You are on page 1of 24

PENGENDALIAN KETINGGIAN CAIRAN (CRL) PERCOBAAN I : PENGENDALIAN ON/OFF DAN PENGENDALIAN DENGAN RESISTIVE PROSES

I. Tujuan Percobaan

a . Pengendalian On/Off Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan mampu : Melakukan simulasi pengendali on/off dengan mempergunakan peralatan CRL Menjelaskan pengertian set point, gain, histeris, open time. Memahami mekanisme pengendalian ON/OFF. Mencetak grafik pengendalian ON/OFF dan menjelaskan Grafik tersebut.

b . Pengendalian dengan Resistive Proses Setelah Melakukan praktek, mahasiswa diharapkan mampu : Membedakan antara pengendalian ON/OFF dan pengendalian dengan Resistive. Menentukan kapan sebaiknya pengendalian resistive proses digunakan. Mencetak grafik dan menganalisa grafik yang terbentuk.

II.

Dasar Teori

Peralatan simulasi proses CRL dibuat oleh DIDACTA Italia dan dikembangkan untuk mempelajari teknik pengendalian level (ketinggian) permukaan fluida cair, yang dalam hal ini fluida yang digunakan adalah air. Konfigurasi yang digunakan untuk simulasi ini adalah system loop terbuka (open loop) dan system tertutup (Closed loop). Selain itu juga, dipelajari mode pengendalian dengan pangendalian kontinyu (Three term-controller,(P/I/D).

Peralatan CRL ini terdiri beberapa unit : 1. Tangki air kapasita 20 liter. 2. Pompa sentrifugal dengan laju 20 liter/menit. 3. Katup Jenis PNEUMATIK Proposional dengan input 3-5 psi. 4. Tranduser I/P. 5. Inlet udara tekan (dioperasikan minimal pada 2 bar). 6. Pengukuran tekanan udara tekan. 7. Alat pangatur tekanan udara tekan secara manual. 8. Controller elektronik MiniReng (alat tambahan). 9. Peralatan Listrik (Panel CR). 10. Komputer dan printer (aplikasi window, min window 95). 11. Tangki bening berskala. 12. Katup pengeluaran manual, V1 dan V2. 13. Tranduser P. 14. Katup solenoid untuk input gangguan (disturbance). X. Sinyal Penggerak (actuating signal).

Y. Sinyal variabel yang dikendalikan (controller var, signal). N. Sinyal gangguan (noise). 15. Saklar utama (main switch), yang mensuplai arus listrik dari soket didinding ke peralatan CRL. 16. Lampu indicator kerja pompa, menunjukkan pompa sedang hidup. 17. Lampu indicator kerja level minimal dan maksimal untuk pemakaian resistive probe. Resistive probe terletak di dalam tangki berskala berbentuk seperti elektroda terbuat dari logam dalam 3 ukuran panjang yang berbeda. 18. Penunjuk ketinggian (level indikator) dalam satuan %. 19. Lampu indicator, menunjukan posisi katup untuk menimbulkan gangguan sesuai posisi no. Posisi selector noise (gangguan): 0-Katup selenoid tidak diaktifkan. Man-Katup selenoid diaktifkan secara manual. PC-Katup selenoid dikendaliakan melalui computer. 20. Sinyal pengaturan, X dalam bentuk output analog. 21. Sinyal yang dikendaliakan, Y controlled var, dalam bentuk output analog. 22. Selektor pemilih untuk jenis mode control : o Pengendalian gerakan katup secara manual. o Unit off (0), posisi pengendali tidak hidup. o Pengendalian dengan resistive probes.

o Pengendalian dengan PC (komputer). o Pengendalian dengan MiniReg, (alat tambang). o Pengendalian dengan MRRP, (alat tambang). 23. Pengaturan katup secara manual (trimmer). 24. Lampu penunjuk power suplai.

a . Uraian Singkat Liquid yang berada di tangki (1) dipompakan ke tangki berskala (11) oleh pompa sentrifugal (2) di bawah pengendalian katup pneumatic proposional (3). Pengisian tangki berskala (11) menghasilkan tekanan pada bagian dasar tangki yang ekivalen terhadap ketinggian (level) liquid dalam tangki, didektesi oleh transduser P/I (13) dan ditransmisikan sebagai sinyal Y ke unit pengkondisian panel control (9), outputnya berupa sinyal X yang berasal dari panel control (9) ditransmisikan ke katup (3) oleh transduser I/P (4) yang kemudian menggerakan katup pneumatic proposional dengan bantuan udara tekan yang disuplai oleh inlet udara tekan (5). Katup V1 dan V2 dapat diatur secara manual untuk tertutup dan terbuka penuh dalam hubungan dengan tangki berskala (11). Katup selenoid (14) memungkinkan untuk pengendalian gangguan aliran air. Untuk pemakaian katup 14, V1 harus dalam keadaan terbuka panuh. Panel control (9) terdiri dari beberapa indikator yang menunjukan kerja peralatan pada unit CRL. 1) Pengendalian ON/OFF Pengendalian yang paling sederhana adalah jenis ON/OFF, dimana pergerakan (actuator) hanya berada pada dua keadaan posisi ON (hidup) atau posisi OFF (mati), pada unit CRL ini diasumsikan katup pneumatic padsa posisi membuka atau menutup aliran yang menuju tangki berskala.

