Professional Documents
Culture Documents
Ferryal Basbeth
SISTEMATIKA
PANDANGAN MEDIKOLEGAL TENTANG MATI PANDANGAN MEDIKOLEGAL TENTANG EUTHANASIA AKTIF DAN PASIF PANDANGAN MEDIKOLEGAL TENTANG WITHDRAWING DAN WITHHOLDING
KEMATIAN
BUKAN SATU TITIK, TETAPI SUATU PROSES MELALUI TAHAPAN:
MATI KLINIS
DAPAT DIRESUSITASI
MATI OTAK
TAHAP: SEREBRAL, SEREBELUM, BATANG OTAK
MATI KLINIS
HENTI NAFAS + JANTUNG-SIRKULASI DENGAN BERHENTINYA AKTIVITAS OTAK, TETAPI TIDAK IREVERSIBEL PADA KEMATIAN KLINIS DAPAT DILAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU, DAN DAPAT DIIKUTI DENGAN PEMULIHAN SEMUA FUNGSI
SOENATRIO, 2004
MATI OTAK = MATI SEREBRAL + NEKROSIS SISA BAGIAN OTAK LAIN, TERMASUK SEREBELUM, OTAK TENGAH DAN BATANG OTAK
SEMUA REFLEKS SARAF OTAK NEGATIF USAHA NAFAS SPONTAN NEGATIF
SOENATRIO, 2004
MATI SOSIAL
STATUS VEGETATIF YG MENETAP (persistent vegetative state), SINDROMA APALIKA KERUSAKAN OTAK BERAT IREVERSIBEL TETAP TIDAK SADAR DAN TIDAK RESPONSIF, TETAPI EEG AKTIF DAN BEBERAPA REFLEKS POSITIF MUNGKIN TERDAPAT DAUR SADARTIDUR
SOENATRIO, 2004
MATI BIOLOGIS
JARINGAN DAN SELULER
SELALU MENGIKUTI MATI KLINIS BILA TIDAK ADA RESUSITASI JANTUNG PARU KEMATIAN JARINGAN BERBEDA PADA BERBAGAI ORGAN, DENGAN URUTAN :
OTAK JANTUNG GINJAL PARU HATI
SOENATRIO, 2004
KRITERIA MATI
BERHENTINYA SISTEM PERNAFASAN DAN KARDIOVASKULER YG IRREVERSIBLE
BUKTI HENTI NAFAS SELAMA MIN 20 MENIT BUKTI HENTI JANTUNG DAN SIRKULASI
PERLUKAH BUKTI IRREVERSIBILITAS DENGAN MELAKUKAN CPR ?
DIAGNOSIS M.B.O.
PRASYARAT:
PASIEN KOMA DENGAN VENTILATOR DIAGNOSIS + KERUSAKAN STRUKTURAL OTAK YANG MENYEBABKAN KOMA EKSKLUSI:
Ec OBAT-OBATAN HIPOTERMIA GGN METABOLIK
EUTHANASIA
SENGAJA MELAKUKAN TINDAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN UNTUK MENGHENTIKAN PENDERITAAN
euthanasia by means [e.g. insulin in a diabetic] active aggressive using lethal dose of medicaments, or lethal substance/s, or force to kill non-aggressive withdrawing life support passive withholding common treatments/giving a medication to relieve pain, knowing that it may also result in death
euthanasia by consent voluntary with the persons direct consent non-voluntary without the persons direct consent (e.g. someone not legally competent, or unable to make the decision), decision made by a proxy involuntary against someones will
--------------------------------------------------------------------------------------
18
JENIS EUTHANASIA
AKTIF SUKARELA AKTIF TIDAK SUKARELA PASIF SUKARELA PASIF TIDAK SUKARELA
SELAIN ITU :
PHYSICIAN-ASSISTED SUICIDE
VOLUNTER vs INVOLUNTER
VOLUNTER BERARTI PASIEN DENGAN BEBAS MEMBERIKAN PERSETUJUAN ATAU MEMINTANYA INVOLUNTER BERARTI TIDAK SECARA BEBAS MEMBERIKAN PERSETUJUAN, ATAU TIDAK DAPAT MEMBERIKAN PERSETUJUAN TAPI DIDUGA MENYETUJUINYA
WMA, 1987
EUTHANASIA, THAT IS THE ACT OF DELIBERATELY ENDING THE LIFE OF A PATIENT, EVEN AT THE PATIENTS OWN REQUEST OR AT THE REQUEST OF CLOSE RELATIVES IS UNETHICAL. It does not prevent the physician from respecting the desire of a patient to allow the natural process of death in the terminal phase of sickness
WITHHOLDING AND WITHDRAWING LIFE-SUPPORT
EUTHANASIA DI BELANDA
VOLUNTARY AND CAREFULLY REQUEST THE SUFFERING WAS UNBEARABLE, NO PROSPECT OF IMPROVEMENT INFORMED ABOUT SITUATION & PROSPECT NO ALTERNATIVE CONSULT AN INDEPENDENT PHYSICIAN DUE MEDICAL CARE DOCUMENTED AND REPORTED
EUTHANASIA IS STILL A CRIMINAL OFFENCE, BUT EXEMPT DOCTORS FROM LIABILITY IF DUE CARE CRITERIA FORMULATED IN THE ACT
VOLUNTER
KOMPETENSI PASIEN DAN WELL-INFORMED ADVANCE DIRECTIVE PERNYATAAN SERIUS, BERULANG
AKTIF ? PASIF ?
