You are on page 1of 0

Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi

48
SISTEM TERDISTRIBUSI UNTUK COURSE MANAGEMENT
SYSTEM (STUDI KASUS : FTI UNTAR)

Farenco
1)
Lely Hiryanto
2)
Bagus Mulyawan
3)


1)2)3)
Teknik Informatika Universitas Tarumanagara
Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1, Blok R Lt. XI, Jakarta 11440
email : silent_shenzz@hotmail.com,
2)
lely@fti.untar.ac.id,
3)
bagus@fti.untar.ac.id


ABSTRACT
Distributed Systems for Course Management System
is a system designed using the System Development Life
Cycle (SDLC) method in order to help activities that
related to teaching and learning activities in the Faculty
of Information Technology Tarumanagara University.
Inside the program, there are several modules, such as
student attendance module, online quiz module, and
lecture materials processing module. Student attendance
module is used to record student attendance, and display
it in a report. Course materials processing module is
used to process lecture materials so later they can be
used as a place to share course materials. Based on the
test results, the modules in the program has gone very
well and can be accepted by the faculty. Student
attendance module and the student attendance report is
able to help faculty and staff departments to record and
view student attendance at every teaching and learning
activities.

Key Words
Faculty of Information Technology Tarumanagara
University, Course Management System, Students Attendance,
Online Quiz, Course Materials Processing
1. Pendahuluan
Kegiatan perkuliahan merupakan media yang sangat
penting bagi mahasiswa untuk menambah ilmu atau
pengalaman. Terdapat beberapa hal yang berkaitan
dengan kegiatan perkuliahan seperti absensi mahasiswa,
absensi dosen, pendistribusian bahan kuliah, dan
pemberian tugas atau pelaksanaan kuis. Seiring dengan
bertambah majunya peradaban manusia, kini hal hal
yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan dapat
diatur atau dikelola dengan menggunakan program
aplikasi berbasis Course Management System (CMS).
Course Management System (CMS) adalah perangkat
lunak yang digunakan untuk membuat materi
perkuliahan online berbasiskan web dan mengelola
kegiatan pembelajaran serta hasil - hasilnya.
[1]
Dengan
menggunakan konsep Course Management System
(CMS) dalam kegiatan perkuliahan, maka secara tidak
langsung mahasiswa telah memegang kendali penuh atas
proses pembelajarannya sendiri.
Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Tarumanagara dalam kegiatan perkuliahannya juga
ditunjang dengan menggunakan program aplikasi
berbasis web yang menggunakan konsep Course
Management System. Program aplikasi berbasis web
tersebut dinamakan e-class. Pada awalnya e-class
banyak digunakan, namun belakangan program aplikasi
tersebut sudah jarang dipakai oleh dosen dan mahasiswa
dikarenakan beberapa alasan tertentu. Maka dari itu,
perlu dirancang suatu program aplikasi berbasis web
dengan konsep Course Management System yang lebih
sesuai dan lebih dapat mengakomodasi hal hal yang
berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di
lingkungan Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Tarumanagara.


2. E-Learning
Berbagai pendapat dikemukakan untuk
mendefinisikan e-learning. Jaya Kumar C. Koran
mendefinisikan e-learning sebagai sembarang
pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau
bimbingan.
[2]
Adapula yang menafsirkan e-learning
sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet.
Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah e atau
singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan
sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan
untuk mendukung usaha usaha pengajaran lewat
teknologi elektronik, internet. intranet, satelit, tape audio
atau video, tv interaktif dan CD-ROM adalah sebagian
dari media elektronik yang digunakan. Materi
pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui
media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi,
audio, dan video. Kesemua media elektronik tersebut
bertujuan membantu mahasiswa agar bisa lebih
menguasai materi kuliah sehingga e-learning berarti
pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika. Kegiatan e-learning ini termasuk
dalam model pembelajaran individual.
[3]

Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-
learning yaitu kelas tradisional, pengajar dianggap
sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya.
Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus
utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
49
tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya.
Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar
memainkan peranan yang lebih aktif dalam
pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan
mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung mengatakan bahwa setelah
kehadiran pengajar dalam arti sebenarnya, internet akan
menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan
wakil pengajar yang mewakili sumber belajar yang
penting di dunia.
[4]
Cisco menjelaskan filosofis e-
learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan
penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan secara online. Kedua, e-learning menyediakan
seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional (model belajar konvensional, kajian
terhadap buku teks, CD-ROM,dan pelatihan berbasis
komputer) sehingga dapat menjawab tantangan
perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di
dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut
melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi
pendidikan. Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi
tergantung pada bentuk isi dan penyampaiannya.
[5]

