You are on page 1of 8

SEMINAR

ZONASI RESIKO BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI PESISIR KABUPATEN MALANG

OLEH: NIKO IRJAYA DESMONDA NRP 3610 100 015

DOSEN PEMBIMBING: BAPAK EKO BUDI SANTOSO

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2013
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) tempat pertemuan silang antara 2

lempeng Samudera (Pasifik dan Hindia/Indonesia) dan 2 lempeng benua (Asia dan Australia). Secara geologi, geofisika, dan oseanografi serta posisi tengah yang dilintasi oleh poros utama bumi yakni garis khatulistiwa (equator) yang menyebabkan negara ini selain memiliki potensi sumber daya alam mineral, minyak, gas bumi, biota laut, dan darat. Selain itu, juga terkandung ancaman bencana alam gempa bumi, gunung berapi, tsunami dan gerakan tanah lainnya. Potensi ancaman bencana alam menjadi lebih besar akibat posisi geografis khatulistiwa yang dipengaruhi oleh karakteristik dan fenomena iklim subtropis belahan bumi utara dan belahan bumi selatan yang membentuk pola iklim tropis di Indonesia. (Sjarief dan Sigarlaki, 2005). Pulau-pulau di Indonesia terbentuk sepanjang garis yang berpengaruh kuat antara perubahan lempeng-lempeng tektonik Australia, Pasifik, Eurasia dan Filipina. Lempeng Australia bergerak lambat ke arah utara, lempeng Pasifik ke arah barat, lempeng Eurasia ke timur sedangkan lempeng Filipina ke arah barat (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004; USGS dalam Loui, 2001; Dewey, 1972 dalam Keller, 1979). Pertemuan lempeng-lempeng tersebut membuat Indonesia sebagai salah satu negara yang paling banyak berubah wilayah geologinya di dunia. Pada titik pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di sebelah barat pantai Sumatera, selatan Jawa, selatan Bali, NTB dan NTT bisa mengakibatkan gempa di atas magnitude 9 Skala Richter (SR) (Loui, 2001 dalam Kodoatie, 2006). Besaran tersebut dikategorikan ke dalam gempa bumi hebat dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada beberapa daerah dengan jangkauan 100 km

(http://geophys.washington.edu/EarthquakeRecent). Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa bumi dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat. Sekitar 90 persen gempa bumi yang terjadi di dunia berada di jalur cincin gempa Indonesia atau Cincin Api Fasifik, dan 81 Persen gempa yang terjadi merupakan gempa paling terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah. Gunung merapi yang berada dalam cincin gempa Indonesia terdiri dari 400 gunung berapi, dan 130 diantaranya masih berkategori sebagai gunung berapi aktif. Kejadian bencana gempa bumi yang diikuti tsunami di Aceh, Nias, Pangandaran, serta beberapa bagian wilayah Indonesia telah menyadarkan sebagian besar penduduk Indonesia akan resiko

