You are on page 1of 11

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di UPTD Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

Nelwan Filipus Tando Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak

Diare masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit ditanggulangi, dari tahun ke tahun diare tetap menjadi masalah salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Diperkirakan kasus diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus setiap tahunnya. Dari hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare pada semua umur tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk. Diare termasuk dalam 10 besar penyakit yang ditemukan di balai pengobatan rawat jalan Puskesmas Wanakerta selama tahun 2008 sampai 2010. Evaluasi program pemberantasan diare dilakukan di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2012 sampai dengan Desmber 2012 dengan metode pendekatan sistem didapatkan hasil angka kesakitan 45/1000, angka kematian 0/1000 penduduk. Hasil yang diperoleh dari evaluasi menunjukkan adanya masalah pada cakupan distribusi oralit tiap penderita 33,3% dari tolak ukur 100%, cakupan distribusi oralit tiap kader 50% dari tolak ukur 100%, cakupan kebutuhan oralit 39,5% dari tolok ukur 100%, penyuluhan kelompok kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu mengenai PHBS dan diare 25% dari tolak ukur 100%, cakupan pelatihan para kader Posyandu mengenai penanganan diare dan PHBS 0% dari tolak ukur 100%, ,pojok oralit tidak aktif. Dari masalah keluaran yang diambil menjadi prioritas masalah adalah tidak aktifnya pojok oralit dan kurangnya pelaksanaan penyuluhan kelompok kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu mengenai PHBS. Oleh karena itu, Puskesmas perlu membentuk struktur organisasi dan pembagian tugas secara jelas dan tertulis, lebih memperhatikan pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat, serta dapat memanfaatkan ruangan sebagai pojok oralit untuk penyelesaian masalah yang ada di program ini.

Kata Kunci : Diare, Program pengendalian penyakit diare, Puskesmas Wanakerta

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di UPTD Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

A. Latar Belakang Diare masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit ditanggulangi, dari tahun ke tahun diare tetap menjadi masalah salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak.

Pada tingkat provinsi Jawa Barat, diare masih merupakan penyakit yang

berpotensial wabah. Diperkirakan kasus diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus setiap tahunnya. Untuk mengatasinya

pemerintah telah mengembangkan program pemberantasan penyakit diare dan

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 760.000 anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare. Pada negara berkembang, anak anak usia di bawah 3 tahun rata rata mengalami 3 episode diare pe tahun (WHO, 2009). Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
1,2

mewajibkan semua puskesmas menjalankan program tersebut.5,6 Program ini

mempunyai target agar angka kesakitan akibat diare turun menjadi 50 per 1000 penduduk dan angka kematian akibat diare menjadi 0% pada tahun 2006.5,6 Pada tingkat Kabupaten Karawang, penemuan penderita diare pada tahun 2010 meningkat orang.7 Pada tingkat Kecamatan Teluk Jambe Barat, diare masih termasuk dalam 10 besar penyakit yang ditemukan di Balai menjadi 79.522 orang

dibandingkan tahun 2009 yaitu 73.857

Pengobatan Umum Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe Barat selama tahun 2008 2010.8 Oleh karena masih banyaknya penemuan kasus diare di

Di Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun (Depkes, 2003). Hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare semua umur pada tahun 2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423 per 1000 penduduk, dan pada tahun 2010 adalah 411 per 1000 penduduk.1,2

wilayah kerja Puskesmas Wanakerta, maka diperlukan evaluasi terhadap Program Pemberantasan Penyakit Diare di

Puskesmas Wanakerta periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

LINGKUNGAN

B. Materi Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan puskesmas mengenai Program Pemberantasan Diare di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta,
MASUKAN (1)

(4) PROSES (2)

KELUARAN (3)

Kecamatan Teluk Jambe Barat, periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 yang terdiri dari: 1) Penemuan kasus penderita diare secara pasif. 2) Penentuan diagnosis. 3) Pengobatan diare. 4) Surveilans diare 5) Distribusi logistik. 6) Penyuluhan kelompok. 7) Pelatihan kader. 8) Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral). 9) Pencatatan dan pelaporan. perorangan dan

UMPAN BALIK (5)

Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling berhubungan

D. Sumber Data dan Jenis Data Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari: 1. Profil UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe Barat, tahun 2012. 2. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe Barat, tahun 2012.

