You are on page 1of 5

Pemanfaatan Pupuk Organik Limbah Kubis untuk Kultur Spirulina sp. BAB I. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Spirulina sp. merupakan mikroalga yang mengandung protein tinggi sekitar 55-70% dan sumber mikronutrien (Phang, et al., 2000). Pada tahun 1976, Spirulina sp. sengaja dipilih sebagai sumber makanan masa depan oleh International Association Of Applied Microbiology. Beberapa Sumber bahan pangan seperti jamur dan bakteri mikroorganisme mempunyai kadar protein yang sangat tinggi sehingga disebut sebagai protein sel tunggal (PST). Saat ini jenis ganggang yang banyak diteliti untuk produksi Protein Sel Tunggal (PST) adalah jenis Spirulina baik S. platensis maupun S. fusiformis. Ganggang ini memiliki ukuran lebih besar dari Chlorella, sehingga lebih mudah dipanen dengan menggunakan penyaringan 6. Di India S. platensis telah berhasil ditumbuhkan dalam media limbah domestic dan kemudian dijadikan pakan ikan dan binatang lain yang pada gilirannya nanti akan menjadi sumber protein bagi manusia. Institut Petrole du Fance di Meksiko membudidayakan S. platensis secara besar-besaran pada media limbah industri soda. Unit budidaya ganggang ini menghasilkan 1 - 5 ton ganggang kering/hari. Spirulina memiliki prospek yang bagus sebagai bahan pangan, akan tetapi dalam pengembangannya masih terbatas sangat terbatas karena kurangnya pengetahuan masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Spirulina sp. merupakan sumber pangan alternatif yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Pertumbuhan spirulina memerlukan adanya nutrisi agar dapat berkembang dengan baik. Penggunaan pupuk anorganik(ZA, TSP, dsb) biasa digunakan dalam kultur/budidaya. Akan tetapi, dalam kultur jumlah besar, biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Oleh sebab itu, perlu adanya solusi alternatif penggunaan pupuk organic dengan bahan baku yang murah, mudah didapat dan tetap memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang cukup untuk kultur spirulina. Alternatif yang ada adalah dengan menggunakan limbah organic pasar untuk dijadikan pupuk cair organik.

Rumusan masalah yang timbul dari penelitian tentang penggunaan pupuk organik cair sebagai untuk Kultur Spirulina Adakah perbedaan tingkat pertumbuhan dan kandungan gizi dari spirulina yang dikultur dengan penambahan nutrient yang berbeda? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas pemanfaatan pupuk limbah organik untuk kultur Spirulina sp.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Karakteristik Spirulina Spirulina sp merupakan makhluk hidup autotrof berwarna kehijauan, kebiruan, dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix) sehingga disebut juga alga biru hijau berfilamen (cyano bacterium). Bentuk tubuh spirulina sp yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen spirulina hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas( Rhice, 2008 ). Spirulina adalah jenis cyanobacteria atau bakteri yang mengandung klorofil dan dapat bertindak sebagai organism yang biasa melakukan fotosintesis untuk membuat makanan sendiri. Bentuknya spiral, Mengandung fikosianin tinggi sehingga warna cenderung hijau biru. Spirulina Dapat tumbuh dengan baik di danau, air tawar, air laut, dan media tanah. Spirulina Juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dimedia yang mempunyai alkalinitas tinggi, (pH 8,511), Dimana mikroorganisme lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik dalam kondisi ini (Kebede Dan Ahlgren, 1996). Suhu Terendah untuk Spirulina Platensis untuk hidup adalah 150 C, Dan pertumbuhan yang optimal adalah 35--400 C(Christwardana, 2012). 2.2 Kandungan Spirulina Spirulina merupakan sumber protein dengan kandungan antara 55-65%, selain itu juga mengandung Vitamin B-12, chlorophyll, carotenoids, minerals, gamma-linolenic acid (GLA) dan beberapa pigment, yaitu phycobilins, termasuk C-phycocyanin (C-PC), dan allophycocyanin (Reddy, et al. 2003 dan Li, et al. 2006). Kandungan protein yang

tinggi tersebut berhubungan dengan kualitas asam amino, koefisien kecernaan serta nilai biologis. Spirulina mengandung asam-asam amino esensial, antara lain: leucine (10.9% dari total asam amino), valine (7.5%) dan isoleucine (6.8%). Spirulina platensis mengandung karbohidrat sekitar 13.6%, antara lain: glucose, rhamnose, mannose, xylose and galactose (Shekharam, et al., 1987). Spirulina tidak memiliki selulosa pada dinding selnya(Widya, 2011).

