You are on page 1of 1

Air sering terlupakan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, padahal pangan tidak hanya meliputi makanan tetapi juga

minuman. Air merupakan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif. Namun demikian dalam praktek penyampaian pesan atau sosialisasi gizi seimbang untuk hidup sehat dan aktif, pesan minumlah air yang aman dan cukup jumlahnya setiap hari seringkali terabaikan. Padahal sejak tahun 1994 Depkes telah menganjurkan pesan tersebut. National Research Council Amerika Serikat merekomendasikan 1ml air/kkal kebutuhan energi bagi orang dewasa di bawah kondisi rata-rata kebutuhan energi dan lingkungan. Di Indonesia, sejak tahun 2004 melalui forum Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) para ahli gizi Indonesia telah menetapkan anjuran kebutuhan air bagi setiap golongan umur dan jenis kelamin, seperti halnya kebutuhan akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Selanjutnya yang perlu ditetapkan adalah kebutuhan air menyertai terapi dari berbagai penyakit. Berbagai masalah ini mengemuka dalam simposium Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) yang berlangsung pada hari Minggu, 21 Maret 2010 di Hotel Sahid Jaya, Jakarta Simposium tersebut diberjudul Hydration and Health yang mengangkat tentang pentingnya minum air untuk mencegah dehidrasi yang akan berdampak pada masalah kesehatan yang lebih serius. Ketua PP-PDGMI, dr. Rachmi Untoro, MPH dalam kesempatan hari ini menyatakan, Air yang dalam seharinya dibutuhkan sampai lebih dari dua liter, sudah memenuhi persyaratan sebagai zat gizi karena merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, terutama untuk mengatur proses kehidupan. Namun ternyata sampai saat ini air belum dimasukkan sebagai salah satu zat gizi makro (bersama dengan karbohidrat, lemak, dan protein). Asupan air seperti halnya asupan makronutrien lainnya tersebut dapat berasal dari makanan dan minuman sehari-hari untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Tujuan diadakan simposium PDGMI, lanjutnya, adalah sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesadaran gizi dan kesehatan masyarakat Indonesia khususnya tentang peranan air sebagai salah satu zat gizi yang vital bagi kesehatan utamanya terkait dengan masalah dehidrasi ringan kronis yang tanpa disadari sedang terjadi di Indonesia. Upaya pencegahan dehidrasi ringan sedini mungkin perlu segera disosialisasikan dengan cara yang praktis, yaitu menggunakan grafik warna untuk pemeriksaan urin sendiri atau disingkat PURI. Cara pemeriksaan ini sangat mudah dan praktis. Semua jenis urin dapat digunakan, asal bukan urin pagi saat bangun tidur. Yang paling bagus adalah menggunakan mid -stream urine yaitu urin yang keluar di pertengahan saat kita berkemih. Urin ini ditampung dalam jumlah secukupnya di tempat yang bersih dan berwarna putih/bening, kemudian kita membandingkan warna urin tersebut dengan grafik warna di bawah sinar lampu neon putih atau sinar matahari. Hindarkan memeriksa urin ini di bawah sinar lampu berwarna kuning atau warna lainnya karena bisa membuat pemeriksaan menjadi bias. Jangan lupa pula bahwa warna urin juga dipengaruhi obat- obatan ataupun diet tertentu. PURI ini dikembangkan oleh Prof. Armstrong, ahli kedokteran olah raga dari Amerika Serikat. Penemuan beliau ini telah digunakan dalam beberapa event besar olah raga seperti Olimpiade di Beijing dan Athena. PURI ini telah direkomendasi penggunaannya oleh PDGMI dan dibuat dalam bentuk poster serta stiker. Sementara itu, pada kesempatan yang sama Prof.Dr.Ir.Hardinsyah, MS, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia dalam ceramahnya mengungkapkan bahwa sekitar separuh orang dewasa dan remaja mengalami dehidrasi ringan (kekurangan air tubuh pada tingkat ringan). Angka ini diperoleh dari hasil penelitian The Indonesian Hydration Study (THIRST) yang dilakukan pemeriksaan urin secara laboratorium terhadap 1200 sampel di wilayah Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makasar dan Malino. Penelitian yang dilakukan secara kolaboratif oleh tiga Perguruan Tinggi tersebut (FEMA IPB, FKM UNAIR dan FKM UNHAS) juga mengungkapkan bahwa kejadian dehidrasi ringan pada remaja lebih tinggi dibanding pada orang dewasa; dan kejadian dehidrasi ringan pada daerah dataran rendah yang panas lebih tinggi dibanding di dataran tinggi yang sejuk. Faktor terjadinya dehidrasi ringan ini adalah ketidaktahuan dan kesulitan akses (memperoleh) secara fisik dan ekonomi memperoleh air minum. Enam dari setiap 10 responden (sekitar 60%) tidak mengetahui bahwa diperlukan minum yang lebih banyak bagi ibu hamil dan menyusui serta bagi orang yang berada dalam lingkungan dingin. Jangan anggap enteng kekurangan air tubuh. Kekurangan air tubuh 1% mulai menimbulkan rasa haus dan gangguan mood, kekurangan air tubuh 2-3% meningkatkan suhu tubuh, rasa haus dan gangguan stamina; kekurangan air tubuh 4% dapat menurunkan kemampuan fisik 25%, dan pingsan bila kadar air tubuh berkurang sampai 7% (Grandjean&Ruud, 1994. Nutrition for Cyclists, (Clinics in Sports Med). Setiap individu dianjurkan untuk mempertahankan status hidrasinya dalam keadaan normal atau adanya keseimbangan air dalam tubuh. Cara mempertahankan status hidrasi adalah dengan menjaga kecukupan air dalam tubuh. Jumlah air yang dibutuhkan sangat bervariasi dan bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembaban lingkungan, tingkat aktivitas fisik, jenis kelamin dan usia. Selain itu, penting untuk memperhatikan jenis air yang aman untuk diminum yakni air yang tidak memiliki warna, bau dan rasa serta tidak mengandung zat berbahaya, tidak tercemar pestisida, jamur, logam dan bahan lain yang berbahaya bagi tubuh, demikian himbauan PDGMI. http://medicastore.com diakses tgl 270102010 pukul 19.00 wib

You might also like