Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok VI
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat [51] :56)
Dalam ayat diatas jelas, apa maksud Allah swt menciptakan manusia kecuali
hanya untuk beribadah/menyembah kepadaNya. Tapi masih banyak diantara
kita mengaku bahwa Allah swt itu adalah zat yang Esa dan tidak ada Tuhan
selain Allah, tapi masih menyembah pada hal-hal selain Allah. Maka dari itu
penulis menulis makalah itu, yang akan lebih jelas lagi tentang hakikat Tauhid
akan dijelaskan pada bab selanjutnya, agar kita semua terhindar dari perbuatan
Syirik (menyekutukan Allah).
B. Perumusan Masalah
Adapun hal-hal yang akan kami bahas dalam masalah yang sangat
pokok dalam Islam ini adalah sebagai berikut :
1. Definisi Tuhan
2. Definisi Tauhid
3. Macam - Macam Tauhid
4. Siapa, Mengapa & Untuk Apa Allah itu Esa
5. Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tuhan
Dilihat dari sudut perbandingan agama, Tuhan ialah Sesuatu, Apa
atau Siapa yang dipentingkan sedemikian rupa oleh manusia, sehingga ia
membiarkan dirinya dikuasai oleh yang dipentingkannya itu1.
Yang dipentingkan oleh manusia itu bermacam-macam, tetapi secara
garis besar dapat dikatakan bahwa yang dipentingkan dan diinginkan manusia
itu ialah Harta, Tahta, Wanita (Seksualitas), Kemerdekaan, Ilmu Pengetahuan,
Nama yang populer, Pujian dan yang sejenisnya, yang semuanya itu bisa
dikategorikan sebagai hawa nafsu dari manusia. Tetapi dalam Al Qur’an Allah
memperingatkan manusia agar tidak menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya (QS. Al Jatsiah {45} : 23).
Dan juga agar kita terhindar dari dosa syirik karena termasuk
menyekutukan (menduakan) Allah, Syirik ialah Memperlakukan sesuatu
selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus
bagi-Nya2. Karena Syirik adalah termasuk dalam dosa besar, sebagaimana
telah dijelaskan dalam QS. An Nisa {4} : 48
tΒuρ 4 â!$t±o„ yϑÏ9 y7Ï9≡sŒ tβρߊ $tΒ ãÏÿøótƒuρ ϵÎ/ x8uô³ç„ βr& ãÏÿøótƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ)
1
Zainuddin S. Nainggolan, Inilah Islam : Falsafah dan Hikmah Ke Esaan Allah, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2007), Cet. ke 4, h. 46.
2
Syaikh Muhammad At Tamimi, Kitab Tauhid, (Jakarta : Darul Haq, 2000), Cet ke 4, h. 27
3
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa Syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (Syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya”
B. Definisi Tauhid
Tauhid dalam bahasa Arab adalah Mashdar dari Wahhada Yuwahhidu
Tauhid, yang artinya : menjadikan satu, meninggalkan dan meniadakan
bilangan darinya.
Sedangkan Tauhid dalam istilah Syar’I adalah meniadakan yang
setara bagi zat Allah, dalam sifat dan perbuatan-Nya, serta menafikan sekutu
dalam menuhankan dan menyembah-Nya3.
3
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2006).
4
Ibid
4
Tauhid Uluhiyyah, adalah mengesakan Allah swt dalam perbuatan
penghambaan. Tauhid ini sebagai manifestasi dari Tauhid Rububiyyah.
Artinya, jika seseorang telah mengakui akan ke-Tuhan-an Allah swt ia
harus berbakti, taat dan beribadah kepada-Nya. Bentuk dari Tauhid
Uluhiyyah adalah mengesakan Allah swt dalam niat, mendekatkan diri
(Taqarrub), berdo’a, nadzar, qurban, mengharapkan sesuatu (raja’), senang
dan takut, Tawakkal dan kembali.
Tauhid Asma’ dan Shifat adalah Mengesakan Allah swt dengan
mempercayai sifat-sifat dan namanya yang telah dijelaskan dalam Al
Qur’an.