C. Metode Evaluasi program ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan intepretasi data yang didapatkan di Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Teluk

3. Laporan

Bulanan

Puskesmas

Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe Barat, periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 4. Data Monografi Puskesmas

Jambe Barat, periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 dengan menggunakan pendekatan sistem dan membandingkan

Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe Barat, tahun 2012.

cakupan Program Pemberantasan Diare tersebut terhadap target yang ditetapkan dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang serta Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.

Data Umum Data Geografi 1. UPTD Puskesmas Wanakerta berjarak + 5 km dari kantor kecamatan Telukajmbe Barat dan + 15 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan waktu 1.

Sebelah

Barat

berbatasan

dengan

wilayah Kabupaten Bekasi

Data Demografi Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Wanakerta pada tahun 2012 berdasarkan data proyeksi kependudukan kecamatan Teluk jambe Barat 50.431 jiwa yang terdiri sebanyak

tempuh + 30 menit menggunakan roda empat. 2. UPTD Puskesmas Wanakerta terletak di desa Wanakerta Kecamatan Telukjambe

dari laki-laki

Barat, yang merupakan Puskesmas induk dengan luas wilayah 6.107 Ha yang terdiri dari tanah darat 4.064 Ha dan 2.043 Ha adalah persawahan. 3. UPTD Puskesmas Wanakerta. mempunyai wilayah kerja terdiri dari 10 desa, 20 Dusun, 40 RW dan 112 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas Wanakerta dengan waktu tempuh 45 menit dengan roda empat dan 30 menit dengan roda dua. 4. Secara Administrasif UPTD Puskesmas Wanakerta Kec. Telukjambe Barat 4. 3. 2.

24.897 jiwa dan perempuan 25.534 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 14.989 rumah. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Teluk Jambe Barat berjumlah 29.753 orang (58,9 %). Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Teluk Jambe Barat terbanyak adalah tamat sekolah dasar, berjumlah 19.907 orang (36,8%). Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Teluk Jambe Barat adalah serabutan berjumlah 25.010 orang (46,2%)

berbatasan dengan : Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wadas Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Data fasilitas pelayanan kesehatan Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Wanakerta Kecamatan Teluk Jambe Barat, Kabupaten Karawang antara lain: 1 Pustu, 4 Polindes plus, 10 Poskesdes, 9 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 57 Posyandu, 2 Balai

Kec.Pangkalan Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kec.Ciampel kerja Puskesmas

Pengobatan 24 jam, 3 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter Umum: 2, Perawat: 8, Bidan: 19), 56

Pengobatan Tradisional, 1 laboratorium, 2 Toko Obat dan 4 Apotek.

Antibiotik Kotrimoksasol Amoksisilin Kloramfenikol Tetracycline Ampisilin Erythromycin : cukup : cukup : cukup : cukup : cukup : cukup

Data Khusus 1. a) Masukan Tenaga

Dokter umum : 2 orang Bidan Perawat : 19 orang : 8 orang : 1 orang Obat diare dan antispasmodik Diaform Papaverin Oralit Zinc : cukup : cukup : tidak cukup : tidak cuku

Petugas P2M Diare

Petugas laboratorium : 1 orang Petugas gizi Kader Farmasi : 1 orang : 5 orang/ posyandu : 1 orang

Cairan infus (NaCl, RL, D5%) : cukup

Sarana Non medis b) Dana APBD Dana retribusi Sarana di Puskesmas Sarana Medis Stetoskop Tensimeter Termometer Lampu senter : 3 buah : 3 buah : 2 buah : 1 buah : cukup : cukup Timbangan berat badan bayi : 1 buah Timbangan berat badan dewasa : 2 buah Ruang pendaftaran Ruang tunggu Ruang periksa Ruang obat Pojok oralit Alat penyuluhan : 1 ruangan : 1 ruangan : 1 ruangan : 1 ruangan : tidak ada : lengkap : ada

SOP penatalaksanaan diare Lemari obat

: 1 buah

Tempat tidur pemeriksaan: 1 buah Meja Kursi : 3 buah : cukup

Kartu, status, alat tulis : cukup Tempat sampah medis: cukup Tempat sampah non medis Toilet, wastafel, sabun : cukup : cukup

b) 1) pasif

Metoda

dan

posyandu

kemudian

dibuat

laporan

Penemuan kasus penderita diare secara oleh petugas kesehatan puskesmas

mingguan. Dilaporkan ke Dinas Kesehatan pada tanggal 5 tiap bulannya dalam bentuk laporan bulanan.

