Professional Documents
Culture Documents
OIeh:
kependudukan.
"Dalam pemenuhan hak penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil,
masih ditemukan penggolongan Penduduk yong didasarkon pada perlakuan
dislcriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan dsn agama
sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk kolonial Belanda.
Penggolongan Penduduk dan pelayanan dislviminatif yang demikian itu tidak
sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengabaikan pengadministrasian
kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber Data
Kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya
cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem Administasi
kependuduknn yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administrasi seperti yang dikemukokan di atas tidak
memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan
Administasi Kependudukan." (Penjelasan tJmum (l(l No. 23/2006)
o Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (Burgerlijk Wetback voor Indonesie, Staatsblad 1847:23)
o Peraturan Pencatatan Spil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden
Mengamati hal-hal yang dimuat dalam UU No. 2312A06, segera kita sadari
bahwa persamuuln yang dicapai hanya dalam akte-akte pencatatan sipil yang tidak lagi
menyebut golongan-golongan penduduk dan memuat tentang data-data penduduk
dengan membedakan hanya kelompok Warga Negara Indonesia dan Warga Negara
Asing serta mutasi perubahan-perubahannya. Masih banyak yang perlu dirumuskan
dalam Undang-undang tentang hak-hak sipil warga negara yang belum diatur dalam
UU No. 23/2006. Yang baru diatur adalah terrtang administasi kependudukan dalam
hal terjadi peristiwa-peristiwa lahir, kawin, cerai, kematian, pengangkatan anak,
pengakuan anak dan pengesahan anak, perubahan kewarganegaraan. Untuk
menunjang pencatatan yang akurat dan pelayanan kependudukan yang profesional
disusunlah dengan UU tersebut suatu sistem administrasi kependudukan yang sejalan
Kependudukan.
staatsblad tahun 1920 nomor 751 yaitu Reglement pencatatan Sipil untuk
golongan penduduk Indonesia asli bukan Nasrani
bagi Penduduk Warga Negara Indonesia di negara kita tercinta masih dibeda-bedakan
berdasarkan peraturan-peraturan yang lama yang mungkin perlahan-lahan harus juga
diperbaharui untuk menunjang maksud dan cita-cita pembuat UU dalam zaman
reformasi ini, yaitu hukum yang memberikan kesamaan hak bagi semua warga
Negara Indonesia.
l. Golongan Eropa
Bagi golongan Eropa diberlakukan htrkum yang berlaku di negeri Belanda
secara konkordansi. Jadi Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijke
Wetboek), Kitab Undang Undang Hukum Dagang (Wetboekvan Koophandel),
hukum'pidana, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana yang berlaku
di negeri Belanda berdasarkan asas konkordansi diberlakukan bagi golongan
Eropa di negeri-negeri jajahannya termasuk di Indonesia.
6
i;:;,,:;;"#,i::'i*I1,'#,"';;::';_:X1"il:
dibuat peraturan tersendiri tentang pengangkatan anak (adoptie)
yaitu dalam Bagian III Staatsblad tahun 1917 Nomor 129;
b. Golongan Timur Asing Lainnya
Bagi golongan Timur Asing yang lain (Arab, India dan lain lain)
diberlakukan sebagian dari Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan
Kitab undang-undang Hukum Dagang, yaitu pada pokoknya bagian-
bagian yang mengenai bidang hukum harta kekayaan;
Pada masa ini, di tengah era komunikasi sosial yang makin memperdekat umat
manusia dan dalam era globalisasi, Hukum Waris untuk mereka yang tunduk ada
hukum adat (Nasrani/non muslim), cenderung makin lama makin ditinggalkan,
terutama oleh mereka yang hidup di kota-kota besar yang telah hidup modern. Bagi
mereka yang sudah tidak lagi mempunyai hubungan batin dengan daerah asalnya
dan
telah berpendidikan cukup tinggi dan berpikir maju, berkembang tendensi
meninggalkan hukum adat masing-masing yang tidak jelas. LebihJebih bagi pasangan
suami isteri, yang meniti jenjang kair lusaha masing-masing, mengharapkan semua
hasil jerih payatnya dapat diwariskan kepada anak-anak dan pasangan yang
dikasihinya, merasa dirugikan bila harta I mata pencaharian yang dicarinya dengan
susah payah harus diwariskannya kepada kaum keluarga lainnya yang bukan anak-
Bagi mereka yang tunduk pada Hukum Adat, Hukum Islam maupun Hukum perdata
Barat, terbuka pula kesempatan untuk memberlakukan hukum waris yang diinginkan
daripada yang diatur oleh hukum masing-masing golongan, yaitu dapat memilih
baginya suatu hukum waris yang dimuat dalam Surat Wasiat I Testamen, penetapan /
pengangkatan ahli waris menurut wasiat/testamen. Dalam hal ini, penulis
SANGAT
menganjurkan, bagi mereka yang tunduk pada hukum adat, terutama yang
tidak
tunduk pada hukum Islam, SEBAIKNYA memilih pengaturan warisan mereka
secara
tegas dalam SURAT WASIAT yang kuat dalam sebuah akte
otentik di depan notaris.
