You are on page 1of 82

i

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

ii

iii

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

iv

ANALISIS PENGARUH VARIASI GEOMETRI TERHADAP ENERGI KINETIK YANG MAMPU DISIMPAN OLEH FLYWHEEL PADA SISTEM ELECTRO-MECHANICAL KERS TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Bidang Studi Desain Program Studi S-1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh :

ARIYAMANGGALA ALPHAPUTRA YAPHET


NRP. 2107 100 162 Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir: 1. Prof. Ir. I N. Sutantra, M.Sc., Ph.D. NIP. 195106051978031002 2. Ir. J. Lubi NIP. 194802201976031001 3. Ir. Abdul Aziz Ahmad NIP. 194812201981031001 4. Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA NIP. 196508101991021001 (Pembimbing)

(Penguji I)

(Penguji II)

(Penguji III)

SURABAYA JULI, 2011


v

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi

ANALISIS PENGARUH VARIASI GEOMETRI TERHADAP ENERGI KINETIK YANG MAMPU DISIMPAN OLEH FLYWHEEL PADA SISTEM ELECTRO-MECHANICAL KERS
Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing : Ariyamanggala Alphaputra Yaphet : 2107 100 162 : Teknik Mesin FTI-ITS : Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc., Ph.D.

Abstrak Kinetic Energy Recovery System (KERS) mampu menyimpan energi kinetik ke dalam sebuah tempat penyimpanan yang kemudian langsung digunakan saat kendaraan berakselerasi. KERS secara umum terbagi menjadi dua yaitu mechanical KERS dan electrical KERS. Pengembangan yang dapat dilakukan adalah menggabungkan kedua sistem tersebut menjadi electro-mechanical KERS. Sayangnya informasi mengenai teknologi ini masih sangatlah kurang. Tugas Akhir ini membahas mengenai pengaruh variasi geometri terhadap energi kinetik yang mampu disimpan oleh flywheel. Bentuk flywheel yang pada umumnya berbentuk silinder pejal akan divariasikan sedemikian rupa agar mencapai bentuk yang optimal. Hasil dari penelitian ini adalah adanya peningkatan energi kinetik yang mampu disimpan dan tegangan ekuivalen seiring dengan pengurangan volume flywheel. Flywheel dengan pengurangan ketebalan 10 mm adalah geometri yang optimal. Kata kunci : variasi geometri, energi kinetik, flywheel, tegangan ekuivalen (Von Mises), Kinetic Energy Recovery System (KERS), ANSYS 13.0.

vii

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

viii

ANALYSIS OF EFFECT OF GEOMETRIC VARIATION AGAINST KINETIC ENERGY THAT CAN BE STORED BY FLYWHEEL IN ELECTROMECHANICAL KERS
Name NRP Department Academic Supervisor : Ariyamanggala Alphaputra Yaphet : 2107 100 162 : Mechanical Engineering FTI-ITS : Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc., Ph.D.

Abstract Kinetic Energy Recovery System (KERS) can stored kinetic energy into storage and then using it when vehicle need an acceleration. KERS generally divide into two groups namely mechanical KERS and electrical KERS. Development that can be done is combining two systems into new technology named electro-mechanical KERS. Unfortunatelly, there are only few of information about this technology. This final project discuss about the effect of geometric variation against kinetic energy that can be stored by flywheel. Flywheel that take a shape of solid cylinder will be variated to its optimal shape. The result shown that energy kinetic that can be stored and equivalent stress will be increased along with decreased flywheels volume. Flywheel with 10 mm reduced thickness is the optimal geometry. Keywords : geometric variation, kinetic energy, flywheel, equivalent stress (Von Mises), Kinetic Energy Recovery System (KERS), ANSYS 13.0.

ix

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Sanghyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tugas akhir merupakan salah satu syarat umum untuk menyelesaikan studi S1 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing. 2. Bapak Ir. J. Lubi, Bapak Ir. Abdul Aziz Ahmad, dan Bapak Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA selaku dosen penguji. 3. Bachtiar Ismail serta Christina Limurti selaku orangtua serta adik kandung, Bodhiyana B. Yaphet, yang telah memberikan dukungan materi dan moral untuk menyelesaikan pendidikan S1 di jurusan Teknik Mesin FTI-ITS. 4. Kekasih tercinta, Cynthia Katherina A.L.L, yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. 5. Teman-teman RELIGION yang terus menyemangati penulis untuk dapat segera menyelesaikan tugas akhir. 6. Tim Pembina Kerohanian Buddha (TPKB) ITS yang telah menjadi keluarga kedua serta membangun softskill penulis selama menempuh perjuangan di kampus ITS. 7. Teman-teman Sarekat Merah Rakyat Mesin (SMRM), angkatan M 50, warga Lab Desain, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua. Surabaya, Juli 2011

Penulis
xi

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... v ABSTRAK ............................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................. xi DAFTAR ISI ............................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................... xv DAFTAR TABEL .................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah .......................................... 4 1.3. Batasan Masalah ................................................ 5 1.4. Tujuan & Manfaat ............................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu .............................................. 7 2.2. Dasar Teori ......................................................... 10 2.2.1 Media Penyimpanan Energi ................... 10 2.2.2 Flywheel .................................................... 13 2.2.3 Tegangan pada Flywheel ........................ 14 2.2.4 Regangan pada Flywheel ........................ 16 2.2.5 Kriteria Kegagalan Von Mises ............... 16 2.2.6 Factor of Safety ........................................ 17 2.2.7 Material Komposit Carbon Fiber untuk Flywheel .................................................... 17 2.2.8 Kinetic Energy Recovery System (KERS) .................................................................... 21 2.2.9 Perangkat Lunak ANSYS ....................... 24 BAB III METODOLOGI 3.1. Prosedur Penelitian ........................................... 25 3.2. Prosedur Perhitungan ....................................... 26 3.3. Diagram Alir Perhitungan ................................ 30 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Data Flywheel ..................................................... 33 4.2. Contoh Perhitungan .......................................... 33
xiii

Konversi Satuan Data Flywheel ............. Mencari Volume Flywheel ...................... Mencari Massa Flywheel ........................ Mencari Momen Inersia Flywheel ......... Mencari Energi Kinetik Flywheel .......... Mencari Energi Kinetik Spesifik Flywheel .................................................... 4.2.7 Mencari Tegangan Ekuivalen Flywheel yang Menggunakan Satu Arah Susunan Komposit .................................................. 4.2.8 Mencari Properti dari Susunan Komposit .................................................. 4.2.9 Mencari Tegangan Batas Aman ............ 4.3. Analisis Data .............................................................. 4.3.1 Analisis Energi Kinetik Spesifik ............ 4.3.2 Analisis Tegangan Ekuivalen ................. 4.3.3 Pemilihan Flywheel ................................. 4.4. Perancangan Sistem Electro-Mechanical KERS .... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ........................................................ 5.2. Saran ................................................................... DAFTAR PUSTAKA .............................................................. LAMPIRAN ............................................................................. BIOGRAFI PENULIS .............................................................