(dokter, paramedik terlatih) sewaktu penderita diare datang berobat di BPU, Posyandu setiap hari kerja.

5) 2) Penetapan diagnosis dilakukan

Distribusi logistik Terpenuhinya kebutuhan oralit tiap

berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan di BPU sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan SOP seseorang dinyatakan diare apabila buang air besar cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari dengan konsistensi tinja lembek atau cair. 6) 3) Pengobatan kasus diare dilaksanakan

penderita diare di Puskesmas 6 sachet. Tersedianya oralit pada setiap kader minimal 10 sachet. Tersedia antibiotik, obat anti diare, tablet zink 20mg, cairan infus, dan antibiotik di Puskesmas

Penyuluhan

baik

perorangan

maupun

kelompok mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare. Penyuluhan perorangan perorangan yang diberikan : Penyuluhan oleh petugas

dengan tepat sesuai SOP mengenai penanganan diare (LINTAS diare): 1. Oralit osmolaritas rendah. 2. Zink selama 10 hari. 3. Teruskan pemberian ASI dan makan. 4. Antibiotik atas indikasi. 5. Edukasi dan nasihat

kesehatan Puskesmas kepada setiap penderita diare yang datang berobat di BPU Puskesmas melalui pemberian informasi mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare secara singkat. Penyuluhan kelompok : Penyuluhan

kelompok yang diberikan oleh petugas 4) Surveilans diare dengan pengumpulan kesehatan Puskesmas kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu setiap bulan dengan cara ceramah dan diskusi mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare.

data epidemiologi diare secara terus menerus dan dilakukan analisa secara langsung untuk menemukan cara penyelesaian secara tepat dan cepat. Data didapat dari laporan harian, di mana pencatatan dilakukan setiap hari kerja terhadap penderita diare yang datang di BPU puskesmas

7) Memberikan

pelatihan

kader

dalam

pembuatan oralit dan larutan garam gula serta kemampuan menilai derajat dehidrasi pada

penderita diare untuk menentukan penderita masih bisa diobati di rumah atau harus rujukan ke rumah sakit, melalui kegiatan penataran Kader Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. b) 3. Keluaran a) Cakupan penemuan penderita

diare secara pasif 109,6% Cakupan diagnosa penyakit yang sesuai SOP = 100 %

8)

Pojok Oralit

c)

Cakupan

pengobatan

terhadap

Suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat d) e)

penyakit diare yang sesuai SOP 100% Cakupan surveilans diare 100% Cakupan distribusi logistic tiap penderita 33,3% dan tiap kader 50% f) Cakupan penyuluhan perorangan maupun kelompok Perorangan : Dilakukan setiap hari kerja (100%) Kelompok = dilakukan

mempromosikan usaha rehidrasi oral (URO). Bila seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk

melarutkan dan meminum oralit selama waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja. Adanya penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO. g) 9) Pencatatan dan pelaporan h) Pencatatan : Hasil penemuan kasus diare dicatat dalam formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja oleh petugas. Pelaporan : Dilaporkan ke Dinas Kesehatan pada tanggal 5 tiap bulannya dalam bentuk laporan bulanan. 2. Proses 1. 2. 3. 4. Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan 4.

penyuluhan 3x/ tahun = 25% Cakupan pelatihan kader 0% Cakupan pojok oralit = Pojok

oralit tidak aktif. i) Cakupan pencatatan dan pelaporan

kasus diare 100%

Lingkungan a) Lingkungan Fisik Lokasi : strategis dan

mudah dijangkau Transportasi : Tersedia

sarana transportasi umum yang relatif murah

Fasilitas kesehatan : terdapat fasilitas kesehatan yang lain dan bekerja sama dengan baik.

