You are on page 1of 7

Baso Aliem Lologau : Pengaruh Serangan Lalat Pengorok Daun, Liriomyza Huidobrensis (Blanchard) Terhadap Kehilangan Hasil Tanaman

Kentang.

TINGKAT SERANGAN LALAT PENGOROK DAUN, Liriomyza huidobrensis (BLANCHARD) DAN KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN KENTANG
Baso Aliem Lologau
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh kerusakan daun yang disebabkan oleh Liriomyza huidobrensis) terhadap hasil tanaman kentang dilaksanakan di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, dan berlangsung sejak bulan April 2006 sampai Agustus 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan intensitas serangan L. huidobrensis pada umur 25-45 hst masih melambat dan hanya berkisar 6,02-23,28%. Intensitas serangan ini meningkat secara cepat mulai umur 50 hst dengan intensitas serangan tertinggi 89,61% pada umur 75 hst. Pada intensitas kerusakan daun 24,36%, tanaman mulai mengalami penurunan bobot umbi secara nyata dari 7,45 kg menjadi 3,93 kg/20 tanaman dan pada tingkat kerusakan daun 56,97 %, bobot umbi menurun menjadi 1,73 kg/20 tanaman. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan hama pengorok daun kentang dapat diduga berdasarkan persamaan regresi y = 0,001x2 - 0,188x + 8,048 dengan koefisien determinasi R2 = 0,694. Tingkat intensitas serangan 6,48-56,97% dapat menyebabkan kehilangan hasil 14,62-92,76%. Kata kunci: Kentang, lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis, kehilangan hasil.

PENDAHULUAN

Kerusakan tanaman kentang yang disebabkan oleh serangan betina L. huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) berupa tusukan ovipositor serangga betina dan korokan larva pada daun. Kerusakan yang ditimbulkannya tergolong kerusakan tidak langsung karena hanya merusak bagian tanaman yang tidak dipanen (Pedigo et al. 1986). Hama ini bersifat polifag, dan telah dilaporkan menimbulkan kerusakan parah pada tanaman krisan, seledri, dan tomat di Kalifornia pada tahun 1977 (Zehnder & Trumble 1984; Zoebisch & Schuster 1987); dan pada tanaman kentang di Kenya (Ewell et al. 1990). Kerusakan berat juga terjadi pada pertanaman kentang di Bogor, Malang, dan Probolinggo dengan taksiran penurunan hasil 40 60% (Rauf 1995, 1997). Di Mauritius, hama ini menyebabkan kerugian 20 65% pada tanaman kentang (Fagoonee & Toory 1983). Dalam tahun 1984, kerugian yang disebabkan oleh Liriomyza spp. pada tanaman sayuran di Hawai mencapai US$ 11,7 juta. Besarnya kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan hama dapat berbeda berdasarkan tempat dan waktu terjadinya serangan. Periode kritis kerusakan daun tanaman kentang terjadi pada fase pertumbuhan dan perkembangan umbi (Rauf 1996). Fenemore (1982) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil yaitu: saat terjadinya kerusakan, tipe kerusakan, perbedaan tingkat serangan dan pengaruh lingkungan (Pedigo et al. 1986). Penilaian pengaruh tingkat kerusakan terhadap kehilangan hasil akibat serangan hama dapat mengungkapkan pengaruh infestasi hama, tingkat populasi hama dan status ekonomi hama yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tingkat kerusakan ekonomi dan atau ambang ekonomi (Chander & Phadge 1994; Klubertanz et al. 1996; Luckman & Metcalf 1982; Pedigo 1989). Penetapan ambang ekonomi tersebut perlu mempertimbangkan analisis ekologis (Ampofo 1988; Rauf 1996) agar penggunaan insektisida di dalam pengendalian hama dilakukan secara rasional (Luckman & Metcalf 1982). 358

