You are on page 1of 15

MASTURBASI PADA REMAJA

Khusnul Aini A. Latar Belakang Secara umum remaja diidentifikasikan sebagai sosok yang sedang mengalami perubahan baik biologis maupun psikologisnnya atau masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka. Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, salah satu perilaku seksual yang dilakukan remaja untuk menyalurkan dorongan seksualnya adalah dengan cara masturbasi atau disebut juga onani (http://www.e-psikologi.com). Masturbasi adalah rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ genital untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Hal ini sekali-sekali dilakukan oleh sebagian besar pria maupun wanita (http://situs.kesrepro.info/krr/materi/masturbasi.htm). Menurut Martaadisoebrata (2005), masturbasi atau onani adalah pemuasan sendiri tanpa coitus, biasanya dengan tangan atau benda lain, sering dilakukan oleh anak anak dan muda-mudi dalam perkembangan fisik dan psikoseksualnya. Pendapat lain juga menyatakan bahwa masturbasi adalah rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ kelamin untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual (http

://id.wikipedia.org/wikipedia). Onani/masturbasi adalah menyentuh, mengosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan

seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama pada masingmasing orang, misalnya : puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (pada perempuan terletak pada klitoris dan sekitar vagina : sedangkan pada laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan onani dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh clitoris-nya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki (http ://www.ypi.or.id). Masturbasi adalah sebuah fenomena umum dan sering didiskusikan yang terdapat di mana-mana, baik pada anak kecil, anak-anak muda, orang dewasa maupun pada mereka yang sudah berkeluarga, terutama pada golongan masyarakat dengan pendidikan yang lebih tinggi bahkan juga masih terdapat pada orang-orang yang sudah tua. Gejala masturbasi pada usia pubertas dan remaja, banyak sekali terjadi karena merupakan upaya pembebasan (demand release) dan cara normal untuk mengurangi ketegangan seksual. Pada usia remaja, kegiatan masturbasi selalu disertai dengan adanya fantasi-fantasi coital. Fantasi biasanya normal bersifat heteroseksual dan bentuknya ditentukan oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kematangan seksual yang memuncak dan tidak mendapat penyaluran yang wajar, lalu ditambah dengan rangsangan-rangsangan eksternal berupa buku-buku dan gambar porno, film biru, meniru kawan dan lain-lain. Pada beberapa kasus, kebiasaan masturbasi pada remaja diawali oleh rasa penasaran dan keingintahuan yang kuat bagaimana melakukan masturbasi, mungkin karena menapatkan cerita dari rekan sebayanya atau mendapati temannya melakukan masturbasi. Pada beberapa orang tertentu, rangsangan seksual ini sangat berarti dan dapat menjadikan seseorang menjadi habitual masturbator. Masturbasi pada usia remaja mesti mendapat perhatian yang bijaksana dari orang tua. Jika respon orang tua terlalu negatif terhadap proses ini, maka kemungkinan kegiatan masturbasi justru akan semakin menjadi-jadi pada remaja dan dapat bersifat psikotik/neurotik. Masturbasi dapat menyebabkan konflik emosional bagi mereka yang melakukannya karena rasa bersalah dan perasaan dosa. Apabila perbuatan ini sifatnya sementara dan tidak disebabkan oleh gangguan psikoseksual maka ini masih dapat dianggap sebagai batas-batas normal. Frekuensi masturbasi kira-kira 60% di antara para gadis dan 95% diantara para pemuda. Menurut