Sosial budaya

tidak

menghambat keberhasilan program

Sumber air bersih : Jumlah keluarga dengan menggunakan sumber air bersih yaitu berjumlah 11.352 keluarga (83,2%)

5. Umpan Balik a) Pertemuan bulanan antara Kepala Puskesmas, Koordinator P2

Tempat pengumpulan sampah : Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat adalah sebanyak 12.905 b)

Diare, dan pelaksanaan harian. Rapat kerja bulanan Puskesmas yang membahas laporan dari masyarakat atau instansi lain

(86,09%) Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) : Jumlah keluarga yang memiliki sistem pengelolaan air limbah yang sehat adalah sebanyak 4.859 (32,1%) Penyediaan jamban : Jumlah keluarga yang memiliki jamban yang sehat b) 6. Dampak a)

yang dilakukan satu bulan sekali.

Langsung

Penurunan

angka kesakitan dan kematian serta terhindarnya dari KLB Tidak derajat langsung :Peningkatan sesuai

sebanyak 3.739 (24,94%) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Jumlah keluarga yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu sebanyak 5.111 keluarga (33,3%)

kesehatan

paradigma sehat. Belum dapat dinilai. Masalah Masalah yang ditemukan Masalah pada keluaran adalah cakupan

b)

Lingkungan Non Fisik Tingkat pendidikan : pendidikan mayoritas adalah tingkat pendidikan rendah yaitu sebesar 46.953 orang (86,7%) Sosial ekonomi : sebagian besar penduduk bekerja sebagai serabutan yaitu sebesar 25.010 orang (46,2 %). dan sebagian besar penduduk miskin sebanyak 29.753 penduduk (62,5%)

pelayanan penderita diare 109,6% dari tolok ukur 75%, cakupan distribusi oralit tiap penderita 33,3% dari tolok ukur 100%, cakupan distribusi oralit tiap kader 50% dari tolok ukur 100%, cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare 25% dari tolok ukur 100%, cakupan pelatihan kader 0% dari tolok ukur 100% dan Pojok oralit tidak aktif

Masalah pada masukan adalah kebutuhan oralit tidak cukup, kebutuhan zinc : tidak cukup, dan tidak ada pojok oralit Masalah pada proses tidak adalah pada bagan

Prioritas masalah yang didapatkan melalui skoring metode sederhana adalah : A. Pojok oralit tidak aktif B. Cakupan penyuluhan kelompok

pengorganisasian struktur

terdapatnya

tentang PHBS 25% dari tolok ukur 100% Masalah pertama adalah pojok oralit tidak aktif Penyebab Masalah yaitu tidak disediakan ruangan untuk dibuat Pojok Oralit., tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian tugas untuk melakukan kegiatan Pojok Oralit, dan tidak

organisasi

program

pengendalian

penyakit diare, pada perencanaan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare

direncanakan sebanyak 3 kali per tahun, pada pelaksanaan : tiap penderita diberikan oralit hanya 2 sachet, tiap kader diberikan oralit hanya 5 sachet, penyuluhan kelompok

mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare dilaksanakan 3 kali per tahun, tidak ada pelatihan kader dan pojok oralit tidak aktif. Masalah dari unsur lingkungan yaitu jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat adalah sebanyak 3.739 (24.94%), jumlah keluarga yang memiliki SPAL adalah sebanyak 6.093 (40,64%), jumlah keluarga yang menerapkan PHBS sebanyak 5.111 (33,3%), secara

dilaksanakannya kegiatan Pojok Oralit.

Penyelesaian Masalah yaitu memanfaatkan ruangan dengan yang terdapat baik dan dalam Puskesmas supaya dapat

efisien

digunakan untuk Pojok Oralit, menugaskan petugas kesehatan yang berkompeten sebagai petugas pojok oralit, menyusun struktur

keseluruhan penduduk Kecamatan Teluk Jambe Barat yang mempunyai pendidikan rendah sebesar 86,7% dan sebagian besar penduduk Kecamatan Teluk Jambe Barat memiliki sosial ekonomi kurang, bermata pencaharian sebagai serabutan sebesar 46,2% dan penduduk miskin sebanyak 29.753 (62,5%)

organisasi P2 Diare, pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai petugas yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit, rincian tugasnya masing-masing serta membuat jadwal tugas di Pojok Oralit secara teratur, dilakukan pemantauan terhadap

berjalannya kegiatan Pojok Oralit oleh Kepala Puskesmas atau koordinator P2 Diare.

