You are on page 1of 10

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa kebijakan pemerintah lah yang salah, sehingga masalah-masalah kesehatan seakan tak ada ujungnya. Akan tetapi, kita tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini. Karena bagaimanapun juga, sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, selain pemerintah masih banyak lagi faktor-faktor atau determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan ekonomis. Secara teoritik, pengertian sehat adalah: (1).Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin 1938); (2).Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya (WHO 1957); (3).Sehat adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan (White 1977); dan (4).Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992). Sedangkan menurut H.L Bloom ada 4 faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat, yaitu: (1).Kesehatan Lingkungan, (2).Perilaku, (3).Pelayanan Kesehatan, dan (4).Genetik.

I.1. Faktor Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yan optimum sehingga berpengaruh positif pada terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah), rumah

hewan ternak (kandang). Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya. Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak. Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.

I.2. Faktor Perilaku Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2014. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup : I.2.1 Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit; yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni: a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga, dan sebagainya. b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour), adalah respons untuk melakukan pence-gahan penyakit, misalnya: tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain, c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya berusaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesma, mantri, dokter praktik, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya), dan

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya. I.2.2 Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan; yakni respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obatobatannya yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan. I.2.3 Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour); yaitu seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan, dan sebagainya, sehubungan kebutuhan tubuh kita. I.2.4 Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour); yaitu respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup: a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higiene pemeliharaan teknik, dan penggunaannya. c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya system pembuangan sampah dan air limbah, serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik. d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayan, lantai, dan sebagainya. e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.

I.3. Faktor Pelayanan Kesehatan Sistem pelayanan kesehatan masyarakat mencakup pelayanan kedokteran (medical service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sub-sistem pelayanan kesehatan, yang tujuannya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan). Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan rakyat banyak, maka peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai porsi yang besar. Namun demikian karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka

potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam menggali dan membina potensi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ini. Menggalang potensi masyarakat disini mencakup 3 dimensi, yakni : I.3.1 Potensi Masyarakat Dalam Arti Komunitas misalnya masyarakat RT, RW, kelurahan, dan sebagainya melakukan penggalangan dana sehat, iuran untuk pengadaan PMT (Pembinaan Makanan Tambahan) untuk anak balita, kader kesehatan, yang sifatnyaadalah bentuk-bentuk partisipasi dan penggalian potensi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat. I.3.2 Menggalang Potensi Masyarakat Melalui Organisasi Masyarakat,misalnya penyelenggaraan pelayanan-pelayanan kesehatan masyarakat oleh LSM-LSM pada hakikatnya juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam sistem pelayanan kesmas. I.3.3. Menggalang Potensi Masyarakat Melalui Perusahaan, yang tujuannya supaya perusahaan swasta ikut membantu meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas, Balkesmas, dll), juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta perlu memperhatikan beberapa ketentuan, antara lain: Penanggung Jawab Suatu sistem pelayanan kesehatan masyarakat harus ada penanggung jawab baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun demikian, pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan) merupakan tanggung jawab yang paling tinggi. Artinya pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya bagi pelayanan kesehatan masyarakat baik pemerintah (Puskesmas), maupun swasta (Balkesmas) adalah di bawah koordinasi Departemen Kesehatan. Standar Pelayanan Sistem pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta harus berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, dengan adanya 'Baku Pedoman Puskesmas'. Hubungan Kerja Sistem pelayanan kesehatan masyarakat harus mempunyai pembagian kerja yang jelas antara bagian satu dengan yang lain. Artinya fasilitas kesehatan tersebut harus mempunyai struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan hubungan kerja baik horizontal maupun vertikal. Pengorganisasian Potensi Masyarakat; ciri khas dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat atau pengorganisasian masyarakat. Upaya ini penting karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya dari penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat, perlu keikutsertaan masyarakat ini. Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan

masyarakat sangat besar peranannya. Sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer.

I.4 Faktor Keturunan (genetic); Faktoru Keturunan (genetic) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan, diantaranya diabetes melitus, asma bronhiale, dsb. Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan?. Pertanyaan itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya.Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.