Kinsey dkk, sedikitnya 92% diantara pria dan 70% - 80% diantara wanita pernah mengalami masturbasi. Bagi banyak penderita cacat badan onani merupakan pelarian untu menyalurkan nafsu syahwat mereka (Wiknjosastro, 2000). Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95 persen pria dan 89 persen wanita dilaporkan pernah melakukan masturbasi. Ini adalah perilaku seksual pertama yang dilakukan oleh sebagian besar pria dan wanita, meskipun lebih banyak wanita daripada pria yang telah melakukan senggama bahkan sebelum mereka pernah melakukan masturbasi. Sebagian besar pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya lebih sering dibandingkan wanita, dan mereka cenderung menyatakan 'selalu' atau 'biasanya' mengalami orgasme ketika bermasturbasi (80 : 60). Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua (setelah senggama), bahkan bagi mereka yang telah memiliki pasangan seksual tetap (http://situs.kesrepro.info/krr/materi/masturbasi.htm). Beberapa penelitian lain menunjukan bahwa hampir semua pria dan sekitar 80% wanita pernah melakukan masturbasi. Dalam perkembangannya psikoseksual anakpun sebenarnay telah berlangsung masturbasi yaitu ketika memasuki fase falus. Pada fase ini anak laki-laki maupun perempuan senang memainkan alat kelaminnya. Perbuatan ini sebenarnya merupakan bentuk masturbasi juga (Martaadisoebrata, 2005). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan kepada 10 orang remaja pria, semua menyatakan bahwa mereka pernah dan masih suka melakukan masturbasi walaupun frekuensinya berbeda-beda. Sedangkan, pada remaja wanita peneliti hanya mendapatkan 1 orang remaja wanita yang sudah pernah melakukan masturbasi. Remaja pria lebih terbuka mengungkapkan pengalaman mereka melakukan masturbasinya, dan remaja wanita cenderung masih sulit untuk mengakui secara terang-terangan mereka pernah atau suka melakukan masturbasi. Saat ini menurut mereka (khususnya remaja pria) masalah masturbasi di kalangan remaja bukan salah satu hal yang tabu lagi dan bukan hal yang perlu ditutupi lagi. Mereka bercerita secara gamblang apa yang mereka lakukan, alasan mereka melakukan masturbasi, dan sejauhmana mereka tahu tentang masturbasi itu sendiri. Walaupun mereka tahu bahwa masalah masturbasi ini masih menjadi suatu kontroversi. Salah satu pihak mengatakan boleh dengan batasan tertentu dengan merujuk pada kebutuhan dan secara medis tidak akan menimbulkan efek apapun jika itu dilakukan tanpa melebihi batas, di pihak lain mengatakan bahwa masturbasi tidak boleh dilakukan dan haram hukumnya.

B. Rumusan Masalah Fenomena masturbasi merupakan salah satu bentuk penyaluran kebutuhan biologis remaja yang masih dianggap kontroversi. Tidak sekedar kalangan remaja putra tetapi terjadi pula pada kalangan remaja putri. Untuk itu peneliti merumuskan masalah faktor apakah yang menjadi alasan mereka melakukan masturbasi, bagaimanakah cara mereka melakukan masturbasi, seberapa jauhkan mereka mengetahui efek dari masturbasi, apakah ada cara mereka untuk menghilangkan kebiasaan masturbasi dan apakah benar masturbasi di kalangan remaja sudah merupakan gaya hidup mereka.

C. Masturbasi 1. Pengertian Masturbasi/Onani Menurut Abu (2007), masturbasi adalah perangsangan oleh seseorang terhadap dirinya hingga ia orgasme. Masturbasi dikenal juga dengan istilah onani atau manustrupasi, yakni melakukan rangsangan seksual, khususnya pada alat kelamin, yang dilakukan sendiri dengan berbagai cara (selain berhubungan seksual) untuk tujuan mencapai orgasme. Istilah Masturbasi berasal dari bahasa latin yang artinya pencemaran diri. Kegiatan masturbasi dilakukan oleh hampir semua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan sebenarnya masturbasi sudah berlangsung sejak seseotang berusia balita yang dalam perkembangan psikoseksual disebut sebagai fase phallus (Ajen, 2006). Masturbasi merupakan pemuasan sendiri secara seksual tanpa coitus, biasanya dengan tangan atau benda lain, sering dilakukan oleh anak-anak dan muda-mudi dalam perkembangan fisik dan psikoseksualnya. Juga orang dewasa dalam keadaan tertentu, biasanya abstinensi, dapat melakukan masturbasi sebagai penyalur nafsu syahwat. Apabila perbuatan ini sifatnya sementara dan tidak disebabkan oleh gangguan perkembangan psikoseksual, maka itu masih dapat dianggap sebagai dalam batas-batas normal (Martaadisoebrata, 2005). Dalam perkembangan psikoseksual anakpun sebenarnya telah berlangsung masturbasi. Yaitu ketika memasuki fase falus, pada fase ini anak laki-laki maupun perempuan senang memainkan alat kelaminnya. Perbuatan ini sebenarnya merupakan masturbasi juga (Wiknjosastro, 2005). Onani merupakan kelainan perilaku seks biasanya dilakukan oleh laki-laki yang merasa ingin memenuhi kebutuhan seksnya, dilakukan

