You are on page 1of 10

Mengenal Derivatif Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek utama baik yang bersifat penyertaan maupun

utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek utama maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets. Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.

Derivatif Keuangan Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya. Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas portofolio yang mereka miliki. Dasar Hukum UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Peraturan Pemerintah no.45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. SK Bapepam No. Kep.07/PM/2003 Tgl. 20 Februari 2003 tentang Penetapan Kontrak Berjangka atas Indeks Efek sebagai Efek Peraturan Bapepam No. III. E. 1 tgl. 31 Okt 2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek SE Ketua Bapepam No. SE-01/PM/2002 tgl. 25 Februari 2002 tentang Kontrak Berjangka Indeks Efek dalam Pelaporan MKBD Perusahaan Efek Persetujuan tertulis Bapepam nomor S-356/PM/2004 tanggal 18 Pebruari 2004 perihal Persetujuan KBIE-LN (DJIA & DJ Japan Titans 100) Beberapa Jenis Produk Turunan yang diperdagangkan di BEI: 1. Kontrak Opsi Saham (KOS) OPTION adalah kontrak resmi yang memberikan Hak (tanpa adanya kewajiban) untuk membeli atau menjual sebuah asset pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Option pertama kali secara resmi diperdagangkan melalui Chicago Board Exchange (CBOE) pada tahun 1973

KOS (Kontrak Opsi Saham) adalah Efek yang memuat hak beli (call option) atau hak jual (put option) atas Underlying Stock (saham perusahaan tercatat, yang menjadi dasar perdagangan seri KOS) dalam jumlah dan Strike Price (harga yang ditetapkan oleh Bursa untuk setiap seri KOS sebagai acuan dalam Exercise) tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu. Call Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi (taker) untuk membeli sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Sebaliknya, Put Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi (taker) untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Opsi tipe Amerika memberikan kesempatan kepada pemegang opsi (taker) untuk meng-exercise haknya setiap saat hingga waktu jatuh tempo. Sedangkan Opsi Eropa hanya memberikan kesempatan kepada taker untuk meng-exercise haknya pada saat waktu jatuh tempo. Adapun karakteristik opsi saham yang diperdagangkan di BEI adalah sebagai berikut : Tipe KOS Call Option dan Put Option Satuan Perdagangan 1 Kontrak = 10.000 opsi saham Masa Berlaku 1,2 dan 3 bulan Pelaksanaan Hak Metode Amerika (Setiap saat dalam jam tertentu di hari (exercise) bursa, selama masa berlaku KOS) Secara tunai pada T+1, dengan pedoman: Penyelesaian Pelaksanaan call option = WMA strike price Hak put option = strike price WMA Margin Awal 10% dari nilai kontrak WMA (weighted moving adalah rata-rata tertimbang dari saham acuan opsi selama average) 30 menit dan akan muncul setelah 15 menit berikutnya adalah harga tebus (exercise price) untuk setiap seri KOS Strike Price yang ditetapkan 7 seri untuk call option dan 7 seri untuk put option berdasarkan closing price saham acuan opsi saham diberlakukan apabila: Automatic exercise 110% dari strike > call option, jika WMA price 90% dari strike price < put option, jika WMA Senin Kamis : Sesi 1: 09.30 12.00 WIB Jam Perdagangan KOS Sesi 2: 13.30 16.00 WIB Jumat : Sesi 1: 09.30 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 16.00 WIB Senin Kamis : 10.01 12.15 dan 13.45 16.15 WIB Jumat : 10.01 11.45 dan 14.15 16.15 WIB diperdagangkan secara lelang berkelanjutan (continuous auction market)

