You are on page 1of 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Fungsi Proses Dalam Industri Pengolahan Hasil Perikanan Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana

sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995). Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Komponen yang pertama kali harus dikenali dalam pengelolaan proses adalah pengertian dari fungsi proses. Pengertian fungsi proses dapat ditinjau dari sudut pandang teknik maupun strategi.

2.1.1

Definisi Proses Berdasarkan Teknik Dalam industri perikanan proses berdasarkan sudut pandang teknik

merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu bahan mentah menjadi suatu produk yang lebih mudah untuk didistribusikan dan dikonsumsi oleh manusia serta produk tersebut dapat bertahan lama. Proses dapat menjadikan bahan mentah ikan dapat lebih disukai oleh konsumen untuk dimakan karena terjadi perubahan dari segi aroma, rasa serta tekstur yang merangsang untuk dimakan atau mudah dicerna dalam tubuh karena adanya pemutusan struktur senyawa dalam ikan. Proses dapat menjadikan bahan mentah tidak cepat

busuk karena proses dapat mengurangi bahkan menghentikan reaksi-reaksi yang mengarah kepada pembusukan, sehingga dapat lebih mudah dalam

pengangkutannya. Salah satu contohnya yaitu nugget ikan, bahan dasar berupa ikan kakap yang dibuat menjadi nugget ikan melalui beberapa proses, antara lain : pembersihan, penyiangan, pemotongan dan penggilingan yang disertai dengan pemberian bumbu-bumbu lalu dikemas kedalam plastik hampa udara dengan demikian produk ini dapat lebih mudah untuk didistribusikan dan lebih disukai serta dapat bertahan lama.

2.1.2

Definisi Proses Berdasarkan Strategik Proses menurut sudut pandang strategik memiliki fungsi untuk

memberikan nilai tambah terhadap suatu produk sehingga membuat suatu produk tersebut memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan mentahnya. Proses dilakukan dengan berbagai cara dan dihasilkan berbagai macam produk sehingga sangat tergantung kepada ikan atau komoditas lainnya yang akan diproses. Dari ilustrasi pembuatan nugget ikan dapat dicontohkan bahwa nugget ikan akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan mentahnya. Setelah pengertian dari fungsi proses dipahami, maka bahasan lainnya yang perlu didiskusikan dalam pengelolaan proses dalam lingkup industri hasil perikanan antara lain : Teknologi proses Sebelum menentukan teknologi proses apa yang cocok atau tepat, sebaiknya perlu mereview keinginan pasar terhadap produk; persyaratan teknikal proses; biaya dan ketersediaan tenaga kerja yang meliputi modal, energi, bahan baku, kemampuan skill, dan nutrisi. Berikut ini contoh operasi atau kegiatan proses yang dilakukan didalam industri hasil perikanan (Tabel 1) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Operasi atau Kegiatan Proses dalam Industri Hasil Perikanan Kegiatan utama Penerimaan Sub kegiatan Pembongkaran Penimbangan Inspeksi Pembersihan Penyortiran Peng-grade-an Pengeringan Pemotongan Penanganan dan pengontrolan yang meliputi pengaturann suhu, kelembaban, ventilasi, pencegahan serangga dan tikus Pemotongan Penghancuran Pengguntingan Penepungan Penyaringan Pensentrifiusan Pengambangan Pemanasan dengan udara, air, vakum, atau distilasi / penyulingan Centrifugasi Agitasi / pengadukan Aerasi Pencetakan Pengasaman Fermentasi Pengeringan Penyatuan Pendinginan Pembekuan Pengalengan (aluminium, stenless) Gelas Kertas Plastik

Pengkondisian

Penyimpanan

Pemisahan

Pengentalan

Pencampuran Pembentukan Penstabilan Pengemasan Sumber : Austin (1992)

