You are on page 1of 4

VI. Pembahasan a.

Bentuk Butir Berdasarkan perhitungan matematis yang diperkenalkan oleh Zing dengan menggunakan perbandingan antara b/a dan c/b dalam pengklasifikasian bentuk butir, daerah pengamatan memiliki bentuk butir yang cukup beragam, yaitu equant, oblate, bladed, hingga prolate. Dari hasil perhitungan analisis bentuk butir, pada LP 1hingga LP 4 kerakal yang diteliti memiliki beragam bentuk, dengan jumlah sebagai berikut:

Bentuk Butir Equant Oblate Prolate Bladed

LP 1

LP 2

LP 3

LP 4

Total

14 butir 10 butir 1 butir -

17 butir 5 butir 2 butir 1 butir

9 butir 13 butir 3 butir -

8 butir 13 butir 3 butir 1 butir

48 butir 41 butir 9 butir 2 butir

Dapat dilihat pada tabel tersebut, bahwa secara keseluruhan, bentuk butir didominasi oleh kerakal yang memiliki bentuk butir equant. b. Sphericity Derajat kebolaan atau sphericity pada daerah pengamatan mempunyai nilai yang sangat bervariasi. Perhitungan sphericity ini menggunakan dua rumus yang berbeda yakni rumus yang diajukan oleh Krumbein dan rumus yang diajukan oleh Sneed & Folk. Perhitungan dengan kedua rumus ini menghasilkan nilai sphericity yang beragam dari lokasi pengamatan. Berikut adalah variasi sphericity dari masing-masing lokasi pengamatan. Metode Sneed & Folk Sphericity Very equant Equant Subequant Intermediet shape Subelongate Elongate LP 1 11 butir 3 butir 1 butir 5 butir 2 butir LP 2 16 butir 2 butir 3 butir 1 butir 1 butir 1 butir LP 3 10 butir 1 butir 4 butir 1 butir 3 butir LP 4 8 butir 1 butir 1 butir 3 butir 2 butir 3 butir Total 45 butir 6 butir 6 butir 13 butir 6 butir 7 butir

Very elongate

3 butir

1 butir

6 butir

7 butir

17 butir

Metode Krumbein Sphericity Very equant Equant Subequant Intermediet shape Subelongate Elongate Very elongate LP 1 15 butir 4 butir 1 butir 3 butir 2 butir LP 2 16 butir 5 butir 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir LP 3 11 butir 2 butir 2 butir 6 butir 3 butir 1 butir LP 4 10 butir 2 butir 2 butir 7 butir 2 butir 2 butir Total 52 butir 9 butir 6 butir 7 butir 16butir 6 butir 4 butir

Perbandingan kelas sphericity hasil perhitungan Krumbein dan Sneed & Folk dari 25 sampel kerakal yang diamati ditampilkan dalam tabel berikut : Kelas Sphericity Very equant Equant Subequant Intermediet shape Subelongate Elongate Very elongate Cara Krumbein 52 butir 9 butir 6 butir 7 butir 16butir 6 butir 4 butir Cara Sneed & Folk 45 butir 6 butir 6 butir 13 butir 6 butir 7 butir 17 butir

Dari tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa sphericity yang paling banyak adalah very equant. Namun untuk nilai yang lebih mewakili dengan keadaan sebenarnya di lapangan adalah hasil dari Sneed & Folk, karena klasifikasi yang dipakai dalam penentuan sphericity ini adalah klasifikasi Folk, sehingga persamaan yang dibuat oleh Krumbein tidak relevan dengan klasifikasi yang digunakan.

c. Roundness Roundness merupakan morfologi butir yang berkaitan dengan ketajaman pinggir dan sudut suatu partikel sedimen klastik. Dalam praktikum ini, untuk

mengetahui roundness, kita membandingkan tabel visual kenampakanantara kerakal atau butir pasir dengan tabel visual secarsketsa (Krumbein, 1941) atau tabel visual foto Powers (1953). Berdasarkan pengamatan tersebut yang telah tersaji dalam data pengamatan, diperoleh gambaran umum bahwa roundness butir kerakal pada daerah pengamatan bersifat subangular hingga well-rounded. Namun daerah ini didominasi oleh butiran bersifat subrounded dan rounded dengan high sphericity, ini dapat dilihat dari permukaan yang cukup halus dan bundar, namun di beberapa sisi terdapat retakan, atau cekungan akibat abrasi lanjut.

VII. Interpretasi Data Berdasarkan pengamatan 100 butir kerakal yang diambil dari 4 lokasi pengamatan yang berbeda, dari bentuk butir, maka kita akan mengetahui bentuk butir asal, lamanya terdeposisi, dan lama transportasinya. Karena bentuknya yang lebih cenderung rounded, maka dapat diperkirakan bahwa batuan asalnya pun memiliki bentuk yang tidak terlalu angular. Makin equant suatu butir, maka semakin cepat deposisinya, sehingga jika semakin berbentuk bladed, maka deposisinya semakin lambat. Begitu juga jika semakin equant suatu butir, maka akan semakin sebentar mengalami transportasi, sehingga akan semakin mudah terendapkan. Sedangkan jika semakin Bladed, semakin lama untuk tertransportasi. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa semakin ke hilir, jumlah kerakal yang equant semakin menurun dan jumlah kerakal yang oblate justru bertambah banyak, karena butir kerakal equant akan lebih cepat terendapkan, sehingga semakin menuju hilir akan diendapkan batuan dengan bentuk butir yang cenderung tidak equant. Dari bentuk butir dan sphericity, kita bisa mengetahui mekanisme transportasi. Jika bentuk butir yang lebih equent, maka butir tersebut tertransportasi secara menggelinding (rolling) di dasar tubuh air, sehingga cepat terendapkan akibat adanya kontak dengan bagian dasar (friksi). Jika bentuk butir prolate, maka butir tersebut akan tertransportasi secara saltation yang melompat-lompat di dalam tubuh air. Jika bentuk butir bladed atau tabular, maka butir tersebut akan tertransportasi secara traksi atau terseret di dasar tubuh air, sehingga gesekan/friksi semakin berkurang, sehingga akan sulit terendapkan. Dari roundness, kita dapat mengetahui mengetahui jarak dan lama transportasi. Kerakal ini sudah mengalami transportasi yang cukup jauh dari sumbernya karena didominasi oleh partikel yang mempunyai darajat kebundaran yang tinggi (subroundedrounded).karena ukuran butirnya kerakal, maka batuan akan lebih mudah membundar,

sebab luas permukaan bidang untuk tererosi lebih besar. Untuk butiran yang angular, akan lebih lama tertransportasi sebab kontak antara ujung butiran yang runcing dengan gaya yang bekerja padanya akan mudah menimbulkan pergerakan butir tersebut.

You might also like