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka dilakukan penelitian untuk memahami hubungan kerusakan tanaman dengan kehilangan hasil yang disebabkan oleh L. huidobrensis pada tanaman kentang. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Kanreapia (970 m dpl), Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa pada bulan April 2006 sampai Agustus 2006. Bibit kentang varietas Granola ditanam pada 42 petak yang masing-masing berukuran 9 m2 dengan jarak tanam 75 cm x 30 cm. Pemupukan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha pada saat 10 hari sebelum tanam. Pada saat tanam, dilakukan pemupukan dengan dosis 300 kg ZA, 250 kg SP-36, dan 200 kg KCl/ha Pemupukan berikutnya 250 kg Urea/ha yang diberikan pada umur tanaman 30 hari setelah tanam (hst). Penyiangan dilakukan secara mekanis pada 35 dan 65 hst. Untuk mendapatkan tingkat kerusakan yang berbeda-beda digunakan metode manipulasi populasi hama pengorok daun (Ampofo 1988). Perlakuan-perlakuan yang digunakan adalah pemerangkapan serangga dewasa L. huidobrensis dengan kain kuning berperekat setiap 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13 hari serta penyemprotan insektisida Dimehepo 2 ml/l air dengan interval 3, 6, 9, 12, 15, 18 hari dan kontrol. Setiap perlakuan mempunyai 3 ulangan. Untuk tujuan pemerangkapan imago, kain kuning yang berukuran 7 m x 0,9 m dicelup ke dalam larutan kanji 30 g/l air. Kain yang telah berperekat kemudian dilewatkan dua kali diatas tajuk tanaman, dan imago yang terperangkap dimusnahkan dengan cara dibilas dengan air sabun. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan dan bobot umbi per 20 tanaman. Pengamatan kerusakan daun dilaksanakan pada saat tanaman berumur 25-75 hst. Jumlah tanaman contoh yang diamati adalah 20 tanaman pada setiap petak. Kerusakan daun setiap tanaman contoh dinilai berdasarkan skala berikut: Nilai skala Tingkat kerusakan tanaman (%) Tidak ada gejala 0 serangan 1 > 0 20 2 > 20 40 3 > 40 60 4 > 60 80 5 > 80 100

Untuk menghitung intensitas serangan L. huidobrensis, maka hasil pengamatan nilai kerusakan disubtitusi ke dalam rumus:
(nxv) I = ----------- x 100 % ZxN

Keterangan : I = Intensitas serangan ( % ) n = Jumlah tanaman yang memiliki kategori skala kerusakan yang sama v = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan Z = Nilai skala kerusakan tertinggi N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati 359

Baso Aliem Lologau : Pengaruh Serangan Lalat Pengorok Daun, Liriomyza Huidobrensis (Blanchard) Terhadap Kehilangan Hasil Tanaman Kentang.

Pengamatan bobot umbi dilakukan pada 110 hst pada setiap petak. Hasil pengamatan intensitas serangan mulai umur 25-65 hst dirata-ratakan kemudian dikelompokkan menjadi 6 selang kelas. Pengaruh intensitas kerusakan daun terhadap bobot umbi dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap yang dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan ( = 0,05). Sedangkan hubungan antara intensitas serangan L. huidobrensis dengan kehilangan hasil dianalisis dengan menggunakan regresi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Serangan L. huidobrensis Pengamatan yang dilakukan pada petak kontrol (tanpa pengendalian) menunjukkan bahwa serangan L. huidobrensis pada tanaman kentang mulai terjadi saat tanaman muncul diatas permukaan tanah. Sumber infestasi dari serangga hama ini diduga berasal dari pertanaman kentang, tomat dan buncis yang ada di sekitar lokasi penelitian. Korokan pada daun yang merupakan gejala serangan L. huidobrensis mulai tampak pada saat tanaman berumur 25 hst. Perkembangan intensitas kerusakan daun disajikan pada Gambar 1. Pada tanaman berumur 25 45 hst tampak bahwa intensitas kerusakan daun masih rendah yang berkisar antara 6,02-23,28% karena pada fase tersebut merupakan tahap awal kolonisasi dari L. huidobrensis. Intensitas serangan ini meningkat pesat mulai umur 50 hst dengan intensitas serangan tertinggi 89,61% yang dicapai pada umur 75 hst. Kesuksesan kolonisasi hama pada pertanaman didukung oleh tersedianya makanan dengan kuantitas dan kualitas yang cukup untuk perkembangan hama ini (Rauf 1996). Berdasarkan siklus hidup L. huidobrensis yang berlangsung 15 20 hari (Parella 1987), maka peningkatan intensitas serangan dimulai pada umur 50 hst disebabkan oleh keturunan L. huidobrensis yang ada pada pertanaman itu dan adanya invasi baru dari pertanaman disekitarnya. Setelah 65 hst, serangan L. huidobrensis ( korokan aktif) mulai berkurang yang diduga sebagai akibat tanaman sudah tidak sesuai lagi bagi peletakan telur. Hal ini sesuai dengan laporan Supartha (1998) bahwa jumlah telur yang diletakkan oleh imago mulai menurun pada umur 56 hst. Gambar 1. Perkembangan intensitas kerusakan daun selama pertumbuhan tanaman