TINDAKAN POSITIF HENTIKAN KEHIDUPAN ? PENGHENTIAN TINDAKAN / TERAPI:
AL QURAN
Dan janganlah membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan suatu (alasan) yang benar (QS Al Isra, 17:33) Janganlah membunuh dirimu sendiri, karena sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu (QS Al-Nisa, 4:29) Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya (QS Al-Baqarah, 2:286)
LIFE SUPPORT
Life-sustaining treatment is any treatment that serves to prolong life without reversing the underlying medical condition. Life-sustaining treatment may include, but is not limited to, mechanical ventilation, renal dialysis, chemotherapy, antibiotics, and artificial nutrition and hydration. TIDAK ADA PERBEDAAN ETIK ANTARA WITHDRAWING DENGAN WITHHOLDING
AMA POLICY, 1994
Ordinary vs Extraordinary ?
Menghentikan semua tindakan medis yang extraordinary tanpa menghentikan tindakan yang ordinary masih dianggap sebagai tindakan yang pasif Tindakan yang extraordinary adalah semua tindakan medis, bedah atau obatobatan yang tidak dapat diperoleh /dilakukan tanpa biaya berlebih, susah payah atau ketidaknyamanan, atau yang apabila dilakukan tidak menawarkan harapan perbaikan keadaan yang wajar
Islamic law does not forbid withdrawal of the futile and disproportional treatment on the basis of the consent of the immediate family members who act upon the professional advice of the physician in charge of the case.
Dr. Abdulaziz Sachedina, University of Virginia, tanpa tahun
Kaidah hukum Islam la dharar wa la dhirar membenarkan pembiaran kematian secara alamiah. Walaupun petugas medis wajib menyediakan pelayanan medis sepanjang waktu, tetapi tindakan medis dapat dihentikan jika menurut pendapatnya tipis atau nihil harapan bagi pasien untuk sembuh
Organization of the Islamic Conferences Islamic Fiqh Academy: Resolutions and Recommendations (1406-1409H / 1985-1989 M)
MORAL DILEMMA
OTONOMI vs BENEFICENCE / NONMALEFICENCE
HAK UNTUK TIDAK DIRESUSITASI HAK MEMILIH TERAPI MINIMAL HAK UNTUK MATI BERMARTABAT
BENEFICENCE vs NONMALEFICENCE
DOSIS PENGHILANG NYERI DAPAT MENEKAN PUSAT NAFAS WITHHOLD & WITHDRAW KARENA ALASAN FINANSIAL (RIGHT TO DIE OR
8-STEP PROTOCOL
BE FAMILIAR WITH POLICIES AND STATUTES APPROPRIATE SETTING FOR DISCUSSION ASK PATIENT AND FAMILY WHAT THEY UNDERSTAND DISCUSS GENERAL GOALS OF CARE ESTABLISH CONTEXT FOR THE DISCUSSION
http://endlink.lurie.northwestern.edu
DISCUSS SPECIFIC TREATMENT PREFERENCES RESPOND TO EMOTIONS ESTABLISH AND IMPLEMENT THE PLAN
KESIMPULAN
Pada umumnya tidak dapat dibenarkan dilakukannya tindakan euthanasia aktif. Euthanasia pasif hanya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan masakmasak tentang keadaan penyakit pasien (diagnosis, prognosis dan faktor-faktor lain yang terkait), keinginan pasien, sifat tindakan medis yang sedang dilakukan, dan pertimbangan etik-sosial-hukum.