4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4 4.2.5 4.2.6

34 35 35 35 35 35

35 37 39 42 42 43 54 55 57 58 59 61 63

xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Bumi per Tahun .......... Gambar 1.2 Grafik Konsumsi Minyak Bumi per Tahun ........ Gambar 2.1 Permodelan Dua Dimensi pada Flywheel ........... Gambar 2.2 Permodelan Geometri Flywheel sesuai Variasi Radiusnya .......................................................... Gambar 2.3 Perbandingan Distribusi Tegangan untuk Masing-masing Geometri .................................. Gambar 2.4 Perbandingan Karakteristik Sistem Penyimpanan terhadap Aplikasinya .................. Gambar 2.5 Perbandingan Ukuran dari Berbagai Media Penyimpanan ...................................................... Gambar 2.6 Perbandingan Efisiensi dari Berbagai Media Penyimpanan ...................................................... Gambar 2.7 Free Body Diagram Flywheel akibat Kecepatan Sudut .................................................................. Gambar 2.8 Motor-Generator Unit ........................................ Gambar 2.9 Skematik dari KERS ........................................... Gambar 2.10 Flywheel pada KERS ........................................ Gambar 3.1 Flywheel Silinder Pejal ....................................... Gambar 3.2 Flywheel Silinder Pejal Dengan Variasi Ketebalan ........................................................... Gambar 3.3 Spesifikasi Flywheel Silinder Pejal .................... Gambar 3.4 Spesifikasi Flywheel Dengan Variasi ................. Gambar 3.5 Flywheel Setelah Divariasi ................................. Gambar 4.1 Flywheel Sebelum Divariasi ............................... Gambar 4.2 Susunan Komposit |0|90|0|90|0|90|0|90| .............. Gambar 4.3 Distribusi Tegangan Untuk Setiap Radius ......... Gambar 4.4 Grafik Energi Kinetik Spesifik VS Pengurangan Ketebalan ........................................................... Gambar 4.5 Simulasi Flywheel Sebelum Divariasi ................ Gambar 4.6 Susunan Komposit pada Flywheel Sebelum Divariasi ............................................................. 2 2 7 8 9 11 12 12 14 22 23 24 26 26 27 27 28 34 37 39 42 43 44

xv

Gambar 4.7 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 10 mm ............................................... Gambar 4.8 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 10 mm......................... Gambar 4.9 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 20 mm ............................................... Gambar 4.10 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 20 mm ......................... Gambar 4.11 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 30 mm ............................................... Gambar 4.12 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 30 mm ......................... Gambar 4.13 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 40 mm ............................................... Gambar 4.14 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 40 mm ......................... Gambar 4.15 Grafik Tegangan Ekuivalen VS Pengurangan Ketebalan ........................................................... Gambar 4.16 Gambar 3D antara Flywheel Flybrid dan Simulasi ............................................................. Gambar 4.17 Skematik dari Sistem Electro-Mechanical KERS ................................................................. Gambar 4.18 Simulasi Motor-Generator Unit Dengan Flywheel Modifikasi ..........................................

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

xvi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Variasi Radius untuk Setiap Jenis Flywheel .......... Tabel 2.2 Perbandingan Spesific Energy untuk Masingmasing Geometri .................................................. Tabel 2.3 Perbandingan Berbagai Teknologi Penyimpanan .. Tabel 2.4 Properti Mekanikal Dari Berbagai Komposit ........ Tabel 4.1 Spesifikasi Flywheel .............................................. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Energi Kinetik Spesifik ............ Tabel 4.3 Hasil Simulasi Tegangan Ekuivalen ...................... Tabel 4.4 Perbandingan Flywheel Flybrid dan Simulasi ....... 8 9 10 21 33 42 53 54

xvii

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Energi berasal dari bahasa Romawi Kuno yaitu energeia; yang memiliki pengertian secara harafiah adalah aktivitas atau operasi. Dari terminologi tersebut, energi dapat diartikan sebagai kemampuan dari sebuah sistem untuk melakukan suatu pekerjaan terhadap sistem lainnya. Energi tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan keberadaannya. Hukum konservasi energi menyatakan bahwa total energi dalam suatu sistem yang terisolasi akan tetap sama sepanjang waktu. Hal ini berarti bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dihancurkan. Energi hanya dapat ditransformasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Contohnya seperti energi kimia pada makanan yang dikonsumsi akan berubah menjadi energi kinetik saat manusia beraktivitas. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan energi. Kegiatan seperti bekerja ataupun beraktivitas lainnya akan menguras cadangan energi dalam tubuh manusia. Manusia kemudian mulai menciptakan peralatan untuk mempermudah suatu aktivitas. Peralatan ini tentunya memerlukan sumber energi seperti energi listrik ataupun energi kimia untuk dapat melakukan tugasnya. Semakin banyak peralatan yang diciptakan maka kebutuhan energi pun semakin meningkat. Sumber energi yang umum dijumpai merupakan sumber energi yang tidak terbarukan. Energi tidak terbarukan adalah sumber daya alam yang sulit untuk diproduksi kembali, contohnya seperti minyak bumi, gas bumi, dan batu bara. Sampai saat ini, minyak bumi masih memegang peranan penting sebagai sumber energi di berbagai sektor. Hal ini dikarenakan energi yang dikandung minyak bumi cukup besar serta proses pengolahan yang relatif lebih mudah dibandingkan sumber energi lainnya.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Di Indonesia pun, sumber energi didominasi oleh produk minyak bumi. Kebutuhan minyak bumi di Indonesia yang merupakan negara berkembang akan semakin meningkat seiring bertambahnya produktivitas dari berbagai sektor perekonomian.

Produksi Minyak Bumi per Tahun


B A R R E L
500,000,000.00 400,000,000.00 300,000,000.00 200,000,000.00 100,000,000.00 0.00

2002

2000

2001

2003

2004

2005

2006

2007 2007

2008 2008

TAHUN Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Bumi per Tahun

Konsumsi Minyak Bumi per Tahun


B A R R E L
500,000,000.00 400,000,000.00 300,000,000.00 200,000,000.00 100,000,000.00 0.00

2002

2000

2001

2003

2004

2005

2006

TAHUN
Gambar 1.2 Grafik Konsumsi Minyak Bumi per Tahun

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2009

2009

Berdasarkan survey dari tahun 2000 hingga 2009, produksi minyak bumi di Indonesia cenderung menurun (Gambar 1.1) sedangkan konsumsinya relatif tetap (Gambar 1.2). Penurunan produksi disebabkan cadangan minyak bumi yang terus terkuras habis. Produk minyak bumi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat dibutuhkan terutama pada sektor transportasi. Masyarakat membutuhkan sarana transportasi terutama untuk kehidupan sehari-hari. Sarana transportasi pribadi seperti motor maupun mobil memegang peranan penting bagi kelangsungan cadangan energi minyak bumi di Indonesia. Sering kali kendaraan pribadi tidak memiliki teknologi yang ramah lingkungan dan cenderung boros bahan bakar. Seiring perkembangan zaman, teknologi hemat energi dan ramah lingkungan seperti sistem hibrida mulai diterapkan pada kendaraan pribadi maupun umum. Kendaraan hibrida atau hybrid vehicle adalah kendaraan yang menggabungkan dua atau lebih sistem tenaga sebagai penggerak. Sistem hibrida yang populer adalah Hybrid Electric Vehicle (HEV). HEV adalah kendaraan hibrida yang menggabungkan mesin pembakaran dalam dengan sistem motor listrik. HEV dirancang agar menggunakan sistem motor listrik saat melaju pada kecepatan rendah dan beralih menggunakan mesin pembakaran dalam saat melaju pada kecepatan tinggi atau membutuhkan akselerasi. Penggabungan dua sistem ini menyebabkan konsumsi bahan bakar menurun dan lebih ramah lingkungan. HEV generasi selanjutnya dilengkapi dengan teknologi pengereman regeneratif (regenerative braking). Pengereman regeneratif merupakan mekanisme untuk menyimpan energi kinetik yang cenderung berubah menjadi energi panas saat terjadi pengereman. HEV generasi baru dapat menyimpan energi kinetik yang terbuang saat pengereman ke dalam baterai sehingga baterai tidak perlu diisi ulang dari luar. Pengembangan teknologi terkini yang sedang populer adalah Kinetic Energy Recovery System (KERS).

