You are on page 1of 25

BAB II KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

(KUP)
PENDAHULUAN
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan merupakan hukum pajak pajak formil yang mengatur tata cara untuk mewujudkan hukum pajak materil menjadi kenyataan atau cara melaksanakan hukum pajak materil. Undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah UndangUndang No. 6 tahun 1983, yang kemudian pada tahun 1994 dilakukan perubahan pertama melalui Undang-undang No. 9 tahun 1994. Tahun 2000 dilakukan perubahan kedua melalui Undang-undang No. 16 tahun 2000. Dan terakhir, tahun 2007 dilakukan perubahan ketiga terhadap Undang-undang No. 6 Tahun 1983 melalui Undangundang No. 28 Tahun 2007 Adapun penjelasan umum dilakukannya perubahan ketiga pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan. Undang-Undang ini memuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang pada prinsipnya diberlakukan bagi undang-undang pajak material, kecuali dalam undang-undang pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakannya. 2. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial, dan politik, disadari bahwa perlu dilakukan perubahan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Perubahan tersebut bertujuan untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum, serta mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di bidang perpajakan. Selain itu, perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak. 3. Sistem, mekanisme, dan tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan Undang-Undang ini dengan tetap menganut sistem self assessment. Perubahan tersebut khususnya berkaitan dengan peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat Wajib Pajak sehingga masyarakat Wajib Pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya dengan lebih baik. 4. Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan, arah dan tujuan perubahan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini mengacu pada kebijakan pokok sebagai berikut: a. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan negara b. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah c. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan di bidang teknologi informasi d. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban e. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan f. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten dan g. Mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif

Buku I Perpajakan Indonesia

Dengan dilaksanakannya kebijakan pokok tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya kepatuhan sukarela dan membaiknya iklim usaha.

DASAR HUKUM KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


1. 2. 3. 4. UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU No. 9 tahun 1994 tentang perubahan pertama UU No. 6 tahun 1983 UU No. 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua UU No. 6 tahun 1983 UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga UU No. 6 tahun 1983

BEBERAPA ISTILAH-ISTILAH PENTING DI DALAM KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Di dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan akan dijumpai pengertian-pengertian atau istilah-istilah yang sudah baku, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 2. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu Masa Pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender. 3. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender

Ketentuan Tentang Tahun Pajak


Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender. Wajib pajak dapat menggunakan tahun pajak yang tidak sama dengan tahun takwim dengan syarat taat asas (konsisten) selama 12 bulan dan melapor/memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat dan telah disetujui oleh Dirjen Pajak.

Ilustrasi Tentang Penggunaan Tahun Pajak


1. Tahun Pajak sama dengan tahun takwim
1 Januari 2007 31 Desember 2007

Pembukuan yang dimulai tanggal 1 Januari 2007 dan berakhir tanggal 31 Desember 2007, disebut dengan tahun pajak 2007.

2. Tahun Pajak tidak sama dengan tahun takwim a.


1 Juli 2007 31 Desember 2007 30 Juni 2008

Pembukuan yang dimulai tanggal 1 Juli 2007 dan berakhir tanggal 30 Juni 2008, disebut dengan tahun pajak 2007. Karena 6 bulan pertama berada pada tahun 2007

b. 1 April 2007
31 Desember 2007 31 Maret 2008

Pembukuan yang dimulai tanggal 1 April 2007 dan berakhir tanggal 31 Maret 2008, disebut dengan tahun pajak 2007. Karena lebih dari 6 bulan berada pada tahun 2007

Buku I Perpajakan Indonesia

c.
1 Oktober 2007 31 Desember 2007 30 september 2008

Pembukuan yang dimulai tanggal 1 Oktober 2007 dan berakhir tanggal 30 September 2008, disebut dengan tahun pajak 2008. Karena lebih dari 6 bulan berada pada tahun 2008

4. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak 5. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 6. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

ISI KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang merupakan hukum pajak formil pada dasarnya berisikan tentang: 1. Kewajiban dari wajib pajak 2. Hak dari wajib pajak 3. Wewenang atau hak pemerintah sebagai pemungut pajak 4. Kewajiban pemerintah sebagai pemungut pajak 5. Ketentuan tentang sanksi administrasi dan sanksi pidana atas pelanggaran yang dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK Kewajiban wajib pajak secara umum adalah melaksanakan ketentuan sebagaimana telah diatur di dalam undang-undang pajak serta petunjuk pelaksanaannya. Kewajiban wajib pajak secara rinci adalah: 1. Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajb Pajak (NPWP) dan melaporkan usahanya bagi pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak 2. Mengambil sendiri, mengisi dengan benar, lengkap, jelas dan menandatangani serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dalam batas waktu yang ditentukan 3. Menghitung dan membayar atau menyetorkan sendiri pajak yang terutang dengan benar 4. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan 5. Bila diperiksa wajib: a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek pajak yang terutang pajak b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan c. Memberikan keterangan yang diperlukan Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan

Buku I Perpajakan Indonesia

HAK WAJIB PAJAK Hak wajib pajak secara umum adalah memperoleh bimbingan, penerangan dan pelayanan yang baik dari aparatur pajak (fiskus), serta memperoleh jaminan hukum terhadap rahasia perusahaan atau rahasia diri pribadi wajib pajak. Hak wajib pajak secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan 2. Mengangsur atau menunda pembayaran pajak dan memohon pengurangan besarnya angsuran pajak 3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 bulan 4. Mengajukan keberatan dan banding atas suatu ketetapan 5. Meminta keterangan tertulis untuk keperluan pengajuan keberatan hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan pajak 6. Menerima tanda bukti pemasukan SPT 7. Meminta pengembalian (restitusi) atau mengkompensasi kelebihan pembayaran pajak 8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi serta pembetulan surat keterangan yang salah 9. Meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada pemotong pajak, mengajukan surat keberatan dan permohonan pengurangan pajak 10. Diwakili dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan ketentuan : a. Badan oleh pengurus b. Badan yang dinyatakan pailit oleh kurator; c. Badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan d. Badan dalam likuidasi oleh likuidator e. Suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya atau f. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau pengampunya 11. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. WEWENANG PEMERINTAH ATAU APARATUR PAJAK ((FISKUS) SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK 1. Menetapkan tempat pendaftaran untuk memperoleh NPWP dan atau tempat pelaporan usaha untuk memperoleh Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain tempat yang telah ditetapkan 2. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan kewajibannya 3. Atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran paling lama 12 bulan 4. Menerbitkan Surat Ketetapan, yang terdiri dari : a. Surat Tagihan Pajak (STP) b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) 5. Karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan bila terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan terhadap : a. Surat Ketetapan Pajak (SKPKB,SKPKBT,SKPLB, SKPN) b. Surat Tagihan Pajak c. Surat Keputusan Keberatan d. Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi e. Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar Buku I Perpajakan Indonesia 4

f. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak 6. Melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 7. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya 8. Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar 9. Melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan 10. Menagih Pajak melalui : a. Surat Tagihan Pajak, b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan d. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang Menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah Dalam hal tagihan pajak tidak dibayar dalam batas waktu yang ditentukan maka akan dikeluarkan surat teguran. Bila tagihan juga tidak dibayar oleh wajib pajak sebagaimana ditetapkan dalam surat teguran tersebut, maka penagihannya dapat dilakukan dengan menggunakan surat paksa 11. Melakukan penagihan seketika dan sekaligus (tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran dalam surat ketetapan) dalam hal : a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara e. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tandatanda kepailitan 12. Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. KEWAJIBAN PEMERINTAH ATAU APARATUR PAJAK (FISKUS) SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK Kewajiban yang utama dari fiskus adalah memberikan bimbingan, penerangan, penyuluhan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan aturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Kewajiban Fiskus secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Menerbitkan kartu NPWP dan surat keterangan terdaftar paling lambat 1 hari (pada hari kerja berikutnya) setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap 2. Menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lambat 3 hari kerja berikutnya setelah pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap (Dalam hal Wajib Pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap)

Buku I Perpajakan Indonesia

3. Merahasiakan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 4. Memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan pajak, apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan 5. Setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan Direktur Jenderal Pajak Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak lebih bayar harus diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir. 6. Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak paling lama 1 bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sehubungan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak 7. Menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lambat 3 bulan sejak permohonan diterima untuk Pajak Penghasilan dan paling lambat 1 bulan sejak permohonan diterima untuk Pajak Pertambahan Nilai 8. Memberi keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal permohonan diterima 9. Memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan oleh wajib pajak paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima 10. Memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan paling lama 6 bulan sejak tanggal permohonan diterima dan memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 6 bulan sejak tanggal permohonan diterima 11. Menerbitkan surat keputusan atas permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang terutang dalam surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan dan surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah serta pajak penghasilan pasal 29 dalam jangka waktu 10 hari sejak permohonan diterima dengan lengkap 12. Setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak daiam jangka waktu 6 bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. 13. Setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

Buku I Perpajakan Indonesia

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DAN SURAT PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
PENGERTIAN
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

FUNGSI NPWP
1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak 2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan 3. Dicantumkan di dalam setiap dokumen perpajakan

PENCANTUMAN NPWP
NPWP harus dicantumkan atau dituliskan dalam setiap dokumen perpajakan antara lain : 1. Formulir pajak yang dipergunakan wajib pajak, seperti SPT, SSP dan lain-lain 2. Surat menyurat dalam hubungan perpajakan, seperti surat keberatan, banding dan lain-lain 3. Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan mengisi NPWP. Misalnya surat perjanjian kredit dengan bank

DASAR DAN JANGKA WAKTU PENERBITAN NPWP


Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak didasarkan atas : 1. Berdasarkan formulir pendaftaran wajib pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap. 2. Secara jabatan oleh Dirjen Pajak Penerbitan NPWP secara jabatan dilakukan apabila Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, namun tidak melaksanakan kewajibannya untuk mendaftar. Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak.