dengan cara mengeluarkan air mani oleh tangan. Biasanya dilakukan dengan sembunyisembunyi atau pada waktu tidur (Sofyan, 2005 : 26). Onani atau masturbasi (onani = penodaan diri, penyalahgunaan seksual ; masturbasi, masturbari, stuprare = menodai, penodaan diri). Kata onani berasal dari ona anak yehuda. Masturbasi disebut juga zelfbevlekking atau aktifitas penodaan diri. Bentuk penyalahgunaan seksual ini dalam bentuk merangsang alat kelaminnya sendiri secara manual (dengan tangan), secara digital dengan jari-jari atau dengan cara lainnya. Meskipun demikian, bisa juga proses masturbasi ini dilakukan oleh dua orang (Marzuki, 2001). Masturbasi artinya berusaha merangsang diri sendiri segala cara untuk memperoleh kenikmatan seksual atau orang lain dengan

tanpa hubungan intim.Asalkan

distimulir saja, baik dibagian telinga atau ainnya yang menimbulkan rasa enak. Masturbasi pada pria ataupun wanita sama saja. Dalam masturbasi tidak harus orgasme. Sebuah kenikmatan seksual yang dicapai dengan cara merangsang diri sendiri atau oleh orang lain dengan cara tertentu sudah merupakan masturbasi. Masturbasi sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena dalam perkembangan manusia sudah ada pada anak-anak. Usia 2 tahun pun sudah mulai masturbasi dengan memegang alat kelaminnya. Masturbasi dapat dilakukan sebelum menikah dan bahkan sesudah menikah. Bagi yang sudah menikah terjadi karena merasa tidak mendapatkan

kepuasan. Masturbasi justru bisa jadi alat pencegah, mungkin mencegah penyakit, penyelewengan dll. Bagi wanita masturbasi ada banyak cara karena daerah sensitifnya lebih banyak. Bisa payudara, daerah intim atau tempat lain, dan adapula yang memasukkan benda ke dalam vaginanya. Tetapi hal ini berbahaya karena dapat merusak selaput dara (Indracaya, 2000). Masturbasi berarti stimulasi genital dengan tangan atau benda lain yang biasanya untuk mencapai orgasme. Biasanya berarti stimulasi diri sendiri, walaupun masturbasi mutual (oleh pasangan) adalah umum dalam aktifitas heteroseksual dan homoseksual. Bagi banyak wanita, masturbasi merupakan cara yang paling mudah dan pasti untuk mencapai orgasme. Sampai tingkat tertentu, sikap terhadap masturbasi mencerminkan sikap terhadap seksualitas pada umumnya (Wijaya, 1999).

Masturbasi atau onani adalah kegiatan menyentuh bagian tubuh dengan tujuan untuk merangsang diri sendiri. Kebiasaan ini dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Keinginan ini alamiah dan tidak berisiko selama dilakukan sendiri. Sebagian remaja bisa melakukannya, dan hal ini bisa menimbulkan ketagihan (BKKBN, 1999). Istilah masturbation berlaku untuk rangsangan diri jenis apapun yang dapat menimbulkan kesan erotis. Karena ketika kita melihat semua rangsangan taktil dan