Lokasi pabrik Pemilihan lokasi yang tepat perlu mempertimbang keberadaan bahan baku, pasar, tranport, tenaga kerja, infrastruktur, dan pelabuhan serta lay-out pabrik Manajemen persediaan Kegiatan dalam manajemen persediaan yang perlu dipertimbangkan adalah kapasitas penyimpanan, fasilitas fisik dan aspek finansial Pengemanasan dan material lainnya Untuk kegiatan ini yang perlu dievaluasi adalah fungsi dan pemilihan pengemasan terhadap produk dan kebutuhan identitas lain yang diperlukan untuk menginformasikan produk. Pemrograman dan pengontrolan Pertimbangan yang perlu dilakukan untuk kegiatan ini adalah rancangan produksi, kualitas produk, dan sistem pengontrolan lingkungan Hasil samping Terkait dengan hasil samping yang perlu dipertimbangkan adalah

kemungkinan ekonomi yang dapat diperoleh dari hasil samping. Pertambahan ekonomi dari hasil samping tersebut dapat menambah profit bagi perusahaan. Semua materi yang dikemukan di atas akan didiskusikan secara lebih mendalam pada sub bab berikut ini.

2.2

Teknologi Proses Teknologi merupakan penerapan ilmu dalam memecahkan masalah.

Pengertian dari sudut padang proses adalah sekumpulan alat, metode, dan prosedur yang digunakan untuk memproduksi barang atau produk. Jenis teknologi yang digunakan dalam suatu proses dapat dikelompokkan menjadi teknologi manual, mekanis dan automatis Peter Drucker menyatakan bahwa kita sungguh memiliki pilihan dan harus belajar menjadi manager yang agresif atas teknologi dengan memilih teknologi tertentu serta menolak teknologi lainnya. Ia menunjukan bahwa kelangsungan hidup diplanet ini menuntut keputusan teknologi yang cerdas, kita tidak perlu menerapkan setiap kemajuan teknologi tanpa memperhatikan pengaruh

negatifnya terhadap manusia serta lingkungannya. Oleh sebab itu kita perlu menjadi manager teknologi bukan hanya sekedar pemakai teknologi. Pemilihan teknologi sering kali menjadi keputusan yang sangat penting dalam merancang suatu kegiatan pengolahan atau proses. Pemilihan teknologi akan berdampak pada produktivitas, biaya, dan kualitas produski. Teknologi telah menjadi suatu faktor dominan dalam bisnis dan dalam kehidupan kita. Kemajuan teknologi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap manajemen operasi. Keputusan-keputusan seleksi proses dan pemilihan teknologi berhubungan sangat erat dan saling berkaitan. Tetapi salah satu keputusan tidak selalu harus mendahului keputusan yang lain karena dalam praktek kedua keputusan ini sering dibuat secara bersamaan. Pemilihan teknologi mempunyai dampak terhadap semua bagian operasi terutama dalam desain pekerjaan. Pemeliharaan teknologi mempengaruhi seluruh aspek operasi-operasi lainnya, termasuk produktivitas dan kualitas produk. Produktivitas dipengaruhi melalui substitusi, yaitu tenaga kerja digantikan dengan masukan modal. Kualitas terpengatuh karena sistem teknologi tinggi kerapkali memiliki keluatan yang lebih seragam ketimbang sistem teknologi yang lebih rendah. Keputusan teknologi juga mempengaruhi strategi perusahaan dengan mengikat perusahaan tersebut dengan proses, peralatan, fasilitas,dan prosedur. Jadi, pemilihan teknologi bukanlah keputusan tersendiri; ia mempengaruhi seluruh bagian operasi dan perusahaan.Keputusan teknologi juga mempengaruhi strategi perusahaan dengan keterkaitnya pada proses, peralatan, fasilitas dan prosedur yang telah dipilih. Jadi, pemilihan teknologi bukan merupakan keputusan yang tertutup, tetapi mempengaruhi semua bahian operasi dan bisnis. Teknologi yang terpilih sebaiknya memberikan jaminan atau garansi terhadap produk yang akan dihasilkan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Uji-uji atau pengetesan terhadap teknologi tersebut dalam skala laboratorium dan skala pilot plan sebaiknya dilakukan terlebih dahulu. Pengujian tersebut untuk memberikan jaminan atau kepastian bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan rancangan yang dibuat. Jika pengujian skala laboratorium atau test konsep dan test pilot plan atau test protipe tidak lakukan akan berakibat fatal jika terjadi kesalahan

