You are on page 1of 20

Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.[5]

Akulturasi

Cina dan Inggris yang berakulturasi Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain.[5] Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.[5]

Definisi Manusia antar budaya dapat disebut orang-orang yang dapat mengatasi masalah-masalah budaya secara efektif, baik dalam konteks nasional ataupun terlebih lagi dalam konteks internasional. Sebagai contohnya yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana (1989) dalam bukumya Komunikasi Antarbudaya, antara lain sebagai berikut: Moritoshi Iwasaki adalah seorang mahasiswa asal Jepang yang bekerja pada sebuah kapal turis sebagai seorang pramugara yang sering bepergian hampir ke seluruh dunia. Mori telah bertahun tahun tinggal di Amerika Serikat dan juga telah menikah dengan seorang wanita Negro Amerika. Saat Mori bertemu dengan orang Amerika dia bisa menempatkan dirinya sebagai orang Amerika, namum ketika bertemu dengan seorang profesor dari Jepang Mori bisa menjadi sebagai orang Jepang bahkan bisa berbahasa Jepang dan membungkukkan badan saat memberi salam. Dari contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa semua budaya itu sederajad, hanya prasangka dan etnosentrisme lah yang membuat orang- orang merasa dan berperilaku seolah- olah mereka lebih baik daripada orang-orang lainnya. Adapun beberapa pengertian yang lain sebagai berikut : 1) Menurut William B. Gudykunst dan Young Yun Kim dalam buku mereka, Communicating with Strangers: An Approach to Intercultural Communication (1984: 229-235), Manusia antarbudaya adalah orang yang telah mencapai tingkat tinggi dalam proses antarbudaya yang kognisi, afeksi, dan perilakunya tidaak terbatas, tetapi terus berkembang melewati parameter parameter psikologis suatu budaya. 2) Sementara itu, Adler (1982: 389-391) mengatakan bahwa, Manusia multi budaya adalah orang yang identitas dan loyalitasnya melewati batas batas kebangsaan dan yang komitmennya bertaut dengan suatu pandangan bahwa dunia ini adalah komunitas global; ia adalah orang yang secara intelektual dan emosional terikat kepada kesatuan fundamental semua manusia yang pada saat yang sama mengakui, menerima, dan menghargai perbedaan mendasar antara orang orang yang berbeda budaya. 3) Senada dengan pendapat Adler, Walsh (1973) mengemukakan, Menjadi manusia universal tidaklah berarti seberapa banyak manusia itu tahu tapi seberapa dalam dan luas intelektualitas yang ia miliki dan bagaimana ia menghubungkannya dengan masalah-masalah penting yang universal ... ia tidak menghilangkan perbedaan-perbedaan budaya, alih-alih, ia berusaha memelihara apapun yang bersifat valid dan bernilai dalam setiap budaya. Ciri ciri manusia antar budaya Menurut Walsh dalam buku komunikasi antar budaya, ciri - ciri manusia universal itu adalah a) Mengetahui budaya lain selain budayanya sendiri. b) Mampu beradaptasi dengan budaya yang lain tanpa harus meninggalkan budayanya. c) Menghormati semua budaya. d)Memahami apa yang orang orang dari budaya lain pikirkan, rasakan, dan percaya. e) Menghargai perbedaan perbedaan budaya. II. Peranan Peranan Manusia Antar Budaya