360

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

Hubungan Antara Intensitas Kerusakan Daun dengan Bobot Umbi Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan intensitas kerusakan daun berpengaruh nyata terhadap bobot umbi. Penurunan bobot umbi secara nyata mulai terjadi pada intensitas kerusakan daun 24,36%. Pada intensitas kerusakan daun tersebut, tanaman mengalami penurunan bobot umbi secara nyata dari 7,45 kg menjadi 3,93 kg/20 tanaman. Penurunan bobot umbi ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya intensitas serangan. Pada tingkat kerusakan daun 56,97 %, bobot umbi menurun menjadi 1,73 kg/20 tanaman (Tabel 1). Penurunan bobot umbi ini berkaitan dengan menurunnya kemampuan daun untuk melakukan fotosintesis. Kerusakan jaringan daun dapat menghambat laju fotosintesis yang selanjutnya mempercepat kematian jaringan dan bahkan dapat mematikan tanaman (Trumble et al. 1985 dalam Foster & Sanches 1988; Parella 1987). Kerusakan jaringan mesofil dapat menyebabkan penyerapan dan pengangkutan CO2 terganggu dan akhirnya tanaman tidak dapat berfotosintesis secara optimal. Pada tanaman tomat dibutuhkan 16,86 32,20 mg CO2 per dm2 per jam untuk dapat melakukan fotosintesis secara sempurna, sedang pada tanaman yang terserang berat hanya mengasimilasikan 2,92 13,37 mg CO2 per dm2 per jam dan mengurangi laju fotosintesis 62% (Johnson et al. 1983). Lebih lanjut dikemukakan bahwa kerusakan daun 18% dapat mengurangi 10% bagian daun yang melakukan fotosintesis. Tabel 1. Pengaruh intensitas serangan hama pengorok daun terhadap bobot umbi kentang Intensitas Serangan (%) Selang kelas Rata-rata .%.... .%.... 0-10 6,48 >10-20 14,03 >20-30 24,36 >30-40 34,98 >40-50 44,78 >50-60 56,97 Bobot Umbi .kg/20 tanaman. 7,45 c 4,97 bc 3,93 ab 3,49 ab 2,63 ab 1,73 a

Hubungan antara intensitas kerusakan daun dengan bobot umbi menunjukkan pola regresi kuadratik y = 0,001x2 - 0,188x + 8,048 dengan koefisien determinasi R2 = 0,694. Semakin tinggi intensitas kerusakan daun semakin rendah bobot umbi (Gambar 2). Dugaan kehilangan hasil berdasarkan persamaan regresi tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan intensitas serangan diiringi dengan meningkatnya kehilangan hasil. Pada intensitas serangan 6,48-56,97% menyebabkan kehilangan hasil 14,62-92,76% (Tabel 2). Hal ini disebabkan meluasnya kerusakan jaringan karena menyatunya korokan yang satu dengan yang lain atau terjadi penyekatan jaringan daun sehingga bagian yang tersekat mengering karena translokasi air dan asimilat ke jaringan tersebut terganggu. Disamping itu kerusakan jaringan mesofil menghambat penyerapan dan transportasi CO2 yang menyebabkan terganggunya proses biokimia yang berhubungan dengan asimilasi CO2. (Johnson et al. 1983).

Angka dalam satu kolom yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak berganda Duncan ( = 0,05).

361

Baso Aliem Lologau : Pengaruh Serangan Lalat Pengorok Daun, Liriomyza Huidobrensis (Blanchard) Terhadap Kehilangan Hasil Tanaman Kentang.

Gambar 2. Hubungan antara rata-rata tingkat kerusakan tanaman dengan hasil panen. Tabel 2. Dugaan Persentase kehilangan hasil yang disebabkan oleh L. huidobrensis berdasarkan persamaan regresi y = 0,001x2 - 0,188x + 8,048 Intensitas serangan ....%.... 6,48 14,03 24,36 34,98 44,78 56,97 Bila bobot umbi yang berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan disubtitusi kedalam persamaan regresi y = 0,001x2 - 0,188x + 8,048, maka kehilangan hasil mulai terjadi pada tingkat kerusakan daun 3,9% (Tabel 3), yang berarti bahwa intensitas kerusakan daun di bawah angka tersebut belum mempengaruhi hasil panen kentang secara nyata. Koefisien determinasi R2 = 0,694 memberi makna bahwa 69,4% dari keragaman kehilangan hasil dapat diduga oleh persamaan regresi ini. Tabel 3. Dugaan intensitas serangan L. huidobrensis yang mulai menyebabkan kehilangan hasil berdasarkan persamaan regresi y = 0,001x2 - 0,188x + 8,048 Intensitas serangan ....%.... 6,48 14,03 24,36 bobot umbi ....kg.... 7,45 4,97 3,93 Jarak nyata terpendek ( = 0,05) ....kg.... 3,46 3,40 362 Intensitas serangan berdasarkan regresi ....%.... bobot umbi pada persamaan regresi ....kg.... 6,87 5,61 4,06 2,69 1,63 0,58 Selisih dengan Intersep ....kg.... 1,18 2,44 3,99 5,35 6,41 7,46 Kehilangan Hasil ....%.... 14,62 30,33 49,54 66,51 79,69 92,76