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Kinetic Energy Recovery System (KERS) sedikit berbeda dengan sistem pengereman regeneratif. KERS menyimpan energi kinetik ke dalam sebuah tempat penyimpanan yang kemudian langsung digunakan saat kendaraan berakselerasi. Perbedaan yang mendasar adalah penggunaan energi kinetik yang telah disimpan. Pada pengereman regeneratif, energi yang disimpan digunakan untuk menggerakkan sistem motor listrik sedangkan energi pada KERS digunakan untuk mengurangi beban mesin pembakaran internal. Kendaraan yang memiliki teknologi KERS hanya memerlukan satu mesin penggerak yaitu mesin pembakaran dalam sehingga instalasi permesinannya tidak terlalu rumit dan hemat ruangan. KERS secara umum terbagi menjadi dua yaitu mechanical KERS dan electrical KERS. Mechanical KERS menggunakan roda gila (flywheel) sebagai media penyimpanan sedangkan electrical KERS menggunakan baterai. Pengembangan yang dapat dilakukan adalah menggabungkan sistem mechanical dengan electronical menjadi teknologi yang disebut electromechanical KERS. Sayangnya informasi mengenai teknologi KERS masih sangat kurang. Pengembangan KERS sendiri masih terhambat karena aplikasinya baru digunakan pada mobil balap Formula 1. Oleh karena itu, penulis berniat melakukan penelitian berkaitan dengan electro-mechanical KERS seperti perancangan aliran energi pada sistem dan perancangan komponen utama melalui simulasi perangkat lunak. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang ingin dibahas adalah kurangnya informasi mengenai KERS seperti alur aliran energi pada sistem serta bentuk media penyimpanan energi yang optimal. Penulis mencoba mengembangkan teknologi yang telah ada yaitu merancang permodelan sistem electro-mechanical KERS. Penulis juga meneliti mengenai hubungan antara bentuk geometri dari roda gila (flywheel) terhadap kemampuan menyimpan energi kinetik menggunakan bantuan perangkat lunak.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

1.3

Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Perancangan tidak mengkaji masalah sistem kontrol. 2. Flywheel diasumsikan dalam steady state. 3. Energi kinetik yang mampu disimpan flywheel diasumsikan hanya dipengaruhi oleh bentuk geometri. 4. Kecepatan sudut flywheel telah ditentukan sebelumnya berdasarkan referensi yang ada. 5. Geometri flywheel telah ditentukan sebelumnya berdasarkan referensi yang ada. 6. Material flywheel telah ditentukan sebelumnya berdasarkan referensi yang ada. 7. Analisa kegagalan flywheel berdasarkan kriteria Von Mises dan dibantu oleh perangkat lunak ANSYS 13.0. Tujuan & Manfaat Adapun beberapa tujuan dan manfaat dari penelitian ini: 1. Mengetahui pengaruh pengurangan ketebalan dari flywheel terhadap energi kinetik yang dapat disimpan. 2. Mengetahui pengaruh pengurangan ketebalan dari flywheel terhadap tegangan ekuivalen yang terjadi. 3. Mengetahui bentuk optimal flywheel yang memiliki energi kinetik spesifik terbesar dengan tegangan ekuivalen sekecil mungkin. 4. Mengetahui hasil perbandingan antara flywheel hasil simulasi dengan flywheel buatan Flybrid.

1.4

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Kajian Terdahulu Mehmed Ali Arslan (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh bentuk geometri dari flywheel terhadap spesific energy yang mampu ditampungnya. Material yang digunakan untuk simulasi adalah AISI 1006 Steel (cold drawn), dengan modulus elastisitas sebesar 205 GPa, massa jenis sebesar 7.872 g/cc, Poissons ratio sebesar 0.29 dan tegangan luluh sebesar 290 MPa. Permodelan dua dimensi menggunakan perangkat lunak ANSYS seperti pada gambar 2.1 dengan cara memberikan variasi radius untuk setiap titik sesuai tabel 2.1 sehingga didapatkan variasi geometri flywheel pada gambar 2.2.

Gambar 2.1 Permodelan Dua Dimensi pada Flywheel

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Tabel 2.1 Variasi Radius untuk Setiap Jenis Flywheel

Gambar 2.2 Permodelan Geometri Flywheel sesuai Variasi Radiusnya Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menganalisa spesific energy masing-masing geometri menggunakan perangkat lunak ANSYS / LSDYNA. Hasil dari simulasi ini ditabelkan pada tabel 2.2. Langkah terakhir yaitu memodelkan distribusi tegangan berdasarkan variasi geometri. Hasil dari simulasi ini ditunjukkan pada gambar 2.3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah geometri flywheel pada Case 6 menghasilkan spesific energy yang paling bagus serta distribusi tegangan yang merata dibandingkan geometri lainnya.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Tabel 2.2 Perbandingan Spesific Energy untuk Masing-masing Geometri

Gambar 2.3 Perbandingan Distribusi Tegangan untuk Masingmasing Geometri

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

10

2.2. Dasar Teori 2.2.1. Media Penyimpanan Energi Setiap teknologi memiliki beberapa keterbatasan atau kekurangan yang membuatnya ekonomis hanya untuk berbagai aplikasi yang terbatas. Kemampuan masing-masing teknologi untuk daya tinggi dan aplikasi energi tinggi ditunjukkan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Perbandingan Berbagai Teknologi Penyimpanan

Aplikasi penyimpanan energi listrik dapat dibagi dalam tiga kategori fungsional utama yaitu : 1. Power Quality. Energi tersimpan hanya digunakan dalam hitungan detik atau kurang untuk menjamin kelangsungan daya yang berkualitas.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

11

2.

3.

Bridging Power. Energi tersimpan digunakan dalam hitungan detik hingga menit untuk menjamin kelangsungan pelayanan ketika berpindah dari satu sumber ke sumber yang lain. Energy Management. Media penyimpanan digunakan untuk mengatur waktu konsumsi energi listrik. Aplikasi umum yang sering dijumpai adalah untuk meratakan beban, yang melibatkan pengisian penyimpanan ketika biaya energi rendah dan pemanfaatan ketika diperlukan. Energi tersimpan digunakan dalam hitungan berjam-jam.

