g m e n e rim a funye n ha n.

Mengingat dalam pasal 66 Undang-undang Tentang Jabatan. Notaris tidak


dijelaskan dalam status apa sa1? Notais dapat dipanggil oleh penyidik, penuntut
umum atau hakim, maka timbut percoalan bpkah petetujuan petranggilan
Noiaris yang dimaksudkan dalam pasal66 ini hanya sebabs cialam kedudukan
sehgai akst baik dalam pbtkan perdata, piCana maupun tab usha /
administnsi nqaft, aEulcah termasuk juga di dalamnya sebagai terwngka
dalam pe*an pidana maupun *bagai Tergugat atau Turut Tergugat dalam
perkan perdab ?'

Dalam hubungannla dengan pertanyaan ini, Majelis Pengatras Pust dalam


suratnya tanggal /2 Agustus 2005, nomor C-MPPN.03.|0-|5 berpendapat /
menegaskan bahwa: 'dalam hal pemanggilatt Notaris sefugai terwngla, maka
sefupm pegetujuan pemeiksaan diberikan, Maielis Pengawas Daenh Nodis
terlebih dahulu mendengar ketenngan dari Nobris )ang betsangktbn, Dewan
kehormatan profesi, dan penyidik atau penuntut umuml sedangkan dalam hal
pengambitan fotokopi minuta akta maupun dalam hal pemanggilan sebagai saksi
dinyatakan bahwa 'sebelum persetuiuan pengambilan dan afuu pemeriksaan
diberikan, Ma1?lis Pengawas Daerah NgAris tedebih dahulu mendengar
ketenngan dari Notaris lnng bercangkutan'-

Mengenai pemanggilan sebagai Tergugat atau Turut Teryugat dalam peftan


perdata Majelis Pengawas tidak memberikan pendapa{ hal'mana menurut hemat
saya Majelis Pengawas telah menyadari bahwa gugat menggugat berkaitan
dengan hak dan kewaiiban keperdataan setiap oft,ng, sehingga tidak pada
tempatnya Maielis Pengawas menampurinla.

Berkaitan dengan pendapat Maielis Pengawas Pusat sebagaimana yang teruni


di atas, dapat kita mengerti bahwa :
a. baik dalam status sebagai saksi maupun tersangka sehubungan dengan
a4a lang dibuat oleh atau di hadapannya maupun dengan protokol Notaris
dalam penyimpanannya, penanggilan Notais memerldkan persetuiuan
tedefuh dahulu dari fuleielis Pengawas Daemh;
b. tujuan pemanggilan Notaris adalah untuk menemukan fiikta hukum Fng
mempunlai pengaruh penting dalam prcses pendilan, sehingga pro*s
pemanggilan tercebut diharapkan ciapat membantu medpedancar proses
pendilan, sebagaimana )ang dikemukakan dalam pertimbangan ke 3 (iga)
dari sunt Maielis Pengawas Pusat di atas, maka ddlam nempro*s
pemberian persetuiuan harus dihindari adanla pendapt a6u wtidak'
tidaknp kesan bahwa Maielis Pengawas Daenh yang melakulan
pemen'ksa n menghamht pembeian percetuiuan termaksud'

Latar belakang pemikinn dari Majelis Pengawas Pusat yang berpendirian bahwa
pemberian peaetujuan atas pemanggilan Nobris *bagai tervngla tehp
diperlukan, sesungguhnya mudah difuhami oleh onng'onng atau pihak'pihak
yang mengefti seaa baik dan benar tentang kedudukan dan fungsi Notaris
serta akta yang dibuat oleh atau di hadapannya, mengingat:
o. keberadaan dan pelaksanaan tugas iabatan Notaris adalah terubma
dalam rangka pembuatan alat bukti yang furuF akta otentik atas
petbuabn, peqanjian dan ketetapan dalam lapangan hukum petdab yang
diharuskan oleh pentumn perundangundangan ahu lang dikehendaki
oleh pn pihak;
b. cialam pelakenaan tugas iabatannya untuk membuat akta otentik, pada
pokoknya Notais hanya mengkonstatir atau merelatir kenyataan yeng
terTadi di hadapannya yang berupa petbuatan, perianiian dan ketetapan
yang dikehendakioleh pihak (pihak) yang berkepentingan;
c. apabila Majelis Pemeriksa Notaris menemukan dugaan adanya unsur
pidana yang dilakukan oleh tedapor (Notans), maka Maielis Pemeriksa
wajib membenTahukan kepada Maielis Pengawas, dan selaniutnp Maielis
Pengawas melaporkan adanya dtEaan terrebut kepada insbnsi .yang
berwenang, sefugaimana diatur dalam pasl 32 Peatural+ Menteri Hukum
dan Hak,4zas,i ManusiA NOmor M.02.PR.08./0 Tahun 2004 maupun dalam
Lampiran Keputuan lVlenteri Hukum dan Hak,A.nsi Manusia iangEAl 28
Desember 2004 Nomor M.39.PW.07./0 Tahun 2004 Bagian Ke lll tenbng
Tugas maielis Pengawas.