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Menurut Srigandono (1986), metode eksperimental yaitu metode penelitian terencana dengan memanipulasi (mengatur, merekayasa), mengendalikan situasi alamiah menjadi situasi artifisial (buatan) sesuai dengan tujuan penelitian sehingga memungkinkan bagi peneliti untuk mengambil kesimpulan atau fakta adanya hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel untuk memperkuat maupun membantah fakta yang telah ada sebelumnya. Rencana penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal : pemberian jenis pupuk yang berbeda untuk kultur Spirulina sp. Berikut Tahapan: a. Persiapan Wadah dan Media Spirulina sp berasal dari biakan murni yang diperoleh Balai Budidaya Air Payau, Jepara, Jawa Tengah. Media yang digunakan adalah campuran air tawar dan air asin dengan salinitas sekitar 15-20 ppt. Sterilisasi dilakukan dengan penambahan klorin 10 ppm selama 24 jam, kemudian dinetralkan menggunakan larutan Natrium Thiosulfat 5 ppm. Sterilisasi wdah dilakukan dengan dicuci menggunakan sabun dan dijemur dibawah terik matahari. b. Pembuatan Pupuk dari Sampah Organik Proses pembuatan pupuk organik pada drum besar. Sampah-sampah organik yang telah terkumpul kemudian digiling dan dimasukkan kedalam karung beras. Karung yang telah berisi sampah organic kemudian direndam kedalam drum yang berisi air selama 1 minggu. Drum kemudian ditutup dengan plasik hitam untuk

menghindari hilangnya unsure hara karena proses penguapan. Cairan yang diperoleh digunakan sebagai pupuk organik. Cairan hasil perendaman sampah kemudian disaring menggunakakan saringan dan disaring kembali menggunakan plankton net. Untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme lain maka larutan dipanaskan menggunakan autoklaf, dan kemudian diencerkan. c. Kultur Spirulina sp Kultur skala laboratorium dilakukan dengan menggunakan media walne, botol kultur 1 liter sebanyak 12 buah yang diisi dengan air laut 15-20 ppt dan dilakukan pemupukan dengan dosis pupuk organik yang berbeda yaitu 250 ppm, 300 ppm, 350 ppm dan sebagai kontrol menggunakan pupuk komersil seperti urea 80 ppm, ZA 20 ppm, TSP 30 ppm kemudian ditambahkan FeCl3 2 ppm, EDTA 5 ppm dan vitamin B12 0,001 ppm pada masing-masing perlakuan. Bibit Spirulina sp. dimasukkan pada masing-masing media dengan kepadatan 10.000 Sin/ml dan ditutup menggunakan busa kemudian ditempatkan pada rak yang dilengkapi dengan aerator dan lampu TL 40 Watt sebagai sumber cahaya. Hasil kultur terbaik kemudian dikembangkan secara massal. d. Kultur Massal Kultur massal dilakukan dalam wadah 200 liter sebanyak 4 buah dengan kepadatan awal 50.000 sel/ml dengan sumber pencahayaan dari lampu TL 20 Watt (intensitas 2000 lux). Media kultur berupa air bersalinitas 15 ppt dengan pupuk berupa kotoran ayam dari hasil kultur skala laboratorium terbaik dan ditambahkan FeCl3 2 ppm, EDTA 5 ppm dan vitamin B12 0,001 ppm. Pemanenan Spirulina sp. dilakukan setelah mencapai puncak populasi dengan melihat warna air dan pertimbangan lama waktu kultur (10-14 hari setelah tebar). Pemanenan dilakukan menggunakan selang dan disaring menggunakan plankton net 20 m. Biomas Spirulina platensis yang diperoleh dihitung bobotnya dan dianalisa proksimat dengan metode AOAC dalam Watanabe (1988). e. Analisa Proksimat Analisis proximat kandungan nutrisi S. platensis meliputi protein, lemak, karbohidrat, kadar air, dan abu, dari masing-masing sampel. 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Anggaran Biaya 4.2 Jadwal kegiatan

You might also like