You are on page 1of 7

ANCYLOSTOMIASIS Posted on February 21, 2011 Ancylostomiasis merupakan suatu gangguan atau infeksi yang disebabkan oleh cacing

Ancylostoma sp. Cacing tersebut termasuk kedalam : Phylum : Nemathelminthes, Class : Nematoda (Round Worms), Subclass : Secernentea, Ordo : Ancylostomatoidea, Famili : Ancylostomatidae dan Genus : Ancylostoma. Ancylostoma sp. merupakan cacing kait klas Nematoda yang umum ditemukan pada anjing dan kucing. Ada lima species Ancylostoma yang umum menyerang pada saluran pencernaan, yaitu antara lain : Ancylostoma caninum, Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma tubaeformae dan Ancylostoma duodenale. Ancylostoma caninum yang umumnya terdapat pada usus halus anjing, rubah, srigala, anjing hutan dan karnivora liar lainnya diseluruh dunia. Ancylostoma braziliense terdapat pada usus halus anjing, kucing dan berbagai karnivora liar lainnya. Ancylostoma ceylanicum terdapat pada usus halus anjing, kucing, dan karnivora lain bahkan pada manusia. Ancylostoma tubaeformae merupakan cacing kait pada kucing. Ancylostoma duodenale ditemukan pada usus halus manusia, primata tingkat rendah dan kadangkadang pada babi. Siklus hidupnya adalah cacing betina bertelur di usus halus anjing dan telur akan keluar bersama dengan feses. Telur menetas kemudian menyilih menjadi L1 berkembang menjadi L2 dan berkembang menjadi L3 lalu keluar bersama feses. L3 merupakan stadium infektif dari cacing Ancylostoma sp., larva ini menginfeksi hospes melalui dua jalur yaitu per os atau per kutan. Pada infeksi per os, larva tertelan lalu masuk ke dalam kelenjar lambung atau kelenjar lieberkuhn usus halus. Kemudian larva kembali ke lumen usus, menyilih menjadi L4 kemudian dewasa. Bila melalui jalur per kutan maka L3 secara aktif menembus kulit hospes. Mereka membuat lubang melalui jaringan sampai mencapai pembuluh darah atau pembuluh limfe. Kemudian melalui sistem vena atau saluran limfe thorak menuju ke jantung dan selanjutnya ke paru-paru. Larva menembus kapiler menuju menuju alveoli dan naik menuju bronkioli dan bronki menuju faring dan oesophagus dan turun kembali ke usus halus. Di sini larva akan menyilih menjadi L4 kemudian dewasa. Selain itu infeksi prenatal dan transmammaria juga dapat terjadi (Levine, 1994). Cacing dewasa melekat pada mukosa usus dan dengan giginya memakan cairan jaringan, biasanya darah. Cacing ini akan menghasilkan antikoagulan, sehingga luka tetap berdarah beberapa saat setelah cacing berpindah tempat. Anjing muda akan kehilangan darah dalam jumlah besar, atau mengalami anemia karena defisiensi Fe. Anjing akan diare, feses bercampur darah, kadang disertai muntah (Nelson dan Couto, 2003). Gejala klinis yang lain antara lain anemia, oedema, lemah, kurus, pertumbuhan terhambat, bulu kering dan kusam. Pada kasus hebat pada kulit akan timbul rasa gatal, dermatitis, tinja berupa diare berdarah, membrana mukosa pucat, lemah dan melanjut bisa terjadi kematian.