Untuk menghindari adanya pendapat atau setidaklidaknya kesan dai


masyankat awam mengenai Notan's yang berdasarkan ketentuan yang
tercantum dalam pasal 66 maupun dalam peraturan pelaksanaannya seakan'
akan memperoleh perlakuan stimewa dihadapan hukum, maka :
a. anggota Majelis Pengantas harus dipllih dari onngonng yang prcbsione[
artinya menguasai tentang hal ihwal yang berkenaan dan / atau
berhubungan dengan tugas jabatannya sefta integitas monlnva tidak
boleh dingukan,'
b. dalam pelaksanaan tugasnya harus betul-betul obiektif dan sesuai dengen
hukum yang berlaku;
c. mampu menentukan skala prioritas se@ra tepat atas pelaksanaan tugas
dan kewaiiban yang dihadaPi.

Dengan ditetapkannya Peratumn lulentei Nomor: 1vf.03.17T.03. /0 Tahun 2007


tentang pengambilan Minuta AKa dan Pemanggilan Notaris, kesimpulan bahwa
penyidik, penuntut umum maupun hakim tidak dibenarkan mengambil minuta
akb dan /adu strat-suat asli lang diiekattan pda minub atrE aAu prcnkot
Notaris dalam penyrmpnan Notaris sebagaimana yang saya kemukakan diatas
menjadi kumng sesuai, sebab dalam Bab lll Pentunn tercebft lang mengatur
tenbng Slant dan Tata @n Pengambilan Minttu Akb dan/atau Sunt'sunt
)ang dilekatlen pada MinuA AkA aHu Protokol Notais dalam Penyimpnan
Notaris dinyatakan anbd lain sebagai benkut:
Pasal 8
(l) Penyidik, Penuntut lJmum, atau Hakin untuk kepentingan proses pendilan
aapat mengambil llinuta Akta dan / a6u sunt-sunt yang dilekatlan pada
Uinu6 Al<A atau Prctokol Nohris dalam penytimpanan Nobris, dengan
meminta kepada Notan's yang bersangkutan untuk membawa Minuta AKa
dan / atau sunt-surat yang ditekatkan pada Minuta Akta atau Protokol
Notaris dalam penyimpanan Notais dengan mengaiukan petmohonan
tertulis kepada Maielis Pengawas Daemh.
(2) Permohonan sefugaimana dimaksud pada ayat 0 tembuvnnla
disa mpa ikan kePada Nota ris.
(3) Pemtbhonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), m9ryuat alasan
pengambilan
'Minttta Minuta Akta dan / atau sttnt-sutztt nnd dilekatkan pada
Akta aau Protokol Noaris dalam penyimpnan Noaris.

Pasal9
p en ga wa s Dae e h m e m b e rika n pe rs e tui ua rt u n,tuk, pe nga m b ila n lf in tna
:

Maje Iis
AKa tJan/abu suiat-sumtpng dilekatkan pada Minula Af<ta atau Prctokol
Notaris dalam penyimpanan Notaris sefugaimana dimtiksud ddlam Pasal S alat
(1) apabila:
a. ada dugaan tindak pidana berkaitan dengan lrlinuta Akta atau Protoko!
Nota ris dalam penyimpanan Notaris;
b. belum gugur'hak menuntut berddsarkan ket€ntuan tbntang daluwarsa
dalam ientunn perundang-undangan di bidang pidana;
c. ada penpngkaldn keabsahan tanda tangan dan p99 pihak;
d. ada'dugaai pengunngan atau penambahan dad Minuta l$a; 79u
e. ada digaan Notbis melakukan pengundumn tartggal aQd (antidatum).