Mereka berhak membuat surat wasiat, dan dengan memilih membuat
surat wasiat
dengan mengatur di dalamnya orang-orang yang diangkat sebagai
ahliwaris, ataupun
memberikan benda-benda tertentu kepada orang-orang tertentu (hibah
wasiat), lebih
menjamin kepastian hukum dan hak-hak para ahliwaris berdasarkan
testamen tersebut
setelah yang bersangkutan meninggal dunia. Demikian pula
bagi mereka yang tunduk
pada hukum Islam, jika menginginkan warisannya dibagi tidak menurut hukum Islam,
dapat pula memakai caraini. Agar dengan demikian dapat
menentukan proporsi yang
adil bagi orang-orang yang dikasihinya, pasangan suami/istri serta
anak-anaknya, baik
laki-laki maupun perempuan. Dalam hal para ahliwaris tunduk pada hukum yang
berbeda, terdapat pendapat sebagaimana diungkapkan oleh rekan
notaris Herlien,
dalam makalahnya: Menuju Keterangan Hak waris yang uniform2
:
' Dr. Herlien Budiono, SH.: Menuiu Keterangan Hak Waris yang (Jniform (lilacana
"seminar
pembuktian sebagai ahliwaris dengan akte notaris) *ukutuh disampaikan
, f,ada yang
diselenggarakan Pengda INI Surabayi pada tanggal l6Juni 2007.
paro ahliwaris terdiri dari mereks yang tunduk pada hulntm yang berbeda-
beda, maka dalam hal demikian dapat digunakan Surst Edaran tentqng
Petuniuk Pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 tahun 1990, dimana pqro
ahli waris boleh memilih hukum mena yang akan berlaku bagi pembigian
warisnya.
10
Perlu dipikirkan dalam hal penduduk yang tinggal di daerah terpencil dimungkinkan
untuk membuat wasiat di hadapan pejabat pemerintahan daerah setempat yang juga
harus didaftarkan di Departemen Hukum dan HAM Republik lndonesia. Perlu
menjadi pemikiran bersama jug4 dan mudah-mudahan menjadi bola salju yang terus
menggelinding, adanya pemikiran menuju Hukum Waris yang bersifat nasional yang
diatur dalam sebuah Undang-undang sebagai pedoman dan pegangan bagi seluruh
komponen bangsa tentang hukum keluarga dan pewarisan. Masih menjadi
keprihatinan penulis bahwa sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang belum
tahu dan tidak mengerti hukum keluarga dan waris mana yang berlaku baginya.
Tetapi menurut pengamatan penulis, beberapa kalangan yang dinilai terpelajar dan
sudah berpikir modern, mereka lebih cenderung berpendapat bahwa kepastian hukum
Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Dengan dicabutnya Buku II Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan diterapkannya hukum adat menjadi
dasar hukum
tanah yang baru (konsideran/berpendapat serta Pasal 5 UUPA), maka
diakhirilah
dualisme dalam hukum tanah di Indonesia, dengan demikian tercapailah
cita-cita
unifikasi atau kesatuan hukum tanirh di Indonesia, yang sesuai dengan cita-cita
persatuan bangsa.
l1
perkawinan, berdasarkan atas Undang Undang ini, maka dengan berlakunya Undang
Undang ini ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijke Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwetijl<s
warga negara.a
Penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui berapa banyak mereka yang tak
dapat melaksanakan pernikahan resmi dan sah di hadapan pejabat-pejabat yang
bersangkutan, dan berapa banyak anak-anak luar nikah yang mempunyai
hak waris
yang dibedakan dengan hak waris saudara-saudaranya yang adalah anak-anak sah.
Lebih membingungkan lagi dalam Undang Undang Nomor I tahun 1974 tentang
Perkawinan tersebut terdapat ketentuan yang bermaksud meniadakan situasi yang
tidak nyaman bagi anak-anak yang tidak mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya sendiri bila ia tidak diakui sah. Langkah yang diambil oleh pembentuk
12
Undang-und*g, Undang-undang Nomor I tahun 1974 mengatur hal tersebut dalam
Pasal43 yang mengatakan bahwa:
"f. Anak yang dilahirkon di luar perka,vinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
2. Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur
dalam Peraturan pemerinteh. "
Ayat 2 Pasal 43 tersebut menyatakan tentang kedudukan anak yang dilahirkan di luar
perkawinan selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, akan tetapi sampai
sekarang walaupun Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana undang undang
tersebut telah ada yakni Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, belum ada
ketentuan yang mengatur lebih lanjut status anak tersebut.s Namun yang diatur
baru
sebagian saja tanpa pengaturan lebih lanjut antara lain bagaimana hak-hak dan
kedudukan anak luar kawin dalam hukum keluarga antara anak dengan ibunya dan
keluarga ibunya.
Belum adanya pengaturan yang tegas tentang kedudukan hukum anak luar
kawin juga
menimbulkan macam-macam tafsiran. Sebagian berpendapat dengan
ketentuan pasal
43 tersebut jelas: Undang-undang memberi kedudukan sama terhadap
tiap anak yang
dilahirkan ibu yang sama baik anak sah maupun anak luar kawin. Benarkah
demikian
?
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum perkawinan dan Kelyarga di
Indonesiq, cet. -I, (Jakarta: Rizkita, 2002),ha]..96.
l1
pewarisan dalam hal ada anak luar nikah yang diakui sah (Pasal 863 KUH Perdata dst,
Menurut Hukum dalam KUH Perdata seorang anak luar kawin yang tidak
diakui sah tidak mempunyai hubungan hukum dengan siapapun, kecuali diakui sah ia
hanya mempunyai hubungan hukum dengan orang yang mengakui sah (ayahiibunya).