TEMPAT DAN JANGKA WAKTU PENDAFTARAN UNTUK MEMPEROLEH NPWP Tempat Pendaftaran Untuk Memperoleh NPWP
Tempat pendaftaran adalah pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas yang melakukan kegiatan usaha dibeberapa tempat atau mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan tempat tinggal, selain mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, juga mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. Catatan : Dalam hal tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak berada dalam 2 atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Buku I Perpajakan Indonesia

Jangka Waktu Pendaftaran


1. Untuk wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Saat usaha mulai dijalankan adalah saat pendirian, atau saat usaha, atau pekerjaan bebas nyata-nyata mulai dilakukan. 2. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama pada akhir bulan berikutnya.

YANG WAJIB MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MEMPEROLEH NPWP


Yang wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPW adalah Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif yang meliputi : 1. Setiap Wajib Pajak Badan yang menjadi subjek pajak penghasilan, yaitu : perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 2. Setiap Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan neto diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Penghasilan tidak kena pajak diberikan sebesar : a. Rp 13.200.000,- untuk diri wajib pajak pribadi b. Rp 1.200.000,- tambahan untuk wajib pajak kawin c. Rp 13.200.000,- tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami d. Rp 1.200.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga. 3. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Catatan : 1. Wanita kawin yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan tidak hidup terpisah atau tidak melakukan pemisahan penghasilan dan harta, hak dan kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan suaminya. 2. Wanita kawin sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

YANG TIDAK WAJIB MEMILIKI NPWP


Yang tidak diwajibkan untuk mendaftarkan diri guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak adalah : 1. Orang pribadi yang memperoleh penghasilan neto tidak melebihi PTKP 2. Orang pribadi atau badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak penghasilan 3. Subjek Pajak Luar Negeri

PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak hanya ditujukan untuk kepentingan tata usaha perpajakan, dan tidak menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan

Buku I Perpajakan Indonesia

Ketentuan Tentang Penghapusan NPWP 1. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal: a. Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh : 1. Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 2. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau penggabungan usaha 3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan Penghapusan NPWP dapat dilakukan dalam hal suami dari wanita tersebut telah terdaftar sebagai Wajib Pajak. 4. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia b. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara lain karena: a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan atau b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan 3. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam jangka waktu 6 bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap 4. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dianggap dikabulkan. 5. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan sebagaimana dimaksud pada angka 4, Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan surat keputusan penghapusan Nomor Pokok Wajib pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 berakhir. Catatan : a. Wajib pajak yang tidak diwajibkan untuk memiliki NPWP, bila memerlukan NPWP dapat mendaftarkan diri dan akan diberikan NPWP b. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai Subjek Pajak menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut. c. Setiap wajib pajak hanya mempunyai satu NPWP d. Untuk perusahaan perseorangan, NPWP adalah atas nama pemilik perusahaan sedangkan untuk perusahaan berbentuk badan, NPWP adalah atas nama badan. e. Untuk perusahaan yang baru didirikan sebaiknya segera mempunyai NPWP. Karena apabila menderita kerugian pada tahun pertama pendirian perusahaan tersebut, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan tahun-tahun berikutnya.

Buku I Perpajakan Indonesia

SURAT PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (NPPKP)


PENGERTIAN
Surat Pengukuhan Pengusah Kena Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang berisikan identitas dan kewajiban perpajakan Pengusaha Kena Pajak. * Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean

FUNGSI NOMOR PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


1. Untuk mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya. 2. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 3. Untuk pengawasan administrasi perpajakan 4. Dicantumkan dalam pemenuhan kewajiban PPN/PPnBM

DASAR DAN JANGKA WAKTU PENGUSAHA KENA PAJAK

PENERBITAN

SURAT

PENGUKUHAN

Penerbitan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak didasarkan atas : 1. Berdasarkan pelaporan Pengusaha yang melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP Surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak harus diterbitkan oleh KPP paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap 2. Secara jabatan oleh Dirjen Pajak Penerbitan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dilakukan apabila Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan serta pengusaha kecil yang sudah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak namun tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

PENGUSAHA YANG WAJIB MELAPORKAN USAHANYA UNTUK DIKUKUHKAN SEBAGAI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)
Yang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan dan memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak

PENGUSAHA YANG TIDAK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

WAJIB

MELAPORKAN

USAHANYA

UNTUK

1. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kecil 2. Pengusaha yang melakukan penyerahan barang atau jasa yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai

Buku I Perpajakan Indonesia

10

TEMPAT DAN JANGKA WAKTU MELAPORKAN USAHA


Tempat melaporkan usaha :
Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan serta Pengusaha kecil yang ingin dikukuhkan sebagai PKP atau sudah memenuhi syarat sebagai PKP wajib melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengam ketentuan Peraturan perundang-undangan perpajakan

