You are on page 1of 5

18 Mei 2013

AKUNTANSI INTERNATIONAL

ACCOUNTING FOR FOREIGN CURRENCY TRANSACTION

BY:

ISMUADI

MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2013

A. Pengertian Transaksi Mata Uang Asing Transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing. Misalkan sebuah perusahaan yang membeli persedian yang berdenominasi dalam riyal Arab Saudi mengalami suatu kerugian nilai tukar seandainya riyal mengalami kenaikan nilai sebelum penyelesaian. Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenomisasi dalam suatu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Menurut Eng, Lees dan Mauer (1995:84), pengertian dari valuta asing (foreign exchange) adalah: Setiap aset atau tuntutan finansial dalam mata uang asing. Sedangkan menurut FASB No.52, valuta asing dapat didefinisikan sebagai: Acurrency other than an entitys functional currency Pada dasarnya kedua pengertian di atas adalah sama, yang dapat disimpulkan bahwa valuta asing adalah pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Menurut SAK (1999:10.2), suatu transaksi dalam mata uang asing adalah: Suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing merupakan transaksi yang terjadi dalam mata uang yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian juga dalam mata uang yang berbeda pula. B. Permasalahan yang timbul dalam Foreign Currency Transaction Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaranhutang.Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran. Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah

daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.

Banyak sekali fungsi uang yang dapat di gunakan salah satunya sebagai alat tukar (ace partadiredja:2002). Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, hubungan ekonomi antarnegara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun uang serta modal antarnegara. Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain, secara tidak langsung akan berdampak pada indikator suatu negara. Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar, sejak masa itu naik turunnya nilai tukar (fluktuasi) ditentukan oleh kekuatan pasar. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ pasca diberlakukannya system nilai tukar mengambang terus mengalami kemerosotan. Pada bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp3.035/US$, terus mengalami tekanan sehingga pada Desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap US$ tercatat sebesar Rp4.650/US$. Memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah melemah menjadi sebesar Rp10.375/US$, bahkan pada bulan Juni 1998 nilai tukar rupiah sempat menembus level Rp14.900/US$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai tukar rupiah terhadap US$. Nilai tukar rupiah terhadap US$ tahun 1999 melakukan recovery menjadi sebesar Rp7.810/US$, tahun 2000 kembali melemah sebesar Rp8.530/US$, tahun 2001 melemah lagi menjadi Rp10.265/US$, tahun 2002 kembali menguat menjadi Rp9.260/US$, tahun 2003 menguat menjadi Rp8.570/US$ dan pada tahun 2004 sebesar Rp8.985/US$. Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat menembus level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi Negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US$ dan berada kisaran Rp9.200 sampai Rp10.200 per US$. Nilai tukar rupiah merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait dengan besaran APBN. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan pinjaman dan pembayaran utang luar negeri, penerimaan minyak dan pemberian subsidi BBM.

C. Perlakuan Gain and Loses yang berhubungan dengan Release Concept & Unrelease Concept

Untuk keuntungan dan kerugian transaksi terdiri atas: a) Keuntungan dan kerugian atas transaksi yang terselesaikan: timbul dari nilai tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang digunakan saat penyelesaian. Misalnya ketika meminjam sebuah perusahaan FC1.000 saat nilai tukar FC2=$1 dan mengkonversi ke dollar, maka pinjaman yang diterima $500. Jika kusr nilai tukar meningkat menjadi FC1=$1 saat pembayaran, maka perusahaan harus membayar $1000 dan mengalami kerugian $500. b) Keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum direalisasi: timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.misalnya pinjaman yang akan dibayarkan ditahun berikutnya. Keuntungan dan kerugian akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi

c) Metode kini-non kini: aktiva lancar dan kewajiban dari anak perusahaan diluar negeri dikonversikan dalam mata uang Negara induk dengan kurs kini. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent) di translasi pada kurs historis. Sedangkan Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi yang ditraslasi berdasarkan kurs historis) ditanslasikan sebesar kurs rata-rata tertimbang. d) Metode Moneter Nonmoneter : Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap, investasi jangka panjang dan persediaan) ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-nonkini. e) Metode temporal: translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian uang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Pos-pos moneter seperti kas, piurtang san utang di translasi berdasar nilai kini. Pos-pos non moneter ditranslasikan dengan kusrs yang mempertahankan dasar pengukuran awalnya.

D. Kesimpulan

Suatu transaksi mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang timbul ketika suatu entitas: (a) membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam suatu mata uang asing. (b) meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau (c) memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan kewajiban yang didenominasikan dalam suatu mata uang asing. Pada akhir setiap periode pelaporan: (a) (b) pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup; pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan (c) pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan. Sesuai dengan PSAK No 10 tentang transaksi dalam mata uang asing disebutkan bahwa transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Tentu saja informasi akuntansi untuk badan usaha yang banyak memakai mata uang asing akan sangat sulit di bandingkan dan mempersulit penilaian kinerja manajemen badan usaha tersebut. Untuk itu pada tahun 1998 Ikatan akuntan Indonesia menerbitkan PSAK no 52 tentang penggunaan mata uang fungsional untuk menerbitkan laporan keuangan.

You might also like