You are on page 1of 6

HUBUNGAN GOOD GOVERNANCE DAN OTONOMI DAERAH

Tugas ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Hukum dan Adm. Perencanaan

Oleh : AUFIYA ALTHOF FAIZAL (103060024)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2013

BAB I PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 tentang pemerintahan daerah merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka menjawab dan memenuhi tuntutan reformasi akan demokratisasi hubungan Pusat dan daerah serta upaya pemberdayaan daerah. Otonomi daerah menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 dipahami sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berada sarkanaspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Jadi dapat dipahami disini bahwa inti dari otonomi daerah adalah demokratisasi dan pemberdayaan. Otonomi daerah sebagai demokratisasi maksudnya adalah adanya kesetaraan hubungan antara pusat dan daerah, dimana daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan, kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Aspirasi dan kepentingan daerah akan mendapatkan perhatian dalam setiap pengambilan kebijakan oleh pusat. Adanya otonomi daerah merupakan upaya dari good governance yang berjalan di Indonesia.Indonesia bukan negara liberal dimana swasta memiliki kebebasan yang luar biasa dalam negara. Namun hubungan Negara menjadi pengayom rakyat. Dimana negara punya tujuan mensejahterakan rakyat. Era otonomi daerah bukan merupakan ancaman bagi upaya pengembangan industri dan perdagangan, namun sebaliknya justru memberikan kesempatan dan dukungan bagi pengembangan perindustrian dan perdagangan. Dengan kewenangan yang dimiliki daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya terbuka kesempatan untuk mengembangkan perindustrian dan perdagangan secara optimal di daerah. Di era otonomi daerah sejalan dengan kewenangan yang dimiliki daerah pengembangan industri dan perdagangan akan lebih efektif jika diarahkan kepada kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi, karena pada umumnya setiap daerah memiliki kelompok usaha jenis tersebut. Dengan kewenangan yang dimiliki daerah tersebut setiap daerah akan berupaya melakukan pembinaan terhadap kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi untuk mendukung pengembangan industri dan perdagangan sesuai dengan kondisi potensi dan kemampuan masing -masing daerah.

BAB II ISI Tata Pemerintahan (Governance) adalah suatu mekanisme interaksi para piha terkait (Pemerintah, Lembaga Legislatif, dan masyarakat) untuk bersama-sama merumuskan berbagai kesepakat yang berkaitan dengan manajemen pembangunan dalam suatu wilayah hokum dan administrasi tertentu. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, pihak-pihak yag berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah di daerah memerlukan dasar atau prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance), yang dapat menjadi acuan bagi tercapainya tujuan pemberian otonomi, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah, pengembangan dan kemandirian daerah, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Ada 10 Prinsi yang harus dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait untuk mencapai Good Governance tersebut, antara lain : 1. Partisipasi 2. Penegakan Hukum 3. Transparansi 4. Kesetaraan 5. Daya Tanggap 6. Pandangan Kedepan 7. Akuntabilitas 8. Pengawasan 9. Efisiensi dan Efektif 10. Profesionalisme Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah salu instrumen yang merefleksikan keinginan Pemerintah untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilihat dari indikator upaya penegakan hukum, transparansi dan penciptaan partisipasi. Dalam hal penegakan hukum, UU No. 32 Tahun 2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum

bagi para penyelenggara pemerintahan daerah yang diindikasikan melakukan penyimpangan. Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya terdapat 7elemen penyelenggaraan pemerintahan yang saling mendukung tergantung dari bersinergi satu sarna lainnya, yaitu : 1. Urusan Pemerintahan 2. Kelembagaan 3. Personil 4. Keuangan 5. Perwakilan 6. Pelayanan Publik 7. Pengawasan Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dan dikembangkan serta direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun di samping penataan terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal hal yang bersifat kondisional yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan kebutuhan nyata dalam rangka penataan otonomi daerah di Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan Otonomi Khusus NAD dan Papua, penataan daerah dari wilayah perbatasan, serta pemberdayaan masyarakat. Setiap elemen tersebut disusun penataannya dengan langkah langkah menyusun target ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari mengidentifikasi gap yang ada antara target yang ingin dicapai dibandingkan kondisi rill yang ada saat ini. Meskipun dalam pencapaian Good Governance rakyat sangat berperan dalam pembentukan peraturan rakyat mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi, namun peran negara sebagai organisasi yang bertujuan mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas. Untuk menghindari kesenjangan didalam masyarakat, pemerintah mempunyai peran yang sangat penting. Kebijakan publik banyak dibuat dengan menafikan faktor rakyat yang menjadi dasar absahnya sebuah negara. UU no 32 tahun 2004 yang memberikan hak otonami kepada daerah juga menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat diberi kewenangan untuk mengatur dan menentukan arah perkembangan daerahnya sendiri. Dari pemilihan kepala daerah,perimbangan keuangan pusat dan daerah (UU no 25 tahun 1999). Peraturan daerah pun telah masuk dalam Tata urutan peraturan perundang - undangan nasional (UUno 10 tahun 2004), Pengawasan oleh masyarakat.

Sementara itu dalam upaya mewujudkan transparansi dalam penyelenggaran pemerintahan diatur dalam Pasal 127 ayat (2), yang menegaskan bahwa system akuntabilitas dilaksanakan dengan kewajiban Kepala Daerah untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan keterangan pertanggung jawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat. Sistem akuntabilitas semacam ini maka terdapat keuntungan yang dapat diperoleh yakni, akuntabilitas lebih dapat terukur tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis semata. Hal ini merupakan antitesis sistem akuntabilitas dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana penilaian terhadap laporan pertanggung jawaban kepala daerah oleh DPRD seringkali tidak berdasarkan pada indikator -indikator yang tidak jelas. Karena akuntabilitas didasarkan pada indikator kinerja yang terukur, maka laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak mempunyai dampak politis ditolak atau diterima. Dengan demikian maka stabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat lebih terjaga. Masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelaksanaan pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai perorangan, kelompok maupun organisasi dengan cara yaitu pemberian informasi adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi atau nepotisme di lingkungan pemerintah daerah maupun DPRD. Penyampaian pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun represif atas masalah. Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada pejabat yang berwenang dan atau instansi yang terkait. Menurut Pasal 16 Keppres No. 74 Tahun 2001, masyarakat berhak memperoleh informasi perkembangan penyelesaian masalah yang diadukan kepada pejabat yang berwenang. Pasal tersebut berusaha untuk memberikan kekuatan kepada masyarakat dalam menjalankan pengawasan.

BAB III KOMENTAR Pemerintah daerah harus melibatkan seluruh unsur masyarakat dalam proses pembangunan. Good Governance di daerah harus diselenggarakan secara partisipatif, melibatkan masyarakat dalam setiap pembangunan yang diselenggarakan. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah daerah merupakan kunci bagi ikut sertanya masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan. Hal itu akan tumbuh apabila masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang setara. Pembedaan perlakuan justru akan mendorong terjadinya konflik sosial di masyarakat. Selain itu, hasil pembangunan daerah akan lebih optimal dengan cara melibatkan masyarakatnya dalam setiap pembangunan yang diselenggarakan di daerah dibandingkan dengan pembangunan daerah yang berjalan masing-masing. Karena dengan pembangunan daerah yang melibatkan masyarakat, maka pemerintah akan mengetahui kebutuhan masyarakat yang benar-benar perlu dipenuhi.

You might also like