Jangka Waktu Untuk Melaporkan Usaha


1. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak. 2. Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kecil yang: a. Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu bulan dalam suatu tahun buku jumlah nilai peredaran bruto atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lama akhir bulan berikutnya. Catatan 1. Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00. 2. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

PENCABUTAN SURAT PENGUKUHAN KENA PAJAK


Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah tindakan mencabut Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak hanya ditujukan untuk kepentingan tata usaha perpajakan, dan tidak menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan Ketentuan tentang Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak 1. Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal: a. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain atau b. sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha Kena Pajak termasuk Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk Pengusaha Kecil. 2. Atas permohonan Wajib Pajak untuk melakukan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. 3. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dianggap dikabulkan dan surat keputusan mengenai Pencabutan Buku I Perpajakan Indonesia 11

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 bulan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 berakhir. Catatan : 1. Wajib pajak yang Kantor Pusat dan Cabangnya terdaftar sebagai PKP dalam satu KPP harus digabung menjadi satu PKP, yaitu PKP Kantor Pusat. 2. Wajib pajak yang kantor cabangnya lebih dari satu cabang yang terdaftar sebagai PKP dalam satu KPP harus digabung menjadi satu PKP. Tempat pajak terutang yang ditunjuk melaksanakan hak dan kewajiban PKP adalah salah satu PKP cabang sesuai dengan pilihan wajib pajak.

SANKSI ATAS PELANGGARAN KETENTUAN TENTANG NPWP DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar untuk Setiap orang yang dengan sengaja : a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan pengusaha Kena Pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. 2. Pidana sebagaimana dimaksud pada angka 1 ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. 3. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. Catatan : Ketentuan diatas, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Buku I Perpajakan Indonesia

12

KETENTUAN TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA SEBAGAI PENGUSAHA KENA PAJAK BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan : 1. Wajib Pajak tertentu dan Pengusaha Kena Pajak tertentu adalah Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak : a. Badan usaha milik Negara b. Badan usaha milik Daerah c. Penanaman modal asing d. Bentuk usaha tetap dan orang asing e. Perusahaan masuk bursa, termasuk badan-badan khusus (self regulatory organization) yanq didirikan dan beroperasi di bursa berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal serta perusahaan-perusahaan tertentu lainnya yang melakukan kegiatan usaha di Pasar Modal, dan f. Perusahaan besar yang memenuhi kriteria tertentu. 2. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha dibidang perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak termasuk perdagangan kendaraan bermotor dan restoran. 3. Wajib Pajak baru adalah Wajib Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaporkan usahanya sebagai Pengusaha Kena Pajak pada saat atau setelah berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 337/PJ/2002 tanggal 2 Juli 2002 TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA SEBAGAI PENGUSAHA KENA PAJAK BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU 1. Bagi Wajib Pajak tertentu dan Pengusaha Kena Pajak tertentu a. Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Negara dan Daerah, untuk badan usaha milik Daerah yang berkedudukan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan seluruh Wajib Pajak badan usaha milik Negara, termasuk anak perusahaan badan usaha milik Negara yang penyertaan modal induk lebih dari 50% (Iima puluh persen), kecuali yang selama ini telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan b. Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu, untuk seluruh Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di sektor industri kimia dan barang galian non-logam, kecuali yang selama ini telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan c. Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua, untuk seluruh Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di sektor industri logam dan mesin, kecuali yang selama ini telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan d. Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Tiga, untuk seluruh Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di sektor pertambangan dan perdagangan, kecuali yang selama ini telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan e. Kantor PeIayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat, untuk seluruh Wajib Pajak penanaman modal asing, yang tidak masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di sektor industri tekstil, makanan dan kayu, kecuali yang selama ini telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan f. Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima, untuk seluruh Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha

Buku I Perpajakan Indonesia

13

disektor agribisnis dan jasa, kecuali yang selama ini telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan g. Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing, untuk Wajib Pajak bentuk usaha tetap dan orang asing yang berkedudukan bertempat tinggal di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta h. Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa, Untuk seluruh Wajib Pajak yang pernyataan pendaftaran emisi saham telah dinyatakan efektif oleh Badan Pengawasan Pasar Modal, termasuk badan- badan khusus (Self Regulatory Organization) yang didirikan dan beroperasi di bursa berdasarkan Undang- undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, perusahaan efek non bank, Reksa Dana, serta Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Asset (KIK-EBA), kecuali Wajib Pajak emiten yang selama ini telah terdaftar pada Kantor PeIayanan Pajak tempat Wajib Pajak berkedudukan dan Wajib Pajak emiten badan usaha milik Negara dan badan usaha milik Daerah i. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat kedudukan Wajib Pajak badan usaha milik Daerah dan bentuk usaha tetap, untuk Wajib Pajak badan usaha milik Daerah dan bentuk usaha tetap, atau tempat tinggal Wajib Pajak orang asing untuk Wajib Pajak orang asing, yang berkedudukan atau bertempat tinggal di luar Daerah Khusus Ibukota Jakarta j. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat cabang, perwakilan, atau kegiatan usaha dilakukan, Untuk Wajib Pajak badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, penanaman modal asing, badan dan orang asing, perusahaan masuk bursa, terbatas pada Pajak Penghasilan Pemotongan, Pajak Penghasilan Pemungutan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah kecuali cabang, perwakilan, atau kegiatan usaha Wajib Pajak tersebut lokasinya berada di wilayah Daerah Khusus lbukota Jakarta tempat pendaftaran dan pelaporan usahanya adalah ke Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana dimasud dalam huruf a, huraf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h k. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar, untuk seluruh Wajib Pajak Besar sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-263/PJ./2002 tanggal 8 Mei 2002 tentang Tempat Pendaftaran dan Pelaporan Usaha Bagi Wajib Pajak Tertentu Pada Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar. 2. Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/gerai (outlet) di Kantor Pelayanan Pajak yang wiIayah kerjanya meliputi tempat usaha/gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP domisili). Ketentuan tersebut juga berlaku dalam hal tempat usaha/gerai (outlet) dan tempat tinggal Wajib Pajak yang bersangkutan berada dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama. 3. Bagi Wajib Pajak baru yang bertempat kedudukan di luar wiIayah DKI Jakarta yang termasuk Wajib Pajak Badan usaha milik Negara, Penanaman modal asing, dan Perusahaan masuk bursa, termasuk badan-badan khusus (self regulatory organization) yanq didirikan dan beroperasi di bursa berdasarkan Undang -undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal serta perusahaan -perusahaan tertentu lainnya yang melakukan kegiatan usaha di Pasar Modal Dapat memilih untuk mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan dan wajib melaporkan usahanya. sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang Wilayah Kerjanya meliputi tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. Catatan : 1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka1 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f berlaku bagi Wajib Pajak yang status modalnya berubah menjadi penanaman modal asing kecuali Wajib Pajak yang bersangkutan memilih untuk tetap terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak semula.

Buku I Perpajakan Indonesia

14

2. Bagi Wajib Pajak yang bertempat kedudukan di Kawasan Berikat Pulau Batam, Kawasan Pulau Bintan, dan Kawasan Pulau Karimun yang selama ini telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf h dapat mengajukan permohonan pindah ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Wajib Pajak.

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK SERTA PELAPORAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
1. Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa khusus yang mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak. 2. Berdasarkan formulir pendaftaran, Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. 3. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap. 4. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap. 5. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

LAMPIRAN DALAM PERMOHONAN PENDAFTARAN PELAPORAN PENGUSAHA KENA PAJAK

WAJIB

PAJAK

DAN

a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing. b. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing 2. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa c. Untuk Wajib Pajak badan: 1. Fotokopi Akte Pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap 2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif 3. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurangkurangnya lurah atau kepala desa d. Untuk Bendaharawan sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong: 1. Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan 2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bendaharawan e. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong: 1. Fotokopi Perjanjian Kerjasama sebagai Joint Operation 2. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota Joint Operation

Buku I Perpajakan Indonesia

15

3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus Joint Operation Catatan : a. Bagi pemohon berstatus cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan fotokopi Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) Kantor Pusat/domisili/suami. b. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain, harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus. c. Dalam hal formulir dan persyaratannya belum lengkap, dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi.

KETENTUAN TENTANG TATA CARA PERUBAHAN DATA WAJIB PAJAK


Perubahan data Wajib Pajak meliputi : 1. Perubahan identitas Wajib Pajak 2. Pemindahan Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak 3. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

PERUBAHAN IDENTITAS WAJIB PAJAK


Perubahan Identitas Wajib Pajak meliputi: a. Perbaikan data karena kesalahan dalam keluaran (data dalam dokumen masukan tidak sama dengan data keluaran) b. Perubahan Nomor Pokok Wajib Pajak karena adanya kesalahan (misalnya Kode Wajib Pajak cabang tidak sama dengan pusat) c. Perubahan nama Wajib Pajak karena penggantian nama d. Perubahan bentuk badan hukum e. Perubahan alamat Wajib Pajak karena perpindahan tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama f. Perubahan status usaha Wajib Pajak g. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan kegiatan usaha Wajib Pajak h. Perubahan jenis pajak, karena sesuatu hal yang mengakibatkan kewajiban jenis pajaknya berubah

Tata Cara Perubahan Identitas Wajib Pajak


1. Mengisi formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.100) serta menandatanganinya. 2. Melengkapi formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak tersebut

Lampiran Dalam Permohonan Perubahan Identitas Wajib Pajak


a. Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00), Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.3-00) dan atau Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.4-00) karena adanya kesalahan, misalnya data masukan tidak sama dengan data keluaran, Kode Wajib Pajak cabang tidak sama dengan Kode Wajib Pajak pusat b. Keterangan dari instansi yang berwenang karena penggantian nama c. Fotokopi akte perubahan bentuk badan hukum karena berubahnya bentuk badan hukum d. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau Paspor bagi orang asing ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurangkurangnya lurah atau kepala desa karena pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama e. Fotokopi akte perubahan dan pernyataan tertulis dari Wajib Pajak karena berubahnya status usaha Wajib Pajak f. Fotokopi Surat Izin Usaha dan pernyataan tertulis dari Wajib Pajak karena berubahnya jenis usaha.

