You are on page 1of 9

MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN USIA LANJUT

oleh Subdit. Kesehatan Usia Lanjut Dit Kesehatan Keluarga, Ditjen Binkesmas, Depkes RI I. PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah usia lanjut di Indonesia merupakan salah satu faktor pendorong ditetapkannya UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial usia lanjut diarahkan agar usia lanjut tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, usia dan kondisi fisiknya dan memanfaatkan semaksimal mungkin pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman dan kearifannya, untuk mewujudkan taraf kesejahteraan sosial yang optimal. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial usia lanjut bertujuan untuk memperpanjang umur harapan hidup dan masa produktif, mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apa yang termuat dalam undang-undang tersebut harus tetap diimplementasikan meskipun terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997 dan menyebabkan resesi yang berkelanjutan. Tantangan terbesar akibat kondisi krisis ekonomi yang terjadi adalah menurunnya pendapatan keluarga secara tajam dan meningkatnya biaya hidup yang disebabkan oleh kurang lancarnya suplai bahan makanan dan ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan dasar. Tujuan utama pembangunan kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehat secara fisik, mental dan sosial, serta beriman dan bertakwa untuk mencapai suatu kehidupan sosial ekonomi yang produktif serta tatanan berbangsa dan bernegara secara berkesinambungan. Untuk mempercepat pencapaian tujuan tersebut sekaligus mengantisipasi krisis berkelanjutan yang terjadi diperlukan suatu visi yaitu Indonesia Sehat 2010. Dengan visi tersebut diharapkan sebagian besar penduduk Indonesia memiliki derajat kesehatan yang optimal, secara adil dan merata di seluruh kawasan Indonesia. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan 4 misi sebagai berikut : 1. Penggerak Pembangunan Nasional berwawasan Kesehatan 2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. 4. Mendorong kemandirian masyarakat. Dibutuhkan 4 strategi untuk mencapai misi tersebut yaitu Paradigma Sehat, Profesionalisme, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan Desentralisasi. II. ANALISA SITUASI Statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia lanjut di dunia meningkat terus sehingga sampai pada kondisi yang menghawatirkan. Gambaran penduduk dunia dilukiskan sebagai bentuk piramida terbalik. Meningkatnya angka harapan hidup, status sosial ekonomi, pelayanan kesehatan dan keadaan gizi yang lebih baik adalah beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah usia lanjut. Meningkatnya penduduk usia lanjut merupakan beban di masyarakat dalam hal ketergantungan ekonomi, antara lain berhubungan dengan penyakit-penyakit pada usia lanjut (misalnya stroke, penyakit jantung, kanker, penyakit khronis), yang memerlukan biaya pelayanan kesehatan dan rehabilitasi dalam jumlah besar. Indonesia menghadapi peningkatan jumlah penduduk usia lanjut sebagai akibat dari meningkatnya angka harapan hidup di beberapa dekade belakangan ini yaitu pada tahun 1985 angka harapan hidup 61,5 tahun untuk wanita dan 57,9 tahun untuk pria dan pada tahun 1995 menjadi 66,7 tahun untuk wanita dan 62,9 tahun untuk pria. Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia lanjut diperkirakan akan mencapai 15,3 juta (7,4 % dari jumlah total penduduk), dengan angka harapan hidup berkisar antara 65 70 tahun. Dalam Human Development Index ditunjukkan bahwa untuk Indonesia dengan angka harapan hidup di tahun 1995 berada pada urutan ke 96 dari 175 negara. Walaupun demikian, umur yang panjang tidak selalu berarti hidup yang sehat. Oleh karena itu timbul pertanyaan bagaimana cara menjalani hidup lebih panjang dalam kondisi sehat. Ini merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa angka kesakitan pada usia di atas 45-59 tahun sebesar 11,6% dan angka kesakitan pada usia di atas 60 tahun sebesar 9,2%. Prevalensi anemia pada usia 55-64 tahun sebesar 51,5% dan pada usia lebih dari 65 tahun sebesar 57,9%. Nilai sosial budaya di Indonesia menganggap bahwa usia lanjut adalah sosok yang dihormati di keluarga dan masih merupakan tanggung jawab keluarga. Dengan demikian walaupun terjadi perubahan pola hidup masyarakat dari pertanian menjadi industri, dimana suami dan istri samasama bekerja di luar rumah, tidak mendorong mereka menitipkan usia lanjut ke Panti Werdha. Usia lanjut yang tinggal di Panti Werdha adalah
Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

