You are on page 1of 22

TUGAS AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGELOLAAN dan PEMANFAATAN LIMBAH DESIGN INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL)

INDUSTRI TEKSTIL (Studi Kasus: PT. DAMAITEX, SEMARANG, JAWA TENGAH) Dosen : HARUKI AGUSTINA

Oleh: PUTRI MUSHANDRI ( J3M209064 )

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2 BAB I................................................................................................................. 3 PENDAHULUAN.................................................................................................. 3 1.1 1.2 1.3 1.4 LATAR BELAKANG............................................................................................................... 3 POKOK PERMASALAHAN....................................................................................................... 5 TUJUAN........................................................................................................................... 5 MANFAAT.......................................................................................................................... 5

BAB II................................................................................................................ 7 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 7 2.1 LIMBAH CAIR..................................................................................................................... 7 2.2 LIMBAH DAN KARAKTERISTIK AIR LIMBAH................................................................................7 a.Karakter Fisika.............................................................................................................. 8 b.Karakter Kimia.............................................................................................................. 8 c. Karakter biologi............................................................................................................ 9 2.3 IPAL DAN UNIT PENGOLAHANNYA........................................................................................ 10 2.4 LIMBAH TEKSTIL............................................................................................................... 12 2.5 PARAMETER YANG BIASA DIUJI....................................................................................13 2.6 BAKU MUTU LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL...........................................................................14 BAB III............................................................................................................. 15 PEMBAHASAN.................................................................................................. 15 3.1 3.2 3.3 3.4 BAHAN BAKU ................................................................................................................. 15 PROSES PRODUKSI........................................................................................................... 15 LIMBAH YANG DIHASILKAN DAN SUMBERNYA..........................................................................17 PENGOLAHAN LIMBAH ...................................................................................................... 18

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, dan teknologi saat ini berkembang sangat pesat seiring tingginya kebutuhan masyarakat khususnya kebutuhan ekonomi. Pembangunan industri merupakan salah satu bentuk usaha sustainable development yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan mengurangi angka pengangguran. Tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan yang berkembang pesat, menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju.. Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) mutlak dilakukan. Sustainable Development merupakan strategi pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan lingkungan alam. Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair yang berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut. Kebutuhan masyarakat akan pakaian khususnya yang saat ini bukan lagi berfungsi hanya sebagai penutup aurat saja melainkan merupakan bagian dari pembuktian jati diri menyebabkan industri tekstil berkembang pesat. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang banyak membutuhkan air dalam proses produksinya, dan menghasilkan limbah cair yang banyak mengandung bahan kimia karena bahan baku dan proses prosuksinya terutama pada proses pengkanjian, pewarnaan, dan printing atau pemberian motif Industri yang berwawasan lingkungan merupakan industri yang berusaha memelihara kestabilan dan melestarikan ekosistemnya dengan melakukan pencegahan terhadap pencemaran, mengurangi emisi, melestarikan keanekaragaman hayati dan menggunaan SDA yang terbarukan (renewable resources) Perkembangan industri tekstil di beberapa daerah di Indonesia (khususnya Jawa Tengah) banyak mendatangkan keuntungan bagi masyarakat di sekitarnya maupun Pemerintah Daerah setempat. Industri tekstil mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amoniak yang
3

tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Untuk saat ini pengolahan limbah pada beberapa industri tekstil belum menyelesaikan penanganan limbah industri. Pengolahan limbah cair yang mengandung zat warna dan logam berat dengan pengendapan dan adsorpsi sebenarnya hanya mengalihkan kandungan logam berat dari fase cair ke fase padat. Air limbah yang terolah telah memenuhi baku mutu, tetapi padatan yang dihasilkan dari pengolahan air limbah yang mengandung zat warna dan logam berat masih menjadi persoalan selanjutnya yang umumnya masih mengandung B3, sehingga harus ada penanganan tingkat lanjut yang lebih baik lagi. PT. Damaitex adalah pabrik tekstil finishing bleaching di Semarang, Jawa Tengah yang mengelola air limbahnya dengan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Air limbah terolah belum memenuhi Baku Mutu Limbah Cair yang dipersyaratkan. Pendekatan pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan mempunyai berbagai kelemahan. Dari upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran terhadap lingkungan sehingga memenuhi baku mutu Peraturan Daerah propinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang baku mutu air limbah cair untuk industri tekstil. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang baku mutu air limbah, yang dimaksud dengan limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air limbah ( waste water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya. Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003)mendefinisikan limbah berdasarkan titik sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman), instansi perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan. Pengelolaan limbah cair dalam proses produksi dimaksudkan untuk meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang juga minimal. Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksi dimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga pembuangan limbah produksi (disposal). Pengolahan limbah cair memerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu pengolahan limbah cair harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang tepat dan teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat. Utamanya dalam perencanaan, apabila perencanaan sudah tidak tepat akan berakibat timbulnya berbagai kesulitan dalampengoperasian serta biaya tinggi dengan hasil yang tidak memadai
4

