You are on page 1of 11

A.

Pengertian KOLOID
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut : - Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid - Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok : Larutan Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam. Koloid Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Suspensi Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan

dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah.

B. Sifat Koloid
1. Efek Tyndall Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.

Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah. 2. Gerak Brown Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.

3. Adsorpsi Koloid Adsorpsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses: 1. Pemutihan gula tebu. 2. Norit.

3. Penjernihan air.

Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare. Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol. Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.

4. Koagulasi Koloid Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih. Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi: Perubahan suhu. Pengadukan. Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas). Pencampuran koloid positif dan koloid negatif. Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara: 1. Mekanik Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat. 2. Kimia

Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu + sirup masam menggumpal lumpur + tawas menggumpal Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan. Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif. 5. Kestabilan Koloid Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan larutan. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan dengan cara cara sebagai berikut:

A.

Menghilangkan muatan koloid Dapat dilakukan dengan proses dialisis. Dalam proses ini sistem koloid dimasukan ke dalam suatu kantong koloid (terbuat dari selaput semipermiabel yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion atau molekul sederhana tetapi manahan partikel koloid). Kantong ini kemudian dimasukan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Ion-ion akan keluar dari kantong dan terbawa aliran air. Salah satu pemanfaatan dari proses dialisis adalah pencuci darah (haemodialisis). Penambahan stabilisator koloid 1. Emulgator Merupakan zat yang ditambahkan ke dalam suatu emulsi (koloid cair dalam cair atau cair dalam padat) dengan tujuan agar tidak mudah terpisah. 2. Koloid pelindung Merupakan koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi stabil.

B.

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob - Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Contoh: agar-agar. - Koloid liofob adalah koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya.

bila medium pendispersinya air, maka koloid liofil disebut koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut koloid hidrofob.Koloid liofil lebih kental daripada koloid liofob. Perbandingan sifat sol liofil dan liofob:

sifat hidrofil dan hidrofob dimanfaatkan dalam proses pencucian pakaian pada penggunaan detergen. Kemampuan detergen menarik lemak and minyak, disebabkan pada molekul detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan minyak.

7. Pembuatan Sistem Koloid

Cara Kondensasi Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Reaksi Pengendapan / Pertukaran Ion Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan. Contoh:

Pembuatan As2S3 dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan As2O3 dengan reaksi sebagai berikut :

3H2 S (g)

As2O3 (aq) As2S 3 (s) + 3H2O (l)

2. Reaksi Hidrolisis Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air. Contoh: pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.

FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)


3. Reaksi Redoks Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks. Contoh: Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO). Cara Dispersi reaksinya: PembuatanPersamaan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid. 2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq) 1. Cara Mekanik sol emas Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan kotoran air. Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan dalam air. Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol. 2. Cara Peptisasi Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah. Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3. sol NiS dengan menambahkan H2S.

karet dipeptisasi oleh bensin. agar-agar dipeptisasi oleh air. endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3. 3. Cara Busur Bredia/Bredig Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air. 4. Homogenisasi Adalah cara memperkecil ukuran partikel partikel besar menjadi partikel koloid dengan menggunakan mesin homogenisasi.

5. Cara Ultrasonik yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz) Campuran heterogen. Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Suspensi, contoh: pasir dalam air. 2. Koloid, contoh: susu dengan air. D. Komponen Penyusun Koloid 1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak. 2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak. E. Bentuk Partikel Koloid 1. Bulatan : misalnya virus, silika. 2. Batang : misalnya virus. 3. Piringan : misalnya globulin dalam darah. 4. Serat : misalnya selulosa. F. Penggunaan Sistem Koloid 1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan. 2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar. 3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion. 4. Industri : tinta, cat. G.Beberapa Macam Koloid 1. Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Contoh: aerosol padat: debu, asap. aerosol cair: kabut, awan.

Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro Fluoro Karbon (CFC). 2. Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi. Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut. Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air. kasein sebagai emulgator pada susu. 3. Sol adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam zat cair. No. a. Hidrofob Tidak menarik molekul air tetapi mengadsorbsi ion Tidak reversible, apabila mengalami koagulasi sukar menjadi sol lagi Hidrofil Menarik molekul air hingga menyelubungi partikel terdispersi

b.

Reversibel, bila mengalami koagulasi akan dapat membentuk sol lagi jika ditambah lagi medium pendispersinya

c. d. e. f.

Biasanya terdiri atas zat anorganik Biasanya terdiri atas zat organik Kekentalannya rendah Gerak Brown terlihat jelas Mudah dikoagulasikan oleh elektrolit Umumnya dibuat dengan cara kondensasi Efek Tyndall jelas Kekentalannya tinggi Gerak Brown tidak jelas Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit

g.

Umumnya dibuat dengan cara dispers

h. i.

Efek Tyndall kurang jelas

Contoh: sol logam, sol belerang, sol Contoh: sol kanji, sol protein, sol sabun Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfida sol gelatin

4. Gel/Jel adalah koloid liofil setengah kaku. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut. 5. Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. Contoh: sabun, detergen, protein. Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil alkohol. H.SABUN/DETERGEN adalah zat yang molekulnya terdiri atas hidrofob dan sekaligus gugus hidrofil. I. PENJERNIHAN AIR SUNGAI 1. Air sungai mengandung lumpur ditambah tawas air jernih. 2. Air jernih ditambah kaporit air jernih bebas kuman. 3. Air jernih bebas kuman disaring air bersih.

You might also like