Makin baik keselarasan antar isi materi dan alat
penyampaian dengan gaya belajar, maka akan lebih baik
kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil
yang lebih baik.
2.1 Karakteristik E-Learning
Karakteristik e-learning, antara lain pertama,
memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana dosen
dan mahasiswa, mahasiswa dan sesama mahasiswa atau
dosen dan sesama dosen dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal hal yang
protokoler. Kedua, memanfaatkan keunggulan komputer
(digital media dan computer networks). Ketiga,
menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning
materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses
oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja
bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat,
memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil
kemajuan belajar, dan hal hal yang berkaitan dengan
administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di
komputer.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang
menarik dan dinamis, Onno W. Purbo mensyaratkan tiga
hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning
yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang
sederhana akan memudahkan peserta didik dalam
memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan
kemudahan pada panel yang disediakan, akan
mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri,
sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk
proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning nya. Syarat personal
berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti
layaknya seorang
guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas.
Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal,
peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu
segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan
membuat peserta didik betah berlama - lama di depan
layar komputernya. Kemudian layanan ini didukung
dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan,
dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian
perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat
mungkin oleh pengajar atau pengelola.
2.2 Konsep E-Learning
Metode pengajaran konvensional yang
diselenggarakan di dalam kelas memiliki keterbatasan -
keterbatasan yang dapat menghambat proses
penyampaian ilmu pengetahuan yang berkembang
demikian cepat. Beberapa keterbatasan dapat disebabkan
karena masalah waktu dan tempat. Berbagai elemen
yang terdapat dalam e-learning antara lain[
6]
:
1. Materi pendidikan, elemen ini merupakan hal utama
dalam e-learning. Materi disajikan dalam bentuk
modul yang bisa diakses dengan mudah.
2. Peserta didik (pembelajar), pembelajar merupakan
elemen yang menjadi penerima ilmu pengetahuan
dari proses pembelajaran.
3. Komunitas online, komunitas ini dapat dalam bentuk
forum diskusi, mailing list, maupun chatting. Melalui
komunitas online peserta dapat saling berkomunikasi,
bertanya, dan menjawab baik dengan sesama peserta
maupun dengan pengajar.
4. Penyelenggara e-learning, penyelenggara mencakup
semua komponen yang bertanggung jawab dalam
lancarnya proses pembelajaran mulai dari
administrator, pengajar, teknisi, hingga perancang
materi.
5. Aplikasi e-learning, aplikasi ini menjadi suatu media
perantara dalam proses pembelajaran. Aplikasi harus
dapat mendukung pembelajaran yang efisien.

Perbedaan utama antara konsep penyelenggaraan
pembelajaran konvensional dan e-learning adalah
adanya media antarmuka berbasis web yang digunakan
selama proses pembelajaran. Pada pembelajaran
konvensional interaksi dilakukan dalam bentuk tatap
muka, sedangkan dalam e-learning dapat dilakukan
melalui media elektronik.
2.3 Pengembangan model E-Learning
Pendapat Haughey tentang pengembangan e-
learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam
pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet,
yaitu web course, web centric course, dan web enhanced
course.
[7]