Dalam hal seorang wanita yang adalah anak luar kawin dan tidak diakui oleh ibu
maupun ayal'nya, tidak menikah, meninggal dunia dan mempunyai anak luar kawin
yang lahir setelah tgl. 1 Oktober 1975 (UU No. 111975 telah berlaku, dengan
memperhatikan PP No.9/1975), maka yang berhak adalah yang mempunyai hubungan
hukum dengan wanita tersebut yaitu anak-anak luar nikahnya berdasarkan pasal 43
UU No. lll914 tentang Perkawinan. Dalam hal demikian dapatlah dimungkinkan
penafsiran bahwa anak luar kawin yang lahir setelah tgl. 1 Oktober 1975 menjadi
satu-satunya ahliwaris dari wanita anak luar i<awin yang tidak diakui sah dan tidak
menikah.
14
mennrut KUH Perdata dan demikian juga bagi mereka yang tunduk kepada Hukum
Islam, akan diatur menurut hukum Islam.
Bila seorang suami menikah kedua kali dengan seorang isteri sesudah
berlakunya UU Perkawinan, isteri baru pun mengalami masalah, karena UU
Perkawinan tidak mengatur bagaimana pembagian harta dalam hal perkawinannya
putus karena perceraian maupun karena kematian. Menurut hemat kami, karena pasal
66 UU perkawinan menyebutkan mencabut UU lama sejauh telah diatur dalam UU
Perkawinan, maka masih berlaku hukum masing-masing yang lama untuk hal hal
yang belum diatur. Dalam hal ini khusus bagi merekayang tunduk pada hukum
perdata, terhadap isteri/suami kedua ada pembatasan dalam pasal 181, pasal t52a,
Pasal 902- Baik karena percampuran harta (pasal 181) maupun karena pembagian
warisan menurut UU (pasal 852a) dan juga karena surat wasiat (pasal 902), seorang
pasangan dari orang yang menikah untuk kedua kali atau lebih, tidak boleh mendapat
manfaaVkeuntungan lebih besar daripada bagian terkecil seorang anak dari
perkawinan pertama / perkawinan sebelumnya dengan maksimum seluruhnya l/4
bagian hingga berdasarkan pasal 181 harta campur I hartatidak dibagi dua.
a' anak-anak luar nikah dalam arti kata luas, yaitu semua anak yang
lahir tanpa
pernikahan orang tuanya;
b. dan anak-anak luar nikah dalam arti kata sempit, yaitu anak-anak luar
nikah
dalam arti kata luas, kecuali anak-anak zina (overspelig) dan sumbang
(bloedschennig).
' Tan Thong Kie: Studi Notariat dan Serba-serbi Praktek Notaris, Buku I, Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta, 2000, Buku I. hal. 20.
l5
Menurut Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatakan
bahwa: "dengan pengakuan yang dilakukan terhadap anak luar kawin, timbulah
hubungan perdata antara anak dan bapak atau ibunya" 8 Pasal 283 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata menentukan bahwa: 'osekalian anak yang dibenihkan dalam
zinah ataupun dalam sumbang, sekali-kali tak boleh diakui, kecuali terhadap yang
terakhir ini, apa yang ditentukan dalam Pasal 273"e, menimbulkan hal-hal yang
janggal bahwa seorang wanita yangpada faktanya telah melahirkan seorang anak di
luar perkawinan yang sah, dan dalam masyarakat pasti disebut anak ibunya, yaitu
wanita yang telah melahirkan anak tersebut, namun tanpa adanya pengakuan yang sah
yang dilakukan dengan cara-cara yang disebut dalam pasal 281:
"Pengakuan terhadap seorang anak luar kowin, apabila yang demikian itu tidak
telah dilakukan, dolam aha kelahiran si anak atau pada waktu perkawinan
berlangsung, dapat dilakukan dengan tiapliap aha otentik.
Pengakuan yang demikian dapat juga dilakukan dengan akta yang dibuat oleh
pegawai catatan sipil dan dibukukan dalam register kelahiran menurut hari
penanggalannya. Pengakuan ini harw dicatat dalam jihat aha kelahiron.
Jika pengakuan itu dilakukan dengan akta otentik lain maka masing-masing yang
berkepentingan berhak menuntut pencatatan pengakuan itu dalim jihat akta
kelahiran anak.
Namun bagaimana tak bolehlah sesuatu kelalaian mencatatkan pengakuan itu
dipersalahkan kepada anak yang diakui, untuk mempertengkarkan ieduiukan yang
diperolehnya. "
Bagaimana kedudukan seorang ibu yang melahirkan anak tidak mempunyai hubungan
hukum dengan anaknya sendiri dan karenanya juga menurut hukum waris yang diatur
dalam Buku II tentang kebendaan, Bab XII tentang pewarisan karena kematian, juga
menjadi tidak mempunyai hak saling mewaris anak dari ibu biologisnya sendiri / ibu
terhadap anaknya.
Hal ini juga banyak dikecam oleh para ahli yang mengatakan dalam bahasa
Belanda: "een moeder maakt geen bastard',l0 (seorang ibu tak mungkin
membuat/melahirkan yang bukan anaknya), sehingga akhimya di dalam tahun 1947,
ketentuan tersebut di negeri Belanda mengalami perubahan, diganti dengan ketentuan
r6
bahwa sejak kelahiran anak timbullah hubungan hukum keperdataan antara seorang
anak luar kawin dengan ibunya (Pasal 336 ayat I Burgerlijke Wetboek Nederland).