Di zaman globalisasi yang perkembangan teknologi komunikasi dan transportasinya sudah sangat maju ini peranan manusia antarbudaya sangatlah penting. Menurut Dedy Mulyana (April 1989) dalam buku Komunikasi Antarbudaya diantaranya adalah: Untuk membantu mengatasi konflik konflik antarbudaya. Untuk mengurangi kesalahpahaman antara orang orang yang berbeda budaya. Untuk menjadi penengah antara orang orang yang berbeda budaya yang berselisih paham. Dapat menganalisis interaksi interaksi antar budaya yang terjadi dalam sebuah perselisihan budaya. Dapat menentukan di mana kesalahpahaman kesalahpahaman yang terjadi. Selain itu juga, menurut Wilbur Schramm dalam buku Komunikasi Antarbudaya (1976) menyatakan bahwa peran manusia antar budaya adalah membangun jembatan budaya. III. Konflik Antarbangsa dan Kesalahpahaman Antarbudaya Menurut Deddy Mulyana dalam buku Komunikasi Antarbudaya Konflik antar bangsa merupakan kesalahpahaman antara individu -individu yang berlainan bangsa. Sumber -sumber konflik tersebut adalah stereotip-stereotip antar bangsa dan etnosentrisme. Hal ini pada umumnya akan menghambat keefektifan komunikasi, bahkan pada gilirannya akan menghambat integrasi manusia yang sudah pasti harus dilakukan lewat komunikasi, baik komunikasi verbal ataupun komunikasi bermedia. Dari hasil penelitian yang pernah diadakan Gordon Allport dan Leo Postman terlihat bahwa, stereotip dapat menimbulkan self fulfilling prophecy (Apa yang kita persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang kita harapkan). IV. Cara-Cara Untuk Mengatasi Konflik Antarbangsa dan Kesalahpahaman Antarbudaya Konflik antarbudaya dewasa ini disebabkan antara lain tidak adanya atau kurangnya pemahaman dan penghargaan atas budaya bangsa lain, maka usaha untuk menanggulangi konflik tersebut antara lain: Melalui Pendidikan Pendidikan yang dimaksud di sini bisa formal dan juga bisa informal. Pendidikan formal yang dapat dilakukan antara lain melalui sekolah dan perguruan tinggi maupun instansi lainnya. Pelajaran bahasa asing, studi etnik dan komunikasi antar budaya merupakan pelajaran yang sering diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal dapat diperoleh melalui media massa, berita, pandangan mata dan lain- lain. Melalui pendidikan ini kita bisa menciptakan manusia- manusia antarbudaya tingkat nasional. Untuk mewujudkannya perlu dilakukan usaha- usaha sebagai berikut: a) Penggunaan bahasa nasional di forum- forum resmi maupun tidak resmi. b) Penyajian kebudayaan (kesenian) yang adil melalui media elektronik nasional, khususnya televisi. c) Sosialisasi yang merata di lembaga- lembaga pendidikan dan kantor- kantor pemerintah dan swasta, dengan menerima(maha)-siswa dan pegawai yang cakap tanpa mempedulikan apa suku mereka. d) Kontak antar suku melalui pertukaran pemuda, pelajar, mahasiswa, pegawai (termasuk guru dan dosen) antarpropinsi, paling tidak untuk suatu periode tertentu. e) Perkawinan antarsuku, sepanjang orang- orang yang berbeda suku tersebut mempunyai kecocokan dalam segi- segi yang penting, misalnya agama. f) Pembangunan daerah yang rata oleh pemerintah. Melalui Demokrasi

Menurut Mariane Farine dosen di Howard University dalam sebuah acara Seminar Internasional dengan tema Building Understanding With Intercultural Communication (Religious Life and Studies in America and Indonesia) yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Senin (07/01/2008), mengatakan: Salah satu jalan untuk mencapai sebuah kesepahaman antar budaya saat ini yaitu demokrasi. Perbedaan budaya yang sering menjadi penghalang hubungan antarbangsa di dunia bukanlah sebuah permasalahan yang harus terjadi. Dimana kesepahaman budaya yang telah ada sejak dulu tidak pernah diperhatikan lagi oleh kita sendiri. Saat ini, perbedaan tersebut telah menjadi permasalahan yang kompleks antarbudaya yang ada di dunia. Salah satu solusi yang berperan sebagai pemersatu tanpa harus bertentangan dengan kebudayaan adalah demokrasi. Mariane Farine yang merupakan dosen di Howard University, Washington DC, mengatakan bahwa: Ada tiga unsur yang harus diperhatikan di dalam penggunakan system demokrasi. Pertama yaitu Human Dignity (martabat manusia), menghargai setiap hak dan martabat manusia tanpa harus memasukkan unsur-unsur yang dapat menimbulkan perbandingan bahkan perbedaan. Kedua, collaboration (kerja sama), dengan lebih menonjolkan sifat kerja sama/kebersamaan antar budaya. Kemudian unsur yang ketiga, empowerment (wewenang), meniadakan kekuasaan yang dapat mempengaruhi kewenangan dalam sistem demokrasi. Dari ketiga hal tersebut, menurutnya pencapaian demokrasi yang menjadi alat pemersatu budaya akan dapat terlaksana dengan baik tanpa harus mempermasalahkan budaya dan agama. Yang terpenting dalam hal ini yaitu jangan pernah mendahulukan keegoisan. Berperilaku dengan cara-cara yang dapat diterima budaya orang lain tapi juga diterima budaya kita sendiri. V. KESIMPULAN Setiap manusia mendambakan kedamaian dan kebahagiaan, namun hanya prasangka dan etnosentrismelah yang membuat orang- orang merasa dan berperilaku seolah- olah mereka lebih baik daripada orang-orang lainnya. Sejarah telah menunjukkan bahwa sebagian konflik dan peperangan antar bangsa disebabkan karena pemimpin bangsa yang satu tidak memahami dan menghargai budaya bangsa lain. Oleh karena itu, sering kali timbul kesalahpahaman antara budaya bangsa yang satu dengan budaya bangsa yang lain. Untuk manghindari hal tersebut dibutuhkan suatu media yang menjembatani agar dapat menyelesaikan konflik atau kesalahpahaman tersebut. Salah satu caranya adalah menjadi manusia antar budaya yang nantinya dapat menjadi jembatan budaya baik pada tingkat Nasional maupun tingkat Internasional.

Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Lembaga social Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier Sistem kepercayaan Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi. Estetika Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut. Bahasa Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

Masalah masalah dalam KAB Masalah maslah dalam KAB terjadi karena alasan yang bermacam-macam karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan sebagai pengirim dan penerima secara berganti-ganti maka masalah atau kesulitan dari dapat terjadi dari semua pihak maslah tersebut antara lain 1. keanekaragaman dari tujuan tujuan komunikasi maslah komunikasi sering terjadi karena alasan dan motivasi untuk berkomunikasi yang berbeda-beda. Dalam situasi antarbudaya perbedaan ini dapt menimbulkan masalah.Contoh 2. etnosentrisme banyak orang yang menganggap caranya melakukan persepsi terhadap hal-hal disekelilingnya adalah satu-satunya yang paling tepat dan benar. Padahal harus disadari bahwa setiap orang memiliki sejarah masa lalunya sendiri sehingga apa yang dianggapnya baik belum tentu sesuai dengan persepsi orang lain Menurut The Random House Dictionary etnosentrisme adalah kepercayaan pada superioritas kelompok atau budayanya sendiri, etnosentrisme cenderung menganggap rendah orang-orang yang dianggap asing dan memandang atau mengukur budaya-budaya asing dengan budayanya sendirikarena etnosentrisme biasanya dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan diwujudkan pada tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak asal usulnya. Bahayanya penilian itu sering kali salah, semena-mena dan tidak berdasar sama sekali. 3. tidak adanya kepercayaan karena sifatnya yang khusus komunikasi antarbudaya merupakan peristiwa pertukaran informasi yang peka terhadap kemungkinan terdapatnya ketidakpercayaan antara pihak-pihak yang terlibat. Orang umumnya segan untuk mengambil resiko berhubungan dengan orang asing. 4. penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi bila salah satu pihak secara psikologis menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi. Ada dugaan bahwa macam-macam perkembangan saat ini antara lain meningkatnya urbanisasi, perasaan-perasaan orang untuk menarik diri, apatis semakin banyak pula. 5. tidak adanya empati beberapa hal yang menghambat empati antara lain: a. focus terhadp diri sendiri secara terus menerus, adalah sulit untuk memusatkan perhatian pada orang lain kalau kita berpikir tentang diri kita secara terus menerus dan bagaimana orang menyukai kita b. pandangan-pandangan stereotype mengani ras dan kebudayaan c. kurangnya pengetahuan terhadap kelompok, kelas atau orang tertentu d. tingkahlaku yang menjauhkan orang untuk mengungkapakan informasi e. tindakan atau ucapan yang seolah-olah menilai orang lain f. sikap tidak tertarik yang dapat mengakibatkan orang tidak mau mengungkapkan diri g. sikap superior h. sikap yang menunjukkan kepastian jika seseorang bersikap sok tahu atau bersikap seolah-olah serba tahu maka kemungkinan orang akan bersikap defensif terhadapnya. 6. kekuasaan kekuasaan digunakan untuk mengontrol atau menentukan tindakan orang lain. 7. factor-faktor penghambat komunikasi hambatan berat KAB: Stereotype dan prasangka

masalah stereotyping dan prasangka ini adalah masalah utama dan yang sering terjadi dalam masalah KAB. Stereotyping ini meliputi keyakinan kita mengenai kelompok-kelompok individu berdasarkan pendapat, persepsi dan sikap yang dibentuk sebelumnya. Tingkah laku kita selanjutnya seringkali ditentukan oleh tingkat stereotyping tersebut. Stereotyping juga dikatakan sebagai metode malas berinteraksi karena berdasarkan pengetahuan atau pengalaman kontak sedikit saja sebelumnya. Pengambilan kesimpulan tentang orang lain dilakukan tanpa susah dan capat. Selain itu stereotyping merupakan mekanisme untuk pertahan diri dan sarana untuk mengurangi kegelisahan. Contoh bila seseorang mengalami culture shock akan lebih mudah baginya untuk melakukan stereotyping daripada terus menerus menghadapi ketidaktentuan. Daripada melakukan usaha khusus untuk memahami orang-orang lain dalam situasi yang asing lebih baik baginya untuk mengurangi kebingungannya dengan menerima informasi yang belum tentu benar sehingga muncul stereotyping yang kaku dan sulit berubah yang menghambat KAB 8. hambatan derajat kesamaan/ketidaksamaan hambatan KAB dapat ditimbulkan oleh masalah prinsip-prinsip komunikasi yang ditetapkan pada konteks kebudayaan yaitu tidak memahami, menyadari atau memanfaatkan derajat kesamaan atau perbedaan kepercayaan,nilai-nilai dan sikap, pendidikan, status sosial anatara komunikator dan komunikan.Prinsip derajat kesamaan dan ketidaksamaan ini dikenal dengan homofily dan heterofily 9. hambatan pembentukan dan pemrograman budaya hambatan ini terjadi dalam suatu proses akulturasi yang berlangsung antara imigran dengan masyarakat pribumi. Dalam akulturasi berkembang proses pembentukan kebudayaan dan penyesuaian kebudayaan antara imigran dan pribumi yang dapat diatasi dengan membiasakan berkomunikasi secara terus menerus. Masalah yang yang umum sering timbul adalah hambatan stereotype dan prasangka yang biasanya berkembang sejak semula melalui komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi massa.. Disamping itu karena pada mulanya belum berkembangnya citra diri dan jaringan komunikasi dari pihak imigran disebabkan jarak geografis dan jarak sosial serta factor demografis dengan masyarakat pribumi Strategi peningkatan KAB Interaksi antar budaya yang berhasil adalah didasarkan pada komunikasi yang efektif. Berikut ini adalah beberapa tehnik, kiat, dan falsafah yang dapat membantu pengembangan sikap dan ketrampilan berkomunikasi antarbudaya. 1. mengenali diri sendiri 2. menggunakan kode yang sama 3. menunda penilaian dan memberi cukup waktu pada orang lain untuk mencapai tujuannya 4. memperhitungkan lingkungan fisik dan manusia 5. meningkatkan ketrampilan berkomunikasi hal; ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan minat, adanya pengaturan pesan yang akan disampaikan, cara penyampaian yang baik dan menumbuhkan minat serta adanya penerimaan terhadap pesan secara dinamis. 6. mendorong feedback