Web course adalah penggunaan internet untuk
keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan
pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan
adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui
internet. Dengan kata lain model ini menggunakan
sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka
(konvensional). Sebagian materi disampikan melalui
internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka.
Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar
bisa memberikan petunjuk pada pelajar untuk
mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah
dibuatnya. Pelajar juga diberikan arahan untuk mencari
sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap
muka, pelajar dan pengajar lebih banyak diskusi tentang
temuan materi yang telah dipelajari melalui internet
tersebut. Konsep inilah yang digunakan dalam
perancangan sistem ini.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet
untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran
yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta
didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota
kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain.
Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut
untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs
situs yang relevan dengan bahan pembelajaran,
menyajikan materi melalui web yang menarik dan
diminati, melayani bimbingan, dan komunikasi melalui
internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
3. Course Management System
Dalam proses penyelenggaraan e
dibutuhkan sebuah Course Management System
Learning Management System, yang berfungsi untuk
mengatur tata laksana penyelenggaraan pembelajaran di
dalam model e-learning. Sering juga LMS dikenal
sebagai CMS (Course Management System
Course Management System dibangun berbasis web,
yang akan berjalan pada sebuah web server dan dapat
diakses oleh pesertanya. Gambar
bagaimana cara kerja sebuah Course Management
System.
Gambar 1 Course Management System
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem
50
adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
epenuhnya disampaikan melalui
internet. Dengan kata lain model ini menggunakan
adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka
(konvensional). Sebagian materi disampikan melalui
ernet, dan sebagian lagi melalui tatap muka.
Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar
bisa memberikan petunjuk pada pelajar untuk
mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah
dibuatnya. Pelajar juga diberikan arahan untuk mencari
situs yang relevan. Dalam tatap
muka, pelajar dan pengajar lebih banyak diskusi tentang
temuan materi yang telah dipelajari melalui internet
tersebut. Konsep inilah yang digunakan dalam
emanfaatan internet
untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran
yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta
didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota
dengan nara sumber lain.
Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut
untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-
situs yang relevan dengan bahan pembelajaran,
eb yang menarik dan
diminati, melayani bimbingan, dan komunikasi melalui
internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Course Management System
e-learning, maka
Course Management System atau
, yang berfungsi untuk
mengatur tata laksana penyelenggaraan pembelajaran di
. Sering juga LMS dikenal
Course Management System), umunya
dibangun berbasis web,
pada sebuah web server dan dapat
1 menunjukkan
Course Management

Course Management System
Pada umumnya, secara dasar
System memberikan sebuah
educator atau pendidik untuk membuat website
pendidikan dan mengatur akses kontrol, sehingga hanya
peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan
melihatnya. Selain menyediakan pengontrolan,
Management System juga menyediakan berba
yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien,
seperti menyediakan layanan untuk mempermudah
upload dan share material pengajaran, diskusi online,
chatting, penyelenggaraan kuis, survey, laporan (report)
dan sebagainya.
3.1 Spesifikasi Course Management System
Jason Cole mengungkapkan bahwa secara umum,
fungsi - fungsi yang harus terdapat
Course Management System, antara lain
1. Uploading and sharing materials
Umumnya Course Management System
layanan untuk mempermudah
konten. Dengan menggunakan editor H
kemudian mengirim dokumen
sehingga dengan demikian
untuk menempatkan materi ajarnya sesuai de
silabus yang mereka buat.
meng-upload silabus perkuliahan, catatan materi,
penilaian, dan artikel artikel siswa kapanpun dan di
manapun mereka berada.
2. Forums and chats
Forum online dan chatting
komunikasi dua arah antara
pesertanya, baik dilakukan secara sinkron (
maupun asinkron (forum,
fasilitas ini, memungkinkan
menulis tanggapannya dan mendiskusikannya dengan
teman - temannya yang lain.
3. Quizzes and surveys
Kuis dan survey secara online
untuk memberikan grade secara
pelajar. Hal ini merupakan
digunakan untuk mendapatkan respon
(feedback) langsung dari pelajar yang sesuai dengan
kemampuan dan daya serap yang mereka miliki.
Proses ini dapat juga dilakukan dengan membangun
sebuah bank soal, yang kemudian semua soal
tersebut dapat di generate
dalam kuis.
4. Gathering and reviewing assignments
Proses pemberian nilai dan skori
dapat juga dilakukan secara online dengan bantuan
Course Management System
5. Recording grades
Fungsi lain dari Course Management System
melakukan perekaman data
otomatis, sesuai konfigurasi dan
dilakukan oleh instruktur dari
dilaksanakan.

Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
Pada umumnya, secara dasar Course Management
memberikan sebuah tool bagi instruktur,
atau pendidik untuk membuat website
pendidikan dan mengatur akses kontrol, sehingga hanya
peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan
melihatnya. Selain menyediakan pengontrolan, Course
juga menyediakan berbagai tools
yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien,
seperti menyediakan layanan untuk mempermudah
material pengajaran, diskusi online,
, penyelenggaraan kuis, survey, laporan (report)
Course Management System
Jason Cole mengungkapkan bahwa secara umum,
fungsi yang harus terdapat di dalam sebuah
, antara lain
[8]
:
Uploading and sharing materials
Course Management System menyediakan
layanan untuk mempermudah proses publikasi
konten. Dengan menggunakan editor HTML,
kemudian mengirim dokumen melalui FTP server,
sehingga dengan demikian mempermudah instruktur
materi ajarnya sesuai dengan
ka buat. Kebanyakan instruktur
perkuliahan, catatan materi,
penilaian, dan artikel artikel siswa kapanpun dan di

menyediakan layanan
omunikasi dua arah antara instruktur dengan
pesertanya, baik dilakukan secara sinkron (chat)
asinkron (forum,email). Sehingga dengan
memungkinkan bagi pelajar untuk
tanggapannya dan mendiskusikannya dengan
temannya yang lain.
online dapat digunakan
secara instan bagi
pelajar. Hal ini merupakan tool yang sangat baik
mendapatkan respon
) langsung dari pelajar yang sesuai dengan
serap yang mereka miliki.
Proses ini dapat juga dilakukan dengan membangun
sebuah bank soal, yang kemudian semua soal
generate secara acak untuk muncul
Gathering and reviewing assignments
ilai dan skoring kepada pelajar
dapat juga dilakukan secara online dengan bantuan
Course Management System
Course Management System adalah
melakukan perekaman data grade pelajar secara
otomatis, sesuai konfigurasi dan pengaturan yang
instruktur dari awal perkuliahan
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
51
3.2 Rancangan Course Management System FTI
UNTAR
Sistem yang dirancang adalah sistem terdistribusi
untuk Course Management System. Tujuan dari sistem
yang dirancang ini adalah untuk memperbaiki sistem
serupa (e-class) yang pernah digunakan di Fakultas
Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara dan juga
untuk mendukung hal hal yang berhubungan dengan
kegiatan perkuliahan atau pembelajaran di Fakultas
Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara. Sistem
yang dirancang ini dibuat dengan menggunakan PHP
dan MySql. Sistem ini dibuat dengan menggunakan
metode System Development Life Cycle (SDLC). Sistem
ini dibuat berbasis web agar dapat diakses lebih mudah
oleh semua orang, terutama oleh mahasiswa dan dosen
Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Tarumanagara. Sistem ini dibuat dengan konsep web
centric course yang dimana konsep tersebut merupakan
pengembangan model dari e-learning. Konsep web
centric course digunakan agar kegiatan perkuliahan di
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara
dapat berjalan secara online maupun secara tatap muka
(konvensional).
3.3 Modul Course Management System FTI
UNTAR
Modul modul yang terdapat di dalam Course
Management System FTI UNTAR, antara lain :
1. Uploading and sharing materials
Materi ajar ditempatkan pada setiap pertemuan,
sehingga memudahkan mahasiswa dalam
mengunduh materi dari dosen. Gambar 2 dan
gambar 3 menunjukkan tampilan modul
upload download Course Management System
FTI UNTAR.


Gambar 2 Tampilan Upload Bahan Kuliah

Gambar 3 Tampilan download Bahan Kuliah
2. Forums and chats
Dalam Course Management System di FTI Untar,
hanya tersedia forum saja. Tampilan forum dibuat
seperti tampilan status box pada situs jejaring sosial
sehingga pengguna Course Management System di
FTI Untar dapat bebas berkomunikasi layaknya pada
situs jejaring sosial. Gambar 4 menunjukkan
tampilan modul forum pada Course Management
System FTI UNTAR.

Gambar 4 Tampilan modul forum
3. Quizzes and surveys
Dalam Course Management System di FTI
Untar, soal kuis dapat tampil secara acak, kuis
berjalan dengan durasi agar mahasiswa dapat
mengerjakan dengan serius dan teliti, namun
soal kuis belum mendukung soal yang
mengandung equation atau persamaan dan
soal kuis untuk kuis online hanya soal dengan
tipe pilihan ganda. Gambar 5 menunjukkan
tampilan modul kuis Course Management
System FTI UNTAR.


