You are on page 1of 10

PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK A. TUJUAN Tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.

1. 2. Untuk mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut. Untuk mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik. B. LANDASAN TEORI Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Arifin, 2008). Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawa organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawa organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia. Di antara beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatic, senyawa yang mengandung paling tidak satu cincin benzene; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom non karbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan karbon hydrogen. Sehingga asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama organik (Cahyono, 2010).

Potensi bahan kimia organik untuk menimbulkan efek yang sangat beracun bagi kesehatan sangat bervariasi pada tiap orang-orang. Seperti dengan polutan lain (seperti persisten, bioakumulatif dan zat beracun), tingkat dan sifat dari efek kesehatan tergantung pada banyak faktor termasuk waktu dan intensitas paparan. Iritasi mata dan saluran pernafasan, sakit kepala, dan gangguan ingatan adalah salah satu gejala langsung bahwa beberapa orang dapat terkena segera setelah paparan dengan beberapa zat organik yang mudah menguap. Saat ini, sangat sedikit yang diketahui tentang efek kesehatan terjadi dari tingkat organik biasanya ditemukan dalam suasana

indoor dan outdoor. Banyak senyawa organik yang diketahui dapat


menyebabkan kanker pada hewan, beberapa telah dicurigai dapat menyebabkan karsinogen pada manusia (Ciganek, 2008). Sebagian besar zat kimia yang ada dalam tubuh manusia berbentuk senyawa, yang terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu senyawa organik dan senyawa anorganik. Senyawa anorganik tidak mengandung karbon. Sebagian besar zat kimia dalam tubuh tidak termasuk senyawa anorganik. Air merupakan senyawa anorganik yang terpenting di dalam tubuh manusia dan jumlahnya sekitar 70% dari total berat badan. Senyawa anorganik penting lainnya merupakan senyawa kecil dan sederhana seperti asam, basa dan garam (Chang, 2008). Zat organik adalah zat yang banyak mengandung unsure karbon. Contohnya antara lain Benzen, Chloroform, Detergen, Methoxychlor, dan Pentachlorophenol. Zat organik dibagi menjadi 2, yaitu zat organik aromatis yaitu senyawa organik yang beraroma, secara kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya benzene, toluene, dan zat organik nonaromatis yaitu senyawa organik yang tidak beraroma, dan secara kimia tidak mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya etana, etanol, formalin. Zat organik dapat digunakan sebagai bahan makanan, zat aditif, dan bahan peledak (Hidayati, 2010). Asam-asam organik, merupakan bagian dari bahan organik, adalah hasil kegiatan jasad hidup baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan batuan. Senyawa ini umumnya merupakan hasil buangan (sekresi, eksudat)

atau pun rombakan. Asam-asam ini, seperti asam anorganik umumnya karena pada gugus fungsionalnya dapat mengalami disosiasi yang melepaskan proton (H+) dan proton ini dapat menyerang mineral batuan. Selain itu sisa asamnya (anion organik) dapat membentuk senyawa kompleks dengan kation-kation pada tepi mineral atau kation yang terlepas dari mineral. Asam oganik adalah termasuk senyawa organik yang umumnya merupakan hasil dari kegiatan jasad hidup. Umumnya, di alam, ditemukan pada, di atas dan di dalam tanah. Bentuk senyawa organik terdiri dari senyawa yang belum terhumuskan dan telah terhumuskan. Senyawa organik yang belum terhumuskan misalnya karbohidrat, asam amino, protein, lemak, lignin, asam nukleat, pigment, hormon dan asamasam organik. Asam organik yang termasuk dalam senyawa organik belum terhumuskan selanjutnya diistilahkan asam organik belum terhumuskan (Ismangil, 2005). Perak tergolong logam, berwarna putih mengkilat bersifat keras namun mudah dicetak pada temperatur 960-965 0C. Perak berada di alam bersamasama dengan tembaga, plumbum, seng dan emas. Perak murni susah larut dalam asam encer maupun dalam suasana basa encer. Larut dalam asam sulfat pekat panas maupun asam nitrat pekat panas dengan membebaskan gas hidrogen. Perak nitrat jika ditambahkan dengan ion klorida akan menghasilkan endapan perak klorida yang berwarna putih. Ketika di dalam garam perak klorida ditambah amoniak akan terjadi pembentukan senyawa kompleks perak (I) diamin klorida (Suhartana, 2007).

C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut. Sikat Tabung Tabung reaksi Pipet tetes Gegep

Hot plate
Cawan porselin Pembakar bunsen

2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut. HCl NaCl KI Air ludah Etanol Glukosa AgNO3 CHCl3

D. PROSEDUR KERJA 1. Tes Beilstein Kawat - Dibakar ujungnya pada pemanas Bunsen. - Dimasukkan ke dalam larutan HCl 3M, CHCl3, KI dan air ludah. Hasil pengamatan = ? 2. Perbedaan Sifat Karena Pemanasan NaCl - Dimasukkan secukupnya. - Dipanaskan di atas hot plate - Diulangi percobaan di atas untuk glukosa Hasil pengamatan = ? 3. Perbedaan dalan ionisasi Larutan NaCl 0,1 M - Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. - Ditambahkan dengan 3 tetes AgNO3 - Diamati perubahan yang terjadi - Diulangi percobaan di atas untuk CHCl3 Hasil pengamatan = ? ke dalam cawan krus

E.

HASIL PENGAMATAN 1. Tabel hasil pengamatan No. 1. 2. 3. Tes Beilstein Perbedaan Sifat Karena Pemanasan Perbedaan dalam ionisasi Perlakuan Hasil

F.