Jam Pelaksanaan Hak Premium

2. KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK (KBIE) 1). LQ45 Futures

Kontrak Berjangka atau Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual suatu underlying (dapat berupa indeks, saham, obligasi, dll) di masa mendatang. Kontrak indeks merupakan kontrak berjangka yang menggunakan underlying berupa indeks saham. LQ45 Futures menggunakan underlying indeks LQ45, LQ45 telah dikenal sebagai benchmark saham-saham di Pasar Modal Indonesia. Di tengah perkembangan yang cepat di pasar modal Indonesia, indeks LQ45 dapat menjadi alat yang cukup efektif dalam rangka melakukan tracking secara keseluruhan dari pasar saham di Indonesia. Spesifikasi Kontrak LQ45 Futures: Underlying Multiplier Periode Kontrak : Indeks LQ45 : Rp. 500.000 per poin indeks : Kontrak Bulanan (Spot Month) Kontrak Bulanan Kedua (Second Month) : Sesi 1: 09.15 12.00 WIB : Hari Senin s/d Kamis Sesi 2: 13.30 16. 15 WIB : Sesi 1: 09. 15 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 16. 15 WIB : Setiap Hari Bursa terakhir setiap bulan kontrak : IDR 3.000.000/ kontrak Hari Jumat

Jam Trading

Last Trading Day Margin Awal

2). Mini LQ45 Futures Mini LQ45 Futures adalah kontrak yang menggunakan underlying yang sama dengan LQ45 Futures yaitu indeks LQ45, hanya saja Mini LQ45 Futures memiliki multiplier yang lebih kecil (Rp 100 ribu / poin indeks atau 1/5 dari LQ45 Futures) sehingga nilai transaksi, kebutuhan marjin awal, dan fee transaksinya juga lebih kecil. Produk Mini LQ45 Futures ditujukan bagi investor pemula dan investor retail yang ingin melakukan transaksi LQ45 dengan persyaratan yang lebih kecil. Dengan demikian Mini LQ45 dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran investor retail yang baru akan mulai melakukan transaksi di indeks LQ45 Spesifikasi Kontrak Mini LQ45 Futures: Underlying : Indeks LQ45 Multiplier : Rp. 100.000 per poin indeks Periode Kontrak : Kontrak Bulanan (Spot Month) Kontrak Bulanan Kedua (Second Month) Jam Perdagangan : Hari Senin s/d : Sesi 1: 09.15 12.00 WIB Kamis Sesi 2: 13.30 16. 15 WIB

Last Trading Day Margin Awal

: Sesi 1: 09. 15 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 16. 15 WIB : Setiap Hari Bursa terakhir setiap bulan kontrak : 4% dari nilai kontrak Hari Jumat

3). LQ45 Futures Periodik Kontrak yang diterbitkan pada Hari Bursa tertentu dan jatuh tempo dalam periode Hari Bursa tertentu. Spesifikasi Kontrak LQ45 Futures Periodik: Underlying : Indeks LQ45 Multiplier : Rp.500.000,Periode Kontrak : Kontrak Periodik Harian (2 Hari Bursa) Jam Perdagangan : Senin-Kamis : sesi I : 09.15-12.00 WIB sesi II : 13.30-16.15 WIB Jum'at Fraksi Harga Margin Awal : : : sesi I : 09.15-11.30 WIB sesi II : 14.00-16.15 WIB 0,05 poin indeks IDR 3.000.000/ kontrak

4). Mini LQ45 Futures Periodik Kontrak yang diterbitkan pada Hari Bursa tertentu dan jatuh tempo dalam periode Hari Bursa tertentu. Spesifikasi Kontrak Mini LQ45 Futures Periodik: Underlying : Indeks LQ45 Multiplier : Rp.100.000,Periode Kontrak : Kontrak Periodik Harian (2 Hari Bursa) Jam Perdagangan : Senin-Kamis : sesi I : 09.15-12.00 WIB sesi II : 13.30-16.15 WIB Jum'at Fraksi Harga Margin Awal 5). Japan (JP) Futures Produk ini memberikan peluang kepada investor untuk melakukan investasi secara global sekaligus memperluas rangkaian dan jangkauan produk derivatif BEI ke produk yang menjadi benchmark dunia. Dengan JP Futures memungkinkan investor menarik manfaat dari pergerakan pasar jepang sebagai pasar saham paling aktif setelah pasar AS. : : : sesi I : 09.15-11.30 WIB sesi II : 14.00-16.15 WIB 0,05 poin indeks 4% dari nilai kontrak