Masalah kedua adalah cakupan penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare 25% dari tolok ukur 100%

Penyebab

masalah

adalah

diadakannya Kesimpulan Dari hasil penilaian Program Pengendalian Penyakit Diare yang

penyuluhan kelompok tentang diare dan PHBS , tetapi hanya dilakukan sebanyak 3 kali per

tahun, hanya direncanakannya sebanyak 3 kali per tahun dan tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian tugas dan pelaksanaan tugas untuk program P2Diare sehingga tidak ada jadwal pembagian tugas per petugas kesehatan untuk dilakukan penyuluhan tiap bulan.

dilakukan dengan pendekatan sistem di Puskesmas Wanakerta untuk periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, didapatkan bahwa Program

Pengendalian Penyakit Diare belum berhasil karena beberapa variabel masih didapatkan tidak sesuai dengan tolok

Penyelesaian

masalah

yaitu

direncanakan

ukur yang ditentukan. Dari cakupan kegiatan,

penyuluhan kelompok sebanyak minimal satu kali per bulan sehingga target total 12 kali per tahun dapat tercapai, menyusun struktur

didapatkan kegiatan yang tidak berhasil dilaksanakan dan dibuat menjadi 2 prioritas masalah yang harus

organisasi P2 Diare, pembagian tugas yang jelas, rinci, dan tertulis mengenai petugas yang bertanggungjawab dalam memberikan

diselesaikan terlebih dahulu yaitu : a) Pojok oralit tidak aktif b) Cakupan penyuluhan kelompok

penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare, serta membuat jadwal tugas untuk memberikan penyuluhan secara teratur kepada masyarakat minimal sebulan sekali, dilaksanakannya Saran

tentang PHBS 25% dari tolok ukur 100%

penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare sebagai upaya pencegahan dari penyakit diare sebanyak minimal satu kali per bulan sehingga target total 12 kali per tahun dapat tercapai, dibuatnya pencatatan dan pelaporan bagi petugas penyuluhan tentang berapa kali

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang ditujukan kepada Kepala Puskesmas Puskesmas Wanakerta yaitu sebagai berikut : 1. Memanfaatkan ruangan yang ada di dalam Puskesmas untuk dijadikan Pojok Oralit. 2. Menugaskan petugas kesehatan yang berkompeten sebagai petugas pojok oralit

penyuluhan tentang PHBS dan diare telah dilakukan dan dilakukan pengawasan dan pemantauan lebih ketat dari kepala puskesmas mengenai pelaksanaan penyuluhan kelompok dengan cara rapat bulanan atau dengan pelaporan dari koordinator program P2M.

10

3. Menyusun struktur organisasi P2 Diare serta pembagian tugas secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang

pencatatan, pelaporan dan pelaksanaan kegiatan pojok oralit serta penyuluhan kelompok dengan cara rapat bulanan atau dengan pelaporan dari koordinator program P2M Diare.

bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit dan penyuluhan kelompok,. 4. Mengajukan permintaan oralit dan zinc sesuai dengan kebutuhan ke Dinas Kesehatan sehingga sesuai dengan

Melalui saran-saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Wanakerta, sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi.

prinsip pengobatan diare 5. Pengawasan dan pemantauan lebih ketat dari kepala puskesmas mengenai

Daftar Pustaka 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku pedoman pengendalian penyakit diare. Bakti Husada; 2011: hal.1-69. 2. Anonim. Pengendalian diare di Indonesia. Dalam: Situasi diare di Indonesia. Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Cerna Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 2011. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, pada 21 September 2013. 3. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Bakti Husada, Kementerian Kesehatan RI, Triwulan II; 2011, hal 1-2, 26-8, 33.. 4. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut. Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.hlm.408-13. 5. Winlar W. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak kurang dua tahun di kelurahan Turangga. Fakultas kedokteran Kristen Maranatha. Diunduh dari http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdf, pada 21 September 2013. 6. Anonim. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal PP dan PL. Jakarta; 2011. 7. Data Kesehatan di Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2010, diunduh dari http://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.html, diakses pada 22 September 2013. 8. Puskesmas Wanakerta Kecamatan Teluk Jambe Barat. 2012. Data Laporan Tahunan Program Pengendalian Penyakit Diare.

11

You might also like