Gambar 2.4 Perbandingan Karakteristik Sistem Penyimpanan terhadap Aplikasinya Ukuran dan berat perangkat penyimpanan energi merupakan faktor penting untuk aplikasi tertentu. Baterai Metal-Air memiliki kepadatan energi tertinggi. Namun, baterai jenis isi ulang elektrik, seperti baterai Zinc-Air, memiliki siklus hidup yang relatif kecil dan masih dalam tahap pengembangan.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

12

Gambar 2.5 Perbandingan Ukuran dari Berbagai Media Penyimpanan

Gambar 2.6 Perbandingan Efisiensi dari Berbagai Media Penyimpanan

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

13

2.2.2. Flywheel Flywheel adalah perangkat mekanis yang digunakan sebagai media penyimpanan energi rotasi. Flywheel menahan perubahan kecepatan rotasi, yang membantu kestabilan rotasi poros ketika terjadi fluktuasi torsi. Energi kinetik dari flywheel dapat dinyatakan sebagai: ............................................................................ (2.1) dimana: Ef = energi kinetik flywheel (Nm; Joule) I = momen inersia massa (kg-m2) = kecepatan sudut (rad/s) Momen Inersia Massa dari Silinder Berongga: ............................................................... (2.2) dimana: m = massa flywheel (kg) ro = radius luar (m) ri = radius dalam (m) Volume dari Silinder Berongga: .................................................................. (2.3) dimana: ro = radius luar (m) ri = radius dalam (m) h = tebal silinder (m)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

14

2.2.3. Tegangan pada Flywheel

Gambar 2.7 Free Body Diagram Flywheel akibat Kecepatan Sudut Tegangan yang terjadi pada flywheel akibat kecepatan sudut adalah tegangan ke arah radial (radial stress) dan tegangan ke arah tangensial (tangential stress). Perumusan kedua tegangan tersebut adalah sebagai berikut: ( ( )[ )[ ( ) ( ) ( ) ( ( ) ] ......................... (2.4) )( ) ( ) ] .............. (2.5)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

15

Tegangan radial maksimum terjadi pada ( )(

sehingga:

) ................................................ (2.6) sehingga:

Tegangan tangensial maksimum terjadi pada ( )[

( ) ] ....................................... (2.7)

dimana: r = radial stress (Pascal) t = tangential stress (Pascal) = massa jenis (kg/m3) v = ro x ; kecepatan tangensial (m/s) ro = radius luar (m) ri = radius dalam (m) r = radius dimana tegangan terjadi (m) = poissons ratio Sedangkan percepatan sudut akan menghasilkan torsi dengan rumusan sebagai berikut: ................................................................................... (2.8) dimana: I = momen inersia massa (kg-m2) = percepatan sudut (rad/s2) Tegangan yang terjadi pada flywheel akibat percepatan sudut adalah tegangan geser (shear stress) yang ditunjukkan dengan perumusan sebagai berikut: .................................................................................. (2.9) dimana: T = torsi (Nm, Joule) r = radius dimana tegangan terjadi (m) J = momen inersia polar (m4)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

16

Momen Inersia Polar dari Silinder Berongga: ................................................................... (2.10) dimana: ro = radius luar (m) ri = radius dalam (m) 2.2.4. Regangan pada Flywheel Regangan yang terjadi dapat diketahui dari rumusan berikut: .................................................................................... (2.11) .................................................................................... (2.12) dimana: E = modulus elastisitas (Pascal) = tegangan (Pascal) = regangan (m/m) 2.2.5. Kriteria Kegagalan Von Mises Tegangan ekuivalen atau tegangan Von Mises digunakan untuk memperkirakan titik luluh dari material akibat adanya beban multiaxial. Perumusannya adalah: ................................................... (2.13) dimana: Syp = tegangan yield material N = angka keamanan 1 = tegangan prinsipal pertama 2 = tegangan prinsipal kedua Tegangan prinsipal: ( ) .................................... (2.14)

dimana: x = tegangan normal arah sumbu x y = tegangan normal arah sumbu y xy = tegangan geser arah sumbu xy
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

17

2.2.6. Factor of Safety Factor of safety atau angka keamanan adalah istilah yang menggambarkan kapasitas struktural dari sistem di luar beban yang diharapkan atau beban aktual. Banyak sistem yang sengaja dibangun lebih kuat dari yang dibutuhkan untuk penggunaan normal untuk memungkinkan untuk situasi darurat, beban tak terduga, penyalahgunaan, atau degradasi. Apabila tegangan yang terjadi aktual lebih besar dari yang dirancang maka benda tersebut akan mengalami kegagalan. Berikut ini beberapa dasar pemilihan angka keamanan: N = 1,25 1,5 untuk material yang sangat handal dengan kondisi yang terkontrol dan besarnya beban atau tegangan dapat dipastikan. N = 1,5 2 untuk material yang umum diketahui dan besarnya beban atau tegangan dapat diukur. N = 2 2,5 untuk material yang jarang digunakan dan besarnya beban atau tegangan dapat diketahui. N = 2,5 3 untuk material yang getas serta jarang digunakan dan besarnya beban atau tegangan dapat diperkirakan. N = 3 4 untuk material yang belum pernah diuji coba dan besarnya beban atau tegangan dapat diperkirakan. N = 3 4 juga dapat digunakan untuk material yang cukup umum namun berada dalam lingkungan yang tidak umum dan besarnya beban atau tegangan tidak dapat diperkirakan. Material getas hanya memiliki ultimate strength sehingga angka keamanan di atas harus digandakan dua kali lipat. 2.2.7. Material Komposit Carbon Fiber untuk Flywheel Energi kinetik pada flywheel dapat ditingkatkan berdasarkan dua variabel yaitu menambah massa flywheel atau mempercepat putaran. Dalam putaran yang sangat tinggi, metal flywheel dapat rusak dengan sendirinya akibat adanya tegangan geser yang berlebih. Media penyimpanan energi seperti flywheel
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

18

lebih dipengaruhi oleh kecepatan putaran daripada massa. Jadi, composite flywheel yang lebih ringan dan kuat mampu menyimpan energi kinetik lebih besar dibandingkan dengan metal flywheel. Energi kinetik yang mampu disimpan flywheel bergantung pada pemilihan material. Energi kinetik akan sebanding dengan specific tensile strength dari material tersebut. Material yang memiliki tensile strength tinggi serta massa jenis rendah akan mampu menyimpan energi kinetik yang lebih besar. Oleh karena itu, material yang dipertimbangkan adalah carbon fiber. Carbon fiber merupakan material orthotropic dimana properti mekanisnya berbeda secara ortogonal (berbeda antara sudut 0 derajat dengan 90 derajat). Carbon fiber akan lebih kuat menahan beban bila beban searah dengan serat karbon. Pada umumnya, pembebanan terjadi secara kompleks dimana arah pembebanan multiaxial. Oleh karena itu, carbon fiber perlu disusun berlapis-lapis dengan orientasi sudut serat yang berbeda agar mampu mengatasi beban multiaxial tersebut. Apabila beban multiaxial dapat teratasi maka benda kerja tidak akan berdeformasi. Dengan menggabungkan beberapa lapis carbon fiber yang berorientasi berbeda maka akan menghasilkan properti mekanis yang berbeda dengan satu lapis carbon fiber saja. Hubungan tegangan dan regangan untuk satu lapis unidirectional carbon fiber yaitu: [ ] [ ][ ] ......................................... (2.15)

...................................................................... (2.16) ...................................................................... (2.17) ...................................................................... (2.18)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

19

............................................................................. (2.19) ................................................................................ (2.20) dimana: E1 = modulus elastisitas arah sumbu x E2 = modulus elastisitas arah sumbu y 12 = general poissons ratio 21 = minor poissons ratio G12 = in-plane shear modulus Untuk angle () carbon fiber, Hubungan tegangan dan regangan per lapisnya adalah: ] [ ] ......................................... (2.21) [ ] [ ..................... (2.22) ............... (2.23) ..................... (2.24) (2.25) (2.26) .. (2.27) .............................................................................. (2.28) ............................................................................... (2.29) Untuk carbon fiber yang disusun berlapis-lapis, properti mekanisnya adalah: [ ] [ ][ ] .................................. (2.30)

dimana: Nx, Ny = normal force per unit length Nxy = shear force per unit length x0 = midplane strains arah sumbu x y0 = midplane strains arah sumbu y
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