Spesifikasi Kontrak JP Futures: Underlying : Dow Jones Japan Titan 100 Multiplier : Rp 50.000 per poin indeks 2 kontrak Bulan Kuartal terdekat (Bulan Kuartal adalah Mar, Jun, Periode Kontrak : Sep dan Des) Sesi 1: 09.15 12.00 WIB Jam Perdagangan : Senin s/d Kamis : Sesi 2: 13.30 16.15 WIB Sesi 1: 09.15 11.30 WIB Jumat : Sesi 2: 14.00 16.15 WIB Last Trading : Hari Kamis kedua setiap Bulan Kontrak Day Margin : 4% dari nilai kontrak Awal

JAKARTA. Perusahaan efek bakal memiliki sumber pendapatan baru dari layanan efek derivatif. Layanan yang difasilitasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berpotensi memberikan pendapatan Rp 30 miliar per tahun. Mengutip situs resmi BEI, efek derivatif merupakan kontrak perjanjian untuk memperjualbelikan aset atau komoditas dengan kesepakatan tertentu. Instrumen yang menjadi dasar layanan itu merupakan derivatif keuangan. Instrumen derivatif antara lain saham, obligasi, indeks saham, dan indeks obligasi. Nantinya, produk ini bisa digunakan sebagai sarana lindung nilai atau hedging. "Masing-masing anggotabursa (AB) bisa dapat Rp 30 miliar per tahun jika frekuensi kontrak derivatif kita bisa menyamai Malaysia," kata Samsul Hidayat, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Kamis (7/3). Selama ini, kontrak derivatif di pasar modal Malaysia mencapai 34.000 kontrak per hari. Tapi, Samsul menggaris bawahi, tidak semua AB bisa menjadi distributor layanan efek derivatif. BEI memiliki klasifikasi tersendiri. Sampai saat ini, baru ada 15 AB yang memperoleh restu BEI. Samsul menargetkan, ada 45 AB yang bisa memberikan layanan efek derivatif untuk tahun 2013 ini.

Efek derivatif sebenarnya produk yang sudah ada sejak lama. Tapi belakangan, manajemen BEI kembali merevitalisasi fasilitas ini supaya lebih berkarakter. Tujuannya semakin banyak nasabah institusi yang memakai layanan ini. BEI akan terus menyosialisasikan efek derivatif, tapi hanya untuk kalangan tertentu. Caranya, AB wajib mengklasifikasi nasabah institusi yang dianggap layak memperoleh sosialisasi BEI. "Kami tidak menutup pintu untuk investor baru, tapi kami juga tak merekomendasikan mereka menggunakan layanan ini jika belum paham tentang efek derivatif," ujar Samsul. Anggota bursa menyambut positif fasilitas efek derivatif. Banyak perusahaan efek yang berbondong-bondong mendaftarkan diri. PT Kresna Graha Sekurindo (Kresna Securities), salah satunya. "Prospeknya sangat menarik. Kami ingin mendaftar, tapi kami perlu mempersiapkan internal perusahaan terlebih dahulu," ujar Ocky Budiyanto, Direktur Kresna Securities. Menurutnya, perlu ada pemahaman baru, khususnya tentang regulasi efek derivatif bagi para penjual. Selama ini, hanya penjual di lapangan yang paham betul semua regulasi pasar modal. Sementara pemahaman regulasi untuk penjual di back office tidak sebaik yang ada di lapangan.