1.2

Pokok Permasalahan

Dalam pembuatan design IPAL banyak hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan sebelum dibangunnya suatu IPAL. Permasalahan yang ditemukan dalam penentuan proses IPAL yang akan dilaksanakan atau digunakan diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bagaimana karakteristik air limbah dari proses produksi? Bersumber dari proses apa limbah tersebut dihasilkan? Apakah wajar atau tidak air limbah tersebut terproduksi ? Seberapa banyak volume limbah yang dihasilkan dari tiap-tiap tahap produksi? Seberapa tercemar influent yang dihasilkan dikaitkan dengan Baku Mutu Air Limbah? Memperkirakan pengelolaan secara segresi, apakah sumber air limbah tersebut dapat di satukan dengan sumber lainnya ataukah dilakukan pemisahan 7. Pengolahan apa saja yang akan dibangun dalam IPAL? 8. Apakah effluent yang dihasilkan sudah sesuai Baku Mutu?

1.3

Tujuan Pembuatan Makalah design IPAL Industri tekstil ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui karakteristik dari suatu limbah industri tekstil. 2. Mengetahui sumber dari air limbah tersebut berdasarkan proses produksinya. 3. Menghitung volume limbah yang dihasilkan serta memperkirakan besar bangunan IPAL yang akan dibuat berdasarkan volume limbahnya. 4. Mengetahui tingkat pencemaran dari influent air limbah industry tekstil. 5. Menentukan unit pengolahan limbah yang akan dibangun (membuat design IPAL) 6. Mengetahui apakah unit pengolahan limbah industri tekstil mampu membuat effluent yang dihasilkan memenuhi baku mutunya.

1.4

Manfaat Manfaat yang didapat dari dilakukannya pengelolaan air limbah: 1. Memperkecil volume air limbah. 2. Menambah effisiensi konversi produksi dengan mencegah terjadinya pembuangan, baik bahan baku maupun bahan setengah jadi. 3. Dengan mengecilnya volume dan kualitas air limbah, biaya investasi untuk pembangunan WWTP akan lebih kecil. 4. Memperkecil beaya operasional WWTP. 5. Memudahkan pengoperasian WWTP. 6. Dengan ringannya pollutan yang terdapat dalam air limbah maka keberhasilan pengolahan akan lebih tinggi. 7. Lumpur terhasilkan akan lebih sedikit.
5

8. Penggunaan air akan lebih sedikit sehingga problem kekurangan air dapat diperkecil. 9. Perusakan lingkungan akibat dari dampak kegiatan industri akan lebih kecil. 10. Merubah kebiasaan ke hidup yang lebih teratur dan lebih effisien. 11. Mengontrol effisiensi produksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Limbah Cair Limbah adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak memiliki nilai ekonomi dan akan dibuang, apabila masih dapat digunakan maka tidak disebut limbah. Proses pembersihan mesinmesin di berbagai percetakan kebanyakan menggunakan minyak tanah, bensin dan terpentin sebagai pelarut tinta. Mesin-mesin harus selalu dibersihkan karena penggunaan tinta dengan berbagai macam warna. Apabila pelarut tinta tersebut tidak memiliki nilai ekonomis sama sakali, maka pelarut tersebut disebut limbah. Tetapi apabila pelarut tersebut dapat diolah kembali dengan cara distilasi, maka pelarut bukan merupakan limbah. Jenis limbah cair pada dasarnya ada 2 yaitu limbah industri dan limbah rumah tangga. Limbah cair yang termasuk limbah rumah tangga pada dasarnya hanya mengandung zat-zat organik yang dengan pengolahan yang sederhana atau secara biologi dapat menghilangkan poluten yang terdapat di dalamnya (Ginting, 1992) Poluten yang terdapat limbah cair ada berbagai jenis, dan jenis polutan tersebut menentukan bagaimana limbah cair tersebut harus diolah. Berdasarkan polutan yang terkandung di dalam limbah cair, maka limbah cair dapat dibedakan menjadi empat yaitu: 1) Mengandung bahan yang mudah menguap Bila limbah mengandung bahan yang mudah menguap, harus ada unit aerasi untuk mengeluarkan bahan-bahan yang mudah menguap, atau ditempatkan pada lokasi penampungan dengan luas permukaan besar agar terjadi penguapan. 2) Mengandung bahan yang mudah membusuk Limbah cair yang mengandung bahan yang mudah membusuk (degradable) diolah secara bakterologi baik secara aerob maupun anaerob. 3) Limbah yang mengandung logam berat atau bahan-bahan kimia yang lain, relatif lebih sulit, sebab harus diketahui karakter dari masing-masing polutan. 4) Mengandung bakteri patogen Limbah yang mengandung bakteri patogen, harus ada unit untuk membunuh bakteri, misalnya mengunakan kaporit (Darsono, 1995) 2.2 Limbah dan Karakteristik Air Limbah

