You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam mhos/cm (S/cm). Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL) adalah gambaran numeric dari kemampuan air untuk meneruskan listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin banyak pula nilai DHL. Reaktivitas, bilangan valensi, dan kosentrasi ion-ion terlarut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai DHL. Senyawa organic adalah penghantar listrik (konduktor) yang baik, sedangkan senyawa anorganik adalah penghantar listrik (konduktor) yang lemah. Selain itu bermacam-macam alat elektronik di sekitar kita bekerja dengan sumber energi yang berasal dari arus listrik. Seperti contohnya lemari es, penanak nasi, setrika dan masih banyak lagi. Di samping kegunaannya tersebut, listrik juga menyimpan bahaya besar. Oleh karena itu diperlukan pembekalan diri dengan pengetahuan yang cukup mengenai listrik dan sifat-sifatnya. Misalnya, jangan memasukkan kabel alat elektronik ketika tangan dalam keadaan basah. Maka dari itu penting bagi kita untuk mempelajari daya hantar listrik. (Sutresna, 2007)

1.2 Tujuan 1. Mengetahui perubahan daya hantar pada titrasi asam basa 2. Mengetahui beda hantar dari senyawa yang berbeda

BAB II ISI

2.1 Pengertian Elektrolit Elektrolit merupakan senyawa lelehan atau larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Elektrolit juga dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atomatom bermuatan elektrik. Hal itu disebabkan karena zat terlarutnya dapat mengalami reaksi ionisasi sehingga pada konsentrasi yang sama jumlah partikelnya lebih besar. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai

elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dan lelehan atau bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit. Larutan yang molekulmolekulnya dapat terurai menjadi ion-ion sehingga dapat menghantarkan listrik. (Yazid, 2005)

2.2 Macam-macam Elektrolit Elektrolit sendiri terbagi menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Istilah elektrolit kuat dan lemah bukanlah pengelompokan dengan pemisahan tajam, karena elektrolit kuat dapat kuat-lemah, cukup kuat, kuat, sangat kuat dan seterusnya. Elektrolit lemah juga dapat diperinci secara sama. Artinya, terdapat semua derajat lemah dan kuat, sehingga garis batas antara keduanya tidak terlalu jelas. (Keenan,

Elektrolit kuat adalah elektrolit yang terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna membentuk ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Arus listrik merupakan arus elektron. Pada saat dilewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, elektron tersebut dapat dihantarkan melalui ion-ion dalam larutan, seperti dihantarkan oleh kabel. Akibatnya, lampu pada alat uji elektrolit akan menyala dikarenakan zat tersebut memiliki ion-ion yang bergerak bebas di dalam larutan tersebut. ion-ion inilah yang nantinya akan menjadi penghantar. Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut menghantarkan listrik. Ciri-ciri elektrolit kuat adalah: 1. Menghasilkan banyak ion 2. Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali 3. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna 4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala 5. Penghantar listrik yang baik 6. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1. (Sutresna, 2007) Contoh elektrolit kuat: 1. HCl HCl akan berasap tebal di udara lembab. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang. Larutan ini juga dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform dan eter. HCl mempunyai afinitas yang besar terhadap unsur-unsur lainnya sehingga dapat beracun bagi pernapasan. ( 2. NaCl 3. H2SO4 4. NaOH NaOH (Natrium hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Bersifat sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap

karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318C serta titik didih 1390C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1 molekul air NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. 5. KOH Elektrolit lemah adalah elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gelembung gas. Jika elektrolit lemah dilarutkan mengion, maka derajat ionisasinya kecil (mendekati 0). Elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif buruk meskipun konsentrasinya relatif besar. Ciri-ciri elektrolit lemah adalah: 1. Menghasilkan sedikit ion 2. Molekul netral dalam larutan banyak 3. Terionisasi hanya sebagian kecil 4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak menyala 5. Penghantar listrik yang buruk 6. Derajat ionisasi mendekati 0. (Purba, 2006) Contoh elektrolit lemah: 1. CH3COOH Asam asetat termasuk ke dalam golongan asam karboksilat dengan rumus molekuh CH3COOH, berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap, dengan bau tajam khas cuka, titik leburnya 16,7 oC, dan titik didihnya 118,5 oC. Senyawa murninya dinamakan asam etanoat glasial. Dibuat dengan mengoksidasi etanol atau dengan mengoksidasi butana dengan bantuan mangan (II) atau kobalt (II) etanoat larut pada suhu 200 oC. Asam asetat digunakan dalam pembuatan anhidrida etanoat