Pada keadaan ini, katup akan terbuka apabila level air berada di bawah dari level yang diinginkan (set point) atau katup menutup apabila level air melebihi dari set point. Disini akan terdapat batasan level (level Threshold) yang berhubungan dengan set point, apabila batasan ini dilampaui karena level bertambah atau berkurang, katup juga berubah posisinya, hal ini akan menimbulkan perubahan posisi katup di sekitar batasan level, yang timbul pada pengoperasian normal. Ketika level sedikit di bawah set point, katup akan terbuka, sehingga level melebihi set point dengan cepat, kemudian katup menutup dan level berkurang kembali dan seterusnya berulang-ulang. Untuk mengatasi problem ini, dan mencegahnya ausnya penggerak (katup), ada baiknya diberikan dua batasan level yang diatur secara simetris di atas dan di bawah set point. Batasan atas dilampaui apabila level meningkat, katup akan membuka. Batasan bawah dilampaui apabila level berkurang, katup akan membuka. Interval antara level yang dikendaki dengan salah satu batas level dinamakan HISTERITIS. Semakin besar histeristis, semakin rendah tekanan pada actuator. 2) Pengendalian Dengan Resistive Proses Tangki bening berskala unit CRL mempunyai tiga buah proses di dalamnya yang berfungsi untuk mengukur level fluida (R1, R2, dan R3), R1 dan R2 dapat berfungsi sebagai batas bawah dan R3 berfungsi sebagai batas seperti pada pengendalian ON/OFF. Apabila katup pengeluaran (V2) terbuka, tangki pada keadaan kosong dan selector pada panel kontor (23) berada pada posisi sesuai

resistive proses yaitu (antara 0 dan PC), maka air akan mengalir mengisi tangki. Sistem ini akan membuka katup pneumatic sebesar 100% sampai level mencapai R2 dan R3 (melampaui R1) dan setelah melewati batas atas , katup akan menutup. Level akan turun karena katup V2 terbuka sehingga level mencapai R2 dan melewati batas bawah R2 tersebut, Katup terbuka kembali, demikian berulang seperti pada pengendalian posisi 0. ON/OFF . R3 berada pada posisi level 85% sedangkan R2 pada level 75% control pada

Instrumentasi merupakan suatu alat yang sangat penting dalam suatu sistem pengukuran yang salah satunya pengukuran besarnya tinggi permukaan cairan, alat ini harus dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kebutuhan instrumentasi di pabrik. Alat instrumentasi ini merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil produksi, dimana alat instrumentasi yang mengukur, mengontrol, mendeteksi, menganalisa, baik secara manual maupun secara otomatis. Diferensial transmitter elektrik merupakan salah satu dari instrumentasi proses kontrol yang terdapat pada suatu pabrik. Alat-alat instrumentasi yang dipergunakan untuk mengukur dan

menunjukkan besarnya tinggi permukaan cairan digunakan diferensial transmitter elektrik yang dilengkapi dengan instrumentasi lain seperti control valve, pressure gauge, pompa recorder controller dan tangki. Tujuan pengukuran tinggi permukaan cairan pada proses adalah untuk : 1. Mencegah kerusakan equipment dan kerugian akibat cairan bahan untuk proses industri terbuang. 2. Pengontrolan jalannya proses. 3. Mendapatkan spesifikasi yang diinginkan seperti pada Evaporatorevaporator hydrocarbon. Diferensial transmitter elekrtik merupakan sensor yang dipergunakan untuk mengukur besarnya tinggi permukaan cairan (Level pada tangki) sebagai

