You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

Otitis media akut, otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba.(1) Otitis media akut merupakan salah satu kelainan telinga tengah yang paling sering ditemukan terutama pada anak-anak. Meskipun masih dalam penelitian dalam pencegahan dan terapi, angka kejadian penyakit ini terus meningkat.Sekitar 25 juta orang pertahun mengunjungi dokter akibat otitis media akut. Infeksi pada telinga ini merupakan diagnosis yang paling sering ditegakkan pada anak di Amerika dan diagnosis kedua tersering dalam kedokteran menyeluruh. Bayi dan anak beresiko paling tinggi terinfeksi otitis media akut, dengan angka kejadian pada anak berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%.(2) Di Amerika Serikat, diperkirakan75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih. Insiden Otitis media akut tertinggi terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan, dan yang kedua pada waktu berusia 5 tahun bersamaan dengan anak masuk sekolah Insiden ini cenderung menurun pada anak dengan usia lebih dari 6 tahun. Otitis Media Akut atau (OMA) banyak terjadi pada anak karena sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus.(3) Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan masalah kesehatan ini,namun hal ini tidak didukung dengan pendataan yang jelas tentang insidensi otitis media akut itu sendiri. Data yang didapat dari Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Otitis Media Akut (OMA) selalu ada pada 20 besar penyakit dengan insidensi tersering. Penyebab OMA dapat berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan miroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri.(4)

Maka dari itu penulisan laporan kasus kali ini akan membahas tentang Otitis media Akut pada bayi karena angka kelahiran cukup tinggi seiring dengan timbulnya infeksi saluran nafas yang memicu terjadinya Otitis Media Akut pada bayi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Anatomi Telinga Untuk memahami tentang gangguan pendengaran perlu diketahui dan

dipelajari anatomi telinga dan

fisiologinya. Telinga terdiri dari tiga bagian;

telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut.(5)

II.1.1. Anatomi Telinga Luar Telinga luar terdiri dari pinna (bagian daun telinga, auricula), meatus auditorius eksternus (liang telinga), dan membrana timpani (gendang telinga). Pinna, suatu lempeng tulang rawan elastin terbungkus kulit, yang berfungsi mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke liang telinga. Daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang mendekati telinga dari arah belakang, dengan demikian membantu seseorang membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang.(6) Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. (5)

II.1.2. Anatomi Telinga Tengah

Membran timpani yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga tengah. Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan bagian bawah disebut pars tensa.(6) Bayangan penonjolan bagian

bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulakan oleh mamran timpani. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.(5) Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah. Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat dibuat terbuka dengan gerakan menguap, mengunyah, atau menelan. Pembukaan tersebut memungkinkan tekanan udara di dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan atmosfer, sehingga tekanan di kedua sis membran timpani menjadi setara. Infeksi yang berasal dari tenggorok kadang-kadang menyebar melalui tuba eustachius ke telinga tengah.(6)

Gambar 1.2. Membran Timpani Kanan Gambar 1.1 Anatomi Telinga Tengah

II.I.3. Anatomi Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) berada diantaranya.(6) Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,

sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran basalis ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang disebut membran tektorial dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan canalis corti yang membentuk organ corti (gambar 1.4).(5)

Gambar 1.3 Anatomi Telinga

II.2.

Fisiologi Telinga Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan getaran dari membran timpani ke jendela oval yang menghubungkan ke telinga dalam. Tulangtulang pendengaran itu yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan
6

tingkap lonjong.(6) Energi tulang yang telah diamplifikasi akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergetar. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antar membran basilaris dan membra tektorial. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang mnyebabkan terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius.(8)

Gambar 1.4 Anatomi Telinga Dalam

BAB III OTITS MEDIA AKUT

III.1. Definisi Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa liang telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk dalam bentuk otitis media supuratif.(5) Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

III.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Otitis media akut ini bisa terjadi karena pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Sumbatan juga dapat dikarenakan adanya massa yang menyumbat seperti tumor ataupun akibat pemasangan tampon.(9) Karena fungsi tuba terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Infeksi saluran napas atas juga alergi dapat menjadi pencetus (gambar1.4). Bayi dan anak-anak memiliki tuba Eustachius yang lebih horizontal, pendek, dan lebih lebar, hal ini mempermudah terjadinya otitis media akut pada anak yang sering terserang infeksi saluran napas (gambar 1.5).
(10)