Buku I Perpajakan Indonesia

16

PEMINDAHAN WAJIB PAJAK


Pemindahan Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak meliputi: a. Perubahan alamat Wajib Pajak karena perpindahan tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain b. Perubahan status modal Wajib Pajak yang mengakibatkan Kantor Pelayanan Pajak yang mengelola berubah.

Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak


1. Dalam hal Wajib Pajak terdaftar pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain atau terjadi perubahan status perusahaan yang mengakibatkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar harus berubah, maka Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah dengan menyampaikan surat pernyataan pindah beserta persyaratannya. 2. Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan: a. Surat Pindah, untuk diberikan kepada Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah surat pernyataan pindah diterima, guna diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak baru, dalam hal surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak lama. b. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar, paling lama pada hari kerja berikutnya, dalam hal surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak baru, atau setelah menerima Surat Pindah dari Wajib Pajak yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak lama. 3. Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka: 1. Kantor Pelayanan Pajak lama menerbitkan Surat Pindah paling lama pada hari kerja berikutnya setelah menerima surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap dari Pengusaha Kena Pajak atau pemberitahuan adanya surat pernyataan pindah dari Kantor Pelayanan Pajak baru. 2. Kantor Pelayanan Pajak baru menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah menerima Surat Pindah dari Kantor Pelayanan Pajak lama. 3. Kantor Pelayanan Pajak lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak setelah diterimanya tembusan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak baru paling lama pada hari kerja berikutnya. 4. Dalam hal surat pernyataan pindah selain berisikan pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan juga menyatakan pindah tempat kegiatan usaha, maka Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya Surat Pindah dari Wajib Pajak yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak lama. 5. Dalam hal terjadi pemindahan, Kantor Pelayanan Pajak lama harus mengirim berkas Wajib Pajak dan atau berkas Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan berikut uraian singkat mengenai hal-hal yang dianggap perlu kepada Kantor Pelayanan Pajak baru yang isinya antara lain: 1. Jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih 2. Tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak 3. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang belum diselesaikan.

Lampiran Dalam Surat Pernyataan Pindah Bila Surat Pernyataan Pindah Diajukan Melalui Kantor Pelayanan Pajak Lama
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi: 1. Pindah tempat tinggal, adalah surat keterangan tempat tinggal yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa. Dalam hal Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, persyaratan tersebut dapat berupa surat keterangan dari pimpinan instansi atau perusahaannya. Buku I Perpajakan Indonesia 17

2. Pindah tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, adalah surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa. b. Untuk Wajib Pajak badan: 1. Pindah tempat kedudukan, adalah surat keterangan tempat kedudukan yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa. 2. Pindah tempat kegiatan usaha, adalah surat keterangan tempat kegiatan usaha yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.

Lampiran Dalam Surat Pernyataan Pindah Bila Surat Pernyataan Pindah Diajukan Melalui Kantor Pelayanan Pajak Baru
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi: 1. Pindah tempat tinggal, adalah Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00), fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan tempat tinggal yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi penduduk Indonesia, atau Paspor bagi orang asing ditambah surat keterangan tempat tinggal yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa. Dalam hal Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas persyaratan tersebut dapat berupa surat keterangan dari pimpinan instansi atau perusahaannya. 2. Pindah tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, adalah Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.3-00) dalam hal Pengusaha Kena Pajak, dan surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa. b. Untuk Wajib Pajak badan: 1. Pindah tempat kedudukan, adalah fotokopi akte perubahan atau surat keterangan tempat kedudukan yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa, dan Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00). 2. Pindah tempat kegiatan usaha, adalah fotokopi akte perubahan atau surat keterangan tempat kegiatan usaha yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa, dan Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.3-00) dalam hal Pengusaha Kena Pajak.

TATA CARA PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
1. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan dengan cara mengisi formulir yang ditentukan, yang dilakukan oleh: a. Wajib Pajak atau kuasanya dengan melampirkan Surat Kuasa Khusus b. Petugas Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan dalam hal: 1) Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia berdasarkan Surat Keterangan Kematian atau fotokopi akte atau fotokopi laporan kematian Wajib Pajak tanpa meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan. 2) Wajib Pajak (Bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap dan Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak), berdasarkan hasil pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan. 2. Permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak harus diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap, kecuali : 1. Penerbitan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak lama setelah diterimanya tembusan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak baru, paling lama pada hari kerja berikutnya.