saat skala produksi yang komersial dilakukan. Banyak biaya dan waktu yang terbuang percuma dan kerugian besar akan menghadang. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan teknologi antara lain persyaratan pasar, persyaratan teknikal proses, biaya dan ketersediaan tenaga kerja yang meliputi modal, energi, bahan baku, kemampuan skill, dan nutrisi. Pertimbangan tersebut secara panjang lebar didiskusikan sebagai berikut. (a) Persyaratan pasar Jenis teknologi yang diajukan harus memenuhi standard mutu yang sesuai dengan keinginan pasar atau konsumen. Teknologi tersebut harus sesuai dengan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai skala produks yang ekonomis. Produk yang akan dipasarkan harus sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan konsumen terutama kualitasnya. Teknologi yang dipilih harus menghasilkan produk yang kualitasnya sebagaimana dikehendaki konsumen. Kesukaan konsumen terhadap produk bersifat dinamik, sehingga teknologi yang dipilih harus mempertimbangkan hal ini. Tuntutan pasar dalam menyediakan produk adalah tanggung jawab industri dalam ubahan yang sesuai dengan standar mutu dan kapasitas yang diinginkan. Untuk itu perlu dilakukan teknologi tepat guna sehingga permintaan pasar dapat tercapai dan dalam usaha memenangkan persaingan antar industri. (b) Persyaratan proses Persyaratan proses juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan teknologi. Proses tertentu hanya dapat dilakukan dengan pilihan teknologi yang sedikit. Dengan demikian jenis peralatan yang dapat digunakan sangat terbatas sehingga berdampak terhadap ekonomi. Selain itu ada beberapa teknologi yang memerlukan persyaratan dan kondisi spesifik, misalnya pasteurisasi, iradiasi atau sterilisasi. Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi: Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.

(c) Biaya Pemilihan teknologi hendaknya dikaitkan dengan memperhatikan jumlah dana yang diperlukan untuk pembelian mesin serta peralatan yang

dibutuhkan.Pemilihan teknologi tersebut harus sesuai dengan persyaratan pasar dan proses juga biayanya harus minimal. Biaya teknologi tersebut dalam penghitungan harus mempertimbangkan biaya private dan publik serta biaya faktor produksi. Faktor produk yang umum menjadi pertimbangan adalah tenaga kerja, kapital, energi, bahan baku dan input lainnya. (d) Tenaga kerja versus kapital Teknologi yang padat karya biasanya kapital yang diperlukan rendah. Sebaliknya teknologi yang kapitalnya tinggi, tenaga kerja yang digunakan sedikit. Misalnya, operasi proses pengeringan kerupuk ikan dengan teknologi manual yaitu sinar matahari membutuhkan tenaga kerja yang banyak, tetapi cost teknologinya sedikit hanya memerlukan alat penjemur seperti treppal sebagai alas. Sebaliknya, jika pengeringannya menggunakan teknologi mekanis mesin pengering, tenaga kerja yang diperlukan dapat lebih kecil daripada teknologi manual, namum kapital mesin pengeringnya akan lebih tinggi daripada treppal. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative

10

kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang. (e) Energi Pertimbangan lainnya dalam pemilihan teknologi adalah kebutuhan energi yang diperlukan oleh teknologi tersebut. Teknologi yang hemat energi tentu menjadi pilihan. Energi yang tidak dapat diperbaharui seperti premium pada masa-masa yang datang akan terus tinggi harganya. Jika harga energi tinggi berdampak terhadap biaya produksi per unit produk. (f) Bahan baku Bahan baku menjadi pertimbangan dalam pemilihan teknologi. Seringkali keterbatasan pengadaan salah satu bahan baku, baik dalam kualitas maupun kuantitas akan membatasi perencanaan proyek, serta berpengaruh pada biaya.Teknologi yang dipilih adalah teknologi yang dapat mengoptimalkan bahan baku menjadi produk. Artinya teknologi yang dapat memberikan rendemen yang tinggi. Rendemen yang tinggi secara potensial dapat memberikan efisiensi biaya operasional dan secara nyata memberikan profit bagi perusahaan.Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

11

Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan

Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.

Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.

(g) Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah dijadikan sebagai pertimbangan dalam pemilihan teknologi karena kebijakan tersebut dapat mempengaruhi biaya material, kapital, tenaga kerja dan energi. Biaya-biaya tersebut secara simultan dapat berdampak terhadap cost teknologi. Akhirnya sebagaimana telah didiskusikan, cost teknologi yang minimal yang akan dipilih. (h) Kapasitas pemakaian Kapasitas pemakaian adalah kemampuan suatu unit produksi dalam waktu tertentu, biasanya digunakan dalam bentuk output/satuan waktu. Unit produksi dapat berupa tenaga kerja, mesin, stasiun kerja, perencanaan produksi dan lainnya. Perhitungan yang tepat pada kapasitas produksi akan: Meminimalisir kesalahan biaya produksi sehingga menurunkan biaya produksi dan harga pokok per unit. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan alat dan mesin yang tepat dan efisien. Sebagai penghubung antara kapasitas yang ada dengan kapasitas yang dibutuhkan oleh pasar. Mengurangi keterlambatan pengiriman produk. Beberapa teknologi ada yang dapat dipakai hanya dalam kapasitas skala produksi yang besar, ada yang hanya kapasitas produksi yang kecil, ada yang dapat diatur kapasitanya baik dalam skala kecil atau besar, atau kapasitas pengunaannya untuk berbagai aplikasi bahan baku. Sebagaimana diketahui,

12

bahwasannya dalam industri hasil perikanan yang menjadi bahan baku utamanya adalah ikan dan komoditas perikanan lainnya. Komoditas perikanan ini sifatnya musiman artinya saat musimnya, maka komoditas tersebut berlimpah dan sebaliknya akan sedikit saat penceklik. Dengan demikian teknologi yang dipilih adalah teknologi yang kapasitas penggunaannya dapat diatur dan dapat dioperasikan pada berbagai jenis komoditas bahan baku. (i) Skill capiblity Kriteria lain dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan oleh suatu industri adalah kemanpuan skill sumberdaya manusia. Teknologi yang dipilih hendaknya di sesuaikan dengan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh industri tersebut. Skill capability sumberdaya manusia yang harus dimiliki oleh industri terkait dengan teknologi adalah pengoperasian, perawatan dan perbaikan alat atau mesin-mesin yang digunakan. Selain itu bagian-bagian mesin atau suku cadangannya harus mudah didapatkan. Seandainya ada pengggantian suku cadang akibat tidak berfungsi atau rusak mudah diganti. Apabila suka cadang sulit didapatkan akan sangat mengganggu kelancaran proses produksi. Akibat terburuknya adalah operasi proses terhenti dan selanjutnya perusahaan mengalami kerugian. (j) Dampak terhadap nilai gizi Pemilihan teknologi untuk industri hasil perikanan yang sebagian besar menghasilkan produk pangan, perlu sekali mempertimbangkan efek terhadap nilai gizi bahan baku yang diolah. Teknologi yang dipilih jangan sampai menyebabkan nilai gizi bahan baku berkurang, rusak atau menjadi tidak ada. Jika menyebabkan berkurangnya nilai gizi maka tingkat pengurangannya harus dipertahankan sesedikit mungkin. Gizi ikan dan komiditas perikanan dapat digolongkan menjadi dua yaitu senyawa makro dan mikro molekul. Senyawa makro molekul terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa mikromolekul terdiri dari vitamin dan mineral. Sifat-sifat dari senyawa-senyawa tersebut terkait dengan perlakuan yang diterapkan dalam operasi proses harus dipemahami dengan baik oleh analisis (orang yang memutuskan pemilihan teknologi). Umumnya vitamin yang larut dalam air mudah rusak karena perlakuan panas.