Bahaya Transaksi Derivatif At the same time we must intensively patronize trade and industry, but, first and foremost, speculation, the part played by which is to provide a counterpoise to industry: the absence of speculative industry will multiply capital in private hands and will serve to restore agriculture by freeing the land from indebtedness to the land banks. What we want is that industry should drain off from the land both labor and capital and by means of speculation transfer into our hands all the money of the world, and thereby throw all the GOYIM into the ranks of the proletariat. Then the GOYIM will bow down before us, if for no other reason but to get the right to exist. (Protokol 6-6 Protocols of Learned Elders of Zion) Membaca tulisan Fajar AS berjudul Spekulan, Malapetaka Bahan Makanan & BBM Global di harian Waspada 12 Juni 2008, saya teringat pada tulisan saya di sebuah harian nasional terbitan Batam setahun lalu berjudul Ancaman Transaksi Derivatif. Kedua tulisan sama-sama mencermati bahaya transaksi-transaksi spekulasi (derivatif) terhadap perekonomian global. Perbedaannya hanyalah data. Bila dalam tulisan saya tercatat GNP global masih sekitar $ 40 triliun, maka tahun lalu (dalam tulisan Fajar AS, pen.) sudah meningkat menjadi $ 48 triliun.

Sementara itu nilai transaksi derivatif tahun 2006 masih sekitar $ 380 triliun, maka untuk tahun 2007 (tulisan Fajar AS, pen.) nilainya sudah membengkak menjadi $ 516 triliun. Saya sangat setuju dengan misi yang disampaikan dalam tulisan itu. Terlepas penilaian saya bahwa tulisan Fajar AS sama sekali tidak memberikan analisis tentang korelasi antara transaksi spekulasi, malapetaka bahan makanan & BBM global serta hubungan antara subsidi pemerintah sebesar Rp 2.300 triliun dengan kesejahteraan rakyat, atau kalaupun sudah tersedia strategi pembangunan yang tepat darimana subsidi sebesar itu dikeluarkan pemerintah sementara untuk APBN yang hanya berkisar ratusan triliun saja pemerintah harus berhutang sana-sini. Transaksi derivatif adalah transaksi-transaksi spekulatif atas turunan (derivate artinya adalah turunan, pen.) dari komoditi-komiditi riel. Contohnya adalah saham yang merupakan turunan dari asset-asset riel perusahaan, surat-surat berharga yang juga merupakan derivatif dari assetaseet riel yang dijaminkan, termasuk juga uang kertas yang merupakan derivatif dari cadangan emas suatu negara. Sebenarnya kekhawatiran mengenai dampak transaksi derivatif sudah lama disampaikan banyak orang. Pada tahun 1995-an misalnya majalah terkemuka Amerika, Newsweek menulis tentang bahaya transaksi ini. Kekhawatiran Newsweek adalah perkembangan kuantitas (jenisjenis transaksi) dan kualitas (nilai transaksi) yang tidak terkira, jauh melampaui nilai transaksi riel (ini bisa terjadi karena sebuah derivasi dapat ditransaksikan berulang-ulang oleh banyak orang dan dengan berbagai jenis transaksi, tanpa batas). Dengan trend yang tidak berubah maka suatu saat perekonomian akan kolaps. Saat itu terjadi ketika para spekulan bosan memegang portofolio fiktif (saham, sertifikat, surat berharga lain termasuk uang kertas) dan menukarnya dengan portofolio riel (tanah, rumah, perhiasan, property, komoditi, makanan, dsb). Pada saat itu ternyata nilai portofolio riel jauh lebih sedikit dibandingkan nilai portofolio fiktif turunannya sehingga memicu kenaikan harga barang-barang yang tidak terkira. Pada saat itulah terjadi depresi besar yang dampaknya tidak bisa dibayangkan. Jika fenomena Depresi Besar (Great Depression) tahun 1930-an saja, dimana perekonomian belum sebesar dan terintegrasi seperti sekarang, telah memicu terjadinya Perang Dunia II, maka boleh jadi depresi besar berikutnya akan memicu Perang Dunia III.