Kuman penyebab utama pada otitis media akut ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemoltikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa. (11)

Gambar 1.4. Patogenesis OMA

Gambar 1.5 tuba Eustachius

III.3. Patofisiologi dan Stadium Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas atas seperti batuk, pilek, dan radang tenggorokan. Infeksi menyebar ke telinga tengah melewati tuba Esutachius. Kuman yang masuk ke tuba Eustachius menyebabkan reaksi radang dan edema di dinding tuba
(8)

Eustachius, hal ini menyebabkan

fungsi tuba Eustachius sebagai pencegah invasi kuman ke telinga tengah terganggu. Kuman dapat terus menyebar ke telinga tengah, terjadi proses radang dan edema hebat di telinga tengah. Terbentuklah sekret yang awalnya serosa lalu berubah menjadi purulen yang makin lama bertambah banyak yang menyebabkan bulging pada membran timpani dan dapat terjadi perforasi. (12)

Gambar 1.6 Patofisiologi OMA

Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi otitis media akut dapat dibagi dalam 5 stadium; (5) Stadium Otitis Media Akut 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak
10

normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapitidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus ataupun alergi. 2. Stadium Hiperemis (Pre-Supurasi) Pada stadium hiperemis,tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. 3. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan neksrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini biasanya akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup kembali sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali. 4. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.
11

Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tidur dengan tenang, suhu badan turun, dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi. 5. Stadium Resolusi Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensikuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

III.4. Gejala Klinik Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)berdasarkan umur penderita, yaitu. (5,12) Bayi dan anak kecil Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39C merupakan tanda khas, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadangkadang anak memegang telinga yang sakit. Anak yang sudah bisa bicara Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek sebelumya. Anak lebih besar dan orang dewasa Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).

12

III.5. Diagnosis 1. Anamnesis gejala yang didapati pada pasien 2. Pemeriksaan telinga dengan menggunakan lampu kepala 3. Otoskop untuk melihat gambaran membran timpani yang lebih jelas 4. Kultur sekret dari membran timpani yang perforasi untuk mengetahui mikroorganisme penyebab Diagnosis otitis media akut juga ahrus memenuhi 3 hal berikut(10) 1. Penyakitnya muncul mendadak (akut) 2. Ditemukan tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu tanda berikut: Mengembungnya membran timpani Gerakan membran timpani yang terbatas Adanya bayangan cairan di belakang membran timpani Cairan yang keluar dari membran timpani 3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya salah satu diantara tanda berikut: Kemerahan pada membran timpani Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Otitis media akut harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang sangat menyeruoai otitis media akut. Untuk dapat membedakannya perhatikan hal-hal berikut;(10)

13

Gejala dan Tanda Nyeri telinga, demam, gelisah Efusi telinga tengah Membran timpani suram Membran timpani bulging Gerakan membran timpani berkurang

Otitis Media Akut + + + +/-

Otitis Media Efusi + +/+

Tabel 1.7. OMA dan Otitis Media Efusi

III.6. Penatalaksanaan Terapi otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya; (8) 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius dari sumbatan, sehingga tekanan negatif di telinga tengah menghilang. Diberi obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atauh HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati Antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adlah kuman, buka oleh virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi) Pemberian antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin. Ampisilin dengan dosis 50-100mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis atau amoksisilin 40mg/kgB per hari dibagi dalam 3 dosis. Bila

14

pasien alergi terhadap penisilin dapat diberi eritromisin dengan dosis 40mg/kgBB per hari. Pemberian antibiotika dianjurkan diberi selama 7 hari. Selain itu dapat diberikan obat tetes hidung dan analgetika. 3. Stadium supurasi Pemberian antibiotika disertai miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. 4. Stadium Perforasi Pada stadium ini sekret banyak keluar dan terkadang keluar secara berdenyut, sekret yang banyak ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, oleh karena itu sangat perlu dilakukan pencucian tellinga untuk menghilangkan sekret. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. 5. Stadium Resolusi Bila tidak terjadi stadium resolusi biasanya sekret akan terus mengalir melalui perforasi membran timpani. Pada keadaan ini mpemberian antibiotika dapat dilanjutkan smapai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih terlihat banyak keluar maka kemungkinan telah terjadi komplikasi mastoiditis. (5)