13

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi dalam kegiatan produksi adalah : Kapasitas teknologi Kecocokan (compatibility) Tersedianya peralatan pelengkap yang diperlukan Keterandalan dan purna jual Kemudahan persiapan dan instalasi, penggunaan dan pemeliharaan Keamanan Penyerahan Keadaan pengembangan Pengaruh terhadap organisasi yang ada Faktor-faktor tersebut menjadi hahan pertimbangan manajer operasi sehingga tidak terjadi pembelian teknologi yang kelebihan atau kekurangan beban dan terlalu mahal dibanding dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Selain faktor pemilihan teknologi, jugadipertimbangkan penentuan jumlah teknologi karena terkait dengan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki, khususnya operasi mesin, pertimbangan lain didasarkan pada teknis dan ekonomis. Dalam pembelian jumlah teknologi, perlu dipertimbangkan: 1. Jumlah produksi yang direncanakan. 2. Perkiraan jumlah produk cacat pada setiap proses produksi. 3. Waktu kerja standard setiap unit produk dan jam operasi teknologi. Jenis teknologi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1.Teknologi yang bersifat umum atau serbaguna Teknologi ini dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan. Misalnya mesin gergaji pada perusahaan pemotong kayu. 2. Teknologi yang bersifat khusus Teknologi ini penggunaannya hanya satu macam pekerjaan saja. Misalnya mesin pembuat gula pasir.

14

2.3

Pemilihan Lokasi Pabrik Analisa identifikasi faktor penentuan lokasi sentra industri pengolahan

hasil perikanan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi industri tersebut. 1) Indikator Bahan Baku Kontinuitas bahan baku turut mempengaruhi penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan. Berdasarkan hasil analisa, tiap kecamatan pada wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan memiliki tingkat kontinuitas yang berbeda-beda. Berdasarkan undang-undang perikanan RI nomor 31 tahun 2004 dijelaskan bahwa sumber daya perikanan dapat diolah untuk meningkatkan nilai jual produk olahan tersebut melalui Urgensi bahan baku ini juga didukung oleh beberapa pendapat peneliti lain, yaitu: Schoroeder (2004), Baridawan (1983), Mulyadi (1990), Sofyan Assauri (1986), Bambang Riayanto (2001) dan Godam (2006). Peneliti tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahan baku merupakan faktor penentu utama untuk kelangsungan produksi industri pengolahan. Pada variabel bahan baku yang terdiri dari subvariabel kuantitas bahan baku dan kontinuitas bahan baku menghasilkan faktor ketersediaan bahan baku. Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.

15

2) Indikator Pasar Pasar menjadi variabel berpengaruh pada penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan. Kedekatan pasar dengan lokasi industri akan mempercepat proses distribusi bahan baku ikan, karena pasar merupakan tempat bahan baku didistribukan. Selain itu, penentuan lokasi sentra industry pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir kabupaten Bangkalan juga memperhatikan potensi pasar di kabupaten dan daya beli konsumen. Potensi pasar dapat dilihat dari orde (semakin tinggi orde maka permintaan akan produk olahan akan semakin tinggi), demand terhadap bahan baku ikan dan daya beli konsumen dapat dilihat dari jumlah keluarga sejahtera yang ada tiap kecamatan. Berdasarkan variabel dan sub-variabel diatas didapatkan faktor pasar sebagai penentu lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan

3) Transportasi Lokasi perusahaan harus dekat dengan sarana transportasi, agar hubungan antara produsen dan konsumen di pasar; antara produsen dengan pemasok bahan baku mudah atau cepat, bila menerima bahan baku untuk diproses menjadi produk jadi dan cepat mengirim produknya baik ke pasar maupun ke pemesan, maka akan memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Pertimbangan tersebut, pada dasarnya, adalah agar biaya transportasi dapat ditekan serendah mungkin sehingga harga barang dapat bersaing di pasar.