rangsangan ini berhubungan dengan perasaan, rangsangan ini adalah dasar aktifitas seksual, konsep rangsangan taktil memperluas konsep masturbasi. Ketika digambakan masturbasi merupakan aktifitas yang dilakukan tidak hanya oleh laki-laki tetapi juga perempuan. Baik remaja maupun orang dewasa. Secara umum, kata "masturbasi" mengacu pada rangsangan diri yang disengaja dan dirancang untuk mempengaruhi arousol erotis. Menggosok bagian tubuh, bahkan organ genital merupakan masturbasi untuk menimbulkan kesan erotis (Kinsey, 1997). Maturbasi adalah salah satu perilaku seksual yang bisa memuaskan pelakunya tanpa melalui hubungan seksual atau hubungan suami istri. Para pelaku masturbasi biasanya merangsang orang seksual mereka yang peka terhadap rangsangan seksual dengan tangan atau benda-benda yang ada. Organ yang sering dilakukan perangsangan adalah penis pada laki-laki, klitoris dan payudara pada wanita. Beberapa melakukan masturbasi ini menggunakan alat bantu seperti vibrator atau alat kelamin tiruan (http://eepinside.com). Masturbasi memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan karena dilihat dari kata asalnya bahasa Latin, mastubare, yang merupakan gabungan dua kata Latin manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga berarti "penyalahgunaan dengan tangan". Masturbasi pada wanita dalam hal kepekaan seksual, maka kelentit (clitoris) memegang peranan yang sangat penting. Kelentit terletak di ujung atas kemaluan (vagina), tepat di antara bibir dalam dan bibir luarnya, serta tersembunyi dalam lapisan seperti daging tipis (kulup). Bila wanita terangsang secara seksual, maka kelentit akan membengkak dan menjadi tegang. Kelentit sendiri berukuran relatif kecil. Bagian yang bisa kita lihat hanyalah semacam "kelenjar" atau kepala kelentit saja. Kelenjar ini, berhubungan dengan crura (yang panjangnya sekitar 67 cm) dan crura ini berhubungan dengan tulang panggul. Tiga bagian inilah sesungguhnya yang disebut kelentit. Buah dada kita beserta putingnya juga memiliki kepekaan seksual.

Puting

buah

dada

akan

menjadi

tegang

bila

terangsang

(http://situs.kesrepro.info/krr/materi/masturbasi.htm). Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. Masturbasi merupakan salah satu perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar (http://www.e-psikologi.com).

2. Insidensi Masturbasi Anak laki-laki lebih banyak melakukan masturbasi daripada anak perempuan. Penyebabnya antara lain : pertama, nafsu seksual anak perempuan tidak datang melonjak dan eksplosit. Kedua, perhatian anak perempuan tidak tertuju kepada masalah senggama karena mimpi seksual dan mengeluarkan sperma lebih banyak dialami lakilaki. Mimpi erotis yang menyebabkan orgasme pada perempuan terjadi jika perasaan itu telah dialaminya dalam keadaan terjaga

(http://www.duniasex.com/forum/showthread.php). Laki-laki secara umum mengalami masturbasi. Ada yang frekuensinya sering dan ada yang jarang. Semakin bertambah usia, frekuensi masturbasi cenderung

menurun.Masturbasi terus berlangsung sepanjang hidup. Laki-laki yang belum menikah dan gay lebih sering melakukan masturbasi dibandingkan lelaki yang sudah menikah (http://www.humanmedicine.net). Menurut sejumlah penelitian sekitar 90% laki-laki bermasturbasi, sedangkan perempuan kira-kira 20-60% (Ajen, 2006). Frekuensi masturbasi kira-kira 60% diantarapara gadis dan 95% diantara para pemuda. Menurut Kinsey dkk. sedikitnya 92% di antara pria dan 70-80% diantara waita pernah melakukan masturbasi. Bagi banyak penderita cacat badan (disable persons) onani merupakan pelarian menyalurkan nafsu syahwat mereka (Wiknjosastro, 2005). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hampir semua pria dan sekitar 80% wanita pernah melakukan masturbasi. Ternyata masturbasi tidak hanya dilakukan oleh mereka yang belum menikah saja, sebagian orang yang sudah menikah baik pria maupun wanita masih melakukan juga pada keadaan tertentu (Martaadisoebrata, 2005).