Pasal l0
Persetujuan Majetis Pengawas Daenh dimaksud dalam Pasl 9
diberiki n *telah mendenga r keten nga n NoA is ya ng bersangkub n.
Pasl 11

Majelis Pengawas Daenh tidak memberikan persetuiuan untuk pengambilan


UnUa AK; dan / atau sunt-sunt yang dilekatkan pada Minuta AkE atau
protokot I'totaris dalam penyimpanan NoAris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (/) apdbila tidak memenuhi ketentuan sefugaimana dimaksud
dalam paal9.
Pasal /2
(f) Majelis Pengawas Daenh uajib memberikan persetujuan atau tidak
memberikan perretujuan seaE tertulis dalam jangka waktu paiing lama 14
(empat belas) hari terhitung sepk diterimanla suat permohonan
sebagaimaln dimaksud da la m Pa sal 8.
(2) A.pabila ddlem jaqgka waktu sebagaimana pada ayat (l)
tedampaul, maka Maptis Pengawas Daenh dialEgap menyetuiui.

Pasal /3
(l) Penyidik, PElur)hx lJmum, atau Hakim setelah mendapdt persetbiuan dari
Maj,elis Pengdvtds Daenh, meminta Notaris untuk merTlbawEt Minuta Akb
tang dibuatnla dan / abu Minuta Akb Nobris lain png benda dalam
'penytmpanai
protokolnp untuk dtpen*sa di Pust timEtorium Forensik
mengenai keabshdn tanda tangdh Qan / atau azp iempol yang terten
pada Minuta Afta pada ha,ri yang ditbntukan
(2) Dalam hal pemeril<saah hlinua 'q*ta lrahg dibuatrya dan /atau ltlinub Al<t:a
Notaris lain lang benda dalam pehylrhpanan protokolnla tidak dapat
ciiselesaikan pada hari yang ditentukarl Sbbagaimana dimdksud pdda alat
'ai'aumaka N)taris mCmbawa
(1), kembali Minua AHa yang dibuatnya dan /
Minuta A*ta NoArts lain lang betdda datam peiyim-panan ptotokolnp
untuk dipriksa ulang pda hari Sang akah ditentukan.
(3) Dalam hal pemeriksdart Minuta AKa yahg dibuahya dan / atau Minub Akta
Notaris tain yang betdda dalam pertyirtlpanan protokohp telah selesi
dilaksanakan, maka ll,linuta Akb png dibuatnp dan / atau Minuta A!fr
Notan's lain lang beruda dalam penyinpnan protokolnla disenhkan
kembali kepada Nota ris.

lJntuk lebih objektifnp sala salin bebeEpe pasal dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Aan Pidana (K.U.H.A.P.) sebagaimana lang tercebut di bawah ini :
Pasal 39
(l) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dait tindak pidana atau sebagai hasil dan
tindak pidana,'
b. benda yang telah dipergunaxan *am langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya,'
c. henda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana,'
d. benda tang khusus dibuat aHu Tiperuntuklcan melakukan tindak
pidana;
e. benda lain ya'ng mempunyai hubungan langsung dengan tindak
pidana yang dilakukan.
(2) Benda yang bemda dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit
dapat juga disita untuk kepentingan penyidikan, penuntuan dan mengadili
perkan pidana, sepanjang memenuhi ketentuan ayat (/).

Pasal40
Dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat lang
temlata atau lang patut diduga telah diprgunakan untuk melakukan tndak
pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai bdrang bukti.

Paal4l
Dalam hal tertangkap tangan penyidik berwenang menyita paket atau sunt atau
benda yang pengangkutawTya aHu pengiimannya dildkukan oleh kantorpos dan
telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkubn,
sepanjang paket, sunt atau benda tercebut diperuntukkan bdgi tersangka atau
ybng bensal danpadanya dan untuk itu kepada tersdngka'dan atau kepada
pbjabat kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi
atau pengangkubn yang bersaugkutan, harus dibenkan sumt bnda
pbnenimaan.