mereka yang tidak punya keluarga atau yang mempunyai masalah dengan keluarga. III. LANDASAN HUKUM PENYELENGGARAAN Upaya kesehatan usia lanjut dikembangkan berdasarkan landasan hukum/ketentuan perundangan dan peraturan sebagai berikut: Undang-undang no. 10 tahun 1992 tentang Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yang menyebutkan bahwa Pemerintah melaksanakan penyelenggaraan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan usia lanjut agar tetap produktif. Undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan usia lanjut melalui upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga. Kep. Menko Kesra no. 05/1989 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Tetap Kesejahteraan Usia lanjut yang merupakan unsur bantu Menko Kesra dalam merumuskan kebijaksanaan menyeluruh dan terpadu tentang kesejahteraan usia lanjut. Keppres RI no. 15 tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen Kesehatan. SK Menkes no. 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI. SK Menkes no. 1346 tahun 1990 tentang Pembentukan Tim Kerja Geriatri yang bertugas merumuskan program pembinaan kesehatan usia lanjut. TUJUAN

IV.

Tujuan umum: Meningkatkan kesehatan usia lanjut agar dapat mencapai mutu kehidupan yang berkualitas dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Tujuan khusus: a. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya. b. Meningkatkan kemampuan dan peranserta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut. c. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut termasuk upaya deteksi dini. d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut. Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. 3 Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

V.

SASARAN DAN TARGET NASIONAL

Sasaran pembinaan dibagi dalam : Sasaran lansung Kelompok pra senilis 45-59 tahun Kelompok usia lanjut 60-69 tahun Kelompok usia lanjut risiko tinggi : usia > 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung Keluarga di mana usia lanjut berada. Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan usia lanjut. Pengelola program dan petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut. Mitra kerja lintas sektor terkait dengan upaya kesehatan usia lanjut. Target nasional Target nasional telah ditetapkan dalam Rencana Strategi (Renstra) sampai dengan tahun 2004 dan Indonesia Sehat tahun 2010 adalah sebagai berikut: Renstra thn 2004 - Kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan pada 50% puskesmas sampai dengan tahun 2004 - Seluruh panti werdha (100%) mendapat pembinaan dan pelayanan kesehatan oleh puskesmas di wilayahnya. Indonesia Sehat tahun 2010 - Kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan pada 70% puskesmas sampai dengan tahun 2010 - Seluruh panti werdha (100%) mendapat pembinaan dan pelayanan kesehatan oleh puskesmas di wilayahnya. MANAJEMEN PUSKESMAS PEMBINAAN KESEHATAN USIA LANJUT DI

VI.

Kegiatan operasional upaya kesehatan usia lanjut diselenggarakan selaras dengan kegiatan pelayanan kesehatan lainnya. Di tingkat puskesmas, kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut termasuk dalam kegiatan pengembangan, artinya bila kesehatan usia lanjut mempunyai masalah yang bermakna maka program pembinaan kesehatan usia lanjut wajib dilaksanakan mengacu pada pedoman yang ada.
Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