20

xy0 = midplane strains arah sumbu xy [ ] [ ] ......................................................................... (2.31) [ ] ..................................................... (2.32) dimana: ij bernilai 11; 12; 16; 22; 26; 66 k = lapisan keh = tebal lapisan l = tebal satu lapis carbon fiber ............................................................................. (2.33) ............................................................................. (2.34) ........................................................................... (2.35) .......................................................................... (2.36) .......................................................................... (2.37) dimana: Ex = effective in-plane longitudinal modulus Ey = effective in-plane transverse modulus Gxy = effective in-plane shear modulus xy = effective in-plane poissons ratio yx = effective in-plane poissons ratio

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

21

Tabel 2.4 Properti mekanikal dari berbagai komposit

2.2.8. Kinetic Energy Recovery System (KERS) KERS menyimpan energi ketika terjadi pengereman dan langsung digunakan ketika akselerasi. Selama pengereman, energi terbuang karena sebagian besar energi kinetik diubah menjadi energi panas dan hilang ke lingkungan. Kendaraan dengan KERS dapat memanfaatkan sebagian dari energi kinetik dan akan membantu pengereman. KERS membutuhkan dua elemen dasar. Pertama, cara untuk menyimpan dan menggunakan kembali energi ke powertrain; kedua, tempat untuk menyimpan energi ini. Ada tiga jenis dasar sistem KERS: electronic, electro-mechanical, dan mechanical. Perbedaan utama dari ketiga sistem tersebut adalah cara mengkonversi energi dan penyimpanannya. Electronic KERS Gaya pengereman ditangkap oleh Motor Generator Unit (MGU) yang dipasang di crankshaft mesin. MGU mengambil energi listrik yang didapat dari energi kinetik dan menyimpannya dalam baterai. Sebuah tombol Booster digunakan untuk
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

22

mengalirkan kembali energi yang telah tersimpan pada baterai sebagai penggerak MGU. Electro-Mechanical KERS Energi tidak disimpan dalam baterai atau super-kapasitor, melainkan menggunakan flywheel untuk menyimpan energi kinetis. Sistem ini merupakan sebuah baterai elektro-mekanis. Oleh karena ruang yang terbatas dalam mobil balap sehingga unit haruslah kecil dan ringan. Flywheel haruslah berputar sangat cepat hingga 50.000 - 160.000 rpm untuk mencapai energy density yang cukup. Kerugian aerodinamik dan penumpukan panas dapat diminimalkan apabila flywheel ditempatkan di ruangan hampa udara. Flywheel yang digunakan merupakan Magnetic Loaded Composite (MLC). Flywheel tetap utuh pada kecepatan tinggi karena terbuat dari serat berkekuatan tinggi. Serat ini memiliki partikel logam tertanam di dalamnya yang memungkinkan flywheel menjadi sebuah magnet permanen. Flywheel akan berfungsi sebagai sebuah MGU. Apabila stator berputar maka listrik dapat dihasilkan (berfungsi sebagai generator) sedangkan bila listrik dialirkan kembali ke stator maka stator akan berputar (berfungsi sebagai motor).

Gambar 2.8 Motor-Generator Unit Mechanical KERS Sistem ini menggunakan flywheel sebagai media penyimpanan energi serta sistem transmisi untuk mendistribusikan energinya kembali. Energi kinetik dari
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

23

kendaraan berakhir sebagai energi kinetik pada flywheel melalui sistem transmisi. Metode penyimpanan secara mekanis tidak menyebabkan kerugian energi yang besar karena tidak memerlukan konversi energi. Untuk mengatasi perubahan terusmenerus pada rasio kecepatan antara roda gila dan roda, sistem Continously Variable Transmission (CVT) digunakan, yang dikontrol oleh sebuah sistem kontrol elektro-hidrolik. Clutch digunakan untuk memisahkan sistem apabila tidak digunakan.

Gambar 2.9 Skematik dari KERS Sistem KERS pertama diciptakan oleh perusahaan Flybrid. Sistem ini memiliki berat 24 kg dan memiliki kapasitas energi netto 400 kJ. Sistem ini menghasilkan daya maksimum 60 kW (81,6 PS, 80,4 HP) selama 6,67 s. Diameter flywheel sebesar 240 mm dengan massa sebesar 5,0 kg dan putarannya mencapai

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

24

64.500 rpm. Torsi maksimum adalah 18 Nm (13,3 ft-lbs). Sistem ini memakan ruangan sebesar 13 liter.

Gambar 2.10 Flywheel pada KERS

2.2.9. Perangkat Lunak ANSYS ANSYS merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk membantu simulasi masalah engineering. ANSYS berbasis metode elemen hingga dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan seperti analisa static stress, analisa thermal, analisa modal, analisa frequency response, dan simulasi transient.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB III METODOLOGI


3.1. Prosedur Penelitian Penulis memulai penelitian dari mencari topik yang sesuai dengan bidang studi desain. Dasar pemilihan topik adalah semakin langkanya pasokan sumber energi terutama bahan bakar minyak yang pemakaiannya didominasi sektor transportasi. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai sistem penghemat energi pada kendaraan. Penulis akhirnya memilih topik mengenai Electro-Mechanical Kinetic Energy Recovery System (KERS). Setelah memilih topik, penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan dikaji dan memberi pembatasan agar penelitian lebih spesifik dan mudah. Penulis kemudian melakukan kajian penelitian terdahulu yang mendukung penelitian sesuai perumusan masalah. Kajian terdahulu memberikan referensi bahwa dengan merubah bentuk geometri pada flywheel dapat mempengaruhi energi kinetik spesifiknya. Penulis akan membahas mengenai pengaruh variasi geometri terhadap energi kinetik yang mampu disimpan oleh flywheel yang digunakan di sistem Electro-Mechanical KERS. Selanjutnya penulis mencari referensi beserta teori yang mendukung penelitian ini. Komponen penting pada ElectroMechanical KERS adalah Motor-Generator Unit. MGU yang pada umumnya ditunjukkan pada gambar 2.8. MGU pada Electro-Mechanical KERS memiliki sedikit perbedaan dimana rotor yang digunakan merupakan composite flywheel. Bentuk flywheel pada umumnya ditunjukkan oleh gambar 3.1 kemudian penulis mencoba mengurangi volume flywheel secara bertahap hingga seperti pada gambar 3.2. Penulis ingin mendapatkan bentuk flywheel optimal yang mampu menyimpan energi kinetik sebanyak mungkin.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

25

26

Gambar 3.1 Flywheel Silinder Pejal

Gambar 3.2 Flywheel Silinder Pejal Dengan Variasi Ketebalan 3.2. Prosedur Perhitungan Langkah-langkah perhitungan pada penelitian ini yaitu: 1. Material flywheel telah ditentukan yaitu menggunakan Standard Carbon Fiber UniDirectional (Std CF UD) dengan karakteristik yang telah ditunjukkan pada bab sebelumnya. 2. Menentukan putaran flywheel yaitu 64.500 rpm sesuai referensi yang ada. 3. Geometri flywheel ditentukan yaitu silinder pejal dengan diameter 240 mm dan tebal 100 mm.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

27

Gambar 3.3 Spesifikasi Flywheel Silinder Pejal 4. Geometri flywheel kemudian divariasikan sesuai gambar 3.4 dengan pengurangan ketebalan berbentuk lingkaran dari kedua sisi sedalam 10 mm.

Gambar 3.4 Spesifikasi Flywheel Dengan Variasi


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

28

5.