Gambar 5 Tampilan modul kuis
4. Gathering and reviewing assignments
Dalam Course Management System di FTI
Untar, tugas yang sudah dikerjakan, di-upload
kembali kepada dosen untuk diberi nilai. Nilai
kuis tampil setelah waktu pelaksanaan kuis
selesai. Gambar 6 menunjukkan tampilan
tugas Course Management System FTI UNTAR.

Gambar 6 Tampilan modul tugas
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
52
5. Recording grades
Dalam Course Management System di FTI
Untar, nilai yang disimpan dalam basis data
hanya nilai tugas dan nilai kuis. Gambar 7
dan Gambar 8 menunjukkan tampilan nilai
tugas dan nilai kuis mahasiswa.


Gambar 7 Tampilan Nilai Tugas


Gambar 8 Tampilan Nilai Kuis

6. Students Attendance
Dalam Course Management System di FTI Untar,
ditambahkan satu modul yang disesuaikan dengan
kebutuhan FTI Untar, yaitu absensi mahasiswa.
Daftar peserta mata kuliah diambil dari file
dengan format .txt, kemudian file tersebur
diproses dan dimasukkan ke dalam basis data. Dari
hasil proses tersebut, dosen dapat mencata kehadiran
mahasiswa dan program dapat menampilkan jumlah
kehadiran mahasiswa dalam bentuk report. Gambar
9 dan Gambar 10 menunjukkan tampilan dari report
absensi mahasiswa.

Gambar 9 Report Absensi Mahasiswa

Gambar 10 Report Absensi Mahasiswa dalam bentuk KSM
4. Pengujian
Setelah tahap perancangan dan pembuatan selesai
dilakukan, tahap selanjutnya adalah menguji jalannya
aplikasi. Tahapan ini bertujuan untuk mencari kesalahan
pada program (Bug, Runtime error) dan juga kekurangan
aplikasi. Tahap ini sangat penting untuk memastikan
kualitas perangkat lunak yang telah dibuat.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada
sistem terdistribusi untuk Course Management System
(Studi Kasus : FTI UNTAR), dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan dari hasil pengujian modul yang telah
dilakukan, fungsi fungsi pada tiap modul dalam
program ini telah berfungsi sesuai dengan rancangan
yang telah dibuat.
2. Berdasarkan hasil pengujian terhadap calon
pengguna, dapat disimpulkan bahwa fitur fitur yang
terdapat dalam program dapat diterima dan sesuai
dengan kebutuhan user serta dapat membantu
kegiatan belajar mengajar di lingkungan FTI Untar.
3. Berdasarkan hasil pengujian terhadap data, untuk
modul absensi mahasiswa, data daftar peserta mata
kuliah pada aplikasi sudah sama dengan data daftar
peserta mata kuliah yang sebenarnya.

Tabel 1 Perbandingan hasil pengujian pada modul
absensi mahasiswa

Pengujian Keterangan Hasil
Pengujian I Pada pengujian
pertama,
dimasukkan data
dpmk pada
semester ganjil
tahun ajaran
2011/2012.
Hasil yang didapat
adalah terdapat
beberapa kelas mata
kuliah yang tidak
masuk ke basis data
dikarenakan perbedaan
jadwal kuliah semester
ganjil 2011/2012
dengan semester ganjil
2012/2013.
Pengujian II Pada pengujian
kedua,
dimasukkan data
dpmk dari
semester ganjil
2012/2013.
Hasil yang didapat
adalah semua isi data
masuk ke dalam basis
data, namun nama
mahasiswa tidak tampil
pada program
dikarenakan tabel
mahasiswa dalam basis
data belum lengkap.
Pengujian III Pada pengujian
kedua,
dimasukkan data
dpmk dari
semester ganjil
2012/2013 dengan
tabel mahasiswa
yang sudah
dilengkapi.
Hasil yang didapat
adalah program dapat
menampilkan daftar
peserta mata kuliah
sesuai dengan data
yang dimasukkan.

4. Berdasarkan hasil pengujian terhadap data, untuk
modul kuis online, mahasiswa hanya dapat mengikuti
kuis satu kali, soal kuis tampil secara acak atau
random, nilai mahasiswa akan muncul saat waktu
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
53
pelaksanaan kuis telah selesai, dan mahasiswa hanya
dapat mengikuti kuis pada waktu dan dalam durasi
yang telah ditentukan.