Jika ditelusuri komponen air limbah, kita dapat mengetahui bahwa air limbah terdiri dari sebagian besar air bersih dan sebagian kecil komponen pengotor Komponen air bersih umumnya
7

sekitar 99.5 % sedangkan sisanya berupa kotoran bisa dalam wujud padatan, cairan maupun gas baik yang terlarut maupun yang tidak tidak terlarut. Jika dilihat dari bahan pembuat kotoran, pollutant dapat dalam bentuk bahan organic dapat pula yang berbentuk bahan anorganik. Misal bahan yang terbuat dari bahan organic adalah dyestuff, sebagian auxiliaries agent di indistri textile atau gula di industri makanan. Contoh bahan yang terbuat dari bahan an organic adalah urea, cauatic soda dan lain-lain. Air libah memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan sifatnya. Karaketr air limbah meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi. Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat dalam air limbah, dapat ditentukan unit proses pengolahan limbah yang dibutuhkan.

a.

Karakter Fisika
Karaketer sisika air limbah meliputi temperature, bau, warna, dan padatan. Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke dalam skala-skala. Temperatur merupakan parameter yang penting dalam pengoperasian unit pengolahan limbah karena berpengaruh terhadap proses biologi dan fisika. Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau tergantung pada sensivitas indra penciuman seseorang. Kehadiran bau menunjukkan adanya komponenkomponen lain dalam air. Misalnya, bau seperti telur busuk menunjukkan adnya hydrogen sulfide yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat organic dalam kondisi anerobik. Pada air limbah, warna biasanya disebabkan oleh kehadiran materi-materi dissolved, suspended, dan senyawa-senyawa koloidal yang dapat dilihat dari spectrum warna yang terjadi. Padatan yang terdapat dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating, settleable, suspended, atau dissolved (Sugiharto,1987) .

b.

Karakter Kimia
Karakter kimia air limbah senyawa organik dan senyawa anorganik Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasi dengan satu atau lebih elemen-elemen lain (O, N, P, H). Senyawa anorganik terdiri dari kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organik. a. Biological Oxygen Demand (BOD) Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air b. Chemical Oxygen Demand (COD) Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm ( part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
8

c. Dissolved Oxygen (DO) Merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature. d. Derajat keasaman (pH) pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air adalah 68. e. Logam Berat Logam berat bila konsentrasinyaberlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandunglogam berat. f. Ammonia Amonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atauammonia. tergantung pada pH larutan. g. Sulfida Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin (Sugiharto, 1987). h. Fenol Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian (Soemirat, 1994). respirasi aerob

c.

Karakter biologi
Mikroorgaisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dlam semua bentuk air limbah, bisanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/l. kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan prosesproses kehidupan (tumbuh, metabolism, dan reproduksi). Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Keberadaan bakteri
9

dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci sukses efisiensi proses biologi. Bakteri juga berperan penting untuk evaluasi kualitas air.