Miringotomi Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan dapat dikuasai, sehingga membran timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior inferior karena didaerah ini tidak didapatkan tulang pendengaran. Untuk tindakan ini harus
15

menggunakan lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang berukuran kecil dan steril (tabel 1.8) (5)

Tabel 1.8. Miringotomi

III.7 -

Komplikasi Otitis media supuratif kronik, yang ditandai dengan keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan. (5)

Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, sehingga dapat timbul mastoiditis, abses-subperiosteal, sampai komplikasi yang menyerang otak seperti meningitis dan abses otak.(7)

Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.(12)

16

BAB IV ANALISIS KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama pasien Umur Jenis kelamin Alamat Tanggal Pemeriksaan Berat badan : An Selbi : 2 tahun : Perempuan : jl. Panca Usaha : 29 Agustus 2012 : 12 Kg

ANAMNESIS(Alloanamnesis, 29 agustus 2012) Keluhan utama: Keluar cairan seperti ingus dari telinga kiri.

Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien datang ke poliklinik THT RSUD Palembang BARI dengan keluhan keluar cairan seperti ingus dari telinga kiri sejak 3 hari yang lalu Sejak 2 minggu yang lalu demam hilang timbul, riwayat batuk pilek (+) dan anak selalu terlihat rewel. 3 hari sebelum di bawa ke dokter keluar cairan dari telinga kirinya. Sekret kental dan tidak berbau bewarna putih susu. Saat pemeriksaan masih terdapat keluhan pilek. Terdapat riwayat demam pada pasien, namun pada saat pemeriksaan sudah tidak dirasakan lagi.

Riwayat penyakit dahulu: Pasien belum pernah menderita keluhan yang sama seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat keluar cairan dari dalam telinga kiri maupun kanan.

Riwayat penyakit keluarga/sosial:

17

Pasien mengaku tertular batuk dan pilek dari kakaknya, namun kakaknya tidak memiliki keluhan telinga.

Riwayat alergi: Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, tidak pernah meler dan bersin-bersin saat terkena debu atau dingin.

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tanda vital : Nadi Respirasi Suhu Mata Telinga Hidung Mulut Leher KGB dileher Dada Paru Jantung Abdomen : 90 x/menit : 24 x/menit : 36,7C : konjuntiva palpebra pucat -/-, sclera ikterik -/: lihat status lokalis : lihat status lokalis : lihat status lokalis : tidak ada deformitas, JVP normal : tidak ada pembesaran : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

Ekstremitas superior: tidak ada kelainan Ekstremitas inferior : Tidak ada kelainan

18

Status Lokalis Pemeriksaan telinga No. Pemeriksaan Telinga 1. 2. Tragus Daun telinga Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-) Telinga kanan Telinga kiri

Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), batas normal, hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-) nyeri tarik aurikula (-)

3.

Liang telinga

Serumen (-), hiperemis (-) Serumen (-), hiperemis (-), di sekitar membran timpani, furunkel furunkel (-), edema (-), otorhea mukopurulen (-), edema (+), (-), aktif

otorhea (-),

4.

Membran timpani

Retraksi (-), bulging (_), Retraksi hiperemi (-), edema (-), hiperemi

(-), (-),

bulging edema

(-), (-),

perforasi (-), cone of light (- perforasi (+) dengan secret ) aktif , cone of light (-)

Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan Hidung Hidung luar

Hidung kanan Bentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-),

Hidung kiri Bentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-),

19

deformitas (-) Rinoskopi anterior Vestibulum nasi Cavum nasi Normal, ulkus (-)

deformitas (-)

Normal, ulkus (-)

Bentuk (normal), mukosa Bentuk (normal), mukosa pucat (-), hiperemia (-) pucat (-), hiperemia (-) Mukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-).

Meatus nasi media

Mukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-).