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Indonesia tidak mengambil alih perubahan
tersebut, karena Indonesia pada waktu itu sudah merdeka (asas konkordansi tidak
berlangsung setelah Indonesia lepas dari penjajahan Belanda) dan Indonesia tidak
mengikuti perubahan Burgerlijke l|/etboek Nederland yang diadakan tahun 1947
I
tersebut.l
Kedudukan hukum anak luar nikah berkaitan erat dengan hak mewarisi harta
peninggalan dari orang tuanya. Bilamana menurut hukum tersebut hubungan hukum
keperdataan hanya timbul dengan adanya pengakuan sah maka bagi anak-anak luar
nikah yang tidak diakui, tidak ada peluang untuk dapat mewarisi harta orang tuanya,
kecuali melalui surat wasiat. Sedangkan bagi anak luar nikah yang diakui sah, selain
timbul hubungan keperdataan dengan orang tua yang mengakuinya, ia pun
mempunyai hak mewaris sesuai dengan ketentuan Pasal 862-873 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, hanya saja bagian warisan anak luar nikah sebagaimana
diatur dalam Pasal 863 sangat berbeda dengan bagian warisan anak-anak sah.12
banyak orang yang dalam hidup sehari-hari berada dalam keadaan tidak jelas status
pernikahannya yang disebabkan oleh macam-macam harnbatanlalasan,
hingga tidak
mempunyai akte nikah sah hingga terlahir begitu banyak anak-anak luar nikah.
Hal ini
juga membutuhkan penyuluhan dan penelitian agar
kedudukan seorang anak manusia
bersamaan hak dengan anak manusia yang lain seperti didambakan
oleh hak-hak asasi
manusia karena sesuai prinsip-prinsip termuat dalam "Declaration
of Independence,,
: "All men ore created equal", semua orang mempunyai hak yang sama.
Anak-anak luar nikah dalam arti sempit, yaitu yang dilahirkan bukan karena
zinah ataupun sumbang, masih mempunyai peluang besar untuk ditingkatkan
ll
t7
kedudukan hukumnya, dari tidak mewaris menjadi mewaris dari ayah-ibunya dengan
pengakuan sah (erkennen),bah*an lebih lanjut ditingkatkan lagi menjadi anak-anak
sah melalui tindakan yang disebut pengesahan (wettiging). Dalam masyarakat
Indonesia banyak yang melangsungkan "pemikahan" tapi tidak mendaftarkan
pemikahannya di Pencatatan Sipil. Seumur hidup hanya mempunyai satu pasangan
yang sama, hidup nyata-nyata dan dikenal masyarakat sebagai suami isteri dengan
anak-anak sah. Namun sering bila diminta memperlihatkan akte nikah, tidak ada, dan
akte lahir anak-anaknya tercatat sebagai anak luar kawin dari ibunya. Keadaan ini
memprihatinkan karena kedudukan anak luar nikah yang jelas-jelas menurut Undang-
undang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya dan juga tidak -
sebelum
Undang-undang Nomor 1 I 1974 berlaku - dengan ibunya, sehingga ketika
sang ayah
meninggal dengan terkejut dan menyesal istcri dan anak-anaknya baru mengetahui
bahwa harta almarhum menurut Hukum Waris tidak menjadi bagian mereka
melainkan bagian keluarga (bapak, ibu dan saudara-saudara) almarhum.
Dalam
praktek notaris perlu sekali melakukan penyuluhan hukum pada
masyarakat i klien
yang datang agar diinformasikan posisi yang tak menguntungkan
bagi kawan hidup
dan anak-anak mereka dengan menempuh cara menurut Pasal
2T2KIJHperdata.
18
Undang-Undang Hukum Perdata khusus untuk anak-anak luar nikah yang lebih
sempit lagi, yaitu yang diakui sah oleh orang tuanya (ibu dan bapaknya).
Pengakuan sah menurut Pasal 281 dilakukan terhadap anak luar nikah dengan
cara mencatatkan pada akte kelahiran si anak pada saat pernikahan kedua orang
tuanya di Kantor Catatan Sipil atau setiap rvaktu oleh bapak atau ibunya dengan
dengan tiap{iap akte otentik yang diikuti oleh pencatatan di Kantor Catatan Sipil.
Pengakuan dengan akte notaris dilakukan dengan akte khusus tentang pengakuan anak
ataupun dalam tiaptiap akte otentik, misalnya akte wasiat notariil. Syarat bagi
seorang laki-laki untuk dapat mengakui seorang anak, harus berusia 19 tahun dan
mendapat persetujuan dari ibu biologis anak tersebut, sedangkan bagi perempuan,
tidak ada batasan usia untuk dapat mengakui anak, asal saja anak tersebut telah
dilahirkan dari rahimnya sendiri. Mengakui sah seorang yang bukan anaknya baik
oleh seorang laki laki ("bapak") maupun oleh seorang wanita ("ibu"), dapat dikenakan
D
Pasal 277-278 Kitab Undang-Undang Hukum Pidan4 terdapat dalam Engelbrecht
(Leiden: A.W. Sijthofls Uitgeversmrj N.V. 1956J, hal. iPtZS_lqZt.
19
dibuat juga atas permintaanyangberkepentingan jika pengakuan anak telah dilakukan
dengan akte otentik lain yang tidak dibuat oleh pegawai Kantor Catatan Sipil.