Tabel 2 Perbandingan hasil pengujian modul kuis

Pengujian Keterangan Hasil
Pengujian IV Link untuk
mengikuti kuis.
Link untuk
mengikuti kuis
hanya akan muncul
saat waktu
pelaksanaan kuis
telah tiba.
Pengujian V Membuat soal kuis
untuk mahasiswa.
Dosen dapat
membuat soal dan
dapat melihat soal
kuis yang telah
dibuat.
Pengujian VI Soal tampil secara
acak.
Soal kuis untuk
mahasiswa tampil
secara acak
Pengujian VII Durasi pengerjaan
kuis.
Mahasiswa
mengerjakan soal
kuis dalam durasi
yang telah
ditentukan, apabila
durasi telah habis,
maka mahasiswa
tidak dapat
mengerjakan soal
kuis lagi.
Pengujian
VIII
Daftar peserta dan
nilai kuis.
Daftar peserta kuis
dan nilai kuis tampil
setelah waktu
pelaksanaan kuis
selesai
dilaksanakan.


5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
pada program aplikasi Sistem Terdistribusi untuk Course
Management System ( Studi Kasus : FTI UNTAR ),
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Fitur fitur yang terdapat di dalam aplikasi dapat
diterima dan telah memenuhi kebutuhan user untuk
dapat membantu kegiatan belajar mengajar di
Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Tarumanagara, namun masih terdapat kekurangan,
yaitu soal kuis pada program ini belum mendukung
soal yang bersifat equation atau persamaan.
2. Modul absensi mahasiswa dapat menampilkan data
daftar peserta mata kuliah sesuai dengan daftar
peserta mata kuliah yang sebenarnya yang dalam
pengujian menggunakan daftar peserta mata kuliah
pada semester ganjil 2012/2013.

Saran-saran yang dapat diberikan bagi mereka yang
ingin mengembangkan Sistem Terdistribusi untuk
Course Management System ( Studi Kasus : FTI
UNTAR ) adalah sebagai berikut :
1. Untuk pengembangan aplikasi ini kedepannya,
diharapkan operator dapat meng-import file dengan
format .xlsx atau .csv ke dalam modul absensi
mahasiswa, guna mengefisiensikan proses
penginputan data.
2. Dapat mendukung soal yang berisi equation atau
persamaan.
REFERENSI
[1] Riyadi Triwijaya, 19 Januari 2012, Learning Management
System (LMS),
http://riyadi2405.wordpress.com/2010/04/25/lms-learning-
management-system/.
[2] Jaya Kumar C. Koran, 2002. Aplikasi E- Learning
Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran Di Sekolah-
Sekolah Malaysia : Cadangan Perlaksanaan Pada
Senario Masa Kini, Pasukan Projek Rintis Sekolah
Bestari Bahagian Teknologi Pendidikan, Kementerian
Pendidikan Malaysia
[3] Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo, 2002,
E-Learning berbasis PHP dan MySQL, Penerbit Elex
Media Komputindo, Jakarta.
[4] Khoe Yao Tung, 2000, Pendidikan dan Riset di Internet,
Dinastindo, Jakarta.
[5] Cisco, 19 Februari 2012, e-Learning : Combines
Communication, Education, Information, and
Training,
http://www.cisco.com/warp/public/10/wwtraining/elearnin
g.
[6] Siahaan, S., 24 Januari 2013, E-learning (Pembelajaran
Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif
Pembelajaran,
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/sudirman.h tm.
[7] Haughey, M. & Anderson, T, 1998, Networked
Learning: The pedagogy of the
Internet,Cheneliere/McGraw-Hill,Montreal.
[8] Jason Cole & Helen Foster, 2008, Using Moodle,2nd
Edition, OReilly, Sebastopol.


Farenco, saat ini sedang menjalani studi pada program studi
Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Tarumanagara.

Lely Hiryanto, memperoleh gelar Sarjana Teknik pada tahun
2001 dari Universitas Tarumanagara. Kemudian memperoleh
gelar M.Sc dari Department of Computing, Curtin University
of Techonology, Australia pada tahun 2006. Saat ini menjabat
sebagai Ketua Program Studi Teknik Informatika di Fakultas
Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.

Bagus Mulyawan, memperoleh gelar S.Kom dari Universitas
Gunadharma . Kemudian memperoleh gelar MM dari
Universitas Budi Luhur. Saat ini menjabat sebagai staf
pengajar di Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Tarumanagara.

You might also like