You are on page 1of 7

PENGELOLAAN BAHAN BAKU KOSMETIK

PENGELOLAAN BAHAN BAKU KOSMETIK Produsen penghasil kosmetik diwajibkan secara hukum untuk memenuhi produksi mereka dengan prinsip-prinsip dan panduan-panduan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik). Kesesuaian dengan panduan CPKB harus menjamin bahwa produk kosmetik dengan kualitas yang konsisten haruslah diproduksi dan diuji sesuai dengan standar kualitas baku tertentu. Standar dan cara produksi kosmetika yang baik di Indonesia diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 965/MENKES/SK/XI/1992 dan Kepala Badan POM RI. Bahan baku sangat peka terhadap serangan mikroba Telah diketahui bahwa berdasarkan asal dan cara prosesnya, bahan baku dapat memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi atau rendah atau sensitif terhadap kontaminasi mikroba selanjutnya. Air yang bebas bahan padat sintetik biasanya mengalami problem pembusukan mikroba yang rendah. Hal yang sama juga terjadi pada air bebas minyak, lilin dan lemak sintetik, sebagaimana pula pengemulsi, surfaktan dan agen aktif-permukaan (surface agent), yang sepertinya tidak mendukung kemampuan mikroorganisme untuk berkembang. Kondisi ini dapat berubah secara dramatis dengan segera apabila mereka dicampur dengan bahan baku bersifat cair (aqueous). Bahkan bahan baku alami dalam bentuk air yang bebas serbuk atau granula, dapat menjadi tempat tumbuhnya mikroorganisme, virus ataupun toksin mikroba. Analisa terhadap materi/bahan-bahan ini, dapat menunjukkan keberadaan bakteri, spora Clostridium, Staphylococci, kapang dan khususnya toksik fungi/jamur. Lebih jauh lagi, kemungkinan keberadaan spora bakteri tidak dapat dihindari, karena keberadaan mereka bisa jadi telah ada semenjak tahap persiapan produksi dengan prosentase alkohol yang tinggi. Bahan mentah alami yang diekstrak, diproduksi ataupun disediakan dalam bentuk cairan, juga sensitif terhadap kontaminasi mikrobial. Cara pengawetan yang kurang tepat ketika digunakan untuk menghasilkan produk dalam bentuk larutan, dispersi ataupun emulsi, dapat menyebabkan bahan baku ini mendukung pertumbuhan mikroorganisme gram negatif, semisal Enterobacter spp., Escherichia coli, Citrobacter spp., Pseudomonas spp., dan lainnya. Syarat yang perlu dipenuhi oleh produsen kosmetika Kualitas produk kosmetika sangat bergantung pada kualitas bahan bakunya. Panduan CPKB mencakup persyaratan yang harus dimiliki oleh bahan baku yang harus sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dan memiliki kualitas yang konsisten. Persyaratan ini memerlukan kesetaraan pada parameter kimiawi dan fisika dan kemurnian mikroba. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahan baku kosmetik dan bahan campuran memerlukan perlindungan dari kontaminasi mikroba selama transportasi, penyimpanan dan produksi. Bahan baku yang terkontaminasi akan mengintroduksi mikroba ke dalam proses sehingga produk dapat memiliki

muatan mikroba berlebih (overload), akhirnya bahan pengawet yang diberikan ke dalam produk tidak memadai dan tidak efektif lagi. Oleh karena itu, kondisi esensial bagi manufaktur kosmetik adalah dengan menggunakan bahan baku yang memiliki kemungkinan terkecil muatan kontaminasi mikrobanya, jika memungkinkan hanya 10 CFU (Colony Forming Unit) per gram. Lebih lanjut lagi, spesifikasi yang harus diterima oleh pemasok dapat menjamin ketiadaan mikroorganisme patogen potensial dan material bioaktif lainnya, sebagaimana disebutkan dalam Tabel 1. Kompatibilitas ingredient (bahan baku) dengan pengemas haruslah dipastikan. Wadah yang tersedia haruslah dapat diidentifikasi secara jelas dan memiliki informasi berikut : nama produk, nomor batch, nomor item, berat kotor ( gross) dan bersih. Dari persyaratan yang berkaitan erat dengan kualitas, pengemasan dan pelabelan ini, telah jelas bahwa produsen bahan baku kosmetik haruslah memenuhi prinsip-prinsip dan panduan CPKB. Aspek semisal kualitas ingredient kosmetik, produk, stabilitas penyimpanan, pengawetan yang memadai dan kompatibilitas bahan baku kosmetik dengan pengemas, haruslah diperiksa selama tahap pelaksanaan dan spesifikasi yang tepat bagi bahan baku kosmetik haruslah terdefinisi dengan jelas. Produksi haruslah berjalan selaras dengan CPKB untuk menjamin bahwa tingkat kualitas tertentu dapat terperlihara dan tidak rusak dengan sebab proses produksi manapun. AMANKAH KOSMETIK YANG ANDA PAKAI??