2.3

IPAL dan Unit Pengolahannya

IPAL adalah salah satu teknologi pengolahan limbah cair industri yang bertujuan untuk menghilangkan/memisahkan cemaran dalam air limbah sebelum dibuang ke lingkungan sampai memenuhi baku mutu lingkungan. IPAL yang baik adalah IPAL yang memiliki kriteria : - Sedikit memerlukan perawatan - Aman dalam pengoperasiannya - Less biaya energi -Less product excess (produk sampingan) seperti lumpur atau sludge IPAL IPAL merupakan kombinasi dari pengolahan secara: Fisika Kimia Biologi Prses Fisika Proses fisika merupakan pengolahan untuk memisahkan bahan pencemar dalam air limbah secara fisika. Contoh pengolahan secara fisika: o Screening o Grit Chamber o Sieves o Equalisasi o Flotasi o Filter (pemisahan dengan memanfaatkan gaya gravitasi (sedimentasi atau oil/water separator) o Adsorpsi o Stripping Pemisahan padatan dalam air limbah merupakan tahapan penting untuk mengurangi beban, mengembalikan bahan-bahan yang bermanfaat dan mengurangi resiko rusaknya peralatan akibat kebuntuan (clogging) pada pipa, valve dan pompa. Dua prinsip dalam pengolahan secara fisika: 1. Screening, sieving, dan filtrasi 2. Penggunaan gaya gravitasi (sedimentasi, flotasi dan sentrifugasi)

Proses Kimia Proses ini menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan bahan pencemar. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikelpartikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan
10

zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Proses Biologi Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1. 2. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor); Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis: 1. 2. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen; Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis. Proses pengolahan limbah cair berdasarkan tingkatan perlakuannya dapat digolongkan menjadi 5 golongan. Akan tetapi dalam suatu instalasi pengolahan limbah, tidak harus ke lima tingkatan ini ada atau dipergunakan. 1) Pengolahan pendahuluan Pengolahan pendahuluan (pre treatment), dilakukan apabila di dalam limbah cair terdapat banyak padatan terapung atau melayang, misalnya berupa ranting, kertas, dan pasir. Dapat digunakan saringan kasar, bak penangkap lemak, bak pengendap pendahuluan (misalnya untuk menangkap pasir), dan septic tank. 2) Pengolahan tahap pertama Pengolahan tahap pertama (primary treatment), untuk memisahkan bahan-bahan padat tercampur (ukuran cukup kecil). Netralisasi termasuk juga dalam tahap pengolahan tahap pertama. Dapat dilakukan cecara kimia ( netralisasi, koagulasi), dan fisika (sedimentasi, flotasi atau pengapungan). 3) Pengolahan tahap kedua Pengolahan tahap kedua (secondary treatment), pengolahan ini biasanya melibatkan proses biologi antara lain: lumpur aktif, bak aerob, dan bak anaerob.
11

4) Pengolahan tahap ke tiga Pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment) digunakan apabila ada beberapa zat yang membahayakan. Pengolahan tahap ke tiga merupakan bentuk pengolahan khusus sesuai dengan polutan yang akan dihilangkan, misalnya: pengurangan besi dan mangan. Contoh lain misalnya penggunaan karbon aktif, menghilangkan amoniak. 5) Pengolahan tahap keempat Pembunuhan kuman (desinfection) adalah pengolahan tahap keempat, dilakukan apabila limbah cair mengandung bakteri patogen.

2.4

Limbah Tekstil

Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis. Industri tekstil dimulai dari industri pembuatan benang (pemintalan), industri pembuatan kain (pertenunan dan perajutan), industri penyempurnaan (finishing) hingga industri pakaian jadi (garmen). Bahan baku industri tekstil dapat menggunakan serat alam baik dari serat serat tumbuhan seperti kapas, serat hewan seperti wol, sutra, maupun dari bahan sintetik lain seperti nilon, polyester, akrilik dan lain-lain. Di Indonesia industri tekstil sangat bervariasi baik dalam hal skala produksi (skala kecil, menengah sampai skala besar) dengan teknologi dari padat karya sampai padat modal, maupun variasi proses yang meliputi proses pemintalan, proses pertenunan/ perajutan, proses penyempurnaan sampai proses pakaian jadi. Banyak pabrik yang hanya melakukan beberapa proses tersebut, tetapi ada pula yang merupakan suatu pabrik yang terintegrasi dimulai dari pembuatan benang hingga proses penyempurnaan bahkan dilengkapi dengan proses pembuatan garmen. Dengan demikian permasalahan yang dihadapi oleh suatu pabrik tekstil dan dampaknya terhadap lingkungan sangat dipengaruhi variasi tersebut, termasuk penggunaan bahan baku, teknologi proses dan jumlah produk yang dihasilkan (Isminingsih Gitopadmojo,2002)

Dalam proses produksinya industri tekstil dapat menghasilkan limbah padat, cair, gas, maupun kebisingan. Limbah padat industri tekstil adalah berupa sisa serat, benang, kain, bahan bungkus seperti plastik, kertas, dan limbah padat yang berasal dari IPAL. Limbah padat dari IPAL adalah lumpur dari pengendapan awal, dan pengendapan kimia dengan proses koagulasi, selain itu juga dari pengolahan biologi. Lumpur yang berasal proses pengendapan kimia dimasukkan pada limbah B3. (PP No.18 dan 85 tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah B3)