Agar status pasangan dan kedudukan hukum anak luar nikah menjadi lebih
baik, jalan/carayangpaling tepat,tak cukup hanyadengan pengakuan sah (erkenning)
menurut pasal 280 KUH Perdata, tetapi dlam hal kedua pasangan tidak terhalang satu
sama lain untuk menikah, adalah dengan pernikahan kedua orang tuanya dan
sekaligus mengakui dan mengesahkan (wettiging) anak-anak yang telah dilahirkan
oleh pasangan tersebut menurut Pasal 272. Dengan demikian suamiiisteri saling
mempunyai kedudukan sebagai pasangan nikah yang sah dan mempunyai hak untuk
saling mewaris, sekaligus anak-anaknya disahkan juga sehingga mempunyai status
sebagai anak sah dengan hak-hak waris menurut Undang-undattg. Pasal 272, pasal
274 dan Pasal 275 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur kemungkinan-
kemungkinan bagi pengesahan anak-anak luar kawin menjadi anak sah.
Tentang pewarisan dalam hal ada anak-anak luar nikah diatur dalam Bagian
Ketiga Bab Keduabelas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu pasal
863. pasal
863 membagi hak waris anak luar nikah menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu
:
1' anak luar nikah yang diakui sah yang mewaris bersama dengan anak-anak
sah atau pasangan suami/isteri yang meninggal. Besar warisan untuk
golongan ini adalah 113 bagian dari seandainya ia atau mereka anak-anak
s&,
2' anak luar nikah yang diakui sah yang mewaris bersama dengan keluarga
sedarah garis ke atas atau saudara laki-laki/perempuan dan
keturunannya dari
si meninggal- Dalam hal ini, bagian waris seluruh anak luar nikah
adalah ll2
dari seluruh warisan,
3' bila anak luar nikah yang diakui sah mewaris bersama sanak keluarga dan
saudara dari derajat yang lebih jauh dari yang disebutkan di kelompok
2,
maka seluruh anak luar nikah mendapat bagian warisan sebanyak 3l4bagian
20
saudara. Dalam hal ini anak luar nikah yang diakui sah tersebut mewaris bersama
keluarga sedarah garis ke atas. Bagian warisan seluruh anak luar nikah yang diakui
sah adalah 1/2 (setengah) bagian dan sisa 1i2 (setengah) bagian lagi untuk para
saudara dan orangfua pewaris.
Bilamana tidak ada kaum keluarga sedarah dari pewaris sampai dengan derajat
keenam, barulah anak luar nikah diakui sah mendapat seluruh warisanlT. Ketentuan-
ketentuan bagian warisan anak luar kawin tidak berlaku bagi anak yang dibenihkan
dalam zinah atau dalam sumbang.ls Anak-anak yang dibenihkan dalam zinah dan
sumbang tak dapat diakuire, dengan kekecualian yang disebutkan dalam Pasal273.
Menjawab pertanyaan apakah anak luar nikah harus diakui sah terlebih dahulu
baru mewaris, menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 280, jelas
disebutkan bahwa seorang anak luar kawin harus diakui sah oleh ayah dengan
persetujuan ibunya, dan juga oleh ibu yang melahirkannya, baru dapat menjadi ahli
waris. Pengakuan sah tersebut harus dilakukan pada saat yang mengakui dalam
keadaan tidak menikah sah. Dalam keadaan demikian barulah anak yang diakui sah
dapat memperoleh hak bagian warisan. Pengakuan sah yang dilakukan sepanjang
perkawinan, membawa akibat anak yang diakui tersebut tidak dapat memperoleh
bagian warisan apapunt0. Jadi sekian banyak anak luar nikah yang diakui, harus
diteliti kapan pengakuan itu dilakukan dan kapan anak yang diakui itu dilahirkan dan
dibenihkan.
21
diakui. tetapi hendaknl'a pengakuan sah dilakukan selagi orang tuanya tidak terikat
dalam suatu perkawinan sah dengan siapapun. Pasal 285 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata menentukan dalam hal pengakuan sah dilakukan sepanjang
pemikahan, pengakuan sah itu tak dapat merugikan pasangan nikah dan anak anak sah
,vang dilahirkan dari pernikahan tersebut; sehingga bagian anak luar nikah yang
diakui sah menjadi nihil, karena tidak boleh pengakuannya berakibat mendatangkan
kerugian terhadap anak-anak sah yang telah ada dan pasangan (suami/isteri)dari yang
mengakui.
mendapatkan keuntungan warisan melalui testamen lebih dari yang telah ditetapkan
itu dalam pembahasan tentang warisan dimana terdapat anak-anak luar kawin yang
diakui sah, bagian anak luar kawin tersebut dikeluarkan terlebih dahulu.
Seorang anak luar nikah yang diakui sah mendapat perlindungan dalam
warisan orang tua yang mengakuinya berupa hak atas legitime portie (bagian mutlak)
yang diatur dalam Pasal 916 Kitab Undang-undang Hukum perdata:
"Bagian mutlak seorang anak luar km,in yang telah diakui
sah adalah setengah dari
ycmg menurut (Jndang-undang sedianya harus diwarisinya dalam piwariscm
lagian
karena kematian"
Adalah lebih baik bagi seorang anak luar nikah bila ia tidak diakui oleh orang tuanya
tetapi mendapat warisan melalui testamen. Dalam hal pemberian testamen kepada
seseorang yang bukan anak luar nikah yang diakui, ia dianggap sebagai seorang pihak
ketiga, sehingga dimungkinkan baginya untuk menerima bagian lebih besar melalui
wasiat (testamen), yaitu maksimum yang diperbolehkan bagi orang luar /orang yang
bukan keluarga / pihak ketiga.
o
Kitab Undang-lJndang Hukum Perdata.op. cit., pasal 908
2?