alat untuk dapat dibaca ke controller hingga ke pengaturan akhir. Setiap proses selalu mempunyai keadaan yang sedang berlangsung. Agar keadaan yang diinginkan sama dengan keadaan yang berlangsung maka pengontrolan harus dilakukan dengan memerlukan suatu alat pengukuran. Adapun gambaran permasalahan yang diperoleh sebelum merancang instrumentasi pengukur besarnya tinggi permukaan cairan (Level pada tangki) dalam tangki dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik dan keterpasangan instrumentasi pengukuran pada posisi masing-masing. Guna mendapat ketelitian atau keakuratan dalam memberikan hasil yang diinginkan. Pentingnya peranan kendali pengukuran besarnya tinggi permukaan cairan pada sebuah tangki dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik pada sistem proses, maka perlu diambil langkah-langkah agar pengukuran besarnya tinggi permukaan cairan pada tangki tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan mengetahui besar tinggi permukaan cairan pada tangki kita dapat mengontrolnya agar sesuai dengan kebutuhan. Setiap alat instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukan tinggi permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level, baik pada tangki tertutup maupun terbuka. Tujuan dari pada pengukuran tinggi permukaan cairan adalah untuk : 1. Mencegah kerusakan equipment akibat kekosongan level serta kerugian akibat cairan terbuang. 2. Pengontrolan jalannya proses. 3. Mendapatkan kwalitas produksi yang diinginkan.

b . Metoda Pengukuran Tinggi Permukaan Cairan Pengukuran permukaan, volume, berat cairan pada bahan kering dalam bejana atau tabung sering kali dijumpai. Pengukuran yang teliti seringkali sulit dicapai. Luasnya variasi karat dan sifat cair dan besarnya ukuran bejana penyimpanan yang diperlukan untuk pengukuran isi di dalam fraksi satu liter

adalah halangan yang harus diatasi. Metode umum yang digunakan untuk melaksanakan pengukuran ini termasuk teknik langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung tinggi permukaan cairan dapat dilihat dari penggunaan gelas penglihat atau gelas ukur biasa dalam bejana dianggap merupakan metode yang paling sederhana untuk mengukur tinggi permukaan cairan. Metode ini sangat efektif digunakan dalam pengukuran langsung. Metoda yang digunakan secara luas untuk langsung mengukur permukaan adalah pelampung sederhana, yang dapat dihubungkan dengan transduser gerakan sesuai untuk menghasilkan sinyal listrik yang sebanding dengan permukaan cairan. Beberapa metode tidak langsung meliputi pengukuran (permukaan), tekanan, pengukuran kerapatan (densitas), pengukuran tinggi permukaan dengan pemberat, dan lain-lain. Pada pabrik kimia, banyak tangki dan tabung dipakai untuk menyimpan bahan baku dan produk berupa cairan. Penyimpanan perlu diketahui volume dan inventarisnya. Proses fluida dalam fase cair terus-menerus ditampung atau dialirkan ke tangki atau tabung penyimpanan. Permukaan cairan dalam tangki harus dibuat setabil agar operasi dalam pabrik dapat setabil. Banyaknya cairan yang terdapat dalam tangki dapat diketahui dengan mendeteksi tinggi dari permukaan cairan dalam tangki proses. Permukaan cairan dibuat tetap dengan mengendalikan laju arus cairan yang dilakukan dari dasar tangki menggunakan control valve. Rangkaian kendali permukaan cairan terdiri atas detektor, controller, converter dan control valve. Metoda pengukuran tinggi permukaan cairan ada dua yaitu : 1. Pengukuran dilihat langsung: Tinggi permukaan cairan dapat dilihat langsung dan diduga kedalamannya dan ditunjukkan dalam satuan pengukuran panjang (meter). Dengan diketahuinya tinggi permukaan cairan maka volume dari cairan yang diukur dapat dicari bila dikehendaki. 2. Metoda mekanik: Gaya pada cairan menghasilkan gerak mekanik. Pergerakan mekanik ini kemudian dikalibrasi ke dalam bentuk skala angka-angka.

c . Jenis-jenis Alat Ukur Tinggi Permukaan Cairan Dalam mengukur tinggi permukaan cairan dalam suatu tangki pemrosesan maupun dalam tangki penimbunan dipergunakan alat ukur tinggi permukaan cairan yang sesuai dengan bentuk penggunaannya. Alat ukur permukaan cairan terdiri dari beberapa jenis diantaranya : Mistar Ukur. Suatu batang dengan skala yang telah dikalibrasi dicelupkan secara vertikal dari atas ke dalam cairan yang akan diukur, atau dimasukkan sampai terjadi sentuhan antara permukaan cairan dan ujung mistar ukur. Ketinggian permukaan pada hal pertama dibaca pada batas pembasahan mistar, pada hal kedua pada suatu titik acuan tertentu (misalnya pinggiran wadah). Nilai ukur tergantung pada besar dan bentuk wadah. Mistar ukur hanya boleh digunakan untuk wadah yang sebelumnya dipakai untuk mengkalibrasi mistar yang bersangkutan. Apabila digunakan mistar ukur yang salah atau cara pencelupan yang tidak betul (misalnya miring), nilai ukur akan menjadi salah pula. Mistar ukur merupakan alat ukur yang paling sederhana untuk cairan dalam wadah terbuka yang tidak terlalu tinggi. Tidak cocok untuk pengukuran yang harus dilakukan seringkali dan menuntut ketelitian tinggi. Juga tidak cocok untuk pengukuran dalam bejana bertekanan atau vakum atau berisi cairan berbusa. Gelas Penduga (Level glass). Gelas penduga dapat menunjukkan tinggi permukaan cairan dalam suatu bejana atau container secara langsung. Prinsip yang dipergunakan pada gelas penduga adalah prinsip bejana berhubungan. Gelas penduga (Level glass) terdiri dari dua jenis yaitu : Gelas penduga ujung terbuka. Gelas penduga ujung tertutup.