Mencari volume dari masing-masing area flywheel sesuai rumusan berikut: Mencari massa dari masing-masing area flywheel sesuai rumusan berikut: Mencari momen inersia dari masing-masing area flywheel sesuai rumusan berikut: Mencari energi kinetik dari flywheel sesuai rumusan berikut: Mencari energi kinetik spesifik dari flywheel sesuai rumusan berikut: Mengulang langkah 5 dan seterusnya hingga pengurangan ketebalan sedalam 40 mm.

6.

7.

8.

9.

10.

Gambar 3.5 Flywheel Setelah Divariasi


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

29

11. 12.

13.

Plot grafik Energi Kinetik Spesifik VS Pengurangan Ketebalan Flywheel. Menghitung tegangan ekuivalen (Von Mises) yang terjadi di flywheel apabila hanya menggunakan satu susunan arah carbon fiber yang sama. Membandingkan tegangan yang diizinkan dengan tegangan ekuivalen (Von Mises) berdasarkan rumusan berikut: Mencari properti komposit carbon fiber gabungan dari flywheel. Mencari tegangan ekuivalen (Von Mises) dari flywheel menggunakan bantuan perangkat lunak ANSYS 13.0. Plot grafik Tegangan Ekuivalen VS Pengurangan Ketebalan Flywheel. Menentukan ukuran flywheel yang optimal. Perancangan sistem electro-mechanical KERS berdasarkan referensi dari bab sebelumnya.

14. 15. 16. 17. 18.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

30

3.3.

Diagram Alir Perhitungan

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

31

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

32

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA


4.1 Data Flywheel Tabel 4.1 Spesifikasi Flywheel Diameter poros Diameter terluar Pengurangan ketebalan Putaran Waktu untuk mencapai putaran Material Susunan Komposit Massa Jenis Modulus Young arah x Modulus Young arah y Modulus Geser Poissons Ratio Ultimate Tensile Strength arah x Ultimate Tensile Strength arah y Ultimate Shear Strength Ultimate Tensile Strain arah x Ultimate Tensile Strain arah y Ultimate Shear Strain 4.2

10 mm 240 mm 10 s/d 40 mm 64.500 RPM 7 detik Carbon Fiber UniDirectional |0|90|0|90|0|90|0|90| 1,6 gram/cc 135 GPa 10 GPa 5 GPa 0.3 1500 MPa 50 MPa 70 MPa 1,05% 0,5% 1,4%

Contoh Perhitungan Pada contoh perhitungan ini, data yang dipakai sebagai dasar perhitungan adalah flywheel yang belum divariasi.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

33

34

Gambar 4.1 Flywheel Sebelum Divariasi 4.2.1 Konversi Satuan Data Flywheel Diketahui putaran flywheel sebesar: Maka kecepatan sudutnya sebesar: Diketahui waktu mencapai kecepatan sudut sebesar: Maka percepatan sudut sebesar: Diketahui jari-jari luar flywheel sebesar: Diketahui jari-jari dalam flywheel sebesar: Diketahui ketebalan flywheel sebesar: Diketahui massa jenis flywheel sebesar:

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

35

4.2.2 Mencari Volume Flywheel Volume dari flywheel dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut:

4.2.3 Mencari Massa Flywheel Massa dari flywheel dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut:

4.2.4 Mencari Momen Inersia Flywheel Momen inersia dari flywheel dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut:

4.2.5 Mencari Energi Kinetik Flywheel Energi kinetik dari flywheel dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut:

4.2.6 Mencari Energi Kinetik Spesifik Flywheel Energi kinetik spesifik dari flywheel dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut: 4.2.7 Mencari Tegangan Ekuivalen Flywheel yang Menggunakan Satu Arah Susunan Komposit Berikut ini adalah perhitungan mengenai tegangan ekuivalen yang terjadi pada flywheel apabila susunan komposit hanya satu arah saja (nol derajat).
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

36

Tegangan Radial Maksimum yang terjadi dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut: ( )( ) ( )( )

Tegangan Tangensial Maksimum yang terjadi dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut: ( )[ ( ) ] ( [ ( ) ] )

Torsi yang terjadi dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut: Momen inersia polar dari flywheel dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut: Tegangan Geser Maksimum yang terjadi dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut: Tegangan prinsipal dapat diketahui berdasarkan rumusan berikut: ( ) ( ( ) ( ) )

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

37

Teori Kegagalan Von Mises adalah sebagai berikut: Tegangan yang terjadi lebih besar daripada yang diizinkan oleh karena itu komposit dengan satu arah saja tidak dapat digunakan. 4.2.8 Mencari Properti dari Susunan Komposit Tegangan tangensial maksimum yang merupakan tegangan arah sumbu x terjadi pada . Untuk mengatasinya, arah komposit yang dipilih adalah 0 derajat. Sedangkan tegangan radial maksimum yang merupakan tegangan arah sumbu y terjadi pada . Untuk mengatasinya, arah komposit yang dipilih adalah 90 derajat. Susunan komposit keseluruhan ditunjukkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Susunan Komposit |0|90|0|90|0|90|0|90|

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

38

Susunan komposit yang akan digunakan adalah |0|90|0|90|0|90|0|90| dengan ketebalan masing-masing adalah 14,375 mm. Pertama-tama mencari koefisien tegangan regangan untuk arah 0 derajat:

Kemudian koefisien tegangan regangan untuk arah 90 derajat adalah kebalikan dari 0 derajat sehingga: Langkah-langkah mencari koefisien tegangan regangan gabungan adalah sebagai berikut: [ ] [ ] [ ] [ ]

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

39

[ [

[ ]

4.2.9 Mencari Tegangan Batas Aman

Distribusi Tegangan Untuk Setiap Radius


900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0.005 0.019 0.034 0.048 0.063 0.077 0.091 0.106 0.120 radius (m) r t xy v

tegangan (MPa)

Gambar 4.3 Distribusi Tegangan Untuk Setiap Radius


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

40

Dari gambar 4.3 terlihat bahwa tegangan tangensial maksimum terjadi pada lapisan pertama dan tegangan radial maksimum terjadi pada lapisan kedua. Pada lapisan pertama, arah fiber 0 derajat dimana radius terluar 19,375 mm dan radius terdalam 5 mm serta ketebalan 14,375 mm; tegangan maksimum yang terjadi pada radius 5 mm adalah: ( )[ ( ) ] ( [ ( )[ ( ( ) ) ] ( ) ( ) ] ( [ ( ) ( ) ( ) ) ] )

Setelah tegangan diketahui, lapisan tersebut dicek kegagalannya terhadap masing-masing tegangan yang terjadi. Pengecekan kegagalan terhadap tegangan tangensial:

Kemudian pengecekan kegagalan terhadap tegangan radial:

Kemudian pengecekan kegagalan terhadap tegangan geser:

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

41

Lapisan tersebut dapat dikatakan aman dari segala tegangan yang terjadi karena tegangan batas aman lebih besar daripada tegangan yang terjadi. Pada lapisan kedua, arah fiber 90 derajat dimana radius terluar 33,75 mm dan radius terdalam 19,375 mm serta ketebalan 14,375 mm; tegangan maksimum yang terjadi pada radius 25 mm adalah: ( )[ ( ) ( )( ) ( [ ( ( ( ) )( )( ( ) ) )( ) ) ( ) ] ( ) ]

Setelah tegangan diketahui, lapisan tersebut dicek kegagalannya terhadap masing-masing tegangan yang terjadi. Pengecekan kegagalan terhadap tegangan tangensial:

Kemudian pengecekan kegagalan terhadap tegangan radial:

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

42

Kemudian pengecekan kegagalan terhadap tegangan geser:

Lapisan tersebut dapat dikatakan aman dari segala tegangan yang terjadi karena tegangan batas aman lebih besar daripada tegangan yang terjadi. 4.3 Analisis Data 4.3.1 Analisis Energi Kinetik Spesifik Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Energi Kinetik Spesifik h m total V total (m3) Ef (KJ) Efs (KJ/kg) (m) (kg) 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.00451375 0.003767215 0.003465775 0.003164335 0.002862895 7.222 6.027544 5.54524 5.062936 4.580632 1188.201179 1130.994544 1086.98696 1042.979376 998.9717926 164.5252256 187.6377085 196.0216258 206.0028759 218.086018

Grafik Energi Kinetik Spesifik VS Pengurangan Ketebalan


Efs (KJ/kg) 220 200 180 160 0 0.01 0.02 h (m) 0.03 0.04

Gambar 4.4 Grafik Energi Kinetik Spesifik VS Pengurangan Ketebalan


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

43

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengurangan ketebalan akan menyebabkan energi kinetik semakin sedikit yang mampu disimpan. Namun di sisi lain, massa dari flywheel akan berkurang pula. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pengurangan ketebalan justru menambah energi kinetik spesifik dari flywheel. Hal yang dipertimbangkan dalam perancangan sistem electro-mechanical KERS adalah besarnya energi kinetik spesifik. Energi kinetik spesifik menjadi dasar pertimbangan karena dengan massa sama, flywheel dengan energi kinetik spesifik yang lebih besar akan mampu menyimpan energi kinetik lebih banyak. Oleh karena itu, flywheel dengan pengurangan ketebalan 40 mm menjadi pilihan pertama dalam perancangan ini. 4.3.2 Analisis Tegangan Ekuivalen

Gambar 4.5 Simulasi Flywheel Sebelum Divariasi

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

44

Gambar 4.6 Susunan Komposit pada Flywheel Sebelum Divariasi Simulasi menunjukkan bahwa tegangan ekuivalen maksimum yang terjadi sebesar 650,15 MPa. Dengan Modulus Young sebesar 72,8609 GPa maka regangan yang terjadi adalah sebesar: Tegangan ekuivalen terjadi pada lapisan pertama dengan arah 0 derajat dan regangan yang terjadi tidak lebih dari ultimate tensile strain arah x (sekitar 1,05%) sehingga flywheel dapat dikatakan aman.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

45

Gambar 4.7 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 10 mm

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

46

Gambar 4.8 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 10 mm Simulasi menunjukkan bahwa tegangan ekuivalen maksimum yang terjadi sebesar 695,63 MPa. Dengan Modulus Young sebesar 72,8609 GPa maka regangan yang terjadi adalah sebesar: Tegangan ekuivalen terjadi pada lapisan ketiga dengan arah 0 derajat dan regangan yang terjadi tidak lebih dari ultimate tensile strain (sekitar 1,05%). Tegangan ekuivalen juga terjadi terjadi pada lapisan kelima dengan arah 0 derajat dan regangan yang terjadi tidak lebih dari ultimate tensile strain (sekitar 1,05%) sehingga flywheel dapat dikatakan aman.
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

47

Gambar 4.9 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 20 mm

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

48

Gambar 4.10 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 20 mm Simulasi menunjukkan bahwa tegangan ekuivalen maksimum yang terjadi sebesar 870,84 MPa. Dengan Modulus Young sebesar 72,8609 GPa maka regangan yang terjadi adalah sebesar: Tegangan ekuivalen terjadi pada lapisan keenam dengan arah 90 derajat dan regangan yang terjadi lebih dari ultimate tensile strain (sekitar 0,5%) sehingga flywheel tidak dapat dikatakan aman.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

49

Gambar 4.11 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 30 mm

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

50

Gambar 4.12 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 30 mm Simulasi menunjukkan bahwa tegangan ekuivalen maksimum yang terjadi sebesar 1090,2 MPa. Dengan Modulus Young sebesar 72,8609 GPa maka regangan yang terjadi adalah sebesar: Tegangan ekuivalen terjadi pada lapisan keenam dengan arah 90 derajat dan regangan yang terjadi lebih dari ultimate tensile strain (sekitar 0,5%) sehingga flywheel tidak dapat dikatakan aman.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

51

Gambar 4.13 Simulasi Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 40 mm

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

52

Gambar 4.14 Susunan Komposit pada Flywheel Dengan Pengurangan Ketebalan 40 mm Simulasi menunjukkan bahwa tegangan ekuivalen maksimum yang terjadi sebesar 1532,6 MPa. Dengan Modulus Young sebesar 72,8609 GPa maka regangan yang terjadi adalah sebesar: Tegangan ekuivalen terjadi pada lapisan kelima dengan arah 0 derajat dan regangan yang terjadi lebih dari ultimate tensile strain (sekitar 1,05%) sehingga flywheel tidak dapat dikatakan aman.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

53

Tabel 4.3 Hasil Simulasi Tegangan Ekuivalen Von Mises E h (m) (%) (MPa) (MPa) 0 0.01 0.02 0.03 0.04 650.15 695.63 870.84 1090.2 1532.6 72860.9 72860.9 72860.9 72860.9 72860.9 0.892317 0.954737 1.195209 1.496276 2.10346

Grafik Tegangan Ekuivalen VS Pengurangan Ketebalan


Von Mises (MPa) 1600 1100 600 0 0.01 0.02 h (m) 0.03 0.04

Gambar 4.15 Grafik Tegangan Ekuivalen VS Pengurangan Ketebalan Gambar 4.15 menunjukkan bahwa tegangan ekuivalen akan bertambah dengan seiringnya pengurangan ketebalan. Hal ini disebabkan karena adanya titik konsentrasi tegangan akibat perubahan bentuk flywheel yang telah dikurangi ketebalannya. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa setelah pengurangan ketebalan 20 mm menghasilkan regangan yang melewati ultimate tensile strain. Oleh karena itu, flywheel optimal dengan energi kinetik spesifik yang tinggi serta tegangan ekuivalen yang tidak menyebabkan kegagalan adalah flywheel dengan pengurangan ketebalan 10 mm.
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

54

4.3.3 Pemilihan Flywheel Sistem KERS pertama diciptakan oleh perusahaan Flybrid. Sistem ini memiliki kapasitas energi netto 400 kJ. Diameter flywheel sebesar 240 mm dengan massa sebesar 5,0 kg dan putarannya mencapai 64.500 rpm. Tabel 4.4 menunjukkan bagaimana perbandingannya dengan simulasi yang dilakukan. Tabel 4.4 Perbandingan Flywheel Flybrid dan Simulasi Keterangan Flybrid Simulasi Diameter terluar 240 mm 240 mm Diameter terdalam 10 mm Gambar teknik -

Energi kinetik Massa Energi kinetik spesifik

400 KJ 5 kg 80 KJ/kg

1130.994544 KJ 6.027544 kg 187.6377085 KJ/kg

Gambar 4.16 Gambar 3D antara Flywheel Flybrid dan Simulasi

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

55

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa flywheel hasil simulasi memiliki energi kinetik spesifik lebih besar dibandingkan flywheel Flybrid. Oleh karena itu, perancangan sistem electromechanical KERS akan menggunakan flywheel hasil simulasi dengan pengurangan ketebalan 10 mm. 4.4 Perancangan Sistem Electro-Mechanical KERS

Gambar 4.17 Skematik dari Sistem Electro-Mechanical KERS Sistem ini akan berkerja ketika kendaraan mengalami perlambatan. Saat pengemudi menginjak pedal rem maka KERS Control Module akan mengambil energi kinetik dari poros mesin melalui aktuator berupa Motor-Generator Unit. Energi kinetik ini kemudian akan disimpan di Flywheel dan Li-Ion Battery. Ketika pengemudi akan melakukan akselerasi dengan menginjak pedal gas maka KERS Control Module akan mengambil energi kinetik dari Flywheel dan Li-Ion Battery untuk menggerakkan MotorJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

56

Generator Unit yang kemudian akan menambah kecepatan putar poros mesin.