Pelaksanaan pembinaan perlu dilakukan dengan manajemen yang baik dengan memperhatikan aspek perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pelaporan, pemantauan dan penilaian. Strategi pembinaan Strategi pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut: Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam perencanaan puskesmas yang biasanya dilaksanakan melalui lokakarya mini di puskesmas termasuk pengorganisasian dan pelaksanaannya dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya. Melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat. Mendorong terwujudnya peranserta masyarakat khususnya dalam pembinaan kesehatan usia lanjut melalui lembaga swadaya masyarakat, PKK, organisasi sosial, kelompok usia lanjut atau potensi lain yang ada. Langkah-langkah Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembinaan kesehatan usia lanjut di pelayanan dasar adalah: 1) Perencanaan Diseminasi informasi pembinaan kesehatan usia lanjut kepada staf puskesmas. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang penatalaksanaan pembinaan kesehatan usia lnajut. Membuat rencana kegiatan dan mengintegrasikannya dalam perencanaan tahunan puskesmas, antara lain: pengumpulan data dasar berupa data epidemiologi maupun data sumberdaya yang dapat mendukung kegiatan membuat peta lokasi usia lanjut dan masalah yang dihadapi. membuat rencana kegiatan berdasarkan masalah yang ada. Melakukan pendekatan lintas sektor di tingkat kecamatan dan desa termasuk lembaga swadaya masyarakat dan LKMD untuk memberikan informasi dan menjelaskan perannya dalam pembinaan usia lanjut. Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa untuk mengetahui masalah yang berkaiatan dengan usia lanjut. Melakukan musyawarah masyarakat desa untuk mencapai kesepakatan tentang upaya yang akan dilaksanakan. Membentuk tim kerja terpadu lintas sektor dan melakukan pembinaan teknis bersama dibawah pimpinan camat sebagai bentuk kemitraan dalam pembinaan usia lanjut. Mendorong pembentukan dan pengembangan pembinaan kesehatan usia lanjut di masyarakat secara mandiri. 2) Penggerakan pelaksanaan

Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

Pelaksanaan pembinaan kesehatan usia lanjut di tingkat pelayanan dasar/puskesmas dilakukan dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk rujukannya sebagai berikut:

Kegiatan promotif Bertujuan meningkatkan gairah hidup para usia lanjut agar tetap dihargai dan tetap berguna. Upaya ini dilakukan kepada usia lanjut, keluarga maupun masyarakat. Kegiatan dapat berupa penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan gizi, peningkatan kebugaran jasmani, pengetahuan tentang proses degeneratif yang terjadi, serta upaya lain untuk dapat memelihara kemandirian serta produktivitas usia lanjut. Kegiatan preventif Bertujuan mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh proses menua. Kegiatan berupa deteksi dini kelainan/penyakit yang dapat dilakukan di kelompok, puskesmas, dengan menggunakan instrumen KMS usia lanjut dan Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan. Kegiatan kuratif Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usia lanjut yang sakit dan dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta. Kegiatan rehabilitatif Upaya yang dilakukan bersifat medik, psikososial, edukatif untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada usia lanjut. Kegiatan rujukan Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialis di rumah sakit ataupun secara horisontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana lebih lengkap untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Pembinaan dimaksudkan agar upaya yang dilakukan dapat berjalan secara berkesinambungan dan makin meningkat, dengan melakukan supervisi. Pembinaan meliputi: Mempelajari hambatan masalah yang timbul dalam penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut, berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian kemudian melakukan tindak lanjut peningkatan pelaksanaan. Meningkatkan penampilan kerja pelaksana upaya kesehatan usia lanjut terutama petugas puskesmas dan kader. Kegiatan pelayanan untuk usia lanjut dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas sektor terkait sesuai tanggungjawabnya, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, keluarga usia lanjut ataupun usia lanjut sendiri melalui kegiatan sebagai berikut: Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. 6 Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

Kegiatan petugas puskesmas: 1. Melaksanakan penyuluhan sesuai kebutuhan terhadap beberapa kelompok sasaran. 2. Melaksanakan penjaringan usia lanjut risiko tinggi, pemeriksaan berkala, petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang dapat terjadi pada usia lanjut.
Kegiatan no.1 & 2 di atas dapat dilaksanakan baik di Puskesmas maupun diluar puskesmas antara lain di Kelompok Usia Lanjut (Posyandu Usila), Panti Werdha dll

