You are on page 1of 17

DIMENSI & ALIRAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

DIMENSI ISLAM: ISLAM, IMAN DAN, IHSAN

A.

: . " : " . (: ). : . : . : . : . : . : . : . " : " : . " : " ": " " : " . : " [ .] 8 :

Nurcholis Madjid (1994: 463) iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi ajaran ilahi. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tsb: dalam iman terdapat Islam dan ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa din itu terdiri dari tiga unsur yaitu Islam, iman, dan ihsan. Dlm unsur itu terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang mulai dengan Islam, kemudian berkembang ke arah iman, dan memuncak dalam ihsan.

32

Al-Quran dan terjemahnya (Depag): Orang yg menganiaya dirinya sendiri adlh orang yang banyak kesalahannya drpd kebaikannya pertengahan orang yag kesalahannya berbanding dengan kebaikannya Orang yang lebih dahulu dlm berbuat kebaikan adalah orang yang amat banyak kebaikannya dan amat jarang berbuat kesalahan

Ibnu Taimiyah: pertama, orang yang menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran2nya namun mash melakukan perbuatan dhalim, adalah orang yang baru berislam, suatu tingkat permulaan dlm kebenaran. Kedua, orang yg menerima warisan kitab suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin, tingkat menenganh, yaitu orang yg telah terbebas dari perbuatan dholim namun perbuatan kebaikannya sedang-sedang saja. Ketiga, perjalanan orang mukmin itu (orang yg terbebas dr perbuatan dholim) berkembang perbuatan kebajikannya shg menjadi pelomba perbuatan kebajikan, mk ia mencapai derajat ihsan. Kata Ibnu Taimiyah, orang yang telah mencapai tingkat ihsan akan mencapai surga tanpa mengalami adzab. (nurcholis Majid dalam Budhy MunawarRahman (ed), 1994: 465)

Imam al-Syahrasrastani (t.th: 40-1) : Islam adalah menyerahkan diri secara lahir, shg mukmin n munafik adalah muslim. Iman adlh pembenaran thd Alloh, para utusan, kitab2, qodlo n qodar. Integrasi Islam dan iman adalah kesempurnaan (alkamal) Atas dasar penjelasan itu, al-Syahrastani menunjukkan bhw Islam adalah mabda/permulaan, iman adalah menengah/wasath, dan ihsan adalah kesempurnaan/kamal

Meskipun tidak dapat sepenuhnya benar, umat Islam telah memakai suatu kerangkan pemikiran tentang trilogi ajaran Ilahi di atas ke dalam tiga bidang pemikiran Islam: pertama, iman dan berbagai hal yg berhubungan dgnya diletakkan dlm satu bidang pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam, pembahasan kalamulloh- Alquran, ilmu tauhid yg membahas keesaan Alloh, dan ilmu ushuludin yang membahas pokok pokok urusan agama) kedua, persoalan Islam dijelaskan dlm bidang syariat (fiqih) ketiga, ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya tasawuf (Said Aqil Siradj, 1998: 1)

B. ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM


1. ALIRAN-ALIRAN KALAM

Sungguh ironi, Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, namun oleh penganutnya ternyata tidak selamanya bersifat positif. Salah satu buktinya adalah tahkim, yang membuat umat Islam terpecah paling tidak dalam tiga kelompok. Kelompok Muawiyah, Ali bin Abi Thalib, dan kelompok yg keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Mereka menentang Ali dan Muawiyah. Dalam sejarah kelompok ini dikenal dengan khowarij. Pada awalnya, Khowarij merupakan aliran/faksi politik, namun kemudian membentuk ajaran dengan ciri utama tentang pelaku dosa besar (murtakibul kaba-ir).

a.

menurut Khowarij, orang yang terlibat tahkim sbg dosa besar dan berarti kafir, kafir setelah Islam berarti murtad, halal dibunuh berdasar sebuah hadits man baddala Dinah faqtuluh.

b. Aliran Murjiyah. Kelompok ini netral secara politik dan


tidak mau mengkafirkan para sahabat yang terlibat dan menyetujui tahkim. Mereka berpendapat, orang yang melakukan dosa besar tidak boleh dihukumi dengan hokum dunia, masuk neraka atau surga, kedudukan mereka ditentukan dengan hokum akhirat. Bagi mereka, perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagaimana perbuatan taat tidak bermanfaat bagi yang kufur (la tadlurru maal iman al-mashiyah kama la tanfa maal kufri thoah). Bagi mereka, iman adalah pengetahuan tentang Alloh secara mutlak (al-iman marifah billah alal ithlaq), sedangkan kufur adalah ketiktahuan tentang Alloh secara muthlaq (al-jahlu billah alal ithlaq), oki al iman la yazidu wala yanqushu (alSyahrastani, t,th: 145, lihat Ahmad Amin, III, t.th: 318).