Kerugian yang terjadi akibat infeksi Ancylostoma caninum antara lain, penetrasi pada kulit oleh larva menyebabkan iritasi dan gatal, cacing dewasa menyebabkan rupturnya pembuluh darah pada dinding usus disertai hilangnya nutrisi dan darah. Tiap ekor Ancylostoma caninum menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,1 ml darah perhari. Diare berwarna gelap karena mengandung darah dan mukus. Kehilangan darah yang berat (hebat) menyebabkan defisiensi Fe, anemia, oedema, kelemahan, turunnya berat badan dan turunnya kekebalan tubuh. Infeksi yang berat dapat berakibat fatal terutama pada anjing muda hingga umur 2 minggu (puppies) (Anonim, 2005). Infeksi Ancylostoma caninum sesuai gejala klinis yang timbul, dapat menyebabkan keadaan anemia, diare, muntah, dehidrasi, kelemahan dan gangguan pertumbuhan (gangguan kenaikan berat badan) serta akan buruk akibatnya jika menyerang pada hewan umur muda (Upton, 2005). Cacing kait, terutama A. caninum dapat menyebabkan keadaan yang buruk karena infeksinya. Cacing akan memakan darah sebagai pembawa oksigen dari hospesnya sehingga dengan cepat menyebabkan anemia. Membrana mukosa akan terlihat pucat, hewan menjadi lemah dan sering terlihat hewan menjadi malas. Pertumbuhan hewan muda menjadi lambat dan rambut menjadi kusam dan kering. Hewan akan menjadi kurus dan pada akhirnya akan mati karena infeksi yang hebat dan atau karena infeksi lain (Nash, 2005).

ANCYLOSTOMIASIS

Ancylostomiasis merupakan penyakit parasit yang disebabakan oleh cacing Ancylostoma sp. yang dapat menyerang anjing dan kucing. Cacing Ancylostoma canium predeleksinya pada usus halus.

Cara Penularan Cara penularan Ancylostomiasis pada anjing dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. Infeksi per. Oral. Larva infektif (Larva stadium 3) dimakan bersama makanan dan minuman. 2. Infeksi dengan menembus kulit. Larva yang aktif menembus kulit ataupun menembus membrana mukosa mulut dan mencapai pembuluh-pembuluh balik yang kecil kemudian bersama aliran darah menuju jantung dan mengalami migrasi peredaran darah kemudian menuju paruparu dan disana mengalami pergantian kulit (L4) dan melalui trakea tertelan sampai di usus menjadi dewasa. Cacing dewasa mengkaitkan diri pada mukosa usus halus dan menghisap darah. 3. Infeksi prenatal. Pada hewan bunting, infeksi prenatal bisa terjadi bila larva memasuki aliran darah hewan bunting dan mencapai foetus. Larva akan tetap tinggal didalam tubuh foetus sampai dilahirkan, kemudian akan berkembang menjadi cacing muda didalam usus halus anjing. 4. Infeksi laktogenik. Larva stadium 3 ancylostoma yang bersifat dormant didalam otot akan menjadi ineksius pada saat laktasi.

Pathogenesis Cacing dewasa di dalam usus halus penderita akan mengkaitkan dirinya pada mukosa usus halus induk semang, dan menghisap darah. Cacing tidak tinggal di satu tempat untuk bebarapa lama, tetapi cenderung berpindah-pindah mengkaitkan dirinya pada mukosa usus disebelahnya. Dalam satu hari seekor cacing dewasa menghisap darah sekitar 0,001-0,2 ml. Cacing juga mengeluarkan zat anti koagulan yang menyebabkan darah tetap mengalir beberapa lama dari tempat cacing mengkaitkan dirinya. Akibat dari cacing tersebut akan dapat menyebabkan anemia pada induk semang dan nekrosa pada tempat-tempat cacing mengkaitkan dirinya. Anemia yang ditimbulkan bersifat mikrositik hipokromik dan terjadi defesiensi zat besi dan protein, selanjutnya bila infeksi berat terjadi hypopriteinemia yang dapat menyebabkan terjadinya oedema pulmonum.

Bekas luka karena kaitan cacing pada membrana mukosa usus sering diikuti dengan terjadinya sekunder oleh bakteri, sehingga menimbulkan enteritis yang ditandai dengan diare berdarah dan berlendir. Pada infeksi melalui kulit dapat terjadi reaksi lokal pada tempat masuknya larva berupa adanya kemerahan dan tampak vesikel kecil. Migrasi larva pada paru-paru mengakibatkan perdarahan bintik-bintik atau perdarahan yang lebih luas. Radang paru-paru disertai perdarahan ditimbulkan sebagai akibat dari larva infektif, ketika larva meninggalkan sirkulasi darah ke alveoli. Bila alveoli ditutupi oleh perdarahan yang banyak maka berakibat fatal bagi induk semang. Pada infeksi akut terutama pada infeksi prenatal pada anjing baru lahir, kematian bisa terjadi tanpa didahului dengan gejala klinis.