Menunjukkan skematik dari sebuah bejana dan gelas penduga ujung terbuka. Pemasangan dari gelas penduga ini sangat sederhana. Pada bejana

disediakan suatu pipa pengambilan dimana gelas penduga ditempatkan. Seal (Packing) disediakan agar sambungan jangan sampai bocor. Klem juga disediakan agar gelas menduga tetap pada posisinya. Sebagian cairan dalam bejana, akan mengalir kedalam Gelas penduga. Tinggi permukaan cairan pada Gelas penduga dan bejana biasanya sama, karena bejana dan Gelas penduga adalah merupakan dua bejana berhubungan. Gelas penduga ujung terbuka dipergunakan pada tangki-tangki tidak bertekanan yang tingginya tidak melebihi 1,5 meter, seperti tangki-tangki penampung minyak diesel motor bakar dan lain-lain. Menunjukkan gelas penduga ujung tertutup dengan bejana bertekanan tinggi. Bahwa kedua ujung gelas penduga dihubungkan dengan bejana. Ujung bagian bawah tersambung dengan bagian bejana berisi uap (kosong). Level glass yang dipergunakan untuk cairan yang bertekanan tinggi harus diberi pelindung kaca tahan banting dan harus dilengkapi dengan kerangan-kerangan isolasi yang memungkinkan level glass dilepas dari sistem sewaktu perbaikan atau pembersihan. Level glass yang dipergunakan untuk cairan dengan temperature yang tinggi harus dilengkapi dengan saluran buangan. Saluran ini berfunngsi untuk mencegah thermal shock yang dapat memecahkan level glass sewaktu menjalankan kembali sesudah perbaikan. Level glass juga sering diperlengkapi dengan lampu penerang untuk mempermudah pemeriksaan terutama pada malam hari. Pemberat dan Pita. Cara termudah untuk mengukur tinggi permukaan cairan dalam tangkitangki ialah dengan menggunakan sebuah pipa pengukur yang diberi bobot pemberat. Bobotnya diturunkan kedalam tangki dan tinggi permukaan cairan dilihat langsung pada pita pengukuran (pita ini telah diberi skala). Sistem pengukuran seperti ini sering dilakukan pada tangki-tangki yang mengandung cairan yang bisa melengket dan memberikan bekas warna pada pengukuran Crude oil, Condensate Hydrocarbon dan lain-lain. Disamping itu pada tangki harus disediakan lubang agar bobot dapat masuk dan diturunkan.

Alat Ukur Tinggi Permukaan Cairan Dengan Beda Tekanan. Diafragma dan pengembus seperti yang dibicarakan pada alat-alat ukur tekanan dapat dipergunakan untuk mengukur tinggi permukaan cairan. Akan tetapi, sama halnya dengan Penggeser maka diafragma dan pengembus selalu dihubungkan dengan transmitter, baik pneumatik atau listrik. Kemudian, tekanan sinyal pneumatik atau tegangan listrik ini diturunkan ke meteran penunjuk yang telah dikalibrasi sebelumnya. Menunjukkan skematik dari pengembus yang dipergunakan dalam pengukuran tekanan. Pengembusan seperti ini juga dapat dipergunakan untuk pengukur Tinggi Permukaan Cairan.

Alat ukur dengan sistem gelembung. Menunjukkan skematik dari alat ukur tinggi permukaan cairan dengan sistem gelembung. Meteran penunjuk untuk alat ukur ini umumnya adalah pressure gage dengan tabung bourdon yang telah dikalibrasi sebelumnya ke dalam bentuk skala proses. Alat ukur tinggi permukaan cairan dengan sistem gelembung dipergunakan pada tangki-tangki air, tidak bertekanan (tekanan statis). Sistem gelembung memerlukan catu udara bertekanan yang kontinu. Biasanya tekanan udara ini maxsimum 50 psi. Udara ini dimasukkan ke dalam tabung yang terbenam (tegak) pada cairan yang akan diukur. Semakin tinggi permukaan cairan yang akan diukur semakin besar tekanan udara yang dibutuhkan untuk dapat mengatasi tekanan statis yang diberikan cairan. Dengan demikian, tinggi permukaan cairan dapat diukur melalui besaran tekanan udara yang dibutuhkan.