SEKIAN
MARI DISKUSIKAN DALAM LOKAKARYA TERIMA KASIH
Latar Belakang
Penentuan saat mati masih serta penghentian/penundaan bantuan hidup merupakan masalah yang dihadapi dokter
Bagaimana menyatakan mati klasik mati batang otak msh belum difahami Bagaimana sikap kita menghadapi pasien yang sudah tidak ada harapan pulih kembali yang sedang menunggu ajalnya
Th 1985 : Lokakarya IDI dan PKDGI ( Perhimpunan Kedokteran Gawat Darurat Indonesia) tentang mati. Peserta : Perhimpunan profesi klinis IDI, Ahli Hukum, Sosial, Pemuka Agama. MBO pasien dinyatakan mati.
Th 1986 : Lokakarya tentang pengakhiran resusitasi jangka panjang. Peserta sama. Hasil : diperbolehkannya menghentikan bantuan hidup luar biasa pada pasien ICU yang sedang menunggu ajal. Dahulu disebut eutanasia pasif, sekarang with-drawing/witholding life supports (penghentian/penundaan bantuan hidup) Th 1986 : dibentuk tim legilasi medis yang diantaranya menetapkan definisi mati dan pengakhiran bantuan hidup di ICU Th 1987 : Hasil kedua lokakarya tsb diterima/disahkan oleh muktamar IDI di Medan Th 1988 : ditetapkan Fatwa IDI tentang mati dan pengakhiran resusitasi jangka panjang Th 1990 : dilakukan revisi fatwa IDI tentang mati dan pengakhiran resusitasi jangka panjang serta penjelasannya Th 2005 : Depkes mengadakan lokakarya penyusunan petunjuk pelaksanaan penentuan mati, penghentian resusitasi darurat serta penghentian/penundaan bantuan hidup.
Permasalahan
Hasil pengamatan di lapangan menunjukan bahwa fatwa IDI th 1988 tentang batasan mati dan eutanasia pasif tidak terisolasikan dengan baik dan topik tersebut juga tidak diajarkan dalam kurikulum S1 kedokteran meupun program pendidikan spesialis Para dokter spesialis anestesiologi tidak memperhatikan kode etik dokter spesialis anestesiologi yang melarang memperpanjang kehidupan pada orang yang akan meninggal dunia
Contoh Permasalahan
Sudah mulai ada permintaan eutanasia aktif, sehubungan dengan hal tsb perlu ditegaskan bagaimana posisi dan sikap kita terhadap eutanasia aktif ini. RJP pada anak dengan henti jantung dilakukan selama empat jam. RJP ini dihentikan setelah ada ijin dari orang tua pasien. Siapakah yang berwenang untuk menghentikan resusitasi ini? Diagnosis MBO ditegakkan dg cara yg tidak benar (lgs memeriksa refleks batang otak, tdk melewati langkahlangkah sebelumnya), sehingga pasien yang dinyatakan MBO ternyata tetap hidup
Setelah dinyatakan MBO ventilator tetap dipasang dengan 02 20 % dan diberi terapi minimal Setelah ditegakkan diagnosis MBO, doketr yang merawat menyatakan ventilator belum bisa dilepas karena belum ada ijin dari famili pasien. Selama MBO belum dianggap mati, maka transplantasi organ tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.
Kekurangan komunikasi atau informasi sering menimbulkan kesalahpahaman, seperti pemakaian istilah mencabut pipa ventilator, menghentikan bantuan hidup dan sebagainya bahwa sewaktu melepas ventilator, dokter tidak menghentikan terapi dan membiarkan seseorang meninggal, tetapi sekedar menghentikan upaya yang sia-sia terhadap seseorang yang telah meninggal
Pernyataan MBO
Apaah refleks batang otak negatif ? henti nafas menetap (sewaktu dilepas dari ventilator ?) Bila ya, pasien dapat dinyatakan mati, kendatipun jantung masih berdenyut. Setelah pasien dinyatakan mati, ventilator memberi ventilasi kepada sesosok mayat. Maka dari itu ventilator harus segera dihentikan. Bila pasien merupakan donor organ, ventilator dan segala terapi diteruskan sampai organ yang dibutuhkan diambil.
Dianjurkan agar tes dilakukan oleh 2 orang dokter yang berpengalaman dalam soal ini. Dalam praktek mereka ini biasanya spesialis anestesiologi, neurologi, bedah saraf atau dokter intensivis, tetapi tentunya hal ini tidak esensial. Jika ada kaitannya dengan kepentingan transplantasi organ, yang berwenang menentukan kematian adalah 2 orang dokter yang tidak terikat dengan tindakan transplantasi tersebut. Setelah dilakukan tes dan tes ulang, dan dipastikan MBO, maka hendaknya pasien dinyatakan mati, keluarga diberitahu, dan Sertifikat kematian dapat kemudian dikeluarkan