untuk menghasilkan selulosa etanoat (untuk polivinil asetat). Senyawa ini juga dapat dibuat dari fermentasi alkohol, dijumpai dalam cuka makan yang dibuat dari hasil fermentasi bir, anggur atau air kelapa. Beberapa jenis cuka makan dibuat dengan menambahkan zat warna. 2. NH4OH Zat ini tidak dapat diisolasi dan termasuk dalam contoh larutan yang tidak Stabil. Natrium Hidroksida juga merupakan larutan basa sehingga mudah larut dalam air dan bersifat autoniosasi. 3. HF

2.3 Hukum 2.3.1 Hukum Faraday I Michael Faraday telah menemukan hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dengan jumlah zat yang terjadi, baik di anode maupun katode. Hukum Faraday I menyatakan bahwa Massa zat yang timbul pada elektrode karena elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan. F disebut bilangan Faraday, satu Faraday adalah jumlah listrik yang pada elektrolisis menghasilkan 1 gram-ekivalen zat. Dapat dikatakan bahwa 1 faraday adalah 1 grek listrik.

M = massa zat yang dihasilkan (gram) e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi i = kuat arus listrik (amper) t = waktu (detik)

q = muatan listrik (coulomb)

2.3.2

Hukum Faraday II Massa dari bermacam-macam zat yang timbul pada elektrolisis dengan jumlah listrik sama, berbanding lurus dengan berat ekuivalennya.

massa zat yang dihasilkan (gram) jumlah elektron yang dilepas / koefisien zat

PBO =

2.3.3

Hukum Ohm Hukum Ohm menyatakan besarnya jumlah beda potensial suatu benda dibagi jumlah arus benda tersebut. Satu volt per ampere dalam satuan SI disebut juga satu Ohm.

2.3.4

Hukum Fourier Laju perpindahan kalor secara konduktivitas dapat dihitung berdasarkan hukum Fourier. Dimana laju perpindahan panas konduksi pada suatu plat sebanding dengan beda temperatur diantara dua sisi plat dan luasan perpindahan panas, tetapi berbanding terbalik dengan tebal plat.

2.3.5

Hukum Disosiasi Arhenius Konduktivitas merupakan suatu besaran yang diturunkan, karena tak dapat diukur langsung. Untuk larutan elektrolit, biasanya menyatakan besaran yang disebut dengan konduktivitas molar. Hukum yang berkaitan dengan konduktivitas molar adalah Hukum Disosiasi Arhenius yang menyatakan kenaikan konduktivitas molar sesuai dengan teori Arhenius diakibatkan oleh kenaikan derajat disosiasi dan nilai batas itu sesuai dengan disosiasi yang sempurna. (Dogra, 2002)

2.4 Alat Pengukur Daya Hantar 2.4.1 2.4.2 2.4.3 Coilometer (Petrucci, Konduktimeter Voltmeter

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Hantar Suatu Larutan a) Derajat ionisasi Semakin banyak ion maka semakin mudah untuk menghantarkan listrik. Hal ini terjadi pada senyawa ion dan kovalen polar. b) Jenis ikatan senyawa c) Bentuk molekul Jika suatu senyawa memiliki bentuk molekul simetris dan tidak mempunyai PEB (Pasangan Elektron Bebas) maka senyawa tersebut tidak dapat menghantarkan listrik atau daya hantar listriknya nol. Sedangkan jika suatu senyawa memiliki bentuk molekul asimetris dan mempunyai PEB (Pasangan Elektron

Bebas) polar maka senyawa tersebut termasuk dalam larutan elektrolit lemah.

You might also like