Radar Tank Gauge Disingkat RTG adalah jenis ATG yang digunakan untuk mengukur ketinggian suatu permukaan dengan metode radar. Metode pengukuran dengan level untuk jenis ATG ada dua yaitu RTG dan Servo Tank Gauge. Sesuai dengan namanya, RTG menggunakan radar untuk pengukuran, dan STG menggunakan servo (motor) untuk pengukuran level. ATG adalah pengukuran level dengan presisi yang tinggi. Tingkat presisi ini digunakan untuk mencapai standar minimum untuk custody transfer (untuk jual beli

dengan pihak ketiga). Selain kegunaan tersebut, RTG bisa juga digunakan untuk inventory calculation, oil movement, losses control, operational and blending control, dan leak detection & overfill protection. Untuk mendapatkan nilai dengan presisi yang tinggi, banyak parameter yang harus diukur seperti level minyak, temperature minyak, water level, dan tinggi tanki. Variable ini digunakan untuk menghitung net volume minyak dalam suatu tanki dengan perhitungan tertentu. Untuk mendapatkan level minyak secara tepat harus di kompensasi dengan level air yang ada di dalam tanki. Karena SG Air dan minyak berbeda pasti air akan berada dibawah dan membentuk suatu lapisan tersebut. Oleh karena itu, lapisan air dapat diukur dengan mudah untuk mendapatkan ketinggian air dari dasar tanki. Radar digunakan untuk mengukur ketinggian ruang kosong antara fluida dan tempat radar tersebut dipasang (di atap tanki). Level minyak murni = tinggi tanki hasil pengukuran radar ketinggian level air. Pengukuran level dengan radar memiliki 2 metode yatu pulse method dan Frequency modulated Continuous Wave (FMCW). Pulse method adalah pengukuran dengan menghitung waktu tempuh sinyal yang dikirim kemudian dipantulkan oleh fluida dan diterima kembali oleh antena. Total waktu yang digunakan untuk merambat dari awal sampai kembali lagi itulah yang disensing sebagai waktu. Pengukuran dengan metode ini memiliki akurasi yang rendah. FMCW adalah pengukuran dengan menghitung delta frekuensi dari frekuensi yang dikirimkan dan frekuensi yang diterima saat itu. Pengukuran ini dilakukan dengan memvariasikan frekuensi yang ditransmisikan. Frekuensi ini memiliki sifat semakin besar dalam setiap waktu sampai saat tertentu dia akan kembali mulai dari awal lagi. Jika digambarkan spektrum seperti gelombang gigi gergaji. Waktu tempuh frekuensi pertama tersebut akan memiliki waktu yang sebanding dengan jarak antara transmitter dan sisi pemantul. Semakin besar jaraknya maka semakin lama pula frekuensi pertama tersebut ditangkap. Pada saat yang bersamaan, radar tersebut juga mengirimkan sinyal yang semakin naik seiring bertambahnya waktu. Ketika frekuensi pertama ditangkap

oleh radar, frekuensi tersebut dibandingkan dengan frekuensi yang dikirim saat ini. Delta frekuensi ini akan ditransformasikan dengan FFT menjadi frekuensi spektrum. Dari situlah bisa ditentukan jarak pengukuran. Dengan perhitungan tertentu, delta f ini memiliki hubungan sebanding dengan jarak yang diukur. Pengukuran level air dilakukan secara lebih sederhana. Pengukuran ini hanya menggunakan komponen kapasitif yang akan berubah kapasitansinya ketika terkena fluida. Output yang dihasilkan dari pengukuran ini adalah sinyal elektrik 4-20mA. Pengukuran temperature dilakukan secara kontinu dengan interval jarak 3 meter. Pengukuran temperature ini menggunakan MST (multiple spot temperature) sebagai tempat untuk meletakkan termometer. Setiap element termometer ini akan dikirimkan nilainya ke RTG untuk dikalkulasi menjadi volume netto. Harus ada kompensasi temperature karena minyak itu bisa mengembang dan menyusut sesuai dengan temperaturenya. Jika temperature tinggi, maka minyak akan mengembang dan sebaliknya jika temperature rendah maka minyak akan menyusut. RTG ini memiliki presisi yang tinggi karena dia memiliki ketelitian pengukuran kurang lebih 0.5 mm. RTG menggunakan frekuensi 10GHz dengan mode frequency modulation. Digunakan mode FM karena kebanyakan noise itu terletak pada amplitude modulation. d . Jenis Lain dari Alat Ukur Tinggi Permukaan Cairan. Meteran Tangki Penyimpanan (Storage Tank Gages) Menunjukkan skematik dari meteran tangki penyimpanan. Alat ini terdiri dari pelampung dan pita baja. Bila tinggi permukaan cairan naik maka pelampungpun turut naik. Angka yang ditunjuk oleh ujung pita baja menunjukkan tinggi permukaan cairan yang diukur. Angka ini biasanya dalam satuan panjang, akan tetapi dapat diperhitungkan menjadi satuan isi. Meteran tangki penyimpanan seperti ini sering disebut seperti ini sering disebut dengan nama pelampung dan pita (float and tape) dan