GAMBARAN UMUM PENYAKIT TYPHOID


Bahasa kedokterannya adalah typhoid fever, namun di masyarakat umum biasa dikatakan demam tifoid, penyakit tipes, penyakit typus, atau lain sebagainya. Namun pada artikel ini untuk tidak membingungkan penulis memilih isitilah penyakit demam tifoid. Demam tifoid adalah suatu keadaan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dinamakan Salmonella Typhi. Kuman patogen ini merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dan memilki ekor cambuk (flagella). Kuman inilah yang menyebabkan penyakit demam tifoid yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Sebenarnya pada perjalanan penyakit demam tifoid secara alami, penyakit ini akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu 4 minggu. Namun dalam perjalanannya, dapat terjadi berbagai macam komplikasi sehingga saat diketahui seseorang menderita penyakit demam tifoid, harus segera mendapatkan pengobatan. Pada minggu pertama, penyakit demam tifoid akan memberikan gambaran demam dengan suhu naik turun terutama meningkat pada malam hari dan berkurang pada pagi dan siang hari, sehingga dinamakan tipe demamnya remiten. Namun pada minggu kedua dan selanjutnya, demam yang terjadi terus menerus dan dikatakan juga tipe demam continous. Ini terjadi pada penderita yang belum mendapatkan pengobatan apapun (tidak mengkonsumsi obat penurun panas atau sejenisnya). Gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang menderita penyakit demam tifoid antara lain demam, sakit kepala, gangguan pencernaan seperti mual, muntah, perut terasa kembung, diare, bahkan sulit buang air besar. Namun bila terjadi komplikasi, maka akan timbul berbagai macam keluhan yang berat bahkan hingga penurunan kesadaran. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi yang endemis di masyarakat Indonesia sehingga sebagian besar penduduk Indonesia akan menunjukkan test antibodi yang positif terhadap mikroorganisme ini. Untuk mengetahui pasti penyakit demam tifoid, dibutuhkan suatu pemeriksaan yang dapat mendeteksi mikroorganisme Salmonella Typhi dalam tubuh. Bahan pemeriksaan yang dapat digunakan adalah darah, air kencing, feses, bahkan cairan sumsum tulang. Bahan pemeriksaan ini kemudian akan dikultur dan dilihat apakah kuman Salmonella Typhi tumbuh di cawan petri yang berisi agar (media tempat kuman tumbuh). Pencegahan penyakit demam tifoid yang paling baik adalah dengan menjaga kesehatan lingkungan dan kebersihan pribadi. Perhatikan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Dan segeralah berobat ke dokter bila Anda mengalami demam yang disertai dengan gangguan pencernaan. Mungkin Anda mengalami infeksi Salmonella Typhi!

GEJALA PENYAKIT DEMAM TYPHOID


Setelah infeksi terjadi akan muncul satu atau beberapa gejala berikut ini:

demam tinggi dari 39 sampai 40 C (103 sampai 104 F) yang meningkat secara perlahan tubuh menggigil denyut jantung lemah badan lemah sakit kepala nyeri otot myalgia kehilangan nafsu makan konstipasi sakit perut pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda

PENANGGULANGAN PENYAKIT TYPHOID


Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yakni: Pencegahan tingkat dasar (primordial prevention), pencegahan primer (primary prevention), pencegahan sekunder (secondary prevention), dan pencegahan tersier (tertiary prevention).1 Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah atau tingkatan pencegahan (level of prevention) dari demam tifoid: A. Primordial Prevention Pencegahan tingkat dasar merupakan upaya pencegahan dini terhadap penyakit secara umum oleh masyarakat. Hal ini terkait dengan usaha memelihara atau mempertahankan gaya hidup sehat masyarakat. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan agar kebiasaan buruk atau tidak sehat masyarakat kemudian tidak diikuti oleh generasi selanjutnya. Oleh karena pencegahan ini masih bersifat umum (tidak untuk penyakit tertentu) sehingga bisa digunakan tidak hanya untuk penyakit demam tifoid saja tetapi juga untuk penyakit lainnya. Contoh primordial prevention, yaitu menjaga pola makan sehat, sanitasi personal maupun lingkungan, dan sebagainya.