c. aliran Qodariyah. Manusia memiliki kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. (M.Yunan Yusuf, 1990: 21-2) d. aliran Jabbariyah. Menurutnya, Tuhan itu Maha Kuasa. Karena itu Dia yang menentukan perjalanan hidup manusia dan mewujudkan perbuatannya. e. aliran Mutazilah. Kelompok ini dijuluki kaum rasoinalis Islam). Panca ajaranya adalah: keesaaan Tuhan (attauhid), keadilan Tuhan (aladl), janji dan ancaman Tuhan, posisi di antara dua tempat, dan amar makruf nahi munkar. (lihat Syarah al-ushulul khomsah karya Abdul Jabbar bin Muhammad)

f. Aliran Ahlus sunnah wal jamaah. Kemahakuasaan Tuhan yang keadilanNYA telah tercakup dalam kekuasaanNYA. Aliran ini menjadi dua kelompok, Asyariyah dan Maturidiyah.
g. Aliran Salafi yang dikemukakan Ibnu Taimiyah. Aliran ini tidak selamanya sejalan dengan gagasangagasan Imam al-Asyari, terutama aliran Ahlus sunnah wal jamaah menggunakan logika (manthiq) dalam menjelaskan teologi, sedangkan aliraan salafi menghendaki teologi apa adanya tanpa dimasuki oleh unsure roy.

2. ALIRAN-ALIRAN FIQIH

Secara historis, Hukum Islam telah menjadi dua aliran di zaman sahabat Nabi Muhammad Saw. 1. Madrasat al-Madinah 2. Madrasat al-Baghdad (dalam istilah Ibnul Qoyyim sebagai ahlul dhohir dan ahlul mana)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Thaha Jabir Fayadl al-Ulwani (1987: 87-8) menjelaskan madzhab fiqih Islam yang muncul setelah sahabat dan kibarut tabiin berafiliasi dengan aliran ahlus sunnah tetapi tidak semua aliran itu diketahui dasar-dasar dan metode istinbath yang digunakan. Abu Said al-Hasan bin Yasar al-Basri (w. 110 H.) Abu Hanifah al-Numan bin Tsabit bin Zuthi (w. 150 H.) Al-AuzaI (w. 157 H.) Sufyan bin Said bin Msyruq al-Tsauri (w. 160 H.) Al-Laits bin Sad (w. 175 H) Malik bin Anas al-Bahi (w. 179 H.) Sufyan bin Uyainah (w. 198 H.) Muhammad bin Idris al-SyafiI (w. 204 H.) Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (w. 241 H.) Daud bin Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H.) Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H.) Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid al-Kalabi (w. 240 H). (lihat pula Munim Sirri, 1995: 79-80)

3. ALIRAN-ALIRAN TASAWUF

Pada dasarnya tasawuf merupakan ajaran yang membicarakan kedekatan manusia (sufi) dengan Alloh SWT. Q.S al-Baqarah: 186, dan Alloh lebih dekat dari urat nadi. Q.S. Qof: 16. Pada awalnya tasawuf merupakan ajaran zuhud, pelakunya disebut zahid (ascetic). Namun dlm perkembangannya berubah menjadi tasawuf dan orangnya disebut sufi. Zahid pertama yang terkenal adalah Hasan al-Basri dengan ajaran roja n khouf. orang mukmin tidak akan bahagia sebelum berjumpa dengan Tuhan. Ibrahim bin Adham : Cinta kepada dunia menyebabkan orang jadi tuli dan buta serta membuat manusia jadi budak.

Robiah al-Adawiyah: ia tidak bisa membenci orang lain, bahkan tidak dapat mencintai Nabi Muhammad saw, krn cintanya hanya untuk Alloh. Masih bnyk yg lain, diantaranya al-Hallaj dengan ajaran hulul dg teori al-lahut dan al-nasut, Abu Yazid alBusthomi, dg ajaran ittihad dg teori fana dan baqo, alGhazali dengan teori marifah. Pembagian tasawuf : kuluqi dan falsafi. Metodenya: takholli, tahalli, dan tajalli (Said Aqil Siraj, 1998; 35) Tasawuf amali, tasawuf falsafi, dan tasawuf ilmi (Juhaya S. Praja, 1999; 6)

SELESAI

You might also like