AMANKAH KOSMETIK YANG ANDA PAKAI ? Berbagai merek kosmetik kini beredar di Indonesia bahkan sampai ke pelosok desa. Dengan kemasan yang cantik dan promosi yang gencar tidak sedikit wanita Indonesia yang terpikat untuk memakainya, bahkan telah tersedia pula kosmetik untuk pria dan anak-anak. Sering kali kita ingin tampil menarik, tetapi ketika memilih kosmetik lebih tertarik kepada bentuk dan kemasannya. Ada pula yang lebih suka memilih kosmetik impor daripada kosmetik lokal. Pilihan yang tidak tepat justru akan membahayakan pemakai itu sendiri, memilih kosmetik bukan sekedar membeli dan memakainya tetapi juga harus aman dan sesuai dengan kulit kita. Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya, sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan.

APA ISI KOSMETIK ? Kosmetik didefinisikan sebagai bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Pada umumnya kosmetik terdiri dari berbagai macam bahan yang mempunyai fungsi tertentu didalamnya. Bahan kosmetik terdiri dari : Bahan dasar ( vehikulum) Merupakan basis/ dasar untuk bahan lain atau sebagai pelarut sehingga umumnya menempati volume yang lebih besar dari bahan lainnya. Bahan dasar kosmetik pada umumnya terdiri dari : a) Air atau campurannya dengan bahan dasar lain; b) Alkohol atau campurannya; c) Vaselin atau campurannya; d) Minyak atau garam minyak dengan campurannya; e)Talkum atau campurannya. Bahan aktif Merupakan bahan kosmetik terpenting dan mempunyai daya kerja yang diunggulkan dalam kosmetik tersebut. Konsentrasi bahan aktif pada umumnya kecil, namun dapat pula tinggi apabila bahan tersebut sekaligus berperan sebagai bahan dasar misalnya bahan aktif dalam sediaan pembersih muka. Bahan untuk menstabilkan campuran (stabilizer) Adalah bahan-bahan untuk menstabilkan campuran sehingga kosmetik dapat lebih stabil, baik dalam warna, bau dan bentuk fisik, adapun bahan-bahan tersebut adalah : 1. Emulgator, yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan secara me misalnya lanolin, gliserin, alkohol, lilin, gliseril monosterarat. 2. Pengawet, yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu s agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman menangkal terjadinya bau tengik karena aktivitas mikroba sehingga kosmetik me misal asam benzoat, alkohol, formaldehid. BAHAN KOSMETIK Bahan baku kosmetik sangat bervariasi dan jumlahnya sangat banyak, untuk memenuhi kebutuhan dasar produksi kosmetik ada 5 macam bahan baku yang penting yaitu : 1. Waxes dan oils Wax (malam) adalah bahan mirip material plastis yang dapat diperole tumbuh-tumbuhan, dan mineral alami dan hanya beberapa jenis yang dapat digunaka dasar kosmetik. Fungsi wax dalam kosmetik : a. Membentuk lapisan penahan air ( water repellent film). b. larut dalam minyak sehingga membentuk lapisan emolien yang tertinggal pada kulit. c. Bekerja sebagai emulsifyng agent. d. Merupakan zat penebal dan memperbaiki tekstur dan kelembutan emulsi. e. Membentuk lapisan berkilat dan memberi bentuk pada lipstik.

