You are on page 1of 4

PENANGANAN STATUS ASMATHIKUS Asma adalah penyakit saluran napas akibat inflamasi alergi oleh sel dan elemen

en selular yang ditandai dengan sesak napas akibat tersumbatnya jalan napas, sifatnya rekuren, bisa sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan Inflamasi kronik ini berhubungan dengan hiperresponsif bronkus sehingga terjadi mengi atau sesak napas, dada terasa tertekan dan batuk yang biasanya disertai dahak. Terjadi pada malam hari atau menjelang pagi disebabkan obstruksi saluran napas yang difus juga disertai penyempitan jalan napas dan perubahan dinding bronkus. Tempat predileksi : cabang trakea bronchial. Diantara serangan pasien masih merasakan periode normal (bebas serangan) Pembagian asma bronchial A. Saat terjadinya serangan 1. Ringan : rumah 2. Sedang : IGD rumah 3. Berat : IGD RS 4. Amat berat mengancam jiwa (status asmathikus) : IGD RS (ICU) B. Diluar serangan (asma masih tetap berlangsung hanya saja tidak menimbulkan serangan) DULU disebut sebagai asma kronik 1. Intermiten : serangan terjadi kadang-kadang 2. Persisten ringan : APE sedikit 3. Persisten sedang : APE berat 4. Persisten berat : APE sangat turun C. Diluar serangan (istilah sekarang) 1. Terkontrol 2. Terkontrol sebagian 3. Tidak terkontrol Pada pasien diluar serangan, pasien tetap mengalami penurunan fungsi paru, sehingga APE mengalami penurunan. Baik pasien dengan atau tanpa serangan pengobatan HARUS tetap dilakukan. Prinsip adalah menjaga fungsi paru untuk tetap baik. Pengobatan utama dilakukan dengan pemberian bronkodilator.

PENGERTIAN DULU : eksaserbasi akut yang berat dari asma bronchial yang refrakter terhadap obat yang biasa digunakan SEKARANG : GINA 2009 menyebutkan bahwa status asmatikus adalah asma serangan akut amat berat dan mengancam jiwa. Status asmatikus adalah serangan asma akut berat yang berespon jelek terhadap pengobatan awal atau memburuk 1-2 jam dari pengobatan awal. Jika respon baik : pulang Jika respon cukup baik : RS Jika respon buruk : ICU PENANGANAN Yang dimaksud dengan penanganan atau pengobatan awal adalah : 1. Agonis 2 2. Aminofilin i.v. 5-6 mg/kgBB 3. Kortikosteroid sistemik (hidrokortison) 100-200 mg i.v. 4. O2 5. Aminofilin drips Jika 1-2 jam setelah pengobatan respon yang terjadi adalah buruk, keadaan ini disebut sebagai status asmatikus TANDA KLINIK 1. Risiko tinggi, misalnya pasien pernah dirawat di ICU 2. Fisik a. Gejala berat b. Mengantuk, gelisah, bingung, kesadaran , lelah, dengan atau tanpa sianosis c. Silent chest, takhikardi atau sudah bradikardia d. Penggunaan otot bantu napas e. Pulsus paradoksus (>10 mmHg) 3. Faal paru : APE < 30% dari prediksi atau tidak dapat diukur 4. BGA a. PaO2 < 60 mmHg b. PaCO2 > 45 mmHg c. pH < 7,32

Mengapa dapat terjadi REFRAKTER 1. farmakologik a. blockade adrenergic b. katekolamin endogen c. Reseptor d. tonus parasimpatis e. Asidosis 2. Patomekanik a. Lendir sal. Napas (infeksi, alergi, toksin, vagal) b. Radang atau edema bronkus c. Spasme atau hipertropi otot polos bronkus d. Defek mekanik pemebersihan sal napas 3. Imunologik Mediator kimia yang terjadi saat alergi FAKTOR PENCETUS 1. Infeksi saluran napas bagian atas 2. Pasca fiberoptic bronchoscopy 3. Menghentikan pengobatan asma mendadak (penyebab tersering) 4. Trauma saluran napas KOMPLIKASI 1. Emfisema kutis 2. Respiratory arrest 3. Obstruksi mukosa plug 4. Pneumothoraks spontan 5. Pulmonary colaps (atelektasis) 6. Cardiac arrest 7. Asidosis PENANGANAN 1. Perawatan a. Di lakukan di ICU b. Tujuan Menilai keadaan dan perjalanan penyakit dengan lebih tepat Pengobatan dapat dilakukan secara intensive Bila perlu, ventilator mekanik