Menurut Marzuki (2001) lebih dari 80% wanita yang melakukan masturbasi dengan melakukan perangsangan pada klentit dan bibir kemaluan. Cara lain adalah pada daerah buah dada, merupakan 2%-nya. Friday mengatakan, wanita yang melakukan masturbasi, 50% diiringi dengan fantasi seks. Sekitar 70% dari proses fantasi ini mengantarkan kepada orgasme. Meski demikian, prosentase perempuan bermasturbasi lebih rendah dibanding dengan laki-laki beronani. Penelitian pada masyarakat Barat menemukan, 95% laki-laki dan 70% wanita mereka pernah melakukan masturbasi. Penyebab lebih rendahnya wanita bermasturbasi dibandingkan pria dikarenakan anak-anak gadis biasanya lebih mudah menyalurkan hasrat seksualnya secara psikis, dalam bentuk fantasi, kegelisahan, konflik batin, mimpi dan mimpi siang (daydreaming). Berdasarkan penelitian lain 96 % kaum pria melakukan masturbasi. Walawpun wanita tidak sebanyak pria seiring menuanya dunia jumlah wanita yang melkakukan masturbasi pun meningkat (Indracaya, 2000). Dalam tahun 1985, suatu penelitian di Amerika menunjukan bahwa 66% wanita tidak menikah dan 56% wanita menikah mengaku melakukan masturbasi. Di masyarakat masturbasi telah lama menjadi masalah tabu, dan biasanya masalah itu dilarang (Wijaya, 1999). Kejadian masturbasi di suatu populasi adalah sekitar 92%. Di perguruan tinggi sekitar 96% melakukan masturbasi dan di sekolah menengah sekitar 95% yang

melakukan masturbasi, dan sekitar 85% anak usia sekolah dasar sudah pernah melakukan masturbasi. Dan banyak pendapat yang menyatakan bahwa hamper seluruh laki-laki melakukan masturbasi dalam kehidupannya. Adapun beberapa orang yang melakukan masturbasi hanya karena alasan yang sederhana, dimana mereka tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual (Kinsey, 1997).

3. Alasan Melakukan Masturbasi Beberapa alasan dan penyebab kaum remaja melakukan masturbasi antara lain akibat putus cinta/patah hati, tidak berani melakukan senggama dengan pasangan karena belum ada ikatan yang sah, fantasi dengan tokoh yang diidamkan, kondisi keluarga yang berantakan, sekedar ingin coba-coba atau hanya sekedar iseng dan terpengaruh oleh teman, cari pengalaman, gengsi atau bahkan karena dorongan yang

memuncak dari nafsu seks akibat perkembangan hormon seks atau rangsangan seks yang begitu intens dari luar (berupa buku-buku, gambar porno, film biru dan lain-lain). Masturbasi paling banyak didipilih oleh sebagian orang apabila dorongan seksualnya dirasakan sudah tidak dapat dibendung lagi. Kegiatan ini lebih sering terjadi pada masa-masa awal pubertas seseorang. Karena dorongan seksual yang mendesak, sedangkan objek-objek seksual tidak ada, masturbasi dipilih sebagai jalan keluarnya. Ketika seseorang memasuki usia kedewasaan, masturbasi secara perlahan-lahan akan berkurang dan tergantikan dengan berhubungan seksual. Namun masih terdapat kemungkinan laki-laki yang sudah beristri pun melakukan masturbasi, pada umumnya mereka akan mengulangi dan melakukannya lagi. Alasannya adalah aman, praktis dan sehat, artinya tidak mengandung resiko apapun dan bagi siapapun (Ajen, 2006). Bukan hanya masturbasi melepaskan ketegangan akut karena ketidakpuasan kehidupan seksual atau karena tidak adanya pasangan, masturbasi juga dapat digunakan oleh wanita sebagai proses belajar untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tantang respon seksual mereka ( Wijaya, 1999 ). 4. Cara yang Lazim Digunakan untuk Melakukan Masturbasi a. Masturbasi Pria Laki-laki melakukan onani dengan meraba penisnya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi. Banyak lakilaki menyukai masturbasi yang basah dibandingkan yang kering. Oleh karena itu, mereka menggunakan lotion atau gel tertentu. Beberapa laki-laki juga menyukai penggunaan alat getar atau vibrator dalam masturbasi. Shower di kamar mandi bisa pula menjadi alat pembantu. Penggunaan alat tersebut dirasakan menyenangkan meskipun efeknya jangka pendek.