Buku I Perpajakan Indonesia

18

2. Permohonan pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal jumlah peredaran bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran bruto untuk Pengusaha Kecil, Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan paling lama 2 (dua) bulan sejak permohonan diterima. Apabila jangka waktu 2 bulan telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dianggap dikabulkan dan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir. 3. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Wajib Pajak wanita kawin dapat dilakukan dengan ketentuan bahwa suami telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan berlaku sejak awal tahun berikutnya setelah tahun perkawinan dilaksanakan. Berkas Wajib Pajak wanita kawin yang Nomor Pokok Wajib Pajaknya telah dihapus tersebut: a. Diserahkan atau dikirimkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat wanita tersebut terdaftar ke Kantor Pelayanan Pajak tempat suami terdaftar sebagai Wajib Pajak dengan disertai uraian singkat, untuk digabung dengan berkas Wajib Pajak suami. b. digabungkan dengan berkas Wajib Pajak suami, dalam hal Wajib Pajak wanita kawin terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang sama dengan tempat suami terdaftar. Catatan : Dalam hal Wajib Pajak yang telah memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak meninggal dunia dan meninggalkan warisan yang belum terbagi, maka warisan yang belum terbagi tersebut dalam kedudukannya sebagai Subjek Pajak menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang meninggal dunia, dan ahli warisnya wajib melaporkan dengan mengisi formulir yang ditentukan.

SURAT SETORAN PAJAK (SSP)


Buku I Perpajakan Indonesia 19

PENGERTIAN
Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan

FUNGSI SSP
1. Sebagai sarana atau media yang digunakan untuk membayar pajak 2. Sebagai bukti pembayaran pajak Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN).

TEMPAT PEMBAYARAN
Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di : 1. Kantor Pos atau 2. Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan

BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK


Batas waktu pembayaran pajak dapat dikelompokkan menjadi pembayaran masa, pembayaran kekurangan pajak terutang berdasarkan SPT Tahunan dan Pembayaran pajak karena terbitnya surat ketetapan atau surat keputusan. 1. Pembayaran Masa Pembayaran masa adalah pembayaran yang dilakukan pada setiap masa pajak. Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melampaui 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak. Keterlambatan dalam pembayaran dan penyetoran tersebut berakibat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Batas waktu pembayaran masa untuk setiap jenis pajak : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. JENIS PAJAK PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh PPh Pasal 25 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor BATAS WAKTU PEMBAYARAN Harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Harus disetor paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Harus dibayar paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea 20

Buku I Perpajakan Indonesia

9.

10.

PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara.

Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor Harus disetor dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak. Harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara Harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

11.

12.

13. 14.

15.

16.

17.

PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi bahan bakar minyak, gas, dan pelumas PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu sebagai Pemungut Pajak PPn atau PPn dan PPnBM yng terutang dalam satu Masa Pajak PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa masa pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa

Harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Harus disetor paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Harus disetor paling lama tanggal 7 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

Harus dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir

Harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak

Catatan :

Buku I Perpajakan Indonesia

21

1. Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya 2. Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada catatan 1 termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah 2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan. 3. Pembayaran karena terbitnya Surat Ketetapan atau Surat Keputusan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan. Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

SANKSI BERKENAAN DENGAN PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK


1. Pembayaran atau penyetoran pajak, yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh bulan. 2. Atas pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan. Catatan 1. Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. 2. Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. 3. Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotongan atau pemungutan. Pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan atau pegawai tetap, memberikan tanda bukti pemotongan paling lama 1 bulan setelah tahun kalender berakhir. 4. Jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak, ditagih dengan Surat Paksa.

CONTOH KASUS TENTANG PENYETORAN PAJAK

KETERLAMBATAN

PEMBAYARAN

ATAU

Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 PT A tahun 2008 sejumlah Rp10.000.000,00 per bulan. Angsuran masa Mei tahun 2008 dibayar tanggal 18 Juni 2008 dan dilaporkan tanggai 19 Buku I Perpajakan Indonesia 22

Juni 2008. Apablia pada tanggal 15 Juli 2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi bunga dalam Surat Tagihan Pajak dihitung 1 (satu) bulan sebagai berikut: 1 x2% x Rp 10.000.000,00 = Rp 200.000.00

MENGANGSUR DAN MENUNDA PEMBAYARAN PAJAK


Wajib Pajak dapat mengangsur atau menunda pembayaran: a. Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. b. Kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang No.17 Tahun 2000,