4) Indikator Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dalam suatu proses produksi (Kardiman 2003). Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja

16

yang siap pakai. Semakin banyak jumlah penduduk maka akan meningkat pula jumlah tenaga kerja pada wilayah tersebut. Sementara jumlah tenaga kerja sektor perikanan akan berperan dalam menjaga dan meningkatkan jumlah bahan baku ikan yang digunakan dalam kegiatan produksi sentra industri pengolahan hasil perikanan. Dari variabel tenaga kerja dan subvariabel distribusi penduduk, jumlah angkatan kerja dan tenaga kerja sektor perikanan didapatkan faktor tenaga kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan

17

perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

5) Ketersediaan Infrastruktur Menurut Jayadinata (1986) mengenai lokasi yang berkenaan dengan studi kelayakan suatu industri, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam peninjauan kelayakan lokasi untuk inddustri, yaitu: jalan, jembatan, fas.transportasi, telepon, listrik,dll. Ini dikuatkan dengan adanya pedoman teknis pengembangan kawasan industri yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan tahun 2001, kriteria dan teknis zona industri tentang infrastruktur. Dalam UU RI tentang perikanan pasal 41 juga dijelaskan bahwa setiap kawasan perikanan perlu ditunjang dengan fasilitas TPI. Selain itu kawasan perikanan juga harus dilengkapi dengan fasilitas pabrik es, ice storage, cold storage (Sumaharta,1997). Pada variabel infrastruktur yang terdiri dari subvariabel transportasi (jaringan jalan), sub-variabel utilitas (jaringan listrik, air bersih, telepon) dan subvariabel sarana penunjang (TPI, keberadaan industry cool storage dan sarana penangkapan ikan) menghasilkan faktor pelayanan infrastruktur.

6) Klasifikasi Industri berdasarkan Lokasi Unit Usaha Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:

Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

Industri

berorientasi

pada

tenaga

kerja

(employment

oriented

industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.

18

Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.

Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

2.4

Metode Pemilihan Lokasi Pabrik Dalam menentukan lokasi pabrik yang tepat, suatu perusahaan perlu untuk

melakukan analisis dari beberapa faktor yang mempengaruhi keberjalanan usaha tersebut. Terdapat beberapa macam metode ilmiah yang dapat diterapkan dalam penentuan lokasi pendirian pabrik, namun yang akan dijelaskan secara rinci dalam makalah ini adalah 3 metode pemilihan lokasi pabrik, diantaranya adalah metode beban skor/kualitatif, metode analisis perbandingan biaya dan metode transportasi. Setiap metode tersebut mempunyai kekhususan sifat masing-masing, dimana suatu perusahaan perlu mempertimbangkan pemilihan metode analisis yang tepat sesuai dengan kondisi usahanya. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga metode pemilihan lokasi pabrik dalam industri pengolahan hasil perikanan : a. Metode Beban Skor/Kualitatif Metode kualitatif adalah cara penentuan lokasi dengan membandingkan antar lokasi alternatif melalui pemberian bobot dan skor. Metode ini sangat mudah digunakan tetapi penilaiannya sangat subyektif, sehingga jarang

19

digunakan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan metode beban skor/kualitatif ini ialah sebagai berikut : Pertama, menentukan dan mengurutkan faktor-faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi aktivitas perusahaan nantinya. Kedua, setelah faktor-faktor tersebut ditentukan kemudian diberikan bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya. Semakin penting pengaruh faktor tersebut pada operasional perusahaan, semakin besar bobot yang harus diberikan. Perlu diingat bahwa total bobot dari keseluruhan faktor haruslah 100%. Ketiga, menentukan beberapa lokasi alternatif usaha, selanjutnya