2. Pengawet (preservatif) Kosmetik yang terdiri dari berbagai macam lemak dan minyak m yang mudah ditumbuhi mikroorganisma baik bakteri amuba maupun jamur yang akan sehingga terjadi perubahan bau dan warna, untuk menanggulangi hal ini pengawet. Bahan pengawet adalah bahan pencegah dekomposisi preparat dengan c pertumbuhan mikroorganisme. Contoh bahan pengawet adalah nipagin, nipasol dan ni 3. Antioksidan Kosmetik juga mudah teroksidasi sehingga bahan yang terkandung didalamn warna dan bentuk, untuk mencegah hal tersebut digunakan bahan antioksidan. A digunakan harus memenuhi syarat : o Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetik o Tidak berwarna o Tidak toksik o Tidak berubah meskipun disimpan lama Contoh antioksidan adalah progalin, biasanya hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sekali. Pewarna Pewarna yang digunakan dalam kosmetik umumnya terdiri atas 2 jenis yaitu : . Pewarna yang dapat larut dalam air, alkohol atau minyak a. Pewarna yang tidak larut Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetik. Ada beberapa bagian tubuh sensitif terhadap zat warna tertentu, seperti kulit di sekitar mata, sekitar mulut, bibir dan kuku. Pewangi Semula sebagai pewangi digunakan bahan-bahan alamiah yang harum yaitu bunga, daun atau kulit batang pohon. Ketika kebutuhan akan pewangi semakin meningkat digunakan cara lain yaitu dengan cara identifikasi bahan aktif parfum dan membuat parfum sintetis . Penggunaan bahan baku kosmetik di Indonesia telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik, Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kosmetik tahun 2004 dimana terdapat lampiran mengenai bahan kosmetik yang dilarang, bahan kosmetik yang diizinkan dengan batasan kadar dan penandaan, bahan pewarna, bahan pengawet dan tabir surya yang diizinkan. BAGAIMANA KOSMETIK DIBUAT ? Untuk membuat kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan dibutuhkan langkah-langkah pembuatan yang baik. Good Manufacturing Practice (GMP) merupakan suatu konsep total dari sistem langkah produksi dan pengawasan yang terkoordinasi dengan baik, dimana bila penerapannya konsisten akan dihasilkan produk yang memenuhi standar mutu dan keamanan. Badan POM telah mempunyai suatu pedoman dalam proses produksi kosmetik yang di sebut Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.3870 tentang Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB). Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh

disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh kosmetik yang memenuhi peryaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk kosmetik tergantung dari bahan yang digunakan, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu. ADAKAH EFEK SAMPING KOSMETIK ? Karena terjadi kontak antara kosmetik dengan kulit, maka ada kemungkinan akan terserap dan masuk kebagian yang lebih dalam. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positip berupa manfaat kosmetik dan akibat negatip berupa efek samping kosmetik. Efek samping penggunaan kosmetik terdiri atas : a. Efek samping pada kulit Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetik yang kulit dapat berupa : Dermatitis Kontak alergi atau iritan, biasanya akibat kontak antara kulit dengan yang bersifat alergik atau iritan, misal parafenilendiamin pada cat rambut, natrium heksaklorofen pada sabun, hidrokinon pada pemutih kulit. Akne kosmetik Terjadi akibat kontak antara kulit dengan bahan kosmetik aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat, petrolatum pada minyak rambu alkohol laurat pada pelembab. Fotosensitivitas Terjadi akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik misal parafenilendiamin pada cat rambut, klormerkapto dikarboksimid dal ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta karoten, sinamat atau sinoksat p Pigmented cosmetic dermatitis Merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang terasa gatal, terjadi akibat kontak antar kulit dengan bahan pewarna jenis ter ba brilliant lake red dan turunan fenilazonaftol. Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan baru d terjadi, misal purpura akibat parafenilendiamine, dermatitis folikular akibat ada kobal dan lainnya, granuloma akibat garam zirkonium dalam deodora dalam pemutih kulit. b. Efek samping pada rambut dan kuku Efek samping kosmetik pada rambut dan kuku be rambut, kerusakan kuku dan rambut dan perubahan warna kuku atau rambut. Pem kuku atau rambut dapat memberikan reaksi pada kulit sekitarnya, misalnya leher. Baha atau rambut yang sering menimbulkan efek samping adalah formaldehid pada ca atau kalium hidroksida pada pelepas kutikula kuku (cuticle remover) dan tioglikola pengeriting rambut (permanent wave). c. Efek samping pada mata Kosmetik mata (eye liner, mascara, eye shadow dan lainnya lain yang pemakaiannya dekat mata, misalnya sediaan rambut atau rias wajah dap efek samping pada mata berupa : Rasa tersengat (stinging) dan rasa terbakar (burning) akibat iritasi oleh zat yang misal isoparafin, alkohol, propilenglikol dan sabun. Konjungtivitis alergik dengan atau tanpa dermatitis akibat masuknya partikel masca atau eye liner ke dalam mata. Infeksi mata ringan sampai berat akibat pemakaian kosmetik yang tercemar kuma aeruginosa. d. Kelainan pada saluran napas Keluhan pada saluran napas dapat terjadi pada pemakaian k