3,90

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

KESIMPULAN Intensitas serangan L. huidobrensis meningkat secara tajam sejak umur 50 hst dan mencapai intensitas serangan tertinggi 89,61% pada umur 75 hst. Penurunan bobot umbi secara nyata dari 7,45 kg menjadi 3,93 kg/20 tanaman mulai terjadi setelah intensitas kerusakan daun mencapai 24,36%. Serangan L. huidobrensis dapat menyebabkan kehilangan hasil 14,62-92,76% berdasarkan persamaan regresi y = 0,001x2 - 0,188x + 8,048. Kehilangan hasil dimulai sejak tanaman kentang menderita intensitas serangan 3,9%. DAFTAR PUSTAKA Ampofo, J..K.O. 1988. Assessment of on-farm losses in maize production due to insect pest. Insect Sci. Applic. 9(6): 687 690. Chander, S. & K.G. Phadge. 1994. Economic injury levels of rapeseed (Brassica campestris) aphids (Lipaphis erysimi) determined on natural infestations and after different insecticide treatments. Internat. J. of Pest Management 40(1): 107 110. Ewell, P.T., H. Fano, K.V. Raman, J. Alcazar M. Palacios & J. Carhuamaca. 1990. Farmer management of potato insect pests in Peru. Food Systems Research Series No. 6. International Potato Center, Lima, Peru. Fagoonee, I & V. Toory. 1983. Contribution to the study of the biology and ecology of leaf-miner Liriomyza trifolii and its control by neem. Insect Sci. Aplication 5(1): 23 30. Foster, R.E. & C.A. Sanches. 1988. Effect of Liriomyza trifolii (Diptera: Agromyzidae) larval damage and growth, yield and cosmetic quality of celery in Florida. J. Econ. Entomol. 81(6): 1721 1725. Johnson, M.W., S.C. Welter, N.C. Toscano, I.P. Ting & J.T. Trumble. 1983. Reduction of tomato leaflet photosynthesis rates by mining activity of Liriomyza sativa (Diptera: Agromyzidae). J. Econ. Entomol. 76: 1061 1063. Klubertanz, T.H., L.P. Pedigo & R.E. Carlson. 1996. Reliability of yield model of defoliated soybean based on leaf area index versus leaf area removed. J. Econ. Entomol. 89(3): 751 - 756. Luckman, W.H. & R.L. Metcalf. 1982. The pest management concept. pp 1 31. In R.L. Metcalf & W.H. Luckman (eds). Introduction to insect pest management. 2nd edition. Wiley Interscience Publication, New York Chichester Brisbane Toronto Singapore. Parella, M.P. 1987. Biology of Liriomyza. Ann. Rev. Entomol. 32: 201 224. Pedigo, L. P. 1989. Entomology and pest management. Macmillan Publishing company, New York. 646 p. Pedigo, L. P., S.H. Hutchins & L.G. Higley. 1986. Economic injury levels in theory and practice. Ann. Rev, Entomol. 31: 341 368. Rauf, A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru di Indonesia. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. 8(1): 46 - 48. _______. 1996. Analisis ekosistem dalam pengendalian hama terpadu. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Padi dan Palawija Tingkat Nasional, Jatisari 2 19 Januari 1996. 11h. _______. 1997. Liriomyza datang menantang PHT kentang. Makalah disajikan pada rapat Komisi Perlindungan Tanaman, Bogor 10 -12 Maret 1997. 10 hal. 363

Baso Aliem Lologau : Pengaruh Serangan Lalat Pengorok Daun, Liriomyza Huidobrensis (Blanchard) Terhadap Kehilangan Hasil Tanaman Kentang.

Supartha, I.W. 1988. Bionomi Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) pada tanaman kentang. Ringkasan Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 33 h. Zehnder, G.W. & J.T. Trumble. 1984. Host selection of Liriomyza species (Diptera: Agromyzidae) and associated parasites in adjacent plantings of tomato and celery. Environ. Entomol. 13: 492 496. Zoebisch, T.G. & D.J. Schuster. 1987. Suitability of foliage of tomatoes and three weed host for oviposition and development of Liriomyza trifolii (Diptera: Agromyzidae). J. Econ. Entomol. 80: 758 - 762.

364

You might also like