12

Industri pemintalan yang mengolah serat menjadi benang termasuk proses kering dalam industri tekstil. Limbah yang dihasilkan dari tahapan proses pemintalan adalah debu dari serat pendek dan kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin. Tingkat kebisingan serta konsentrasi debu yang dikeluarkan dari setiap tahapan proses ditentukan oleh jenis dan kualitas serat yang diolah serta serta jenis alat/ mesin yang digunakan. Pada industri pertenunan dan perajutan, benang dengan melalui beberapa tahapan pengerjaan diolah menjadi kain tenun atau kain rajut. Benang yang ditenun/ dirajut berupa benang mentah ataupun benang yang telah dicelup. Industri pertenunan/ perajutan sebetulnya merupakan industri yang melakukan proses kering, limbah yang dikeluarkan adalah debu, potongan kain dan kebisingan. Akan tetapi pada proses penganjian benang lusi digunakan larutan kanji dalam air, sehingga akan dikeluarkan limbah cair berupa sisa larutan kanji.
Industri penyempurnaan akan menghasilkan kain putih, kain celup atau kain cap (Isminingsih Gitopadmojo, 2002). Tahapan proses penyempurnaan dapat berbeda, bergantung pada jenis kain (serat), kualitas produk yang ingin dihasilkan, alat mesin yang digunakan, kondisi proses serta jenis bahan kimia pembantu yang digunakan. Proses penyempurnaan tekstil adalah proses basah tekstil yang paling banyak menimbulkan pencemaran, karena mengerjakan tekstil dengan larutan zat kimia dalam medium air, dan merupakan penghasil limbah cair terbesar dari semua proses pada industri tekstil. Dari proses ini juga dihasilkan limbah udara dan uap senyawa kimia volatile, uap air dan debu serat. Selain itu juga dihasilkan limbah padat dan IPAL.

Industri pakaian jadi (garmen) yang hanya melakukan proses konfeksi tidak menghasilkan limbah cair, tetapi hanya limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali, tetapi industri jean yang melakukan proses pelusuhan dan pencucian akan menghasilkan limbah cair dan bahkan kebisingan dan limbah debu.

2.5

PARAMETER YANG BIASA DIUJI

Parameter utama pencemaran air untuk industri tekstil adalah TSS, BOD, khrom total, phenol, pH, warna dan suhu. Selain itu parameter lain yang mungkin ada dalam limbah cair di pabrik tekstil adalah sulfida, amonia, nitrogen, seng, tembaga, dan nikel. Pencemaran organik yang mungkin ada adalah benzene, naftalena, kloro etilena, kloro etana, dan ptalat. Jumlah air buangan yang dikeluarkan oleh industry tekstil tergantung pada jenis proses dan faktor lain yang berpengaruh. Apabila BOD tinggi dibuang ke badan air penerima akan mengambil oksigen dari badan air penerima, pengendapan dari bahan tersuspensi dan terendap mengakibatkan keadaan tanpa oksigen. Alkalinitas yang tinggi dan adanya bahan-bahan beracun sperti sulfide dan chromium akan mempengaruhi kehidupan di badan air penerima, beberapa bahan pewarna juga beracun.
13

Warna pada badan air penerima akan sangat mengganggu apabila air akan digunakan untuk air industri. Adanya sulfida menyebabkan air limbah bersifat korosif, khususnya untuk bangunan beton. Ammonia yang tinggi dapat mengganggu kehidupan di air selain itu apabila digunakan untuk air irigasi menyebabkan padi bertambah subur tetapi tidak berbuah (gabuk). Kandungan Na yang tinggi pada air limbah dapat merusak struktur tanah, apabila digunakan untuk irigasi (tanaman akan mati).