feedback memungkinkan para komunikator untuk memperbaiki dan menyesuaikan pesannya sesuai keadaan. Tanpa feedback tidak mungkin proses komunikasi dapat dipantau dan karenanya tidak mungiin kesepakatan dapat tercapai 7. mengembangkan empati ada beberapa langkah mengembangkan empati a. mengasumsikan perbedaan b. mengenali diri sendiri c. mengaburkan batas diri dan lingkungannya d. secara imaginative meletakkan diri ditempat orang lain e. melakukan empati f. membangun kembali konsep diri 8. mencari persamaan-persamaan diantara kebudayaan-kebudayaan yang berbeda

Model Komunikasi Antar Budaya


Kebudayaan A ->Kebudayaan B

\ Kebudayaan C

Gambar diatas adalah sebuah model yang menerangkan tentang model komunikasi antar budaya. Dimana Kebudayaan A dan Kebudayaan B merupakan kebudayaan yang berbeda sedangkan Kebudayaan C adalah kebudayaan yang dihasilkan dari kebudayaan A maupun B namun kebudayaan C pun tidak sama dengan kebudayaan A dan B. Kebudayaan A disini bermaksud untuk membandingkan dengan Kebudayaan B dimana Kebudayaan A melakukan pendekatan dari dalam sedangkan Kebudayaan B melakukan pendekatannya dari luar. Kebudayaan C ini adalah hasil antar tumpang-tindih antara Kebudayaan A dan Kebudayaan B, namun meskipun demikian kebudayaan yang diterima tidak akan menyebabkan hilangnya kebudayaan yang diterimanya. Sedangkan garis putus-putus itu merupakan tentang lingkaran kebudayaan yang terdiri dari Socio Cultural, Cultural dan Psycho Cultural. Jadi ketiga garis yang putus-putus itu bermaksudkan bahwa semuanya saling berkaitan, berhubungan dan mempengaruhi antara kebudayaan satu dengan kebudayaan lainya.

Ini menunjukan bahwa individu yang telah dibentuk oleh budaya. Meski kita dilahirkan pada satu budaya tapi budaya yang kita anut pasti akan berbeda dengan budaya lain. Ini semua disebabkan oleh pengaruh sosial maupun pengaruh luar lainnya. Namun meski demikian budaya yang kita terima tidak akan membuat budaya awal akan punah tetapi kebudayaan sendiri pasti akan tetap terjaga. Hanya saja pengaruh kebudayaan lain ini hanya meliputi penjelasan mengenai kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya cara pandang, sikap, gaya bahasa terhadap semua aspek yan

A. Efektivitas komunikasi antarbudaya


Tujuan komuniakasi adalah menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Secara umum, tujuan komunikasi antarbudaya adalah untuk menyatakan identitas sosial dan menyembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari seseatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya dalam kebudayaan, serta sekedar mendapat hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubahpersepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Berbagai pengalamana atas kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan komunikasi, paling tidak melalui pemahan terhadap latar belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi antar budaya timbul hannya karena orang kurang menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara efektif dalam komunikasi antar budaya. Setiap individu mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam komunikasi antar budaya. Berikut bagan Hubungan antara kesadaran dan kemampuan berkomunikasi antara budaya 1. SADAR bahwa TIDAK MAMPU 3 TIDAK SADAR bahwa TIDAK MAMPU 4 TIDAK SADAR bahwa MAMPU 2 SADAR bahwa MAMPU