Cutaneus larva migran : larva cacing Ancylostoma caninum infektif menembus kulit manusia, tetapi tidak memasuki aliran limfe dan darah. Larva tinggal dalam kulit, memasuki lorong-lorong intrakutan yang berkelak-kelok selama 2-8 minggu. Kondisi tersebut disebut Creeping eruption. Tempat jendolan berisi larva terasa gatal. Larva tidak menjadi dewasa dan diabsorpsi oleh jaringan kulit.

Gejala Klinis Bentuk gejala klinis ancylostomiasis dibedakan menjadi : a. perakut : terjadi pada anak anjing baru lahir dimana infeksinya melalui colostrum. pada keadaan ini anjing dengan gejala mukosa pucat, diarhe berdarah dan terjadi kematian secara mendadak. Telur cacing belum bisa ditemuka pada feses. b. Akut : terjadi infeksi larva infektif secara tiba-tiba dalam jumlah besar. Beberapa telur ditemukan pada feses tetapi gejala klinis muncul sebelum telur cacing nampak dalam feses. c. Khronik : tanpa gejala klinis yang khas. Diagnosis berdasarkan telur yang ditemukan dalam feses. Terjadi penurunan jumlah erythrocyte, Hb dan PCV. Gejala klinis tidak selalu menyertai setiap infeksi dari ancylostoma sp. dan biasanya erat hubungannya aktivitas dan habitat dari parasit yang bersangkutan. Diarhe berdarah yang disertai cairan lendir sebagai akibat adanya cacing pada usus halus disertai infeksi sekender dari bakteri. Dermatitis akibat penetrasi larva pada kulit disertai infeksi sekender. Bila larva berdiam dalam saluran pernafasan dan paru-paru maka timbul gejala sesak nafas sebagai akibat radang saluran pernafasan dan paru-paru. Bila penyakti berlangsung kronis maka induk semang mengalami dehidrasi, lemah, kurus, dan konjungtiva pucat karena anemi.

Diagnosis melalui pemeriksaan faeses dengan menemukan telur cacing. Melihat tanda klinis

Resistensi Host terhadap Ancylostomiasis : a. kemampuan untuk membatasi jumlah cacing dewasa didalam usus halus yang dipengaruhi oleh umur, premunition dan kekebalan yang diperoleh. b. Kemampuan tubuh mengkompensasi darah yang hilang akibat cacing menghisap darah dalam usus halus. Keadaan ini dipengaruhi oleh kapasitas hematopoitic dan keadaan nutrisi individu dan faktor stress.

Pengobatan Pyrantel pamoat, diberikan secara oral : 15 mg/kg bb Mebendazole, secara oral : 22 mg/kg bb per hari selama 5 hari Albendazole secara oral : 5 mg/kg bb Ivermectine secara sub kutan 200 ug/kg

Infeksi Cacing Tambang (Ankilostomiasis) Definisi Infeksi cacing tambang adalah penyakit yang disebabkan cacing Ancylostoma duodenale dan / atau Necator americanus. Cacing tambang mengisap darah sehingga menimbulkan keluhan yang berhubungan dengan anemia, gangguan pertumbuhan terutama pada anak dan dapat menyebabkan retardasi mental. Penyebab Ancylostoma duodenale dan/atau Necator americanus. Gambaran klinis - Masa inkubasi antara beberapa minggu sampai beberapa bulan tergantung dari beratnya infeksi dan keadaan gizi penderita. - Pada saat larva menembus kulit, penderita dapat mengalami dermatitis. Ketika larva lewat di paru dapat terjadi batuk-batuk - Akibat utama yang disebabkan cacing ini ialah anemia yang kadang demikian berat sampai menyebabkan gagal jantung. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar atau biakan tinja dengan cara Harada-Mori. Penatalaksanaan - Pirantel pamoat 10 mg/kg BB per hari selama 3 hari. - Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari berturut-turut - Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan selama hamil. - Sulfas ferosus 3 x 1 tablet untuk orang dewasa atau 10 mg/kg BB/kali (untuk anak) untuk mengatasi anemia. Pencegahan Pencegahan penyakit ini meliputi sanitasi lingkungan dan perbaikan higiene perorangan terutama penggunaan alas kaki.

You might also like