Pembuatan Surat Keterangan Waris oleh Notaris
- nama, nama kecil, tempat tinggal dan jika masih di bawah umur, tanggal dan
- sedapat mungkin nama, nama kecil dan tempat tinggal wakil anak-anak di
bawah umur (yaitu wali, pemegang kekuasaan orang tua), termasuk para
pengurus khusus (bewindvoerder)
- suatu perincian tepat surat wasiat, atau dalam hal pewarisan menurut undang-
undang, hubungan antara pewaris dan para ahli waris, yang menjadi dasar
diperolehnya hak itu.
22 Tan Thong Kie: Studi llotariat dan Serba-serbi Praktek Notaris. Buku l, Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta,2000, hal. 2gl-29g.
tanggal lahir pada akte kelahiran dibuat berdekatan sehingga terjadi 2 kelahiran dalam
waktu kurang dart T bulan dari seorang ibu yang sama. Dalam hal demikian notaris
harus hati-hati. Apakah hal tersebut sesuai dengan fakta yang ada. Bila dirasa ada
penggelapan datalkesalahan pencatatan / pemalsuan akte / isi akte tidak benar, notaris
Misal : pada tahun 1971, pasangan A dan B menikah sah, dalam surat nikah dicatat
turut disahkan seorang anak yang lahir 1969, menjadi anak sah menurut Pasal
272 KuHPerdata. Ternyata diserahkan pula akte lahir seorang anak yang lahir
pada tahun 1974 darj wanita B, disebut sebagai anak luar kawin. Dalam hal
Misal : Penulis pernah menerima klien yang menyerahkan akte kematian suami,
Surat
Bukti Warga Negara Indonesia, Surat Pernyataan Ganti Nama dan akte
pemikahannya dengan almarhum dari catatan sipil, yang menyebutkan
pemikahannya telah dilakukan menurut agama di hadapan pendeta .x,.
Setelah meneliti surat-surat Pernyataan Ganti Nama dan WNI almarhum,
tercatat bahwa almarhum mempunyai isteri lain (isteri pertama?). Oleh karena
mendapat nama isteri pertama, maka notaris menanyakan apakah ada akte
perceraian atau akte kematian isteri pertama. sehingga almarhum
dimungkinkan untuk menikah sah dengan u.anita tersebut. Temyata dijawab.
bahwa sang suami tidak tega menceraikan isteri pertama dan sampai saat ini-
24
isteri pertama masih hidup. Penulis sebagai Notaris tentu saja terkejut dan
langsung berkesimpulan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh wanita
tersebut bukanlah pemikahan yang sah, karena tidak mungkin seseorangyffiig
tunduk pada KUH Perdata yang masih terikat perkawinan sah dapat menikah
lagi dengan pasangan lain (bigami). Maka walaupun wanita tersebut memiliki
akte nikah dari Kantor Pencatatan Sipil, maka akte tersebut tidak dapat
dipergunakan untuk membuat keterangan hak waris, karena tidak
dimungkinkan seorang yang tunduk pada hukum perdata memiliki 2 isteri
yang sah dalam masa perkawinan yang silma.
Dalam hal-hal demikian, maka notaris dianjurkan untuk tidak membuat keterangan
hak waris.dengan mendasarkanpadaakte Pencatatan Sipil yang 'sepertinya' sah tetapi
nantinya pasti menimbulkan masalah. Hal ini harus terlebih dahulu dibereskan
melalui pengadilan. Dari contoh-contoh tersebut, ternyata tetap dibutuhkan akte-akte
Pencatatan Sipil untuk memastikan sebuah peristiwa hukum yang terjadi dan dialami
sebagai dasar pembuatan Keterangan Hak Waris. Maka untuk membuat akte
Keterangan Hak Waris penulis menganggap tidak cukup, hanya mengandalkan surat
yang dikeluarkan oleh pejabat agama yang bersangkutan, tetapi tetap diperlukan akte-
akte catatan sipil. Bahkan walaupun telah ada akte-akte catatan sipil tetap harus
diperiksa dengan teliti akte-akte tersebut.
Dalam rangka pembuatan keterangan hak waris. biasanya penulis :
- Akte Kelahiran,
- Akte perkawinan
- Akte Kematian,
25
almarhum atau yang mengenal betul almarhum sejak lama bahkan sebelum
menikah, yang dapat memberikan kesaksian kebenaran bahwa almarhum
mempunyai berapa orang isteri dan berapa orang anak, atau tidak mempunyai
ahliwaris golongan satu tetapi mempunyai saudara-saudaru kandung, dan
seterusnya yang membuat akte Keterangan dalam bentuk notariil.
saja ahli waris dan berapa bagian-bagiannya. Akte keterangan hak waris dibuat
mengikuti model akte di bawah tangan karena tidak mungkin dapat dterima seorang
notaris menjadi penghadap dalam akte yang dibuatnya sendiri dan menguatkan
keterangannya dalam suatu relaas akte tentang hal hal yang
diterangkan/dinyatakannya sendiri.
26
Upava Menuiu pada Hukum Waris yang ielas.
Contoh-contoh / sikap notaris / formulasi :
l. Dalam menghadapi klien yang ingin membuat surat wasiat dan baginya tidak
berlaku Hukum Waris dalam KUH Perdata tetapi yang bersangkutan ingin agar
kelak orang-orang yang menjadi ahliwarisnyaadalahorang-orang yang disebutkan
menurut ketentuan Hukum Perdata, maka notaris sebaiknya lebih dahulu
menjelaskan menurut status yang bersangkutan sebagai Warga Negara Indonesia
yang menikah sah atau tidak. Bila menikah sah maka ahliwarisnya adalah ahli
waris golongan I (suami/isteri dan anak-anak) dengan bagian yang sama yang
berasal dari Harta Warisan dengan memperhatikan hak pasangan hidup atas ll2
bagian dari harta bersama.