2.6 Baku mutu limbah cair industri tekstil


Baku Mutu Limbah Cair industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku Mutu Limbah Cair industri tekstil di Indonesia mengacu pada Kep.Men.51/Men,LH/1Q/1995, sesudah tahun 2000, acuannya adalah lampiran B Men.Kep.Men tersebut. Berdasarkan acuan tersebut masingmasing daerah membuat BMLC dengan ketentuan boleh lebih ketat namun tidak boleh lebih longgar.
Tabel 1 : BMLC industri tekstil lampiran B Kep.Men 51/Men/LH/10/1995
BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (Kg/ton) Kadar Maks Mg/ Pencuc ian kapas, pemint alan, penenu nan Pengikis an pemasa kan Pencetak an Printing

Parameter

Tekstil terpadu

Seizing Desizing

Bleaching

Merceri sasi

Pencelupan (Dyeing)

BOD5 COD Fenol total Krom total (Cr) Ammonia total (NH3-N) Sulfida (sebg.S)

60 150 0,5 1,0 8,0 0,3 3,0 -

6 15 0,05 0,01 0,8 0,03 0,3 100

Minyak dan lemak pH Debit limbah Maks (M 3 /ton produk tekstil)

0,42 1,05 0,04 0,05 6 0,00 2 0,02 1 7

0,6 1,5 0,005 0,08 0,003 0,003 10

1,44 3,6 0,012 0,192 0,007 0,072

1,08 2,7 0,009 0,144 0,0054 0,054

0,9 2,25 0,008 0,12 0,005 0,045 15

1,2 3,0 0,01 0,02 0,16 0,006 0,06 20

0,36 0,9 0,003 0,006 0,048 0,002 0,018 6

6,0-9,0 24 18

14

BAB III PEMBAHASAN


Industri tekstil merupakan salah satu industri yang banyak membutuhkan air dalam proses produksinya, dan menghasilkan limbah cair yang banya mengandung bahan kimia karena bahan baku dan proses prosuksinya terutama pada proses pengkanjian, pewarnaan, dan printing atau pemberian motif. Pada pembuatan design IPAL untuk industri tekstil, perlu diketahui bahan baku dan proses produksinya untuk menjadi pertimbangan pembuatan design IPAL. PT. Damaitex merupakan industri tekstil finishing bleaching (pemutihan) berlokasi di Jl. Simongan No. 100, Kelurahan Ngemplak Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Luas lahan 16.702 m2 dengan lahan terbuka 59,07 % dan lahan tertutup 41,93 %. Jumlah karyawan 230 orang dengan status 25 orang pegawai tetap dan 205 orang pegawai lepas / kontrak. Waktu operasional pabrik adalah 24 jam sehari. Jenis produksi adalah kain mori (tekstil finishing bleaching) dengan kapasitas riel 50.000 m/hari dan kapasitas menurut ijin 70.000 m/hari (1 kg mori = 5 8 yard, 1 yard = 0,9144 m). Jenis produksi kain mori kapas dan rayon dengan kapasitas produksi tergantung order, untuk tahun 2007 komposisinya adalah 80% kapas dan 20 % rayon.

3.1

Bahan Baku

Produk tekstil terbuat dari bahan baku alami, buatan maupun serat anorganik. Bahanbahan alamiah contohnya kapas, woll, linen, bdan yute (rami dan goni). Bahan-bahan buatan berupa bahan kimia maupun produk yang terbuat dari selulosa. Bahan buatan yang dihasilkan pabrik kimia misalnya polyester (PETP), Polyamide (PA), polyacrylonitrile (PAN), polypropylene (PP), dan lain-lain. Bahan-bahan yang terbuat dari selulosa misalnya rayon dan acetylcellulose. Bahan anorganik misalnya batu, karbon, dan logam. Produk tekstil biasanya berupa yarn/benang, produk lembaran kain tenun, kain rajut, dan karpet, baju, dan lain-lain.

3.2

Proses Produksi

Secara garis besar, proses produksi dalam industri tekstil dibagi menjadi dua proses, yaitu proses kering dan proses basah. 1. Proses kering