B. Primary Prevention Pencegahan ini merupakan pencegahan terhadap suatu penyakit tertentu dengan mengontrol atau mengawasi faktor resiko, faktor penyebab yang dilakukan sebelum penyakit masuk kedalam tubuh (periode prepatogenesis). Pencegahan primer ini terbagi dua yaitu: 1. Health Promotion (Promosi Kesehatan) Penyuluhan dan edukasi terkait penyakit demam tifoid (gejala, penyebab langsung, faktor resiko, bahaya dan sebagainya) Sosialisai melalui media massa (poster, iklan, brosur, pamflet, dsb.) 2. General and Specific Protection (Perlindungan Umum dan Khusus) Mengajak masyarakat untuk gotong-royong melakukan sanitasi lingkungan (bersih-bersih pekarangan rumah, fasilitas umum seperti bak sampah, dsb.) Memperhatikan sarana dan sumber air bersih Mengajak masyarakat untuk melakukan personal hygiene (mencuci tangan setelah buang air besar, dan sesudah maupun sebelum makan) Mengadakan pelatihan cara mengolah dan menyajikan makanan yang baik, sehat, dan bersih kepada para Ibu rumah tangga Mengajak masyarakat untuk selalu memanfaatkan toilet ketika (maaf) buang air besar maupun buang air kecil. Pasteurisasi susu yang tepat Imunisasi/vaksinasi, terutama kepada para tenaga medis, anggota keluarga penderita, dan turis asing yang mendatangi daerah endemis C. Secondary Prevention Pencegahan ini disasarkan kepada orang-orang yang setelah diagnosis, mereka dianggap menderita maupun yang terancam menderita. Sehingga, pencegahan ini berguna untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah perluasan penyakit, serta dapat dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat. 1. Early Diagnosis and Promt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera) Screening Pengobatan yang cepat dan tepat, seperti pemberian antibiotika yang tepat

Pencarian dan pelaporan kasus demam tifoid yang rutin dan sigap

D. Tertiary Prevention Pencegahan ini dilakukan terhadap pasien atau penderita penyakit tertentu sehingga diharapkan dapat mencegah bertambah parahnya penyakit yang diderita dan mencegah terjadinya kecacatan mapun kematian. 1. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan) Ahli medis melakukan pengobatan secara intensif Perencanaan pengobatan yang spesifik, sperti pada orang dewasa menggunakan ciprofloxacin dan untuk anak-anak ada TMP-SMX yang masih efektif untuk penderita akut 2. Rehabilitation (Rehabilitasi) Penderita disarankan untuk menjaga personal hygiene, sanitasi lingkungan dan makanan, sarana air bersih, dan sebagainya. Manajemen stress, karena kemungkinan penyakit yang diderita membuat penderita merasa tidak produktif dan merasa bosan, sehingga pasien bisa produktif kembali Program-program pelayanan kesehatan terkait sanitasi dan personal hygiene sangat membantu dalam penanggulangan penyakit ini. Pemeriksaan seperti uji widal, IDL TUBEX, Typidot, dan Typidot M akan membantu menegakkan diagnosis demam tifoid. Namun untuk memastikan adanya demam tifoid, perlu dilakukan pemeriksaan biakan darah, feses, dan urin. Selain itu ada juga pemberian dua jenis vaksin yaitu, vaksin hidup yang dilemahkan (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi.2

PENGOBATAN PENYAKIT TYPHOID


Dengan pengobatan yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.

Bed rest total. Sampai saat ini pilihan obat (Drug of Choice) untuk demam tyhoid di Indonesia adalah antibiotik Kloramfenikol. Namun Kloramfenikol memikili beberapa kelemahan yaitu tingginya angka resistensi bakteri, tingginya angka kekambuhan, serta efek samping berupa depresi sumsum tulang sehingga dapat menyebabkan anemia aplastik. Pilihan obat lain yaitu; ciprofloxacyn, ceftriaxon, azytromycin. DOC untuk anak-anak dan wanita hamil yaitu parenteral ceftriaxon. Pemberian parenteral kortikosteroid mungkin berguna pada pasien dengan gangguan status mental. Demam dapat diturunkan dengan pemberian antipiretik (penurun demam). Pemberian makanan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Makan dimulai dalam porsi kecil dan halus. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin diperlukan tindakan pembedahan untuk mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.

You might also like