You are on page 1of 4

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis yang dilakukan pasien mengeluh adanya bula

yang terdapat

pada seluruh anggota gerak atas dan bawah, wajah, dan seluruh tubuh, keluhan mulai dirasakan sejak 1 minggu yang lalu . Awalnya terdapat vesikel di punggung kiri disertai demam, pasien memeriksakan demam tersebut, saat pengobatan vesikel semakin banyak dan memenuhi tubuh,wajah, dan anggota gerak atas dan bawah. Dari anamnesis tidak didapatkan keterangan bahwa pasien mengkonsumsi obat sebelumnya, tetapi pasien saat sebelum timbul kelainan kulit didahului demam yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan pada pemeriksaan fisik ditemukan bula generalisata pada wajah, dada dan perut serta pungung. Disamping itu penyakit ini juga menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas, serta dari telinga pasien juga terdapat vesikel berisi pus purulen, sehingga penulis lebih mengarah ke diagnosis infeksi varicella. Diagnosis serupa juga dijelaskan dalam kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala awal penyakit berupa adanya gejala prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun ( tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga timbul gambaran polimorfi. 2 Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal. Komplikasi yang bisa muncul dapat berupa ensefalitis , pneumonia , glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, arteritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura). 1,2 Varicella memberikan gambaran klinis yang lebih parah pada pasien dengan infeksi progresif HIV. Varicella ditandai oleh lesi hemoragik progresif, Keterlibatan visceral selain kulit dan mukosa, serta infeksi yang berlangsung lebih dari 8 hari. Penyebaran lesi lebih luas, telapak tangan dan kaki dapat terpengaruh. lesi kulit menjadi lebih besar (sampai ukuran bula), lebih monomorph, lebih

dalam, rentan terhadap nekrotik, verrucous, hiperkeratotik, atau hemoragik. lesi awal cenderung lebih monomorph (vesicobullous) dan berlangsung untuk jangka waktu lama (> 2minggu) daripada individu immunecompeten.6 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tzanck test dengan cara membuat sediaan apus yang diwarnai dengan giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar bula dan akan didapatkan sel datia berinti banyak.1 pada pemeriksaan darah rutin didapatkan leukosit 3,5 x 103/L , platelet 39 x 103/L dan pemeriksaan radiologi yang ditemukan adalah TB paru aktif. Diagnosis banding dari varicella adalah salah satunya sindrom steven johnson karena terdapat gejala yang hampir mirip berupa adanya kelainan kulit berupa eritem, vesikel dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu juga dapat didapatkan purpura, juga didapatkan kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%), kemudian kelainan disusul kelainan pada lubang alat genital (50%), sedangkan di lubang hidung dan anus jarang. Kelainan mata , merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering adalah konjungtivitis kataralis. Tetapi dipilihnya varicella sebagai diagnosa lebih dikarenakan adanya tzanck test positif pada pemeriksaan laboratorium. Fixed drug eruption tipe bulosa juga dianggap sebagai diagnosa banding. Kelainan ini umumnya berupa eritem dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong dan biasanya numular dan ditemukan diseluruh tubuh. Penyakit ini disebabkan khusus obat atau bahan kimia, sedangkan pada pasien ini riwayat mengkonsumsi obat disangkal.2 Terapi yang diberikan berupa asiklovir 5x800 mg yang dberikan peroral, sedangkan untuk kulit diberikan salep gentamycin untuk lecet, untuk krusta dapat dilakukan kompres dengan NaCl. Selain itu pasien juga mendapatkan terapi injeksi cefotaxim untuk mencegah infeksi sekunder.1 Menurut kepustakaan pengobatan bersifat asimtomatik dengan antipiretik dan analgesic, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedative. Local diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal(mentol, kamfora) untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salep dan oral. Dapat pula diberikan obat antivirus. V.Z.I.G (varicella zoster immunoglobuline) dapat mencegah atau meringankan varicella.1 Sedangkan terapi bagi pasien dengan imunokompromise ringan sedang dapat diberikan asiklovir oral dosis tinggi 5x800 mg selama 7 hari atau dengan valasiklovir oral 1000 mg selama 7 hari dan atau famsiklovir 500 mg selama 7 hari. Pada pasien dengan imunokompromise yang berat

asiklovir IV atau interferon -2a rekombinan untuk mencegah penyebaran dari herpes zoster sangat di indikasikan.5 Prognosis pada pasien ini adalah ad sanam dubia ad bonam, ad vitam dubia ad bonam, ad kosmetikam dubia ad bonam.

BAB IV KESIMPULAN

Dapat disimpulkan pasien ini menderita penyakit varicella dengan konjungtivitis, otitis media akut dan TB paru sesuai dengan gejala dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien berupa bula generalisata, pustul dan krusta di wajah, pustul di liang telinga, ekskoriasi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah Tzanck test dan ditemukan giant sel positif pada setiap kerokan dasar bula pada seluruh tubuh.Pada pemeriksaan radiologi ditemukan TB paru aktif. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian acyclovir yang diberikan peroral, sedangkan untuk krusta dapat dilakukan kompres dengan NaCl, pemberian antibiotik juga diberikan pada pasien ini untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, juga diberikan tetes mata untuk mengobati konjungtivitis nya. Kemudian karena pasien terdapat penyakit TB paru maka pengobatan TB juga diberikan sesuai rekomendasi dari dokter spesialis penyakit dalam. Prognosis pada pasien ini adalah ad sanam dubia ad bonam, ad vitam dubia ad bonam, ad kosmetikam dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Handoko, ronny. 2005 dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia penyunting:Djuanda, Adhi.,Hamzah Mochtar.,Aisah Siti .Jakarta : FKUI [2] [3] Siregar, R.S . 2004. Atlas bewarna saripati penyakit kulit . Jakarta: EGC Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta : 2005 [4] [5] Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003 Wolff,Klaus., Johnson Richard Allen. 2009. Fitzpatricks Color Atlas &Synopsis of

Clinical Dermatology Sixth Edition. Newyork: McGrawHill. [6] Yuniati, Lisa. 2012. Infection of Varicella Zoster Virus In HIV Patient. Department of Dermatovenereology Medical Faculty of Hasanuddin University / Wahidin Sudiro husodo Hospital Makassar. IJDV Vol.1 No.2 2012

You might also like