Peraga ini menunjukan bahwa efektivitas komunikasi antara budaya itu ditentukan pula apakah setiap individu sadar bahwa ia mampu berfikir, merasakan bahwa seluruh tindakan komunikasi (action of commucation) yang dia lakukan itu berhasil menciptakan komunikasi yang efektif. Para ahli komunikasi antar budaya mengemukakan berbagai konsep tentang efektifitas komunikasi antar budaya yang meliputi : 1. kemamapuan seseorang untuk menyampaikan semua maksud atau isi hati secara frofesional sesuai dengan kemampuan dan kompetisi yang dia tampilkan secara prima. 2. kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara baik, misalnya mampu mengalih bahasakan semua maksud dan isi hatinya secara tepat, jelas dalam suasana bersahabat. 3. kemampuan seseorang untuk menyesuaikan kebudayaan pribadinya dengan kebudayaan yang sedang dihadapinya meskipun dia harus berhadapan dengan pelbagai tekanan dalam proses adaptasi tersebut. 4. kemamapuan seseorang untuk memberikan fasilitas atau jaminan bahwa dia bisa menyesuaikan diri atau bisa megelola beragai tekanan kebudayaan laian terhadap dirinya. komunikasi itu tidak ditentukan hanya karena setiap orang sudah melakukan interaksi, relasi dan komunikasi sesuai dengan peranan (komunikasi). Seorang insinyur, ilmuwan, ahli keuangan, atau manajer telah berkomunikasi dengan orang lain secara propesional sesuai dengan kompetensi mereka masing-masing, namun apabila para profesional tersebut tidak mampu mengendalikan diri menghadapi tekanan perbedaan antar subkultur berdasarkan profesi, maka komunikasi itu belum efektif. kunci dari efektivitas komunikasi adalah kemampuan seorang komunikator untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi dan komunikasi di antara dua kebudayaan yang berbeda.

B. Aksioma Efektivitas komunikasi antarbudaya


Setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya menginginkan hasil yang efektif. Efektivitas itu tergantung pada sejauh mana orang memahami aksioma-aksioama efektivitas komunikasi antarbudaya.

Apa bila konsep-konsep komunikasi antar budaya di gali lebih dalam maka kita akan menemukan beberapa bentuk atau beberapa modus perilaku komunikasi yang efektif, yaitu: 1. Efektifitas hubungan dan komunksasi antar budaya Banyak orang menganggap enteng bila terlibat dalam komunikasi antar budaya. Mereka tidak sadar bahwa dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak peluang untuk meraih keuntungan sosial atau ekonomi, namun terpaksa hilang karena kurangnya keterampilan berkomunikasi. Thibaut dan Kelly (1995) melalui teori pertukaran sosial pernah mengemukakan, banyak orang dalam pergaulan sosial ingin memperoleh ganjaran sosial sebesar-besarnya. Ungkapan basa-basi yang sekedar menyatakan penghargaan terhadap hubungan sosial saja tidaklah cukup. Yang lebih penting adalah motivasi antar pribadi yang ada dibalik hubungan sosial itu sehingga mampu memberikan atribusi bagi pengembangan hubungan sosial dan kepuasan antar pribadi. Jadi, efektivitas komunikasi terletak pada kepuasan seorang untuk melakukan suatu tindakan simbolis tertentu yang menggambarkan tidak hanya maksud atau gagasan melainkan juga motivasi untuk bertindak. Efektifitas komunikasi antar budaya didahului oleh hubungan antar budaya. Hubungan antar budaya bukan terjadi sekilas, melainkan terus menerus sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas hubungan yang baik dan semakin baik. Kualitas itu mengemuka ketika anda dapat membedakan pengalaman berhubungan antar budaya dengan orang yang berbeda-beda, sehingga anda mengambil keputusan untuk mewujudkan tindakan simbolis tertentu. 2. Efektivitas komunikasi antar budaya dan iklim komunikasi antar budaya yang positif. Gundykunst (1977) mengemukakan bahwa efektivitas komunikasi antar budaya kerap kali ditentukan oleh iklim komunikasi yang positif. Gundykunst, Wiseman, dan Hammer (1977) sepakat mengatakan bahwa efektifitas komunikasi antar budaya baru terlihat dan teruji dalan suatu kondisi atau iklim yang melibatkan pertemuan antar dua atau tiga orang dari kebudayaan yang berbeda. Jadi benarlah menurut Haris dan Moran (1991) iklim komunikasi merupakan pintu

gerbang yang melapangkan proses komunikasi. Iklim komunikasi yang positif akan mendukung fungsi komunikasi, sedangkan komunikasi yang negatif akan menghambat fungsi komunikasi. Iklim komunikasi yang positif maupun negatif ditentukan oleh tiga faktor berikut: 1. faktor derajat kognitif Komunikasi antar budaya mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan, mengembangkan aspek-aspek kognitif bersama. Saya harus mengetahui keberadaan budaya yang menjadi latar belakang kehidupan saya, saya pun harus berusaha untuk mendapatkan dan memahami latara belakang budaya orang lain. Pengetahuan itu diperoleh dari informasi tentang kebudayaan orang lain, pengalaman pergaulan yang terus menerus sehingga pengalaman itu dapat mempengaruhi persepsi dan sikap saya terhadap dia. Dengan kata lain, saya memahami konsep diri saya yang meliputi identitas pribadi dan identitas sosial. Identitas Pribadi meliputi aspek-aspek yang unik yang saya miliki. Saya melihat diri saya yang ingin membaharui relasi antara saya dengan orang lain. Identitas pribadi itu berasal dari pengalaman pribadi saya yang unik. Sedangkan identitas sosial merupakan ciri khas kelompok budaya yang saya peroleh dari pengalaman bergaul dengan kelompok budaya saya. Aspek kognitif ini demikia penting untuk menghindari harapan-harapan yang negatif dalam pergaulan antar budaya. Ada empat akibat negatif interasi antar budaya: 1. Betapa orang sering cemas dan takut menampilkan konsep diri (identitas pribadi atau identitas sosial). Orang selalu menyembunyikan keaslianpribadi dan budaya di saat mereka berkomunikasi. Akibatnya orang yang berkomunikasi ragu-ragu dan kurang mengontrol setiap kata yang diucapkan nya, dan mungkin kurang mampu menggunakan isyarat-isyarat non verbal. 2. orang sering merasa cemas dan takut kalau apa yang dia lakukan berakibata negatif sehingga menggangu relasi dengan orang lain. Sering seseorag takut kalu orag lain akan mengusai atau memanfaatkan diri kita. 3. adakalanya orang sering merasa cemas dan takut kalau dievaluasi oleh orang lain. Orang pun menjadi cemas dan takut kalau dia ditolak, kurang disukai, kurang dihargai dan lainlaian.