5
Zainuddin S. Nainggolan, Inilah Islam : Falsafah dan Hikmah Ke Esaan Allah, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2007), Cet. ke 4, h. 3.
5
Manusia, hewan, bumi, alam semesta semuanya bermula dari tidak
ada, kemudian menjadi ada, sesudah itu kembali menjadi tidak ada. Seperti
manusia, hewan, tumbuhan kembali ke tanah. sedangkan yang bersifat
kekal seperti ruh dan malaikat.
2. Mustahil Wujud
Mustahil Wujud adalah segala sesuatu yang tidak mungkin wujud,
yang tidak mungkin terjadi menurut akal, seperti gajah bertelur dan air
mengalir ke atas. Akal tidak mungkin menggambarkan hakikat Mustahil
Wujud yang sebenartnya, baik dalam pikiran maupun luar pikiran.
Mustahil Wujud tidak mungkin menciptakan sesuatu, seperti seekor gajah
yang berasal dari telur gajah, tentu tidak mungkin menciptakan sesuatu,
karena dirinya sendiri tidak ada. Oleh karena itu akal mewajibkan bahwa
yang menciptakan alam semesta ini tentu wujud yang diluar Mukminul
Wujud dan Mustahil Wujud.
6
Ibid h. 8
6
2. Tuhan (Allah) itu Esa Zat-Nya
Maksudnya, zat Tuhan itu tidak terbagi dan tidak tersusun dari
beberapa unsur. Jika zat-Nya terbagi, tentu ada zat yang membaginya. Ini
tidak dapat diterima oleh akal, sebab Zat yang membagi lebih berhak
dikatakan Tuhan dari pada zat yang dibagi.
Apa akibatnya jika Tuhan tersusun dari beberapa Zat asal (Unsur
Tuhan)? Menurut Hasbullah Bakry7, hal ini mengakibatkan adanya
pembagian tugas/wewenang, ini menunjukkan lemahnya Tuhan. Apa akibat
kalau Tuhan itu tersusun dari beberapa Zat Asal (unsur). Berkenaan dengan
ini Allah telah berkali-kali menyatakan Tuhan itu tidak beranak, bukan
Ibu/Bapak yang mempunyai anak (QS. Al Ikhlas {112} : 3).
7
Ibid h. 10
7
Perbuatan manusia selalu berubah sesuai dengan daya ciptanya.
Manusia mencipta sesuatu mulai dari sesuatu yang sederhana, meningkat,
maju dan terus maju dan akhirnya bisa menjadi rumit nampaknya bagi
seseorang yang bukan bidang keahliannya. Sedangkan perbuatan Allah
(sunnatullah) tidak demikian. Sebab perbuatan Allah atau sunnatullah baik
yang tidak tertulis maupun yang tertulis itu Esa sifatnya.
8
Ibid, h. 63
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tuhan ialah Sesuatu, Apa atau Siapa yang dipentingkan sedemikian rupa
oleh manusia, sehingga ia membiarkan dirinya dikuasai oleh yang
dipentingkannya itu.
2. Tauhid menurut bahasa Arab berarti : menjadikan satu, meninggalkan dan
meniadakan bilangan darinya, sedangkan Tauhid menurut istilah Syar’I
adalah meniadakan yang setara bagi zat Allah, dalam sifat dan perbuatan-
Nya, serta menafikan sekutu dalam menuhankan dan menyembah-Nya.
3. Macam-macam Tauhid antara lain Tauhid Rububiyyah, Tauhid
Uluhiyyah, Tauhid Asma’, Tauhid Shifat.
B. Saran
Setelah membahas makalah ini diharapkan mahasiswa serta umat
Islam mengetahui dengan jelas makna hakikat dari Tuhan dan Tauhid,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam perbuatan sehingga terhindar dari
perbuatan syirik kepada Allah swt.
9
DAFTAR PUSTAKA
Nainggolan, Zainuddin, Dr., Prof., Inilah Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2007)
At Tamimi, Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid, (Jakarta : Darul Haq, 1999)
Mujib, Abdul, Dr., Prof., Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2006)
10