Pasal 42
(l) Penyidik berwenang memerintahkan kepada onhg 5ang menguasai benda
yang dapat disitat benda tertebut kepadanya untuk
kepentingan pemeill:sdan dan kepada ydng mehyeldhkan benda itu harus
dibenkan sunt tanda peneimaan.
(2) Sunt atau tulisan lan hanya dapat diperintahkan untuk dsemhkan kepada
penyidif:
'ata[t
jika sunt atau tulisan itu bensal dari tercangl<a atau terdakwa
aitiiut<an kepdddhya dtau kepunyaannya alau drpiruntukkdn baginya
atau jikalau bencia tersebut merupakah alat untuk melakukan tindak pidana.

Pasal4J
Penyitaan sunt atau tulisan lain dan mereka yahg berkewaiiban menurut
hhdang-undang untuk nlenhasiakannya, sepaniang tidak menpngkut nhasia
negan, hanla dapt dilakukan atas pesetujuan medka atau abs izin khusus
ketua pengadilan negeni setempat kecuali undanO-undalg ntenentulcan lain-

Dai berbagai macam ketentuan yan; bruni di atas timbul pertanpan pda diri
kita masing-masing: 'apkah anbla ketentuan-ketentuan Wng tEtantum dalam
paat 66 |Jndang-lJndang Jabatan Notaris dengan Penturart lvlenteri maupun
ketentuan-ketentuan dalam K U. H.A. P. teqbdi pertenhngan ?'

Apabila kita berkenan melakukan analisa seaftt cermat dan objektif, insla Allah
dapat krta fahami bahwa di antan berbagai maam ketentuan tercebfi tidak
terjadi pertenHngan, mengingat :
a. judul Bab Wll Stang memuat I (atu) pasal, yaitu pasal 66 adalah tentang
'Pengambilan Minuta Akta Dan Pemanggilan Nohris';
b. dalam paal 66 tercebut tidak ada lanngan se@ftt tegas tentang
pen ga m b ila n min uta a ka ;
c. pengambilan minuta sebagaimana dimaksudkan dalam Pentumn menteri
Nomor : 1v1.03.HT.03./0 Tahun 2007 bukan dimalcsudlan untuk dbmbil alih
oleh Penyidik, Penuntut Umum maupun Hakim, melainkan sekedar
dipr:njam untuk keperlua n pemen'ksaan Fda Labontorium Forensk;
d. Segala vnrga negarct (termasuk di dalamnya yang berctatus sefugai
Notaris) bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemeintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya, paal27 apt (l) U.U.D. Lqls.
e. Syantsyarat yang diperlukan dalam pengambilan Minuta AKa sedemikian
bent, yang slah satu di antaanya termuat dalam pasal 43 K.U.H.A.P.
yang selengkapnya berbunyi "Penyitaan sunt eitau tulisan lain dari mereka
)ang berkwajban menurut undang<tndang untuk henhasialcannla,
sepnjang tidak menyangkut nhasia nqata, hanya dapat dilakukan atas
persetujuan mercka ahu aEs izin khusus ketua pengadilan nqeni
setempat kecua li unda ng-undang menentukan la in ".