Konka nasi inferior

Edema (-), mukosa hiperemi Edema (-), mukosa (-) hiperemi (-)

Septum nasi

Deviasi (-), perdarahan (-), Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-) ulkus (-)

Pemeriksaan Tenggorokan

Bibir Mulut Geligi Lidah Uvula Palatum mole Faring Tonsila palatine

Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N) Mukosa mulut basah berwarna merah muda Normal Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-) Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-) Ulkus (-), hiperemi (-) Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), sekret (-) Kanan Kiri

20

T1 Fossa Tonsillaris dan Arkus Faringeus hiperemi (-)

T1 hiperemi (-)

DIAGNOSIS Otitis Media Akut Stadium Perforasi

DIAGNOSIS BANDING Otitis media akut perforasi Otitis media akut supuratif Otitis media supuratif kronik

RENCANA TERAPI Medikamentosa Antibiotik sistemik : Amoxicillin (12 x 90mg/kgBB)= 1080mg/hari = 3x 360 mg (7 hari). Analgetik : Paracetamol 3 x (12 x 12mg/kgBB/pemberian) =3x

144mg/pemberian KIE pasien Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek liang telinga. Antibiotik harus digunakan sampai habis walaupun gejala sudah hilang, agar penyembuhan berlangsung baik dan tidak terjadi komplikasi. Untuk sementara, telinga kanan jangan dulu terkena air. Bila mandi telinga kiri ditutup dengan kapas. Datang kembali untuk kontrol setelah 1 minggu, untuk melihat perkembangan peyembuhan pada perforasi membran timpani.

21

KOMPLIKASI Mastoiditis Abses subperiosteal Meningitis Kematian

PROGNOSIS Dubia ad bonam

22

BAB V ANALISIS KASUS

Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, dan antrum serta sel sel mastoid. Otitis media akut terdiri dari 5 stadium. Penyebab otitis media akut dapat berupa infeksi bakteri maupun virus. Bayi dan anak-anak dan anak-anak lebih sering terserang otitis media akut dibanding orang dewasaa. Gejala klinis yang didapati pada kasus ini adalah didahului oleh infeksi saluran nafas atas sejak 2 minggu yang lalu. Kemudian pada tahap fase supurasi anak terlihat demam tinggi, gelisah dan susah pada saat tidur. Setelah pada stadium supuratif tanpa di berikan terapi yang ade kuat maka akan menjadi ruptur membran timpani, yang mana anak sdh terlihat tdak rewel lagi, suhu badan menurun, tetapi sekret keluar dari liang telinga dalam ke liang telinga luar. Pada pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan pada pemeriksaaan telinga sekret +, keadaan membran timpani sdh perforasi. Dengan sekret aktif. Pada pemeriksaan rhinoslopi anterior terdapat sekret yangkatif pada hidung sebelah kiri. Diagnosis banding Ototitis media akut perforasi, otitis media akut supuratif, otitis media supuratif kronik. Diagnosis ditegak kan berdasarkan gejala suhu badan tidak meningkat, anak sudah tidak rewel, teteapi keluar sekret dari liang telionga tengah ke liang telinga luar.Prinsip penatalaksaan pada stadium ini perforasi adalah mengatasi dengan antibiotika sistemik amoxicillin, analgetik paracetamol dan dekongestan.Prognosis pada kasus ini dubia ad bonam

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Teele.Dw, Klein Jo: Department of pediatrics, Boston City Hospital: Epidemiology of otitis media during the first seven years of life in children. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2732519

2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta; Penerbit FKUI; 2004. p. 105-06. 3. Anonymous. Otits Media Akut. Available from:

http://childrenclinic.wordpress.com.2009/08/02/otitis-media-akut-infeksitelinga-pada-anak/ 4. Suwento R. Epidemiologi Penyakit THT di 7 Propinsi. Kumpulan makalah dan pedoman kesehatan telinga. Lokakarya THT Komunitas. Jakarta, 2009:8-9 5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi Keenam. Jakarta; Balai Penerbit FKUI; 2010. p. 145-153.

6. Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan. Jakarta; ECG:2001.p.178-182

7. Tierney L M, McPhee S J, Papadaxis M A. 2005. Current Medical Diagnosis And Treatment. McGraw Hill Appleton Lange, Toronto USA. Ebook.

8. Adams GL, Boeis, LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. p. 240-59.

24

9. Aboet.Askaroellah. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. Available from: http://www.scribd.com/doc/80444228/46645242-OtitisMedia-Akut

10. Otits Media (Ear Infection) Available from: http//www.nidcd.nih.gov/health/hearing/ototism/asp

11. Vetri RW, Sprinkle PM., Etiologi Peradangan Telinga Luar dan Tengah. Ballenger JJ. Ed. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 13. Bahasa Indonesia, jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara; 1994:194224

12. Chan LS, Takata GS, Shekelle P, Morton SC, Mason W, Marcy SM. Evidence assessment of management of acute otitis media: II. Research gaps and priorities for future research. Pediatrics.2001;108 :248 254

13. Karma PH, Penttil MA, Sipl MM, Kataja MJ. Otoscopic diagnosis of middle ear effusion in acute and non-acute otitis media. I. The value of different otoscopic findings. Int J Pediatr Otorhinolaryngol.1989;17 :37 49

25

You might also like

  • Aktris Hollywood
    Aktris Hollywood
    Document2 pages
    Aktris Hollywood
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • BST KDK
    BST KDK
    Document3 pages
    BST KDK
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Refrat Lengkap
    Refrat Lengkap
    Document36 pages
    Refrat Lengkap
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Laporan Kasus Case Forensik
    Laporan Kasus Case Forensik
    Document6 pages
    Laporan Kasus Case Forensik
    Maulidya Rahmi
    No ratings yet
  • Telaah Jurnal Asma
    Telaah Jurnal Asma
    Document19 pages
    Telaah Jurnal Asma
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Referat Ulkus-Kornea Mata Yap
    Referat Ulkus-Kornea Mata Yap
    Document21 pages
    Referat Ulkus-Kornea Mata Yap
    Rinaldy T Setiawan
    No ratings yet
  • Tanatologi
    Tanatologi
    Document19 pages
    Tanatologi
    Intan Agungan Putri
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document2 pages
    Kata Pengantar
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Pytiriasis Rosea PEPE
    Pytiriasis Rosea PEPE
    Document12 pages
    Pytiriasis Rosea PEPE
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Refrat Forensik Baru
    Refrat Forensik Baru
    Document21 pages
    Refrat Forensik Baru
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Penentuan Waktu Kematian
    Penentuan Waktu Kematian
    Document32 pages
    Penentuan Waktu Kematian
    Lyly Liani
    No ratings yet
  • Pengkajian Stemi
    Pengkajian Stemi
    Document10 pages
    Pengkajian Stemi
    Deny Martha Hardita
    No ratings yet
  • Lapsus Omsk Anamnesis
    Lapsus Omsk Anamnesis
    Document42 pages
    Lapsus Omsk Anamnesis
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Document9 pages
    Ulkus Kornea
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Resensi 5
    Resensi 5
    Document3 pages
    Resensi 5
    allailykhoiryah
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document8 pages
    Bab Ii
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document8 pages
    Bab Ii
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Doa Nurbuat Latin
    Doa Nurbuat Latin
    Document1 page
    Doa Nurbuat Latin
    Garaz Self Ar
    100% (6)
  • Bakteri 1
    Bakteri 1
    Document1 page
    Bakteri 1
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Case Anemia BAB I
    Case Anemia BAB I
    Document2 pages
    Case Anemia BAB I
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document17 pages
    Bab Iii
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Bab IV
    Bab IV
    Document2 pages
    Bab IV
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Bab 1 2003
    Bab 1 2003
    Document12 pages
    Bab 1 2003
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Bab IV
    Bab IV
    Document2 pages
    Bab IV
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Case Anemia BAB I
    Case Anemia BAB I
    Document2 pages
    Case Anemia BAB I
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document1 page
    Bab I
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Bab II Kasus
    Bab II Kasus
    Document7 pages
    Bab II Kasus
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Document4 pages
    Daftar Is1
    KimBummies KakaBieber YukersImhotep
    No ratings yet