"Saya tarik kembali dan hapuskan semua testamen dan semua akte dengan kekuatan
testamen yang dibuat oleh saya sebelum testamen ini, tidak ada yang dikecualikan. -
Saya menghendaki agar harta warisan saya dibagi menurut ketentuan Hukum
Perdata (Kitab Undang-undang Hukum Perdata eab XII dan Bab XIII khususnya
bagi
keluarga saya sebagaimana diatur dalam pasal 852.
saya angkat sebagai para ahli waris saya : isteri saya: Nyonya B, dan anak-anak
saya: tuan c, tuan D dan nona E, masing-masing untuk rl4 bagian yang sama atas
harta warisan saya.
Saya angkat sebagai pelaksana testamen saya, isteri saya: Nyonya B tersebut,
dengan diberi hak yang dapat diberikan kepada seorang peiaksana testamenj
terutama hak untuk mengambil dan memegang (in bezit nemen en houden), seluruh
harta peninggalan saya, menurut penetapan dalam Undang-Undang.,, ------------------
27
2. Dalam hal sebagaimana tersebut di atas, maka sebagai notaris yang kemudian
diminta membuat Keterangan Hak Mewaris untuk seorang sebagaimana tersebut
di nomor I atas, maka dapat dibuat akte Keterangan dan kemudian surat
Keterangan Hak Mewaris dengan contoh sebagai berikut :
KETERANGAN
Nonpr : ,-
Pada hari ini,
jam Waktu Lndonesia Bag-ian Barat, -
hadir-di hadapan saya, MILLY KARMILA SAREAL Saljana Hukum, ---
notaris di lakarta, berkantor di jalan Mangga Besar VI Utara -
nomor 7A, Jakarta Barat, dengan dihadiri oleh saksi saksi yang
akan disebut pada akhir akte ini I
1. nyonya janda B
dilahi rkan di .. .. pada tanggal
Warga Negara Indonesia, partikelir, bertempat t.inggai di --
pemegang Kartu Tanda penduduk
Nomor Induk Kependudukan
2. tuan C
- s.d.a. -
4. nona E ....
- s.d.a. -
Para penghadap menerangkan dengan sesungguhnya dan dengan ____
berani disumpah : --------
- bahwa. suami penghadap nyonya janda B ....
dan ayah para penghadap tuan- C, tuan D dan nona E
yaitu almarhum tuin A, dilahirftan oi
pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
telah meninggal dunia di pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
semaia hidupnya 6"rt"*put tinggal d;' :::
- bahwa semasa hidupnya, almalfium tuan A:::::: : :: :: ::: :::: :::'
tersebut pernah
menikah, pernikahannya yang pertama dan terakhi" tunpu membuat
Perjanj'ian Kawin (huwelijki voorwaarden) OenSan p"ngfiuOap ____
1yolyl janda B pada tanggal
(setelah IJII No. 7/1974 ientang perkawinan berTaku)-iebaga;mana
ternyata dari
:-?il.i-13111, nerkawinan tersebut tetah dii;hi;k;;'i'c.igu) __
orang anak sah, yalg sampai sekarang masih hidup, yiltu
1. tuan C, dilahi rkan d"i : ____
. . piAa tungjui-. : .::: .
sebagaimana ternyata dari .. , . . .
_ tuan
2. D, dilahirkan di .. pada tanggat ::::::...
_ sebagaimana ternyata dari .. . ,. .
3. nona E, dilahirkan di .. pada tunggui ::::::...
. sebagaimana ternyata dari
;,lilill,'i;5lT"i:,::ff:?': ?:iiil1 i:::1 T:pe:i1i1______
- bahwa semasa hidupnya, armarhum tuan A tersebut tidak pernah
mengadopsi_maupun mengakui sah (erkennen) seorang
uniilprn; ___
- bahwa selain para penghadap nyonya jania e oan"a;i[
yang bernama tuan c, tuan D dan-nona E, tidak ada ahlianak ---
lain dari almarhum tuan A; -------- waris -
Sekarang hadir d'i hadapan saya, notaris, dengan dihad-iri oreh-
saksi saksi: ------
1. tuan X, dilahirkan di pada tanggal
Warga Negara Indonesia, bertempat tinqgal di
pemegang Kartu Tanda penduduk
2. nyonya y, dilahirkan di da tanooal
28
Indonesia, bertempat tinggal di
Warga Negara
Kartu Tanda penduduk
pemegang
Para penghadap tuan X dan nyonya y menerangkan dengan
sesungguhnya dan dengan berani disumpah, --------------------
- bahwa apa yang diterangkan oleh para penghadap nyonya ------
janda B dan anak anaknya yang bernama tuan C, tuan- D ian -----
nona E sebagaimana tersebut di atas benar adanya;
- bahwa para penghadap tuan A dan nyonya B dapit memberikan --
keterangan tersebut berhubung mereka adalah adik kandung dan -
adik ipar dari almarhum tuan A tersebut.
Masing masing penghadap dikenalkan kepada saya, notaris, -----
oleh para penghadap 1a-innya.