PEMBAHASAN Senyawa organik dan anorganik dapat dibedakan atas sifat fisik dan kimianya. Terdapat beberapa sifat fisika maupun kimia yang dapat membedakan suatu senyawa termasuk dalam senyawa organik ataupun senyawa anorganik, misalnya pada keadaan saat pemanasan, konduktivitas, ionisasi serta kelarutan. Pada percobaan ini, akan diamati bagaimana perbedaan senyawa organik dan anorganik melalui beberapa cara yaitu tes Beilstein, pemanasan, dan ionisasi. Pada tes Beilstein, ujung kawat yang telah dipanasi dengan pembakar Bunsen dimasukkan ke dalam beberapa larutan yaitu HCl, CHCl3, KI, dan air ludah. Saat ujung kawat yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi HCl, tidak terbentuk gelembung. Sedangkan saat ujung kawat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisikan CHCl3 terbentuk adanya gelembung-gelembung. Secara teori, suatu kawat yang ujungnya dipanaskan kemudian dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung senyawa organik maka akan mengahsilkan gelembung. Hal ini dikarenakan, pada larutan senyawa organik terdapat unsur karbon ( C ). Pada ujung kawat yang telah dipanaskan, terdapat unsur oksigen akibat pembakaran tersebut yang kemudian akan bereaksi dengan unsur karbon dalam larutan senyawa organik dan menghasilkan gelembung-gelembung CO2. Sehingga, jika kawat yang dipanaskan dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung senyawa organik maka akan menghasilkan gelembung. Pada dasarnya, CHCl3 atau kloroform dan air ludah termasuk senyawa organik, sedangkan HCl dan KI termasuk dalam senyawa anorganik. Tetapi, pada percobaan ini hanya pada larutan kloroform yang menghasilkan gelembung sedangkan air ludah tidak. Pada uji perbedaan sifat karena pemanasan, sampel yang digunakan yaitu NaCl dan glukosa. NaCl merupakan senyawa anorganik, sedangkan glukosa merupakan senyawa organik. Secara teori, suatu senyawa organik tidak mudah terbakar, sedangkan senyawa anorganik mudah terbakar. Pada percobaan ini, NaCl dan glukosa dipanaskan di atas cawan porselin pada suhu 20oC. Pemanasan dilakukan untuk mengetahui sampel mana yang lebih duluan bereaksi. Pada hasil percobaan ini, diketahui bahwa glukosa lebih duluan

meleleh dan berubah warna daripada NaCl sedangkan pemanasan dilakukan pada waktu dan suhu yang sama. Dari hasil percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa glukosa yang merupakan senyawa organik lebih mudah berubah akibat pemanasan daripada NaCl yang merupakan senyawa anorganik. Senyawa organik lebih mudah berubah sifat atau meleleh akibat pembakaran karena pada senyawa tersebut umumnya mengandung unsur karbon ( C ). Pada uji ionisasi, sampel yang digunakan adalah larutan NaCl dan CHCl3 atau kloroform. Uji ionisasi dilakukan dengan menambahkan AgNO3 ke dalam larutan sampel. NaCl yang direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan endapan putih dan warna larutan berubah dari bening menjadi abu-abu. Hal ini terjadi karena NaCl mudah melepaskan ion dan membentuk ion-ion positif sehingga reaktif karena energi ionisasi yang dimilikinya kecil bila dibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan membentuk ion positif. Sedangkan CHCl3 yang direaksikan dengan AgNO3 larutan hanya berubah warna dari bening menjadi kekuningan. Secara teori, seharusnya kloroform yang direaksikan dengan AgNO3 akan menghasilkan 2 lapisan larutan atau 2 fase larutan. Hal ini dikarenakan perbedaan sifat antara AgNO3 dengan kloroform. Tetapi pada percobaan ini tidak terbentuk 2 lapisan dari pencampuran 2 senyawa tersebut. Hal ini kemungkinan dikarenakan kadar kloroform pada reagen kloroform yang digunakan sedikit sehingga tidak dapat membentuk lapisan larutan. Jika terbentuk lapisan maka lapisan yang berada di atas asalah kloroform yang mempunyai massa jenis yang lebih ringan daripada AgNO3.

G. KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut. 1. Tes-tes yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa yaitu pemanasan, ionisasi, dan tes Beilstein. 2. Suatu senyawa organik akan lebih mudah terbakar daripada senyawa anorganik. Senyawa organik juga lebih mudah larut daripada senyawa anorganik.

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal, 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, Volume 27 Nomor 3, Bogor. Cahyono, Ari Dwi dan Tuhu Agung R., 2010, Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Adsorben Dalam Penyisihan Cod Dari Limbah Cair Domestik Rumah Susun Wonorejo Surabaya, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Volume 4 Nomor 1, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Chang, Raymond, 2008, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. Ciganek, M. dan J. Neca, 2008, Chemical characterization of volatile organic compounds on animal farms, Veterinarni Medicina, Volume 53 Nomor 12, Czech Republic. Hidayati, Ana dan Yusrin, 2010, Pengaruh Lama Waktu Simpan Pada Suhu Ruang (27-29oc) Terhadap Kadar Zat Organik Pada Air Minum Isi Ulang, Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010, Universitas Muhammadiyah Semarang. Ismangil, dan Eko Hanudin, 2005, Degradasi Mineral Batuan Oleh Asam-Asam Organik, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Volume 5 Nomor 1, Purwokerto. Suhartana, 2007, Kemampuan Ligan Hipoxantin dan Quanin untuk Ekstraksi Kation Perak pada Fasa Air- Kloroform, Jurnal Sains dan Matematika, Volume 15 Nomor 1, Semarang.

You might also like