dalam bentuk aerosol (hair spray atau deodorant spray) yang digunakan di dalam ventilasi yang buruk. e. Efek toksik jangka panjang Meskipun sukar dinilai, penggunaan kosmetik mungkin m jangka panjang pada berbagai organ tubuh misal darah, hati, ginjal, limpa, pa (teratogen), alat endokrin dan kelenjar limfe. Kelainan ini dapat terjadi akibat efek kum kosmetik yang umumnya digunakan dalam jangka waktu lama puluhan tahun dan da yang luas. Kemungkinan mutagenitas kosmetik dikhawatirkan dapat terjadi, dan penila kemudian hari yang dapat membuktikan kemungkinan tersebut. f. Tingkat efek samping Efek samping yang terjadi dari pemakaian kosmetik dapat tidak men dapat pula sangat mengganggu, FDA membagi tingkat efek samping menjadi : Ringan, bila keluhan yang terjadi tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dengan g sehingga tidak memerlukan terapi khusus. Dengan menghentikan pemakaian gejala akan menghilang. Delapan puluh lima persen efek samping kosmetik ter ini. Sedang, bila keluhan yang terjadi sudah mengganggu, dalam waktu yang lebih lam klinis yang lebih nyata. Penderita sudah memerlukan bantuan pengobatan dari persen penderita berada pada tingkat ini. Berat, bila keluhan yang terjadi sangat mengganggu kegiatannya, gejala klinis berup disertai gejala sistemik berupa demam, pusing dan sesak na memerlukan pengobatan intensif baik topikal maupun sistemik. UJI KULIT Salah satu cara untuk menghindari terjadinya efek samping pada pemakaian kosmetik adalah dengan melakukan uji kulit. Uji kulit terdiri dari berbagai cara, baik yang dapat dilakukan sendiri maupun yang harus dilakukan oleh dan di bawah pengawasan dokter.Jenis uji kulit : Preventif Yaitu uji kulit yang dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap yang akan menggunakan kosmetik atau akan menggunakan kosmetik baru dapat me (usage test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di tempat lain dengan cara yan sehari-hari, setelah itu dibiarkan selama 24-48 jam, bila tidak terjadi reaksi kulit yang maka kosmetik tersebut aman digunakan. Diagnostik Yaitu uji kulit yang dilakukan pada konsumen yang telah menderita efek sampin konsumen yang telah memakai kosmetik baik dalam jangka waktu panjang maupu kemudian menderita efek samping atau diduga menderita efek samping terhadap dilakukan : 1. Uji Eliminasi dan Uji Pakai (Usage Test) Penderita yang menunjukkan gejala dianjurkan untuk segera menghentikan pemakaian seluruh kosmetik. Bila g dan menghilang, maka dapat diduga salah satu kosmetik yang digunakan meru efek samping tersebut.Bila gejala sudah menghilang kosmetik tersebut dapat dic persatu dengan tenggang waktu 2-3 hari untuk memantau apakah timbul sama. Kosmetik yang menimbulkan gejala efek samping itulah yang di penyebab terjadinya efek samping. Uji eliminasi dan uji pakai dapat dilakuk dibawah pengawasan dokter. 2. Uji Tempel (Patch Test) Uji tempel dapat dilakukan setelah 3-7 hari penderita s samping kosmetik. Cara melakukan uji tempel : a. Tertutup, yaitu dengan menempelkan kosmetik yang dipakai atau dengan

yang dilakukan di punggung dengan bahan penutup tertentu, lalu dibiarka tanpa dibilas atau mandi. Setelah 48 jam segera dibaca oleh dokter un hasil uji. Kosmetik yang memberikan reaksi diduga menjadi penyebab samping b. Terbuka, yaitu uji tempel yang dilakukan tanpa penutup. Agar terhindar da usapan, uji tempel ini biasanya dilakukan dibelakang daun telinga, dilakukan untuk bahan kosmetik yang mudah menguap. c. Dengan sinar, yaitu uji tempel tertutup yang dibuka setelah 24 jam dan disin matahari atau ultraviolet selama 15 menit lalu ditutup lagi dan dibaca jam kemudian. Untuk membandingkan bisanya uji tempel dengan sinar dua sisi dan hanya pada satu sisi saja yang diberikan sinar. d. Uji terbuka (open test), dilakukan bila uji tempel memberikan hasil nega mengoleskan kosmetik yang diduga memberikan efek samping 2-3 kali bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut. Pembacaan hasil dilak setelah 48-72 jam. KOSMETIK HIPOALERGENIK Usaha untuk mengurangi efek samping kosmetik, terutama efek samping pada kulit dapat dilakukan dengan membuat kosmetik yang tidak mengandung bahan yang sering menimbulkan efek samping baik alergen maupun iritan. Kosmetik ini disebut sebagai kosmetik hipoalergenik, ditujukan khusus bagi mereka yang kulitnya sensitif dan telah dilakukan uji alergi. Namun perlu diketahui bahwa kosmetik hipoalergenik tidak menjamin seratus persen keamanan kosmetik secara keseluruhan, karena pada orang tertentu masih mungkin terjadi efek samping oleh zat yang dianggap jarang menimbulkan efek samping.

You might also like