Gambar 1. Cara masturbasi pria


Sumber: Sex for One: The Joy of Selfloving

b.

Masturbasi Wanita Wanita memiliki banyak cara bermasturbasi, walaupun metode yang paling sering digunakan adalah stimulasi klitoris. Lebih dari 80% wanita yang melakukan masturbasi secara teratur berkonsentrasi pada stimulasi atau labia secara langsung. Jari dapat digosokkan di atas atau di sekitar klitoris, atau seluruh tangan dapat digunakan untuk memberikan tekanan yang stabil dan ritmik. Bantal, vibrator, aliran air dari keran dapat digunakan untuk menggantikan tangan. Atau sebagian wanita dapat bermasturbasi dengan menyilangkan kakinya dan memberikan ke daerah genitalia dengan

menggunakan pahanya. Selain itu, jati atau benda serupa lain mungkin dimasukkan ke dalam vagina, walaupun sedikit wanita (1-3%) yang sepenuhnya mengandalkan insersi vagina saja (Wijaya, 1999). Ada beberapa cara mesturbasi pada wanita dengan menggunakan alat atau benda lain yaitu : Pertama, dengan menggunakan Shower. Tempat yang paling banyak dipakai oleh wanita untuk masturbasi adalah shower. Mungkin dikarenakan saat mandi di shower, wanita mudah terangsang. Kedua, jacuzzi yang merupakan cara bermasturbasi dengan menggunakan semburan air. Ketiga, dengan vibrator yang biasanya dipergunakan untuk memijat, biasanya juga dipergunakan untuk masturbasi. Keempat, cara dildo yaitu dengan memasukkan suatu benda ke lubang vagina (http://www.indoforum.org/showthread.php).

Gambar 2. Cara Masturbasi Wanita


Sumber: Sex for One: The Joy of Selfloving

Sedikit berbeda dari metode tersebut adalah teknik yang digunakan oleh sekitar 5% wanita. Dalam teknik ini, wanita mengambil posisi yang mirip dengan posisi intercourse wanita diatas.Walaupun mungkin ada stimulasi langsung pada genetalia, mungkin dengan bantal, stimulasi ini biasanya sangat ringan, dan orgasme dicapai dengan gerakan pelvis berirama yang dikombinasi dengan pembentukkan tegangan otot mirip dengan yang dirasakan selama intercourse. Payudara dan puting biasanya sangat sensitif dan pada beberapa kasus stimulasi payudara atau puting saja cukup mencapai orgasme (Wijaya, 1999). c. Masturbasi dengan Pasangan Teknik masturbasi dengan pasangan bermacam-macam. Teknik yang

sederhana, dengan bantuan pasangan, adalah dengan melakukan oral, isapan terhadap alat vital. Pada saat lelaki mencapai tahap semiereksi, maka pasangan melakukan sentuhan di kemaluannya, mulai dari kepala sampai dengan pangkalnya. Sentuhan yang lembut pada daerah tersebut dapat memperlambat ejakulasi dan terasa erotis. Bagi pasangan suami istri, cara lainnya adalah dengan menyentuhkan penis ke bagian badan perempuan, seperti putting susu. Jenis masturbasi pada pasangan suami isteri dinamakan mutual masturbation. Para ahli menyarankan agar jenis masturbasi ini dilakukan secara rutin bahkan sebelum melakukan hubungan seks. Mutual masturbation bernilai erotis dan merupakan aktifitas untuk mengungkapkan cinta pada pasangan seks.