Gambar 4.18 Simulasi Motor-Generator Unit Dengan Flywheel Modifikasi Gambar 4.18 menunjukkan motor-generator unit dari sistem electro-mechanical KERS. Unit ini akan berfungsi sebagai generator apabila adanya energi kinetik yang memutar rotor dan berfungsi sebagai motor apabila adanya energi listrik pada stator. Prinsip kerja dalam menyimpan energi adalah energi kinetik dari poros mesin akan membuat rotor berputar sehingga menghasilkan medan magnet. Medan magnet kemudian akan menghasilkan listrik dan ditampung dalam baterai. Apabila baterai telah penuh maka energi kinetik akan ditampung di dalam rotor flywheel. Sedangkan prinsip kerja dalam menyalurkan energi adalah energi kinetik dari rotor flywheel akan disalurkan ke poros mesin. Hal ini membuat putaran mesin menjadi tinggi dan menambah akselerasi. Apabila energi dari flywheel sudah berkurang maka energi listrik dari baterai akan disalurkan untuk menambah putaran flywheel.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Informasi mengenai Kinetic Energy Recovery System (KERS) masih sangat kurang. Informasi yang ada hanya data sistem penyimpanan energi kinetik berupa flywheel buatan Flybrid untuk mechanical KERS. Sebuah penelitian menemukan bahwa perubahan geometri dari flywheel dapat menyebabkan peningkatan energi spesifik. Penulis berusaha untuk memvariasikan geometri flywheel berdasarkan data yang ada kemudian mendapatkan geometri yang optimal untuk digunakan pada electro-mechanical KERS. Analisis geometri optimal dari flywheel dilakukan dengan perhitungan manual kemudian dilanjutkan dengan bantuan perangkat lunak ANSYS 13.0. Geometri dianggap optimal apabila memiliki energi kinetik spesifik yang tinggi namun tidak mengalami kerusakan. Geometri optimal tersebut kemudian digunakan sebagai rotor dari motorgenerator unit yang merupakan komponen utama dalam electromechanical KERS. Setelah itu penulis mencoba membuat alur kerja dari electro-mechanical KERS. 5.1 Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1. Seiring berkurangnya ketebalan maka energi kinetik spefisik akan meningkat. 2. Seiring berkurangnya ketebalan maka tegangan ekuivalen akan meningkat. 3. Flywheel yang optimal adalah flywheel dengan pengurangan ketebalan 10 mm. Flywheel tersebut memiliki energi kinetik spesifik sebesar 187,6377 KJ/kg dan menghasilkan tegangan ekuivalen sebesar 695,63 MPa serta regangan sebesar 0,9547 %. 4. Flywheel tersebut memiliki energi kinetik spesifik yang lebih besar daripada flywheel buatan Flybrid.
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

57

58

5.2 1. 2.

Saran Adapun beberapa saran yang dapat diberikan yaitu: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hasil perhitungan dan simulasi flywheel tersebut. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komponen sistem electro-mechanical KERS seperti motor-generator unit beserta baterainya.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

DAFTAR PUSTAKA Arslan, Mehmet A. 2007. Flywheel geometry design for improved energy storage using finite element analysis. Turkey: Department of Design and Manufacturing Engineering, Gebze Institute of Technology. Batalha, John. 2011. Kinetic Energy Recovery Systems. http://www.cvel.clemson.edu/auto/AuE835_Projects/batalh a_project.html. Deutschman, Aaron D. 1975. Machine Design: Theory and Practice. USA: Macmillan Publishing Co., Inc. Hall AS, Holowenko AR, Laughlin HG. 1961. Schaums Outline of Theory and Problems of Machine Design. USA: McGraw Hill. Kaw, Autar K. 1997. Mechanics of Composite Materials. Florida: CRC Press LCC. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2011. Data Warehouse Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. http://dtwh2.esdm.go.id/dtwh3/mod_pri/main.php. Performance Composite. 2011. Mechanical Properties of Carbon Fibre Composite Materials. http://www.performancecomposites.com/carbonfibre/mechanicalproperties_2.asp.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

59

60

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

LAMPIRAN
Tabel perhitungan tegangan untuk setiap radius r (m) r (MPa) t (MPa) xy (MPa) 0.005 0.000 867.507 0.001 0.010 322.937 541.011 0.002 0.015 379.395 478.623 0.002 0.020 395.203 454.512 0.003 0.025 398.184 440.855 0.004 0.030 395.203 430.788 0.005 0.035 388.612 421.958 0.005 0.040 379.395 413.383 0.006 0.045 368.019 404.593 0.007 0.050 354.734 395.341 0.008 0.055 339.678 385.487 0.008 0.060 322.937 374.946 0.009 0.065 304.563 363.666 0.010 0.070 284.592 351.610 0.011 0.075 263.047 338.756 0.012 0.080 239.945 325.087 0.012 0.085 215.297 310.591 0.013 0.090 189.112 295.260 0.014 0.095 161.397 279.086 0.015 0.100 132.156 262.066 0.015 0.105 101.393 244.195 0.016 0.110 69.111 225.471 0.017 0.115 35.313 205.892 0.018 0.120 0.000 185.454 0.019 v (MPa) 867.507 471.454 437.531 427.951 421.144 414.144 406.313 397.480 387.603 376.683 364.747 351.837 338.012 323.353 307.962 291.980 275.591 259.045 242.682 226.959 212.491 200.078 190.703 185.454

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

61

62

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BIOGRAFI PENULIS
Penulis dilahirkan dari pasangan Bachtiar Ismail dan Christina Limurti dengan nama Ariyamanggala Alphaputra Yaphet pada tanggal 9 maret 1989 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari TK Widuri Jaya menuju SD Widuri Jaya kemudian melanjutkan ke SMP Kemurnian II dan SMA Kemurnian II di Jakarta. Penulis memiliki minat pada ilmu fisika terutama bidang mekanika dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S1 di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan mengambil Bidang Studi Desain. Penulis memulai perkuliahan pada tahun 2007 dan terdaftar dengan NRP 2107 100 162. Penulis menyelesaikan pendidikan selama 4 tahun dan diwisuda pada bulan September 2011. Semasa kuliah, penulis aktif dalam organisasi luar jurusan yaitu Tim Pembina Kerohanian Buddha. Penulis menjadi Sekretaris Umum untuk periode 2008/2009 kemudian menjabat sebagai Ketua pada periode 2009/2010. Selepas menjabat sebagai pengurus inti, penulis kemudian dilantik menjadi Staff Ahli Pengembangan Sumber Daya Manusia pada periode 2010/2011 kemudian beralih menjabat Staff Ahli Kebaktian pada periode 2011/2012. Penulis memiliki beberapa motto dalam hidup antara lain adalah Enjoy Your Life dan Just be Yourself. Penulis memilki harapan agar ilmu yang telah didapatkan dapat diamalkan semaksimal mungkin untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan, bangsa dan negara.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

63

64

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

You might also like