15

Proses kering: Proses kering sangat penting meliputi pemintalanyarn pada spinning mill, pelilitan benang pada kumparan (gulungan),penenunan pada weaving mill, knitting (pekerjaan rajutan). 2. Proses Basah Pencucian Pencucian adalah proses pengeluaran kotoran-kotoran organik dan anorganik yang dapat mengganggu proses-proses selanjutnya. Pencucian dilakukan dengan menggunakan bahan pencuci yang dilarutkan ke dalamair, misalnya surfaktan. Pemrosesan(processing) Dalam industri tekstil,processing adalah pemberian bahan pelapis pada permukaan produk-produk tekstil atau pemindahan bahan-bahan dari serat (fiber) secara kimia. Proses-proses yang penting antara lain sebagai berikut: Caustic scouring, yakni proses pemasakan untuk memindahkan kotoran. Proses ini dibantu dengan penambahansurfaktan. Sizing, yaitu proses yang dilakukan untuk menyiapkan serat sebelum processing dan mencegah hancurnya serat Bleaching yaitu pemutihan atau pemucatan kain. Proses ini dilakukan dengan menggunakan larutan peroxidehypochlorite atau khlorin dikombinasikan dengan sodium silikat dansoda kaustik. Mercerization, yakni mencelup kain ke dalam larutan soda (NaOH 20%-25%) dalam tekanan. Dyeing yaitu proses pemberian warna atau pewarnaan. Beberapa bahan kimia penting yang digunakan dalamproses ini adalah vat dyes, sulfur dyes, reactive dyes, disperse dyes,acid dyes, metal complex dyes, dan basic dyes. Beberapa jenis bahankimia lain yang ditambahkan adalah surfaktan, asam basa, dan garam. Printing yaitu proses di mana catatan-catatan berwarna diletakkan pada kain menggunakan roller atau mesinpencetak dengan screen. Rinsing Rinsing yaitu proses pencucian. Proses ini diperlukan setelah salah satu proses di atas dilaksanakan, terutama setelah caustic scouring, bleaching,mencerization, dan dyeing. Air limbah yang dihasilkan dari proses inicukup banyak. Finishing
16

Finishing yaitu proses akhir yang meliputi seluruh proses memasukkan atau melapiskan bahan-bahan tertentu pada tekstil sehingga diperoleh kualitas tertentu. Proses finishing/ penyempurnaan pada industri tekstil, merupakan proses basah karena banyak menggunakan bahan kimia dan air. Bahan bakunya adalah kain tenun dan produk akhirnya kain jadi. Sehingga proses finishing ini banyak dikeluarkan limbah cair.

3.3

Limbah yang dihasilkan dan sumbernya

Limbah padat sisa kemasan Sisa kemasan/ pengepakan yang dihasilkan seperti potongan tali plastik (rafia), karung plastic (bagor), kardus dan plat seng (ban desser), dikumpulkan sesuai dengan jenisnya dan secara berkala dijual kepada pengumpul, pengusaha barang bekas/ sisa. Limbah padat / lumpur hasil IPAL Limbah padat hasil pengolahan dari IPAL berasal dari proses koagulasi kimia dengan Ferosulfat dikeringkan di drying bed ditampung di bak penampung. Jumlah lumpur 2 karung / minggu digunakan untuk mengurug tanah di pabrik. Selain itu juga limbah padat lumpur aktif namun karena IPAL masih baru, limbah biologi belum ada.
Limbah cair dan Limbah Cair berasal dari : - Utilitas : ketel, cooling tower, softener - Unit proses yaitu dari proses : * Produksi Cotton yaitu dari Kier Ketel : pada proses penghilangan kanji dan scouring, pada proses pencucian kain setelahpenghilangan kanji, scouring dan pencucian bleaching. Netralisasi Mangle Merserisasi * Produksi rayon Jigger : pada proses desizing, scouring, bleaching, cuci panas, cuci dingin. * Lantai proses * Pendinginan mesin-mesin * Bengkel : ceceran minyak * Scrubber air penyerap batubara .
17