Dari segaia sesuatu yang tersebut di atas ini
di buatl ah,
---AKTE INI
KETERANGAN WARISAN
Nomor : . -
Yang bertanda tangan di bawah ini : ---
MILLY KARMILA SAREAL, Sarjana Hukum,
notaris di Jakarta,
menerangkan,
29
1. tuan C..... , dilahirkan di , pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
yang sampai sekarang masih hidup;
_
2. tuan D..... , dilahirkan di , pada tanggal
sebagaimana ternyata dari
yang sampai sekarang masih hidup;
Saya menghendaki agar harta warisan saya dibagi menurut ketentuan Hukum
(Kitab undang-undang Hukum Perdata sab itt dan Bab nII khususnya bagt
keluarga saya sebagaimana diatur dalam pasal 852.
saya angkat sebagai para ahli waris saya : isteri saya: Nyonya g
dan anak-
saya: tuan ctuan D dan nona E, masing-masing untuk I/4 bigian yang sama
slra anokat sebagai pelaksana testamen saya, isteri saya: Nyonya B tersebut,
dengan diberi hak yang dapat diberikan kepada teorig pelakmna testamei,
terutama hak untuk mengambil dan memegang (in bezit neien en houden), seturuh
hafta peninggalan saya, menurut penetapan datam Undang-undang.. -----:------------
30
harta bawaan/prfve; ------
- bahwa harta peninggalan "peninggal waris" terdiri dari :
3l
b. tuan D. ... . tersebut untuk 1/8 (satu per delapan)
bagi an;
b. nona E. ..,. tersebut untuk L/8 (satu per delapan)
bagi an;
dan merekalah yang tersendiri berhak untuk menuntut dan menerima ----
-segala barang dan uang yang termasuk harta peninggalan tersebut dan
--memberi kwitansi atau tanda pelunasan untuk segala penerimaan." ---
KETERANGAN WARISAN
Norcr :
Yang bertanda tangan dibawah ini :
32
menikah dengan harta bersama sebagaimana diatur dalam Bab VII Undang
- bahwa "peninggal waris" mempunyai 1 (satu) anak luar nikah yang ---
masih hidup yaitu : --------
di pada tanssal
llli.l:.dilahirkan
dan tidak pernah diakui sah oleh siapapun;
- luar nikah dari "peningga'l waris" yang bernama E -------
bahwa anak
't)
mereka anak anak yang sah, sedangkan sisanya sesuai pasal 852 juncto
pasal 852a Kitab Undang Undang Hukum Perdata untuk para ahli waris --
gotongun kesatu;
nomor ... dalam buku register Seksi Daftar Wasiat Sub ---
Direktorat Harta Peninggalan Direktorat perdata, tidak terdaftar
akta-
wasiat atas nama "peninggal waris"; --------
- bahwa oleh karena "peninggal waris" menikah seterah berrakunya----
unuung undang Perkawinan nomor 1 tahun L974 (seribu sembilanratus ---
-tujuhpuluh empat) tanpa membuat perjanjian perkawinan, maka
2,4
2. tuan duda B tersebut;
,, nona C tersebut;
_
. tuan D tersebut;
masing masing mendapat 1/3 (satu per tiga) dikali Ij-/24
(sebel as-
per duapuluh empat) atau sama dengan Ll/72 (sebelas per --------
_
tujuhpuluh dua) bag'ian dari harta peninggalan "peninggal waris"
_
atau LL/I44 (sebelas per seratus empatpuluh empat) bagian dari -
_
harta bersama seluruhnya; ---------
-
sehingga yang berhak atas seluruh harta bersama almarhumah
nyonya A dengan tuan duda B adalah
_ bagian; ----
. tuan D tersebut untuk 71/72 (sebelas per tujuhpuluh dua) ____
gian; ----
B. dan bilamana ada harta bawaan/prive ,,peninggal waris", yang ____
_
berhak adalah : --------
1. nona E tersebut untuk 1/3 (satu per tiga) dikali 1/4 (satu
per
pat) atau sama dengan r/12 (satu per duaberas) atau sama --
ngan 3/36 (tiga per tigapuluh enam) bag-ian; ________
. tuan duda B tersebut untuk 1/3 (satu per tisa) dikali L]^/12 _
35
_
tigapuluh enam) bagian; ------
dan merekalah yang tersendiri berhak untuk menuntut dan menerima ----
segala barang dan uang yang termasuk harta peninggalan tersebut dan -
memberi kwitansi atau tanda pelunasan untuk segala penerimaan
36
Kesimpulan dan Saran
sanksi pidana pada Pasal 93 s.d Pasal 98 yaitu yang disebut tindak pidana
kependudukan maupun penduduk yang dikenai sanksi administratif dalam
Pasal 90 (terhadap penduduk yang terlambat melaporkan peristiwa penting),
lahir ayahnya sedangkan anak-anak luar kawin (yang tidak diakui) dari ibunya
dan lebihiauh bagi orang tua mereka.
a
-). Tentang Pembuatan Keterangan Hak Mewaris yang lebih menjamin kepastian
hukum, membutuhkan juga selain ketelitian notaris dan kerjasama dari para
37
ahliwaris membuktikan dari akte-akte pencatatan sipil mereka juga partisipasi
pemerintah yang menyelenggarakan :
ada tidaknya surat wasiat terakhir dari almarhum yang hendak dibuatkan
Keterangan hak Mewaris / Penetapan ahli warisnya kepada Departemen
Hukum dan HAM Republik Indonesia Bagian pendaftaran surat wasiat.
- Demi kepastian hukum waris yang berlaku bagi merekayangtunduk pada
Hukum Adat, yang merasa hukum waris yang berlaku baginya kurang
menjamin kepentingan para ahliwarisnya, pemerintah semestinya
mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan bagi
seseorang yang terhadapnya belum berlaku Ketentuan Hukum waris
-----oo0oo-----
38