bencana di kawasan pesisir dan pantai. Banyak sekali fenomena yang menunjukkan bahwa penduduk di daerah pesisir mengalami trauma atau pobhia terhadap kejadian gempa dan tsunami. Fenomena ini menunjukkan bahwa perlu adanya sosialisasi mengenai tingkat bahaya yang mungkin terjadi di daerah-daerah permukiman di sepanjang pantai dan pesisir, terutama pada pantai yang berhadapan langsung dengan zona tumbukan lempeng tektonik. Pesisir Jawa Timur, yang merupakan salah satu kawasan yang menyimpan banyak potensi sumber daya kelautan, pun tak luput dari ancaman bencana. Pesisir Jawa Timur memiliki beberapa karakteristik yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Kabupaten Malang berpotensi untuk terjadinya gempa tektonik akibat posisi Pulau Jawa yang berada pada subduction zone, yaitu pertemuan antara lempeng Eurasia dan Australia pada khususnya, serta akibat posisi Indonesia pada pertemuan lempeng-lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik pada umumnya. Selain itu di Kabupaten Malang juga berpotensi terjadi gempa vulkanik akibat adanya gununggunung api di sekitar wilayah Kabupaten Malang. Kawasan rawan gempa bumi di Kabupaten Malang meliputi Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Pemilihan kelima kecamatan tersebut sebagai wilayah penelitian, karena didasari pertimbangan bahwa di Kabupaten Malang ini memiliki pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia dan umumnya morfologi pantainya cenderung landai. maka apabila terjadi gelombang pasang menyebabkan air akan masuk ke daratan relatif jauh sehingga daerah luapan airnya meluas hingga wilayah permukiman di wilayah terdampak. Permukiman merupakan daerah yang paling penting dalam kegiatan mitigasi bencana alam, karena merupakan tempat tinggal dan tempat berkumpulnya penduduk (Katayama, 2000). Kerugian terbesar akibat bencana umumnya terdapat pada daerah permukiman penduduk. Dengan demikian identifikasi karakteristik permukiman perlu dilakukan untuk dapat mengenali tingkat resiko bencana yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kewaspadaan seluruh stakeholders dan seluruh lapisan masyarakat, selaku penghuni permukiman di pesisir Kabupaten Malang melalui mitigasi bencana yang salah satunya adalah dengan membuat pemintakatan (zonasi) kawasan rawan bencana gempa bumi agar dampak yang timbul ketika bencana datang dapat diminimalisasi sejak dari awal, sedangkan dalam menghadapi bencana yang disebabkan oleh alam kita hanya memiliki satu upaya mitigasi yaitu dengan membuat rencana skenario untuk mereduksi dampak yang mungkin terjadi. Dua kejadian tersebut telah membuat kita sadar betapa upaya mitigasi adalah suatu hal yang

sangat penting bagi kawasan-kawasan pesisir Indonesia, terlebih lagi bagi pantai selatan Jawa di mana terdapat pertemuan antara beberapa lempeng tektonik.

1.2 Rumusan Masalah Wilayah pesisir kabupaten Malang yang terdiri dari Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading merupakan salah satu spot yang rentan akan bencana gempa bumi. Dalam hal upaya mitigasi bencana gempa bumi, Kabupaten Malang Masih belum memiliki peta zonasi risiko bencana gempa bumi. Mengingat pentingnya zonasi risiko tersebut, langkah awal mitigasu bencana , maka penelitian ini bermaksud melakukan pemintakatan (zonasi) risiko bencana gempa bumi, sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut pertanyaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian adalah faktor apa yang berpengaruh dalam perumusan zona risiko bencana gempa bumi di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading ?

1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan pemintakatan risiko bencana gempa bumi di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading sebagai upaya mitigasi bencana. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sasaran yang harus dicapai, yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik ancaman bahaya bencana Gempa Bumi di pesisir Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana gempa bumi di pesisir Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. 3. Menentukan zona risiko bencana gempa bumi di Pesisir Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. 4. Menentukan rekomendasi arahan kebijakan terkait masing-masing zona risiko.

1.4 Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah yang masuk dalam penelitian ini yaitu wilayah pesisir Kabupaten Malang yang terdiri dari 8 Kecamatan, yakni : Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Berikut adalah batas-batas administrasi wilayah penelitian: Sebelah Utara : Kecamatan Kalipare, Pagak, Pagelaran, Turen, Wajak, dan Kecamatan Poncokusumo Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang : Samudera Hindia : Kabupaten Blitar

Gambaran jelas secara visual dapat dilihat pada Peta 1.1.

b. Ruang Lingkup Substansi Ruang lingkup substansi penelitian ini adalah kebencanaan terkait konsep risiko (risk), bahaya (hazard), dan kerentanan (vulnerability), serta teori tentang mitigasi bencana gempa bumi.

c. Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian yang dilakukan ini menggunakan asumsi kondisi gempa bumi yang terjadi di wilayah studi lebih tepatnya di pesisir sisi selatan Kabupaten Malang. Walaupun jarang terjadi bencana gempa bumi bermagnitude skala besar di pesisir selatan Kabupaten Malang, upaya mitigasi bencana berupa perumusan pemintakatan (zonasi) risiko bencana gempa bumi tetap menjadi suatu hal yang sangat diperlukan dalam rangka tahap pengelolaan mitigasi bencana, yakni dengan membangun kesiapan menghadapi gempa bumi (pre Earthquake Action). Dalam penelitian ini akan membahas pemintakatan risiko bencana gempa bumi di Kawasan Pesisir selatan Kabupaten Malang berdasarkan tingkat bahaya dan kerentanan terhadap bencana. Aspek-aspek yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : aspek lingkungan, aspek ekonomi, aspek fisik, dan aspek sosial.

1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritik

Manfaat penelitian yang akan dilakukan ini bagi para akademisi adalah sebagai masukan dalam pengembangan keilmuan perencanaan wilayah dan kota, salah sastunya yaitu memberikan informasi pendekatan dalam merumuskan konsep penataan ruang berbasis kebencanaan.

b. Manfaat Praktik Sedangkan manfaat praktis yang dapat diperoleh bagi stakeholders, diantaranya: 1) Bagi pemerintah Kabupaten Malang, dapat dijadikan sebagai bahan masukan institusi terkait, seperti BAPPEDA, BNPB Daerah, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas PU Binamarga dan Pematusan dalam menentukan kebijakan mengenai mitigasi suatu wilayah yang rentan terhadap ancaman bencana gempa bumi secara bijaksana. Khusus untuk BNPB Malang, hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai pedoman awal zonasi risiko gempa bumi di sisi pesisir selatan Kabupaten Malang karena pihak BNPB belum pernah membuat zonasi untuk wilayah tersebut. 2) Bagi swasta, dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan kegiatan yang akan diselenggarakan di daerah yang rentan terhadap bencana sehingga sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang. 3) Bagi masyarakat pada wilayah studi khusunya, dapat dijadikan masukan sebagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan untuk mereka yang melakukan aktivitas di daerah rawan bencana gempa bumi.

1.6 Hasil yang Diharapkan Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini adalah terumuskannya peta zonasi kawasan risiko bancana gempa bumi di Kabupaten Malang, dan juga arahan kebijakan terkait masingmasing zona bahaya yang ada.

1.7 Kerangka Berpikir

Indonesia sebagai tempat pertemuan empat lempengtektonik, yaitu lempeng Australia, Pasifik, Eurasia dan Filipina Potensi bencana gempa bumi di pesisir selatan Jawa Timur Kabupaten Malang berpotensi untuk terjadinya gempa tektonik akibat posisinya yang berada pada subduction zone Permukiman adalah daerah paling penting dalam mitigasi bencana alam. Kerugian terbesar akibat bencana pada daerah permukiman penduduk.

Latar Belakang

Kurangnya kewaspadaan dan kesiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gempa bumi Kemungkinan dampak negative yang akan ditimbulkan oleh bencana gempa bumi di pesisir selatan Kabupaten Malang

Rumusan Masalah

Identifikasi karakteristik bahaya (hazard) gempa bumi

Sasaran
Identifikasi kerentanan (vulnerability) gempa bumi Pemetaan zonasi risiko bencana gempa bumi

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko gempa bumi

Kesimpulan
Zonasi Risiko Bencana Gempa Bumi di Pesisir Selatan Kabupaten Malang

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Tanggap Bencana Secara sederhana system tanggap bencana (disaster management) meliputi empat tahapan, yaitu : 1. Mitigation : Pengurangan Pencegahan Mitigation merupakan tahapan atau langkah memperingan risiko yang ditimbulkan oleh suatu bencana. Dalam mitigasi terdapat dua bagian penting, yakni pengurangan dan pencegahan terjadinya bencana. 2. Preparedness : perencanaan - persiapan

You might also like