Gambar 3. Cara Masturbasi dengan Pasangan

5. Dampak dan Mitos Masturbasi Diketahui masturbasi yang berlebihan dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif, diantaranya adalah (Abu, 2007) : melemahkan pandangan mata, melemahkan

syahwat, mengganggu system pencernaan, membuat perkembangan organ-organ tubuh, khususnya penis dan buah zakar, menjadi tidak optimal, menyebabkan ejakulasi dini, menyebabkan sakit pada tulang belakang (punggung), masturbasi yang dilakukan secara teratur mengakibatkan mani encer, sehingga anak yang dihasilkan akan cenderung sakit-sakitan dan dapat menderita ketidaknormalan (baik fisik maupun mental), mengakibatkan beberapa bagian tubuh, seperti kaki, menjadi tidak stabil, melemahkan jaringan-jaringan otak yang mengakibatkan melemahnya daya tangkap otak,

menurunkan kecerdasan, bahkan dapat mengakibatkan kekacauan mental serta kegilaan. Namun menurut Ajen (2006) mitos seputar masturbasi yang menyebutkan bahwa dengan bermasturbasi seseorang akan menjadi mandul ataupun mengalami kebutaan, sama sekali tidak benar. Sejauh ini secara medis samping masturbasi. Penyimpangan ini tidak disebabkan oleh kelainan psikis, akan tetapi sebaliknya kadang-kadang dapat menimbulkan konflik emosional di kemudian hari, karena yang bersangkutan merasa berbuat salah dan merasa dosa. Penyuluhan yang bijak dapat menghindari atau menghilangkan konflik emosional demikian (Wiknjosastro, 2005). Onani dapat mengakibatkan lemah syahwat dan bahkan melemahkan sperma sehingga tidak sanggup membuahi sel telur wanita. Efek samping lain dari onani adalah efek psikologisnya dimana si pelaku sering merasa berdosa sehingga menimbulkan psikoneurosis atau gangguan kejiwaan. Apabila seseorang sudah mengalami gangguan psikis karena merasa berdosa, akan timbul pula kelainan-kelainan tingkah laku pada dirinya seperti tidak mampu menyesuaikan diri, memencilkan diri dan bahkan seolah-olah dia tidak mempunyai harapan untuk hidup layak seperti orang lain (Sofyan, 2005 : 26). Dalam tahun-tahun terakhir masturbasi semakin dipahami sebagai bagian dari pengalaman seksual normal yang tidak menyebabkan bahaya fisik atau pun mental tertentu. Walaupun sikap sosial yang lebih terbuka, penelitian terakhir menunjukan bahwa sebagian besar wanita masih merasa bersalah dan cemas tentang masturbasi (Wijaya, 1999). Dan menurut BKKBN (1999) bahwa dari segi kedokteran tidak benar kalau masturbasi dapat menimbulkan kebutaan, kegilaan, kemandulan atau gangguan saraf. Tapi dari segi psikologis bisa menimbulkan rasa tekanan dan bersalah. Masturbasi tidak akan menyebabkan munculnya birahi tanpa kendali, tidak akan menyebabkan buta atau tuli, menyebabkan flu, gila, tumbuh rambut pada tangan, gagap, tidak ditemukan efek

atau dapat membunuh. Masturbasi adalah ungkapan seksualitas yang alami dan tidak berbahaya bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman seseorang akan bagian-bagian tubuhnya dan dengan cara bagaimana memuaskannya, membangun rasa percaya diri dan sikap dapat memahami diri sendiri

(http://situs.kesrepro.info/krr/materi/masturbasi.htm). Para ilmuwan dan psikolog modern mengatakan, masturbasi tidak merusak kesehatan, jika tidak dilakukan secara berlebihan (2-7 kali dlm sebulan) (http://www.duniasex.com/forum/showthread.php). Masturbasi atau yang sering disebut dengan onani dianggap dapat menyebabkan orang menjadi mandul atau impoten atau akibat lain seperti mata kabur ingatan menjadi kurang dan tulang menjadi keropos. Anggapan yang salah itu dapat menimbulkan kecemasan pada masyarakat terutama pada remaja karena takut akibat buruk seperti anggapan mitos tersebut. Padahal justru kecemasan itulah yang pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan fungsi seksual. Kecemasan yang berlebihan, rasa bersalah, dan krisis kepercayaan diri biasanya melanda pria yang memiliki kebiasaan ini. Akibatnya bisa saja pria yang suka beronani dan mengalami masalah psikis, menderita apa yang namanya gangguan ereksi dan ejakulasi dini. Banyak pelaku masturbasi dihinggapi perasaan bersalah dan timbul sakit. Ditambah lagi takut bila menikah nanti tidak mempunyai keturunan atau malah impoten, terutama pada pria.Selain takut dosa juga takut penyakit tertentu. Sensitifitas alat genetalia akan mengalami kerusakan apabila sarafnya mengalami kerusakan. Masturbasi tidak selalu menyebabkan terjadinya kelainan pada alat genitalia, tetapi ada juga yang mengalami impotensi dan ejakulasi premature karena masturbasi. Ejakulasi prematur masih berlanjut sampai badan kurus dan tidak bias tidur. Tapi semua itu hanya psikis saja, self sugesty.