4. seseorang sering merasa cemas dan takut terhadap evaluasi dari kelompok dia sendiri, akibatnya dia menjadi takut kalu dia dianggap atau dinilai oleh anggota kelompoknya bahwa tampilan dirinya sangat memalukan identitas sosial budaya. 2. Perasaan positif (positif feeling) Berdasarkan pengalaman kogitif tersebut maka setiap orang yang berkomunikasi antar budaya selalu menghindari prasangka yang terhadap orang lain. Komunikator dalam komunikasi antar budaya perlu memelihara perasaan positf, misalnya perasaan percaya, nyaman, aman, prihatin, dan mengurangi perasaan cemas. Perasaan positif dapat membantu seorang komunikator: pertama, meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk menyatakan pesan secara terbuka (disclosure). Kedua, kesadaran dan kemampuan untuk berempati antar budaya dalam mengembangkan perasaan yang terlibat penuh dari hati kehati yang memudahkan penyesuaianpenyesuaian antar budaya. 3. Tindakan yang menunjukan kemampuan ini merupakan dimensi terakhir dari iklim komunikasi yang positif, yang kita sebut tingkat perilaku. Jika ingin komunikasi yang positif, maka harus bisa menunjukkan tindakan positif itu dengan verbal dan non verbal. Buktikan bahwa anda mampu mengatakan dan menuliskan sebuah pesan tertentu kepada orang lain, bahwa apa yang dikatakan dan ditulis itu sangat positif mendukung orang lain. Melalui pesan non verbal anda pun harus mampu menunjukkan pesanpesan melalui tatapan mata dan gerak-gerik anggota tubuh, semua itu mengatakan bahwa anda memeliki perasaan positif. Jadi, iklim positif harus didukung oleh tindakan yang menggambarkan suatu tindakan yang bersumber dari: a. kebiasaan berperilaku tertentu, misalnya script yakni perilaku yang otomatis, baik sebagai pernyataan atas identitas pribadi maupun identitas kelompok budaya. b. Kebiasaan untuk menggambarkan maksud komunikasi yang diinginkan, bahwa apakah suatu tindakan komunikasi itu bersifat memberi informasi, memberi intruksi, atau sekedar mengibur atau menyenangkan orang lain.

c. Kebiasaan untuk menggambarkan seluruh perasaan, emosi yang kita miliki. Jadi ada tindakan simbolis untuk menyatakan bahwa kita memiliki pengetahuan, pengalaman yang cukup, persepsi dan perasaan yang positif terhadap sesama. 3. Identifikasi variabel komunikasi antarbudaya Berbagai penelitian komunikasi antar budaya selalu mempersoalkan variabel-variabel komunikator, komunikan, pesan, media, efek, atau umpan balik, serta konteks komunikasi. Komunikator dalam komunikasi antarbudaya, adalah seorang yang mengambil inisiatif untuk menyatakan maksud dan isi hatinya terhadap seseorang dari latar belakng budaya yang berbeda. Disamping itu seorang komunikator berusaha memperoleh, mempertahankan, mengembangkan diri dan menyesuaikan dengan komunikasi. Ini berarti mengenai tiga komponen penting bagi penciptaan kompetensi komunikator, yakni motivasi berkomunikasi antar budaya. Pesan, yaitu pesan yang berisi maksud, pikiran, dan gagasan seorang komunikator. Pesan bisa berbentuk verbal dan Non verbal yang dapat dipahami bersama. Pesan-pesan antar budaya itu bisa ditampilkan dalam bentuk bahasa verbal yang dimengerti, isyarat-isyarat non verbal (gerakan anggota tubuh, ruang-ruang jarak dalam budaya masing-masing, serta campuran katakata dan gerakan serta suara) antar budaya yang dapat dimaknakan bersama. Pesan juga berbentuk berkomunikasi, tampilan peragaan simbol-simbol pakaian, makanan, rumah, peralatan rumah tangga, tata cara/ kebiasaan, dll. Media antar budaya yang oleh komunikator dapat dilakukan melalui pemilihan media yang menghubungkan perbedaan dua atau lebih budaya. Media itu bisa merupakan pilihan bentuk komunikasi, cara dan kebiasaan berkomunikasi antarpribadi, antar kelompok, komunikasi publik dan komunikasi massa. Komunikan yakni sasaran komunikasi yang berbeda kebudayaan dengan komunikator. Efek yaitu bentuk-bentuk dari dampak seperti; 1. Apakah efek itu langsung dan khusus yang mendukung dan memenuhi kebutuhan yang diinginkan.