dipergunakan dalam pengukuran cairan pada tangki penimbunan yang tidak bertekanan. Kotak Diafragma Menunjukkan skematik dari alat ukur tinggi permukaan cairan yang disebut kotak diafragma. Alat ini terdiri dari meteran penunjuk, pipa dan diafragma dan sistem ini diisi udara bertekanan setara dengan tekanan atmosfir. Meteran penunjuk, biasanya adalah jenis Presure gage dengan tabung bourdon yang dikalibrasi kedalam bentuk skala proses. Bila tinggi permukaan cairan naik maka tekanan dalam sistem pengukuran akan naik. Ujung pipa pada kotak dibuat bengkok 90 supaya saluran pengukuran jangan tersumbat oleh diafragma. e . Penyebab Kesalahan Dalam Proses Pengukuran Kesalahan atau penyimpangan pengukuran dalam suatu proses pengendalian adalah terjadi perbedaan antara harga yang terukur dalam hasil proses dengan harga yang ditentukan sebelumnya ( set point ). Adapun kesalahan pengukuran level ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Adanya gelembung udara (jebakan udara) dalam rangkaian perpipaan. Rangkaian perpipaan pada sebuah sistem kendali memegang peranan penting yaitu sebagai lajur transportasi fluida yang menghubungkan seluruh peralatan kendali dan peralatan pengolah menjadi suatu kesatuan dalam sistem produksi. Dalam kegiatan proses pengendalian level cairan, rangkaian perpipaan harus benar-benar bebas dari gelembung udara, karena dapat membuat kerja dari transmitter tidak dapat bekerja dengan maksimal sehingga kinerja dari peralatan pengontrol lainnya juga tidak maksimal, hal ini dapat menyebabkan hasil pengendalian pengukuran tidak akurat. Gelembung udara dalam rangkaian perpiaan ini dapat dihilangkan dengan melakukan tubing pada rangkaian perpiaan tersebut. 2. Head Lossis

Head lossis adalah rugi-rugi tekanan yang terjadi pada seluruh rangkaian perpioaan serta peralatan kendali serta proses. Rugi-rugi tekanan ini terjadi pada saat peralatan bekerja mentransportasikan. Rugi-rugi ini dapat menyebabkan berkurangnya kwantitas hasil proses. Head lossis ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti ; 1. Faktor gesekan. 2. Kekerasan relative (relative rockness). 3. Ekivalensi tahanan pada sambungan pipa (fitting) dan katup (valve).

Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang udara, resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan di sensor. Sensor level menggunakan pelampung cara yang paling sederhana dalam penyensor level cairan adalah dengan menggunakan pelampung yang diberi gagang. Pembacaan dapat dilakukan dengan memasang sensor posisi misalnya potensiometer pada bagian engsel gagang pelampung. Cara ini cukup baik diterapkan untuk tankitanki air yang tidak terlalu tinggi. Sensor level menggunakan tekanan untuk mengukur level cairan dapat pula dilakukan menggunakan sensor tekanan yang dipasang di bagian dasar dari tabung. Cara ini cukup praktis, akan tetapi ketelitiannya sangat tergantung dari berat jenis dan suhu cairan sehingga kemungkinan kesalahan pembacaan cukup besar. Sedikit modifikasi dari cara diatas adalah dengan cara mencelupkan pipa berisi udara kedalam cairan. Tekanan udara didalam tabung diukur menggunakan sensor tekanan, cara ini memanfaatkan hukum Pascal. Kesalahan akibat perubahan berat jenis cairan dan suhu tetap tidak dapat diatasi.

III.

Alat dan Bahan


Seperangkat peralata CRL.

Personal computer. Air.