D. Cara Menghentikan Masturbasi Untuk menyembuhkan kebiasaan masturbasi, dapat dicegah dengan cara-cara berikut ( Abu, 2007 ): a. Usaha penyembuhan bagi kebiasaan buruk ini haruslah diniatkan karena Allah

semata ; karena ingin mematuhi-Nya dan karena takut akan hukuman-Nya. b. Penyembuhan tercepat dan permanen bagi kebiasaan masturbasi adalah pernikahan.

c. Berusahalah menyibukan diri dengan hal-hal positif bagi kehidupan dunia dan akhirat, dengan mengalokasikan waktu tersebut pada hal yg lebih baik/berguna, misalnya dengan olahraga, main musik, atau hobi lainnya. d. Menundukan pandangan, menghindari diri dari melihat hal-hal yang diharamkan. e. Gunakan waktu luang untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menambah pengetahuan agama. f. Jauhkan diri dari khayalan dan ilusi.

g. Memperkut kekuatan niat dan hindari menghabiskanwaktu sendirian. Berkumpulah dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dunia dan akhirat. h. Berpuasa, sebab dengan puasa dapat membendung gejolak seksual seseorang. i. Mengikuti sunah Nabi saw. Ketika akan tidur, seperti membaca doa, tidur pada sisi kanan tubuh, dan menghindari tengkurap. j. Berusaha sabar dalam berjuang dengan menjaga kesucian. Minta bantuan ahli (seperti ustadz dan psikiater). k. Yang lebih penting dari itu adalah memperkuat daya kemauan. Usaha itu hanya mungkin terwujud apabila seseorang secara jujur dan tulus hendak melepaskan diri dari kebiasaan buruk itu (http://www.duniasex.com/forum/showthread.php). Dalam upaya mengatasi gangguan fungsi seksual masturbasi justru digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi kegagalan orgasme pada perempuan, misalnya : salah satu caranya adalah melakukan program masturbasi. Sedangkan pada pria masturbasi digunakan sebagai suatu cara untuk mengatasi ejakulasi terhambat (Martaadisoebrata, 2005). Apabila seseorang merasa ketagihan dengan bermasturbasi, sebaiknya ia mengubah pandangannya terhadap masturbasi. Contohnya, jika menurutnya

bermasturbasi adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Setelah itu secepatnya mengalihkan dan menggunakan pikirannya pada kegiatan-kegiatan lainnya, seperti berolahraga, menyalurkan hobinya, berkumpul dengan teman-teman, atau membaca bacaan humor (Ajen, 2006).

E. Simpulan Perkembangan seksualitas remaja telah mengakibatkan laki-laki mengalami dorongan seksual yang tinggi ketika memasuki akhir dari usia remajanya. Pada saat itu kadar hormon testosteronnya mengalami peningkatan. Arti dorongan seksual ini sebenarnya adalah ketika seseorang laki-laki mulai merasa tertarik terhadap aktifitas seksual. Kadar testosteron merupakan faktor yang berpengaruh pada dorongan seksual pada laki-laki. Dorongan seksual pada remaja, pada umumnya dihubungkan dengan kadar hormon yang berlebih. Masturbasi merupakan upaya penyaluran energi atau dorongan seksual yang berlebih.

You might also like