2. Apakah pemenuhan itu bersifat pribadi atau kelompok. 3. Apakah pemenuhan itu bentuk waktu sekarang, memenuhi apa yang paling dibutuhkan. 4. Apakah umpan balik itu negatif, positif atau campuran antara positif dan negatif. 5. Apakah umpan balik itu membuktikan adanya pengaruh terhadap emosi antarbudaya. 6. Apakah efek itu bernuansa santai, serius, mudah ditanggapi dan dinamis. 7. Apakah efek itu juga terasa adil dan terpercaya. Conteks / setting komunikasi antarbudaya, yakni bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda satu sama lain karena peranan dan fungsi unsur-unsur komunikasi. 4. Keterampilan Komunikasi dan Manusia Terisolasi Ada empat faktor yang membentuk keterampilan berkomunikasi antarbudaya,yakni: (1) bagaimana mengubah diri menjadi lebih sadar tentang hakikat interaksi antarbudaya; (2) besikap toleransi terhadap interaksi dan pesan-pesan yang seringkali bersikap mendua; (3) bersikap empati; dan (4) kemampuan untuk mengurangi tingkat ketidak pastian dalam interaksi antarbudaya.

C. Bagaimana Menerangkan Efektivitas Antarbudaya


Menurut para ahli, ada dua faktor yang paling berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya, yakni (1) variabel kognitif dan (2) variabel gaya pribadi; serta (3) variabel-variabel lain. Variabel Kognitif Efektivitas komunikasi antarbudaya umumnya dan perilaku antarbudaya khususnya ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, dan pikiran yang membentuk konsep antarbudaya. menurut Ruben (1977), seseorang yang bekerja dalam satu organisasi, melaksanakan komunikasi antarbudaya secara intensif hanya jika dia mempunyai apresiasi terhadap pekerjaan dan tugas

yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian, perhatian terhadap kebudayaan tetaplah penting dalam proses komunikasi antar budaya. Variabel Gaya Pribadi Perilaku yang berdasarkan gaya pribadi sering disebut orientasi diri (self-oriented). komunikasi antarbudaya yang berdasarkan orientasi diri dapat mengubah efektivitas komunikasi menjadi komunikasi yang disfungsional. Berikut bentuk gaya pribadi yang sering tampil dalam komunikasi antarpribadi. Etnosentrisme Etnosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu kelompok orang yang menganggap kelompok lain lebih inferior dan kurang unggul. Etnosentrisme dapat mengurangi efektivitas komunikasi antarbudaya. Toleransi, Sikap Mendua dan Keluasan Komunikasi antarbudaya mengandung sifat mendua, karena kita menghadapi dua ketidakpastian kebudayaan, yakni kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Keadaan ini sering dijumpai dalam beragam konteks komunikasi yakni, konteks antar pribadi, kelompok, organisasi, publik dan komunikasi massa. Apabila kita menghadapi situasi yang mendua maka kita telah bersikap toleransi terhadap situasi itu. Empati Kemampuan untuk berkomunikasi antar budaya tergantung atas bagaimana cara kita meletakkan diri dalam kerangka sikap orang lain. Kalau mau menciptakan kerangka itu maka kita telah membuat suatu jaringan untuk menciptakan efektivitas komunikasi antarbudaya. Empati yang dimaksutkan agar mulai mengertikan dan memahami orang lain dari dalam, dari kerangka pikir (gagasan yang dia komunikasikan), perasaan dan perbuatan. Tindakan empati dapat dilakukan melalui kegiatan mendengar secara aktif dan akurat. Keterbukaan

Keterbukaan pribadi (self flexibility) merupakan faktor penting untuk menciptakan relasi antar pribadi yang maksimum. Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang harus membuka diri seluas-luasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama mengetahui imformasi tentang diri maupun tentang lawan bicara. Kompleksitas Kognitif Kompleksitas kognitif mengacu pada kemampuan pribadi untuk mengetahui, dan memahami orang lain. Secara umum dapat dilakukan bahwa kompleksitas kognitif seorang itu berada pada taraf multipleks maka dia akan melihat sesuatu secara lebih luas dan dia mampu memberikan gambaran tentang pelbagai perbedaan tentang apa yang dilihatnya secara mendalam. Kenyamanan Antarpribadi kita dapat merasa hubungan antarpribadi dalam keadaan nyaman dan tenang jika perasaan itu dikaitkan dengan penyesuaian interaksi antarbudaya dari taraf minimum hingga ketaraf yang maksimum (Norton dan Dodd, 1984). kepercayaan dan interaksi antar pribadi (Tucker and Baier, 1985), berkaitan dengan prinsip efektivitas. Apabila anda merasa tidak nyaman, tidak tenang dan tidak percaya dengan relasi antarpribadi dalam kebudayaan anda, maka anda pun merasa tidak lebih nyaman, tidak tenang, dan tidak percaya dalam kebudayaan yang berbeda dengan anda. Kontrol Pribadi Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat tergantung pada sejauhmana anda mengontrol pribadi terhadap lingkungan sekitar. ada hubungan yang signifikan antara kontrol pribadi dan tampilan pribadi dengan penyesuaian budaya. Temuan itu mempertanyakan bagaimana cara anda memandang kemampuan anda sendiri untuk dapat terlibat dalam proses adaptasi antarbudaya yang pada gilirannya menentukan efektivitas komunikasi antarbudaya. arbudaya. Kemampuan Inovasi

Inovasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi dan teknologi baru melakukan sistem sosial suatu masyarakat. Jika konsep inovasi ini dihubungkan dengan difusi (Everet M.Rogers) maka kemampuan inovasi meliputi kemampuan seorang yang kita sebut inovator guna menerima dan menyebarluaskan informasi yang kemudian dengan metode dan teknik tertentu disebarluaskan kesasaran yang dituju. Harga Diri Harga diri (self esteem) sangat menentukan efektivitas antar budaya. Manakala pertahanan hargadiri itu makin tinggi maka komunikator makin sulit berkomunikasi dengan komunikan, sebaliknya juga, jika perasaan rendah dirimenyenyelimuti komunikator maka keadaan psikologis itu dapat menghambat komunikasi antarbudaya (Bannett, 1977). Oleh karena itu percaya diri (self confidience) dan inisiatif untuk berelasi dan menyesuaikan diri sangat menentukan efektivitas komunikasi antarbudaya (Tucker dan Baier 1985). Keprihatinan dan Kecemasan Komunikasi kecemasan komunikasi antarpribadi, kecemasan dalam kelompok, serta kecemasan atas publisitas dapat berdampak atas penyesuaian antarbudaya yang pada gilirannya mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya. semakin tinggi tingkat keprihatinan terhadap komunikasi maka semakin rendah efektivitas komunikasi antarbudaya (Dodd, 1987). Variabel-Variabel Lain Yaitu komunikasi antarpribadi, keramahtamahan, motivasi akultulasi, umur, pekerjaan, keanggotaan dalam suatu organisasi, kemampuan berbahasa (Kim, 1977); termasuk memperlihatkan perhatian pada orang lain/ kemampuan interaktif (Ruben, 1977), motivasi positif, harapan positif, kepercayaan yang dimiliki, kemampuan untuk melacu, sikap terhadap minuman keras, komunikasi keluarga (Tucker dan Baier, 1985), tingkat kesamaan atau perbedaan dengan kebudayaan sendiri, kedekatan dengan kebudayaan sendiri (Gundykunst dan Kim, 1984).

D. Adaptasi Perilaku Komunikasi ke dalam Efektivitas Antarbudaya


Ada 3 sasaran komunikasi antarbudaya yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi antarbudaya, yakni (1)agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, (2)agar kita dapat meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya, dan (3) agar tercapai penyesuaian antarpribadi. Salah satu tujuan hidup bersama adalah berkomunikasi sehingga di antara kita saling mendukung demi pencapaian tugas-tugas yang dikehendaki bersama. Keberhasilan dalam tugas dapat di dukung oleh komunikasi antarbudaya yang dilakukan secara terbuka, berfikir positif, saling mendukung, bersikap empati. Akibatnya adalah kita meningkatkan semangat saling memberi dan menerima perbedaan sesuai dengan prinsip kebudayaan masing-masing. Manfaat pada aspek relasi adalah bagaimana orang berkomunikasi dengan anda, dapat mengatakan tentang apa yang anda pikirkan, apa yang anda rasakan, apa yang anda lakukan. Beberapa pertanyaan muncul dalam relasi antarpribadi komunikasi antar budaya, misalnya ; apakah mereka suka kepada anda? Apakah anda dapat melanjutkan kerjasama tersebut? memahami dan mengerti tentang kesejawatan, kesetiakawanan merupakan dua faktor yang penting dalam hubungan atau relasi antar pribadi. Dampaknya adalah, kita mencapai salah satu tujuan dari studi komunikasi antarbudaya yakni meningkatkan pengertian dan mengurangi ketegangan antarpribadi-antar budaya. Sasaran ketiga yang perlu dipahami dalam komunikasi antarbudaya adalah terciptanya penyesuaian antarpribadi.Perlu diketahui bahwa karena mereka yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya sering bergaul dengan frekuensi yang tinggi maka prasangka-prasangka budaya yang sebelumnya telah terbentuk perlahan-lahan berkurang. Jadi anda dengan komunikan memulai suatu proses hidup bersama misalnya menyesuaiakan diri antarbudaya, makin terbuka dengan sesama, dsbg.

You might also like