IV. V.

Gambar Alat (Terlampir) Prosedur Kerja

a . Pengendalian ON/OFF Mengeset selector control (23) di depan panel control unir CRL pada posisi PC dan selector noise (20) pada 0. Membuka katup V1 dan V2 dan kosongkan tangki. Mengatur agar katup V2 tertutup 25% dari katup V1 tetap terbuka. Menghidupkan unir CRL dengan mengaktifkan tombol sacral utama. Memutar sambil ditarik katup tekanan (7) dan atur dengan memutar tombol katup tersebut agar tekanan yang terbaca di (6) maksimal 2 bar. Menghidupkan komputer, jalankan program dan pilih file New Memilih regulator On-Off pada regulator Type, clik oke lalu clik oke lagi. Pada monitor parameter masukkan : 1. Set point = 30% 2. HISTERITIS = 5 % 3. OPEN TIME = 2 s 4. GAIN = 0,5 Menekan tombol start untuk memulai percobaan Observasi kejadian di unir crl dan grafik yang terbentuk

Setelah berjalan 10 menit, menekan tombol freeze, hal ini menyebabkan proses berhenti.

Mengubah parameter sesuai perintah instruktur, tekan enter Menekan tombol start kembali, observasi gerakan yang terjadi baik di unit CRL maupun grafik yang terbentuk.

Mengulangi langkah 11 apabila perlu, tekan tombol freeze, dan hidupkan printer click tombol print untuk memulai pencetakan grafik.

Pada akhir percobaan click tombol quit lalu YES file, pilih exit dan tekan YES

Mengosongkan tangki dan matikan saklar utama.

b . Prosedur Pengendalian dengan Resistive Proses Mengosongkan tangki dengan membuka katup V2. Jalankan program CRL, pilih file NEW, click oke. Memilih external regulator dan click oke. Pastikan Unit CRL Telah Hidup. Click tombol start untuk memulai dan ubah mode selector (24) di panel control ke resistive proses. Mengamati kejadian didalam tangki dan pada grafik monitor. Setelah didapat grafik konstan, Click tombol freeze dan ubah parameter harga set point dan harga histeritis. Mengamati lagi perubahan yang terjadi. Setelah stabil, click tombol freeze kembali. Print grafik yang terbentuk.

Mengatur selector NOISE pada posisi MAN, dan ubah posisi katup C2. Menekan tombol reset kemudian start, amati perubahan yang terjadi. Print hasil, kemudian click quit dan keluar dari program.

VI.

Data Pengamatan

a . Pengendalian On/Off Histeritis (%) 5 5 5 2 2 5 5 5 5 5 5 5 Open Time (s) 2 2 2 2 2 2 2 10 10 10 10 2

Grafik 1 2 3 4
5

Set Point (%) 30 50 50 30 30 50 30 30 30 50 50 70

Gain 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,7

6
7

b . Pengendalian dengan Resistive Proses

No. Ketinggian 1 2 3 4 t1 (s) t2 (s) t3 (s) trata-rata (s)

Naik 42,87 42,14 42,3 42,43666 7

Turun 8,31 8,06 8,41 8,26

VII.

Perhitungan

Diketahui : Diameter Tabung (D) Ketinggian Air (h) = 16 cm ; maka r = 8 cm = 10 cm

a. Volume air yang dipindahkan V = r2.t = 3,14 x 82 x 10 cm

= 2009,6 cm3

b. Laju alir naik (t = 42,436667 s) Q =

= 47,35527 cm3/s

c. Laju alir turun ( t = 8,26 s) Q =

= 243,29 cm3/s

VIII.

Analisa Percobaan
Pada grafik 1 yaitu variasi set point dengan menaikkan set point, mulanya

parameter yang diberikan adalah set point dengan harga 30 %, dan hysteritis 5%, open time 2 sekon, dan gain 0,5. Laju alir (kurva merah) cukup stabil dimana lamanya bukaan (kurva biru) yang terjdi cukup lama, namun ketika set point (kurva kuning) dinaikkan menjadi 40 %, laju alir meningkat, begitu pula ketika dinaikkan manjadi 50%. Hal ini terjadi karena laju alir mengikuti gerak dari set point untuk menyeimbangkan hysteritisnya. Pada Grafik 2 yaitu variasi set point dan hysteritis dengan menurunkan set point dan menaikkan hysteritis, parameter yang diberikan adalah set point dengan harga 50%, dan hysteritis 5%, open time 2 sekon, dan gain 0,5. Laju alir ikut turun ketika set point menjadi 30% dengan hysteritis 5%. Interval antara posisi puncak dan lembah kurva merah cukup jauh karena angka hysteritis 5%, begitu pula posisi bukaan katup (kurva biru) yang cukup tinggi. Namun ketika hysteritis diubah menjadi 2%, jarak kurva merah menjadi sangat kecil dengan set point, hal ini berpengaruh pada bukaan katup (kurva biru) yang semakin cepat pula berubah karena proses membuka dan menutupnya katup menjadi lebih singkat akibat hysteritis yang rendah. Pada grafik 3 yaitu variasi hysteritis dengan menaikkan hysteritis, Parameter yang diberikan adalah set point dengan harga 30%, dan hysteritis 2%, open time 2 sekon, dan gain 0,5. Rendahnya harga hysteritis menyebabkan cepat pula perubahan posisi katup (buka/tutup) yang terlihat dari kurva biru yang begitu rapat, namun ketika harga hysteritis ditingkatkan menjadi 5%, waktu untuk katup terbuka menjadi cukup lama seperti yang ditampakkan pada kurva biru dengan jaraknya yang agak jauh. Hal ini menunjukkan bahwa hysteritis mempengaruhi lamanya katup pengontrol tersebut terbuka. Semakin besar nilai hysteritis, maka semakin lama pula katup terbuka.