Sekalipun demikkn, bukan benrti Maietis Pengawas Daenh dapat xenaknya


membenkan per,<etujuan dalam Pengambilan Minuta Akta ini, mengingat
dokumen yang berupa Minuta Akta Notais merupakan dokurtien Negan reng
harus dilindungi, khususnya demi kepentingan dari pihak ('pihak) reng
berkepentingan, termasuk di dalamnp pan ahli wais dan onnganng yang
meneima hak dai mereka.
Hat png redu dan bahkan harus diemati sehubungan adanla Penturan
Menteri di atas adalah tentang batas waQu 14 (empat belas) han sefugaimana
dimaksud dalam pasal 12 png menlaHlan bahwa Maielis Pengawas Daenh
wajib memberikan persetujuan atau tidakmemberikan percetuiuan ffiftt teftulis
dalam jangla waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhituttg *iak
diteimanya sunt pemohonan sefugaimana dimaksud dalam Pasl 8, dan
apabila dalam jangka waktu termaksud terlampaui, maka Maielis Pengawas
Da enh dia ng gap m enYetui u i.
Dengan ketentuan seperti ini, bukan mustahil Notaris yang merasa dirugrkan
akan mengajukan gugatan ganti rugi atas daar peftuatan melawan hukum yang
dianggap dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah karena tidak memberikan
persetujuan atau menolak pemberian persetujuan dalam kurun waktu /4 (empat
belas) han iersebut.
Sekalipun ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam pasal /2 maupun
dalam pasal - pasal lain yang pada prinsipnya sama (pasal 6 dan pasal /8)
Pentunn Menteri di atas bermaksud baik, namun sesungguhnya kunng bi/ak,
mengingatt:
a. tidak pada tempatnya Majelis Pengawas Daenh memikul resiko yang
sedemikian bent, lebih-lebih bila diingat bahwa sampaisaat iniPemerintah
belum menyediakan anggaran atau setidakiidaknya anggaran yang layak
dalam opensional Majelis Pengawas Daem h ;
b. tidak semua anggota llajelrs mengetahui searzt baik dan benar tentang
saat gugumya hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluarca
da la m p e ra tu n n p e ru n da n g -u nda n ga n d i b ida ng pida n a,'
c. pasal 66 Undang-Undang Jabatan Notaris tidak mengharuskan adanla
syant tercebut,'
d. tidak mempertimbangkan keadaan suatu daemh teftentu png tingkat
permintaan pemberian persetujuan dari Penyidik, Penuntut Umum dan
Hakim kepada Majelis Pengawas Daenh sedemik'ian tinggi.
e. tidak mustahilhasilpemenksaan Penyidik, Penuntut umum atau Hakim bisa
dianggap acat.

Mengenaipenjelasan lebih lanjut tentang pengambtlan fotokopi Minuta Akta atau


surat-suat lain yang dilekatkan pada minuta akta atau pada protoal Notais
dalam penyimpanan Notaris, demikian pula tentang pemanggilan Notaris akan
saya sampaikan secaftt langsung.

Selain hal-hal yang telah saya uraikan diatas, pedu pula saya kemukakan di sini
bahu.,a sekalipun kebemdaan pasal 66 ini cukup cian bahkan engat
menbentkan Majelis Penganas daiam melaksanakan tugasr4a, nanun patut
disyukuri oieh semua pihak, mengingat dengan adanp ketentuan ini bis
dihanpkan:
a. sean pedahan-lehan maqrankat mengetahui sean bnar tenbng
kedudukan dan fungsi iiotaiis serta akta rcng dibuat oleh atau
dihadapnnla;
b. dapat mengunngi kecenderungan pihak-pihaK teltentu yanE beritikat tidak
atau kumng baik dalam usaha mendapatkan sesuatu hak aEu mengingkai
suatu ke'wajiban dengan an melaporkan kepada lnstansiyang berwenang
dengan menggunakan dalil ketidakabsahan suatu akta Notan:s;
dapat mengunngi beban penyidik, penuntut Ltmum dan hakim dalam
ptoses pndilan, mengingat setidaklidaknla saksi yang diperik'a
be*unng;
pan Notan's harus lebih profesiona.' dan oblektif dalam melaksanakan
tugas jabatannSa, sebab seaftt tidak langsung adanya persetuiuan Maielis
Penga wa s bisa d ita b irka n a ta u se tida klida kn1a m e rup a ka n s u a t u,oe tu nj u k
bahwa dalam prosbs, progres ddn prosedur pembuatan akta Notans yang
bercangkubn telah terjacli sesuatu yang tidak abu kunng sesuai dengan
atuan hukum yang berfaku.
PENUTUP

Sekalipun saya telah berusaha searct sungguh-sungguh, namun saya yakin bahwa
penulisan makalah sederhana initiddk bisa meri'tenuhi harapan para pesefta Upgrading
b Refiesning Cource ini, hal mdna disebabkan oleh dangkalnya ilmu pengetahuan
maupun pengalaman yang saya miliki, oleh karena itu saya sangat berhanp agar pan
peserta tJpgmding & Refreshing Course ini maupun siapapun yang membaca makalah
ini berkenan menyampaikan samn dan kritik demi perbaikan penu/isan saya di masa
yang akan datang.

Semoga Allah S.W.T, Tuhan yang f,Laha Kuasa selalu melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua.

Surabaya, 27 Januari 2009

Miftadtul Madtsun

You might also like