You are on page 1of 1

Bahasa alay hanyalah bahasa tulis dan jarang digunakan sebagai bahasa lisan.

Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya bahasa ini adalah media komunikasi seperti sms atau social network seperti facebook. Bahasa alay muncul karena dalam menulis pesan singkat, kita dituntut untuk bisa menyingkat yang panjang menjadi beberapa kalimat saja sehingga pulsa yang digunakan pun lebih irit. Ternyata dalam menyingkat pesan yang panjang itu, tiap orang punya cara dan gaya penulisannya sendiri. Reaksi orang terhadap bahasa ini bermacam-macam. Ada yang suka, ada yang tidak mengerti maksudnya, adayang bikin geli, dan lain sebagainya. Yang pasti, keberadaan bahasa ini tidak bisa dihindari karena sudah merupakan dampak kemajuan teknologi komunikasi.

TIDAK hanya bahasa, tulisan alay juga semakin sering menghiasi media sosial atau bahkan sejumlah iklan di media. Kata-kata itu ditulis dengan kombinasi huruf besar, kecil dan angka, sungguh jauh dari kaidah ejaan yang benar. Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unair Bramantio menjelaskan, alay merupakan suatu fenomena yang terjadi pada sekelompok remaja minoritas dan memiliki karakteristik yang unik. Bahasa yang mereka gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakiti telinga bagi masyarakat yang tidak terbiasa, tutur Bramantio. Dia menjelaskan, alay memiliki stereotipe tentang gaya hidup kampungan atau norak. Istilah alay sendiri menggambarkan kondisi remaja yang tidak memiliki arah tujuan yang jelas dan masih labil. Fenomena alay saat ini telah menyebar ke lapisan remaja Indonesia. Banyak yang akhirnya menggunakan bahasa alay dalam komunikasi lisan dan tulisan, ungkapnya. Menurut Bramantio, kemunculan bahasa alay berkembang sejak masuknya teknologi layanan pesan singkat atau SMS. Keterbatasan karakter pada fitur handphone membuat mereka harus mencari cara untuk menyingkat isi SMS. Awal mulanya dari layanan pesan singkat, para pengguna hanya dibatasi untuk mengirimkan pesan sebanyak 160 karakter atau kurang dari itu. Sehingga, pengguna akan didorong untuk menjadikan pesannya seringkas mungkin. Salah satu cara yang digunakan untuk meringkas pesan yakni dengan cara menyingkat kata, tegas Dosen Sastra Indonesia itu. Kemunculan jejaring sosial Facebook pun semakin menambah akses seseorang untuk mengungkapkan keadaan dirinya agar mendapat perhatian orang lain. Alhasil akun pengguna maupun status yang dibuat pun harus tampil tidak biasa. Biasanya mereka akan menuliskan status dengan isi maupun penulisan yang mencolok sehingga dapat menarik perhatian dari orang-orang yang berteman dengannya. Penggunaan gaya menulis yang berbeda dan isi status yang berlebihan bisa juga disebut bahasa alay, ujarnya. Sementara itu, Prof Dr Hj Ratu Wardarita MPd, Guru Besar Universitas PGRI Palembang membatasi bahasa alay sebagai bentuk bahasa prokem atau slang yang bersifat musiman dan digemari kawula muda dalam pergaulannya di komunitas tertentu. Bersifat musiman seperti mode pada baju. Bahasa alay akan hilang dengan sendirinya setelah ada mode baru. Selagi tidak merusak bahasa Indonesia dan tidak digunakan dalam forum resmi, penggunaan bahasa alay sah-sah saja, pungkasnya.

You might also like