membandingkan beberapa alternatif lokasi tersebut dengan mengacu pada faktor yang telah ditentukan sebelumnya. Keempat, menganalisis kemungkinan dampak setiap faktor pada masingmasing lokasi alternatif. Lokasi yang lebih baik kondisinya untuk setiap faktor akan diberikan nilai yang lebih tinggi. Pemberikan skor/nilai dengan skala 1 10, nilai 10 diberikan jika ketersediaan dari pertimbangan tersebut adalah ideal atau sempurna. Sebagai contoh dalam tabel di bawah, untuk faktor pasar, ternyata lokasi 1 lebih baik dari lokasi 2, sehingga nilainya diberi lebih tinggi. Kelima, setelah semua faktor dibandingkan dan semua lokasi memiliki nilai, dikalikan masing-masing nilai dalam setiap lokasi dengan bobotnya, dan selanjutnya dijumlah ke bawah. Lokasi yang memiliki nilai total tertinggi akan dipilih menjadi lokasi usaha perusahaan.

Tabel 2. Penilaian Kualitatif Penentuan Lokasi Pabrik Bakso Ikan Lokasi Bobot (%) Faktor Pertimbangan Bahan baku 20 8 5 8 1,6 1,0 1,6 TGR JKT DPK TGR JKT DPK Skor Bobot x Skor

20

Pasar Tenaga kerja Infrastruktur Harga tanah Transportasi

30 10 20 5 15

9 8 6 5 8 Jumlah

9 5 7 6 9

6 8 8 5 6

2,7 0,8 1,2 0,25 1,2 7,75

2,7 0,5 1,4 0,3 1,35 7,25

1,8 0,8 1,6 0,25 0,9 6,95

Keterangan : TGR = Tangerang, JKT = Jakarta dan DPK = Depok Tabel mengenai penilaian kualitatif terhadap lokasi pabrik pengolahan hasil perikanan tersebut dapat diperjelas dengan ilustrasi sebagai berikut, Perusahaan Makmur Jaya akan mendirikan industri pembuatan dan pengemasan bakso ikan. Lokasi alternatif yang ditawarkan adalah Tangerang, Jakarta dan Depok. Dalam penentuan lokasi yang tepat untuk mendirikan pabrik bakso ikan, perusahaan Makmur Jaya pun melakukan analisis beban skor/kualitatif terlebih dahulu. Analisis pemilihan lokasi pabrik bakso ikan tersebut sebagaimana terdapat pada Tabel 2. Berdasarkan perhitungan, lokasi terpilih adalah Tangerang karena memiliki bobot skor tertinggi (7,75). Metode Analisis Perbandingan Biaya Metode analisis perbandingan biaya dalam pemilihan lokasi didasarkan atas biaya yang paling kecil atau murah yang disesuaikan dengan kapasitas produksi maupun permintaan. Langkah proseduralnya adalah membuat Ilustrasi

persamaan matematisnya dan terakhir memilih biaya yang terkecil.

contoh metode analisis perbandingan biaya yaitu : Perusahaan Makmur Jaya akan mendirikan industri bakso ikan. Lokasi alternatif yang ditawarkan adalah Tangerang, Jakarta dan Depok. Lokasi manakah yang harus dipilih oleh perusahaan Makmur Jaya untuk mendirikan pabriknya. Data yang diketahui sebagaimana terdapat pada Tabel 3.

21

Tabel 3. Perkiraan Biaya yang Dikeluarkan Biaya Pajak (Rp/thn) Listrik (Rp/thn) Total biaya tetap Upah tenaga kerja (Rp/unit) Operasi (Rp/unit) Total biaya variabel Keterangan : TGR = Tangerang, JKT = Jakarta dan DPK = Depok Asumsi-asumsi : Kapasitas Produksi 1.000.000 bungkus/tahun Jika dianggap persamaan linier maka, BEP = Biaya tetap + (Biaya variabel x Kapasitas produksi) TC = Biaya tetap + biaya variabel Jadi dapat dihitung sebagai berikut : Tangerang (TGR) Jakarta (JKT) Depok (DPK) = 6.000.000 + 6.000 (1.000.000) = 6.006.000.000 = 5.750.000 + 6.500 (1.000.000) = 6.505.750.000 = 6.250.000 + 7.500 (1.000.000) = 7.506.250.000 Alternatif lokasi TGR 1.000.000 5.000.000 6.000.000 1.000 5.000 6.000 JKT 1.250.000 5.000.000 6.250.000 1.500 6.000 7.500 DPK 750.000 5.000.000 5.750.000 1.000 5.500 6.500