3. Melakukan diagnosa dini, pengobatan, perawatan dan pelayanan rehabilitatif kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif dan rehabilitatif yang harus dijalani kepada usia lanjut dan keluarganya. 4. Melakukan rujukan medik ke fasilitas rumah sakit yang lebih memadai untuk pengobatan, perawatan maupun rehabilitasi medik serta mengusahakan kemudahan-kemudahannya. Kegiatan petugas sektor terkait, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat. Pembinaan kesehatan usia lanjut akan lebih berhasil secara optimal apabila sektor terkait, tokoh masyarakat maupun lembaga sawdaya masyarakat ikut berperanserta dalam upaya yang dilakukan, antara lain: 1. Membantu kegiatan penyuluhan secara teratur dan berkesinambungan sesuai dengan peran sektornya dalam pembinaan kesehatan usia lanjut termasuk fungsi fasilitator dalam komunikasi antar generasi. 2. Membantu pengumpulan sumber daya, pemberian bantuan dan kemudahan dalam menunjang upaya kesehatan usia lanjut. 3) Pelaporan, pemantauan dan penilaian Pelaporan, pemantauan dan penilaian program pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS) atau melalui pengamatan langsung. Pencatatan juga dilaksanakan untuk melihat keberhasilan kegiatan, dengan menggunakan format pencatatan kegiatan pelayanan kesehatan usia lanjut untuk memantau kemajuan kegiatan. Pemantauan dapat dipergunakan untuk mengendalikan proses pelaksanaan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, mengendalikan hubungan antar petugas lintas program dan lintas sektor agar saling mendukung dan tidak tumpang tindih. Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. 7 Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

Kegiatan penilaian merupakan rangkaian dari suatu siklus yang menyertai kegiatan pembinaan, dilaksanakan berdasarkan hasil pemantauan dengan tujuan meningkatkan metode penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut, yang meliputi: Peningkatan mutu pelayanan yang memperhatikan sarana, teknologi, tenaga peningkatan supervisi, pelatihan penggalangan peranserta masyarakat serta pemanfaatan sumber daya. Memperluas jangkauan pelayanan, penambahan jenis dan jumlah tenaga pelaksana. . Penilaian kegiatan dilakukan melalui: Pemanfaatan data hasil pencatatan dan pelaporan. Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan. Studi atau penelitian khusus antara lain untuk mengetahui dampak dari pembinaan. VII. INSTRUMEN PEMANTAUAN Beberapa instrumen telah dikembangkan dalam memantau upaya kegiatan pelayanan kesehatan usia lanjut antara lain: Formulir pencatatan kegiatan Formulir pencatatan dibagi dalam beberapa bagian yaitu: Pencatatan di kelompok, yang akan disampaikan sebagai laporan ke tingkat puskesmas setiap bulan, memuat hasil pencatatan kegiatan pelayanan di kelompok. Pencatatan kegiatan di puskesmas, merupakan rangkuman hasil kegiatan di kelompok yang ada di wilayah kerja puskesmas dan kegiatan di gedung puskesmas sendiri. Hasil kegiatan dilaporkan setiap tiga bulan sekali ke tingkat Kabupaten. Pencatatan kegiatan di Kabupaten, merupakan rangkuman seluruh kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di semua puskesmas wilayah Kabupaten tersebut, dan dikirim ke tingkat Propinsi setiap 6 (enam) bulan sekali. Pencatatan kegiatan di tingkat Propinsi yang merangkum seluruh kegiatan dari tingkat Kabupaten dan dikirim ke Pusat setahun sekali. Formulir lain yang merupakan sumber data bagi kegiatan pembinaan usia lanjut adalah: Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut , yang merupakan sumber informasi mengenai usia lanjut, sebagai hasil pencatatan pada waktu kegiatan pelayanan di kelompok maupun di puskesmas . Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut (BPPK) , berisi informasi lengkap dan berkesinambungan tentang keadaan 8

Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

kesehatan usia lanjut, yang memuat juga keluhan yang dirasakan oleh usia lanjut sendiri.

VIII.

PENUTUP

Tujuan pembinaan kesehatan usia lanjut dititikberatkan pada upaya preventif dan promotif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Hal tersebut bertujuan agar usia lanjut dapat hidup dalam keadaan tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif selama mungkin. Di masyarakat telah banyak sektor ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan, tetapi sejauh ini masih belum banyak yang memberikan perhatian terhadap kesehatan usia lanjut. Paradigma di bidang kesehatan yang memberikan perhatian khusus pada upaya promotif dan preventif, memberi kesempatan yang lebih luas untuk mencari upaya intervensi yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup usia lanjut yang bukan tidak mungkin harus dimulai sejak dini sebagai suatu kesinambungan pembinaan kesehatan sejak dalam kandungan sampai usia lanjut.

Manajemen tangerang

Disampaikan pada acara Pelatihan Manajemen Program Kesehatan Usia lanjut, Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Prop. Banten, tanggal 27 Mei 2003

You might also like