TATA CARA MENGANGSUR ATAU MENUNDA PEMBAYARAN PAJAK


1. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya pada waktunya. 2. Syarat-syarat untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak a. Permohonan harus diajukan paling lambat 15 hari sebelum saat jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir, kecuali dalam hal Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaannya, dapat diajukan setelah batas waktu tersebut b. Menjelaskan alasan untuk mengangsur atau menunda dan dilampiri dengan bukti-bukti untuk menguatkan alasan permohonannya. c. Menyebutkan jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur atau ditunda. 3. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan harus: a. Bersedia memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak, kecuali apabila Kepala Kantor pelayanan Pajak menganggap tidak perlu dan Bentuk jaminan dapat berupa bank garansi, perhiasan, kendaraan bermotor gadai dan barang bergerak lainnya, penyerahan hak milik secara kepercayaan, hipotik, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat tanah atau sertifikat deposito. b. Tidak mempunyai tunggakan pajak yang telah jatuh tempo. 4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak setelah mempertimbangkan alasan-alasan yang diajukan oleh Wajib Pajak, menerbitkan keputusan yang dapat berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian atau menolak permohonan Wajib Pajak, dalam jangka waktu 10 hari sejak permohonan diterima dengan Iengkap. 5. Dalam hal permohonan Wajib Pajak diterima seluruhnya atau sebagian, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan: a. Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak dengan jumlah angsuran yang sama besarnya setiap bulan dengan masa angsuran: 1. Paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya keputusan tersebut, untuk permohonan Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. 2. Paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk Kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang No.17 Tahun 2000. b. Surat Keputusan Penundaan Pembayaran Pajak dengan masa penundaan: Buku I Perpajakan Indonesia

23

6. 7. 8.

9.

10.

1. Paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya keputusan tersebut, untuk permohonan permohonan Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. 2. Paling lama 3 bulan sejak akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, untuk Kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang No.17 Tahun 2000. Apabila setelah jangka waktu 10 hari Kepala Kantor Pelayanan tidak memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima, dan Surat Keputusan Angsuran atau Penundaan harus diterbitkan paling lama 7 hari setelah jangka waktu tersebut berakhir. Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan surat keputusan angsuran atau penundaan pembayaran, tidak dapat lagi diajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran. Apabila Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penundaan ataupun pengangsuran Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, temyata mempunyai Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) maka pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan tersebut Iangsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak yang ada. Utang pajak dimaksud adalah sisa utang pajak atas nama Wajib Pajak yang tercantum pada STP SKPKB, atau SKPKBT dan utang pajak lainnya yang sudah terutang. Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak atau Surat Keputusan Penundaan Pembayanan Pajak dinyatakan tidak berlaku lagi apabila Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan, gugatan atau banding, atau pengurangan penghapusan sanksi atau pengurangan/pembatalan Surat ketetapan pajak, yang berkaitan dengan utang pajak yang diizinkan untuk diangsur atau ditunda. Apabila ternyata bahwa ketentuan mengenai tanggal dan atau jumlah angsuran yang tercantum dalam Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak sebagaimana mestinya, atau setelah berakhirnya masa penundaan sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Penundaan Pembayaran Pajak ternyata Wajib Pajak tidak melunasi kewajibannya, Kepala Kantor Pelayanan Pajak melaksanakan tindakan penagihan dengan Surat Paksa.

Catatan : Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2% sebulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Gambar

Formulir Permohonan untuk Mengangsur dan Menunda Pembayaran Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Buku I Perpajakan Indonesia

24

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK. Lembar I Lembar II : Untuk WP : Untuk KPP

Kepada Yth. Direktur Jenderal pajak U.P. Kepala Kantor Pelayanan Pajak di Nomor : Pokok: Permohonan: [ ] Mengangsur pembayaran pajak [ ] Menunda pembayaran pajak Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : NPWP Alamat : : ..

Bertindak selaku ( ) Pengurus ( ) kuasa (Diisi bila pemohon adalah badan atau bila permohonan dilakukan oleh kuasa dengan dilampiri surat) menyatakan masih mempunyai utang pajak berdasarkan [ ]STP [ ] SKPKB [ ] SKPKBT [ ] SK.Pembetulan [ ] SK. Keberatan [ ] Putusan Banding [ ] PPh Pasal 29 Tahun sebagai berikut: Jenis Pajak Tahun Pajak Nomor Ketetapan Keputusan/Putusan SPT Tahunan Tanggal jatuh tempo pembayanan JIh Pajak Yang masih harus dibayar (Rp)

Terhadap utang pajak tersebut di atas, saya mengajukan permohonan: [ ] mengangsur pembayaran pajak dengan jumlah masa angsuran sebanyakkali dan besamya pembayaran tiap angsuran: Rp. [ ] menunda pembayaran s/d tanggal. dengan alasan: [ ] mengalami kesulitan likuiditas (posisi Kas, Bank dan utang Piutang per tanggal. [ ] mengalami kesulitan di luar kekuasaan (keterangan terlampir) [ ] . terlampir)

Memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor tanggal.. saya bersedia memberikan jaminan berupa: [ ] Bank garansi [ ] Perhiasan, kendaraan bermotor (Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor), sertifikat tanah [ ] Gadai dari barang bergerak lainnya [ ] Penyerahan hak milik secara kepercayaan [ ] Hipotik [ ] Penanggungan utang oleh pihak ketiga [ ] Sertifikat tanah [ ] Sertifikat deposito .., Pemohon (.) Beritanda X pada [ ] yang sesuai Sumber : Direktorat Jenderal Pajak

Buku I Perpajakan Indonesia

25

You might also like