3.4

Pengolahan Limbah Air limbah dari proses produksi mengalir melalui saluran air limbah (terpisah dari air hujan) menuju bak kontrol sebelum masuk IPAL. Dari bak kontrol masuk ke bak equalisasi untu limbah cair dari cotton dan rayon. Setelah air limbah menjadi homogen (seragam/ kemudian dialirkan/ dipompa ke bak proses untuk terjadinya proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi yang digunakan adalah ferosulfat dan kapur. Sedang flokulasi merupakan proses fisik karena disini akan terbentuk flok-flok yang akan mudah mengendap di bak sedimentasi. Air limbah yang sudah jernih dialirkan ke bak cooling spray agar pH dan suhu menjadi normal. Selanjutnya air dialirkan ke bak penampung dan kemudian dipompa ke bak filter untuk dilakukan penyaringan dan dialirkan ke lingkungan. Untuk organik terlarut yang biodegradable lebih cocok diolah dengan sistem biologis. Pada saat ini pabrik sudah menyempurnakan IPAL nya yaitu dengan sistem biologis lumpur aktif. Dan sedang dalam taraf uji coba. Untuk IPAL yang baru direncanakan dengan debit 320 m3/hari dan debit disain 360 m3/hari. Air limbah dari kier ketel yaitu dari proses desizing dan scouring dicampur air scrubber batubara masuk pada bak equalisasi lama kemudian masuk bak koagulasi dengan fero sulfat dilanjutkan dengan flokulasi selanjutnya diendapkan lumpur dikeringkan dalam drying bed dan air limbah terolah masuk bak equalisasi baru. Air limbah dari pencucian jigger, merserisasi, spanram, stenter, rendaman, mangle masuk bak penangkap minyak kemudian masuk bak equalisasi baru dicampur dengan air limbah terolah dari kier ketel dan scrubber batubara, setelah itu masuk bak netralisasi dan dinetralkan dengan asam serta diberi nutrisi kemudian masuk bak aerasi (lumpur aktif). Disini akan terjadi pemecahan zatzat organik oleh mikroba lumpur aktif. Selanjutnya diendapkan dalam bak pengendap, sebagian lumpur disirkulasi dan sebagian lagi dikeringkan dalam drying bed, selanjutnya air limbah terolah masuk bak kontrol dan diharapkan sudah memenuhi BMLC industri tekstil untuk dibuang ke lingkungan. Untuk lumpur biologi setelah dikeringkan dapat dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Berdasarkan karakteristik dari produksi industry tektil, dibuat design IPAL yang mampu meminimalisasi tingkat pencemaran sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan dan sesuai baku mutu limbah industry yang telah ditetapkan. Berikut Design IPAL tersebut:

18

(KETEL + AIR BATUBARA

BAK EQUALISASI

BAK COAGULANT

BAK FLOCULANT

BAK SEDIMEN

BAK COOLING

ASAM

NUTRISI

INLET

BAK PENANGKAP MINYAK

BAK EQUALISASI

BAK NETRALISASI

BAK AERASI

BAK SEDIMEN

OUTLET BAK KONTROL

19

HASIL ANALISA PEMANTAUAN INFLUENT PARAMETER SATUAN Kualitas mg/l I. FISIKA 1. Suhu 2. Zat padat tersuspensi II. KIMIA 1. BOD5 2. COD 3. Fenol total 4. Krom total (Cr) 5. Amonia total (NH3-N) 6.Sulfida (sbg.S) 7. Minyak & lemak 8. pH Debit limbah (pengukuran) Kualitas mg/l Beban kg/ton EFFLUENT

BMLC Industri Tekstil Perda Prop. Jateng No. 10 th. 2004 Desizing- Scouring, Bleaching-Mercerisasi Kadar maks mg/l Beban maks. kg/ton produk

oC

27,0 275

33,6 25 2,34

38 50 3,35

mg/l

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l -

265,3 692,2 0,190 < 0,03 0,957 < 0,002 2,40 11,38

17,33 72,37 0,216 < 0,03 0,784 0,036 0,3 7,55 93,6 m 3 /ton

1,622 6,77 0,02

0,073 0,003 0,002

60 150 0,5 1,0 8,0 0,3 3,0

4,02 10,05

0,034 0,636

0,019
0,201

6,0 ~ 9,0 produk tekstil 67 m 3 /ton produk tekstil

20

tmaji P., Wahyu P, dan Edi P.P., 1999, Daur Ulang Limbah Hasil Pewarnaan I ndustri Tekstil, jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Vol.1, No.4 William, C.J., dan Hanan, A.S., 1986, Water Quality and Treatment, edisi ke-2, Mc Graw-Hill Book Company Inc, New York, pp: 87-96 Sugiharto, 1987, Dasar Dasar Pengolahan Air Limbah , Universitas Indonesia ( UI-Press ): Jakarta. Metcalf dan Eddy, 1991, Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse, 3th ed. McGraw-Hill Book Co: Singapore.
Ginting, P., 1992, Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Muliasari, Jakarta Darsono, V., 1995, Pengantar Ilmu Lingkungan Edisi Revisi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Soemirat, Juli, 1994, KesehatanLingkungan, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
SriPeluang-Peluang Produksi Bersih pada Industri Tekstil Finishing Bleaching Studi Kasus Pabrik Tekstil Finishing Bleaching PT. Damaitex, 2008 Peluang-Peluang Produksi Bersih pada Industri Tekstil Finishing Bleaching Studi Kasus Pabrik Tekstil Finishing Bleaching PT. Damaitex, 2008

http://eprints.undip.ac.id/11892/1/Bab_1-5_skripsi_nurita-sukma.pdf http://eprints.undip.ac.id/18293/1/Sri_Moertinah.pdf

21

22

You might also like