2. Rangkaian a. OKSIGEN Segera untuk menangani hipoksemia dimana PaCO2 > 70 mmHg O2 dengan sungkup atau kanul dan dilembabkan, 2-4 LPM maksimal 8 LPM sampai sesak hilang b. REHIDRASI Berikan D 5% (KI : Diabetes) NaCl 0,9% (2L tiap 24 jam) Tujuan : 1. memperbaiki dehidrasi akibat hiperventilasi atau evaporasi 2. mengencerkan dahak 3. memasukkan obat secara i.v. c. OBAT-OBATAN 2 AGONIS KORTIKOSTEROID 1. Prednisolon 30-60 mg/hari, lakukan PO jika sal. Cerna baik 2. Hidrokortison 200 mg i.v. (4 mg/kgBB) tiap 6 jam dalam 24 jam jika respon baik dalam 24-48 jam, steroid diganti oral AMINOFILIN (bronkodilator) secara suntikan OBAT LAIN 1. Antibiotic 2. Mukolitik ekspektoran 3. Biknat 4. Kalium 40 mg/hari pada hipokalemi 3. Pemantauan a. APE b. BGA c. Catat : HR, RR, EKG d. Aminofilin serum e. Kadar K+ , gula darah (pada penggunaan steroid dosis tinggi dan lama) Aminofilin sekarang tidak lagi digunakan, dapat digunakan jika obat lain sudah tidak dapat memberikan efek Dosis aminofilin disesuaikan dengan kadar aminofilin dalam serum , tidak lebih dari 2 mg Efek samping : hipotensi, diare dan muntah (pada GIT), dan pada pasien dengan DM subletal, pemberian steroid dapat meningkatkan gula darah

INDIKASI INTUBASI ATAU VENTILATOR MEKANIK 1. Apneu atau hamper apneu atau cardiac arrest 2. PaCO2 3. Lethargi atau somnolen 4. Lelah yang bertambah 5. Perubahan gejala klinik

PRINSIP TERAPI OKSIGEN PROSES PENTING DALAM PERNAPASAN 1. Ventilasi : pertukaran udara, keluarnya udara dari paru (ventilasi pulmonary) keluar masuknya udara dari alveolus (ventilasi alveolar) 2. konduksi gas 3. difusi gas O2 dari udara CO2 ke udara 4. Perfusi darah paru, dinilai dari matching ventilasi : perfusi V : Q + 1 (0,9 1,1) 5. Peredaran O2 atau CO2 dalam darah oleh Hb 6. Pertukaran O2 atau CO2 di jaringan tubuh 7. Regulasi pernapasan oleh pusat pernapasan di medulla oblongata PERNAPASAN YANG BAIK, adalah : 1. PaCO2 < 45 mmHg 2. PaO2 > 50 mmHg 3. pH normal 7,32 7,42 4. saturasi oksigen (SaO2) > 90% umumnya + 98% TERAPI OKSIGEN Memberikan atau memasukkan oksigen dari luar (tanki) dengan kepekatan (%) tertentu, kecepatan aliran tertentu, dengan alat tertentu yaitu O2 yang dilembabkan

INDIKASI 1. hipoksemia atau hipoksia jaringan tubuh 2. dengan indikasi tertentu untuk pengobatan oksigen hiperbarik (terapi oksigen tekanan tinggi pada kasus dekompresi penyelam) 3. PaO2 < 60 mmHg 4. SaO2 < 90% 5. Laborat normal atau kecurigaan hipoksia a. Gagal napas akut b. Infark miokard akut c. Serangan asma akut d. Normoksemik hipoksia (keracunan CO) e. Pre atau post operasi f. Kadang perlu pada : Cardiorespirasi arrest Hipotensi Syok Trauma berat TERAPI O2 HIPERBARIK Terapi O2 dengan konsentrasi 100% pada ruang atau kabin dengan tekanan 2-3 ATM pada tempat setinggi permukaan laut untuk mengobati : 1. Dekompresi 2. Emboli gas 3. Keracunan CO2 afinitas CO2 untuk mengikat Hb lebih tinggi PROSEDUR 1. Standart dual prong nasal kanul deliver O2. Aliran O2 0,5-1 LPM 2. Simple mask deliver O2. Fi O2 0,35-0,5; 5 LPM 3. Venture mask deliver O2. Fi O2 0,5 LPM 4. Non rebreathing O2 max; Fi O2 8-10 LPM 5. Hiperbarik kabin PO2 tinggi (2-3 atm) EVALUASI SEBELUM TERAPI BGA Mengatur saturasi oksigen PERTIMBANGAN 1. Gagal napas hiperkapnik (PaCO2 tinggi) O2 max 2 LPM, untuk menghindari CO2 narkose

2. O2 tidak boleh dihentikan mendadak Bila hiperkapnia memburuk mungkin terjadi CO2 narkosis oleh karena PaO2 sangat rendah sebelum terapi 3. Komplikasi a. mucociliary clearence b. Tracheobronkitis c. Pulmonary O2 toxicity 4. Anjuran a. O2 jangan sampai FiO2 > 0,5 b. Sebaiknya pemberian < 48 jam terus menerus EVALUASI 1. Periksa keadaan umum 2. BGA : PaO2, PaCO2, dan pH 3. Saturasi O2 (SaO2) 4. Durante operasi : warna darah

You might also like