Pada grafik 4, parameter yang diberikan adalah set point dengan harga 30%, dan hysteritis 5%, open time 2 sekon, dan gain 0,5. Open time merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membuka dan menutup katup. Pada Grafik 4 grafik stabil karena tidak adanya perubahan parameter. Pada grafik 5, parameter yang diberikan adalah set point dengan harga 30%, dan hysteritis 5%, open time 10 sekon, dan gain 0,5. Berbeda dengan grafik 4 yang nilai open timenya 2 sekon, grafik biru berada di bawah garis set point. Namun pada grafik 5 nilai Open Time seharga 10 sekon menimbulkan grafik katup (berwarna biru) berada di atas garis set [oint, hal ini terjadi karena waktu untuk membuka dan menutup katup lebih lama dari sebelumnya dan ketika aliran menuju posisi off, katup menutup dalam waktu 10 detik pula. Pada grafik 6, parameter yang diberikan adalah set point dengan harga 30%, dan hysteritis 5%, open time 10 sekon, dan gain 0,5. Grafik yang dihasilkan adalah puncak grafik biru berada di atas garis set point dan berjarak cukup jauh dengan lembahnya karena waktu membuka/menutup katup yang cukup lama yaitu 10 detik. Pada grafik 7, parameter yang diberikan adalah set point dengan harga 50%, dan hysteritis 5%, open time 10 sekon, dan gain 0,5. Pada grafik ini, mulanya grafik biru memiliki jarak yang panjang antara puncak dan lembahnya karena Open Time seharga 10 sekon. Selain itu juga grafik aliran (warna merah) terbentuk sangat tajam karena hysteritisnya cukup tinggi. Lalu ketika Set Point dinaikkan menjadi 70%, puncak dari grafik biru melebar karena menunggu aliran untuk mencapai volume maksimumnya. Selain set point, gain (lebarnya bukaan katup) juga di rubah menjadi 0,7 dan open time juga dirubah menjadi 2 sekon, hal ini menyebabkan perubahan grafik, dimana jarak antara puncak dan lembah grafik biru tidak terlalu jauh. Selain itu juga grafik aliran (warna merah) tidak terlalu tajam karena bukaan katup yang lebih lebar yaitu yang menyebabkan laju alir

menjadi lebih besar walaupun waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik maksimum dan minimum sangat cepat yaitu 2 sekon. Selanjutnya, praktikum simulasi dengan menggunakan resistive dimana pada alat CRL ini terdapat tiga resistive yaitu R1, R2, dan R3. Namun pada praktikum ini yang digunakan hanya R2 dan R3 sebagai batas bawah dan batas atas. R2 memiliki batasan pada level 75 dan R3 memiliki batasan pada level 85 . Pada saat pompa dinyalakan, air mengisi tangki berskala dan akan mati ketika air mencapai R3 setelah air menyentuh R2 maka pompa akan hidup kembali. Jadi untuk mengatur jarak level yang ingin di jaga tinggal mengatur panjang dari R2 dan R3.

IX.

Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : Set point mempengaruhi batas laju maksimum dan minimum dari aliran karena hysteritis yang bergerak berbanding lurus dengannya. Semakin besar open time, maka semakin lama pula air mengalir baik ketika katup mulai membuka, katup sudah terbuka, dan katup mulai menutup. Semakin besar gain, semakin besar pula aliran yang mengalir. Perbedaan antara pengendalian on/off dengan pengendalian resistive yaitu pada pengendalian on/off, set point didapatkan dari komputer, sedangkan pada pengendalian resistive, set point diperoleh menggunakan batas atas (R3) dan batas bawah (R2).

DAFTAR PUSTAKA Jobsheet.2013. Penuntun Praktikum Pengendalian Proses. Polsri : Palembang


http://jayamandalapurba.blogspot.com/2013/02/pengukuran-level.html http://elektronika-dasar.web.id/tutorial/sensor-level-zat-cair/

You might also like