Berdasakan penghitungan di atas, maka lokasi terpilih adalah Tangerang karena memiliki nilai biaya yang paling kecil dibandingkan lokasi lainnya. Akan tetapi yang perlu diperhatikan pada metode analisis perbandingan biaya ini adalah asumsi kapasitas produksi setiap tahunnya, sebab banyak atau sedikitnya kapasitas produksi dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi efesiensi biaya produksi di tiap lokasi pabrik masing-masing. Dalam ilustrasi ini, dengan kapasitas produksi per tahun sebesar 1.000.000 bungkus, maka Tangerang yang paling cocok untuk dijadikan tempat pendirian pabrik bakso ikan karena biayanya yang paling rendah dibandingkan lokasi lain. Namun kemungkinan dua lokasi lain yang dinilai lebih efisien dan lebih cocok dijadikan lokasi pendirian pabrik dapat

22

terjadi apabila dihitung persamaannya dengan memasukkan angka asumsi kapasitas produksi bakso ikan per tahun yang berbeda. Metode Transportasi Penentuan alternatif lokasi dengan metode ini didasarkan atas biaya transportasi yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk mendistribusikan produk yang dihasilkan maupun bahan baku yang harus diambil. Pemilihan lokasi pabrik yang dipilih adalah yang memiliki tanggungan biaya terkecil. Metode penentuan lokasi pabrik dengan metode transportasi dapat diilustrasikan sebagai berikut : Perusahaan Makmur Jaya akan mendirikan pabrik bakso ikan yang akan melayani 3 daerah pemasaran. Gudang penjualan terletak di X,Y dan Z. Kota-kota yang memenuhi syarat untuk didirikan pabrik adalah A, B, C dan D. Akan dipilih dua diantara keempat kota yang ada untuk lokasi pabrik. Biaya produksi setiap kilogram bakso ikan di A Rp.23.100,- di B Rp.23.400,- di C Rp.22.900,- dan di D Rp.22.700,- Biaya distribusi dari setiap pabrik ke gudanggudang pemasaran seperti pada tabel 3 :

Tabel 4. Biaya Transportasi Antara Tiap Lokasi Pabrik dengan Gudang Pemasaran Dari Ke A B C D X 50.000 70.000 110.000 140.000 Y 150.000 60.000 100.000 120.000 Z 70.000 130.000 90.000 80.000

Dari Tabel 4, dapat ditentukan lokasi terbaik untuk didirikannya pabrik bakso ikan oleh perusahaan Makmur Jaya melalui prosedur sebagai berikut : Menambahkan biaya produksi pada setiap biaya transportasi. Biaya ini akan digunakan sebagai biaya transportasi pada kotak biaya dalam tabel transportasi.

23

Menentukan alternatif lokasi pabrik. Setiap alternatif merupakan kombinasi yang terdiri atas tiga pabrik diantara empat yang ada. Disini ada 4 alternatif (kombinasi 3 anggota dari 4 obyek yang ada). Alternatif-alternatif itu adalah : A,B,C; A,B,D; A,C,D dan B,C,D.

Membuat tabel transportasi untuk setiap alternatif dengan cara mengisikan jumlah biaya produksi dan transportasi (dalam langkah 1) dalam kotak biaya. Setiap alternatif dialokasikan secara optimal dengan metode transportasi. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang menghasilkan biaya transportasi yang paling murah.

You might also like