Dunia sebenarnya telah beberapa kali mengalami krisis atau depresi ekonomi akibat ulah para spekulan selain peristiwa Depresi Besar. Yang paling terkenal tentu saja Krisis Moneter tahun 1997 yang melanda kawasan Asia Timur. Fenomena ini sebenarnya sudah diawali sejak akhir dekade 1980-an saat dunia dilanda demam buku-buku karangan John Naisbitt dan Alvin Tofler seperti Megatrend, Future Shock, Third Wave dll. Buku-buku itu menghipnotis penduduk negara-negara Asia Timur dengan harapan yang melambung tentang kesejahteraan. Buku-buku itu menyebutkan Asia Timur adalah kawasan paling pesat pertumbuhan ekonominya dan bakal menjadi pusat perekonomian dunia. Hal ini mendorong negara-negara di kawasan ini untuk memaksakan pembangunan besar-besaran. Dan karena tidak memiliki modal, negara-negara itu, terutama Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina, menggantungkan pembangunannya pada pinjaman dan bantuan luar negeri. Sebagian besar pinjaman itu berjangka waktu menengah yang jatuh temponya akhir dekade 1990-an. Dan pada saat negara-negara itu membutuhkan dolar untuk membayar hutangnya, para spekulan terlebih dahulu telah memborong dolar di pasar uang Asia sehingga nilai tukar dolar melambung tinggi. Pada saat itulah terjadi krisis moneter di kawasan Asia Timur. Karena harus mengeluarkan jauh lebih besar resource-nya untuk membayar hutang, negaranegara Asia Timur mengalami depresi. Sampai saat ini pun dampak itu masih dirasakan Indonesia yang ditunjukkan dengan pendapatan per-kapita rakyat yang tidak pernah mencapai angka sebelum krisis. Apalagi bila mengingat sebagian anggaran pembangunan harus disisihkan hanya untuk membayar bunga hutang BLBI milik para konglomerat pengemplang yang harus ditanggung pemerintah dan dibebankan kepada rakyat. Nilainya mencapai Rp 35 triliun setahun, jumlah yang sangat besar untuk membantu para pengusaha kecil, atau untuk membangun sejuta rumah sederhana bagi rakyat miskin. Besaran nilai transaksi-transaksi derivatif dan hasilnya pasti tidak pernah terbayangkan orang kebanyakan. Misalnya saja bagaimana Bill Gates hanya dalam waktu satu bulan, antara Agustus 2007 dan September 2007, mendapat tambahan kekayaan sebesar 3,29 miliar dolar (sekitar 32 triliun rupiah) tanpa kerja karena harga saham Microsoft naik 6,58 dolar per-saham di bursa saham New York. George Soros, yang oleh PM Malaysia Mahathir Mohammad dituduh sebagai

spekulan penyebab krisis moneter 1997, dikabarkan mendapatkan keuntungan hingga $ 900 juta karena aksi borong dolarnya meski Soros sebenarnya hanyalah seorang highly paid professional atau front runner dari para pemilik modal sebenarnya. Eksistensi Soros tidak jauh berbeda dengan Rupert Murdoch yang bergerak di bidang pers atau Donald Trump yang bergerak di bidang property dan hiburan. Namun transaksi spekulatif derivatif adalah zero sum game. Tidak menciptakan nilai tambah apapun. Keuntungan salah satu pihak merupakan kerugian pihak yang lain. Surat kabar American Free Press tahun lalu pernah menulis, seorang spekulan gila melakukan transaksi derivatif put senilai $4,5 miliar atau lebih dari Rp 40 triliun. Dengan transaksi itu spekulan tersebut berharap dalam waktu satu bulan (sampai tanggal 21 September 2008) pasar saham Eropa akan anjlok hingga 33%. Bila ekspektasi itu terwujud ia akan mengantongi keuntungan senilai Rp 20 triliun. Sebaliknya jika tidak terjadi maka ia harus menanggung kerugian senilai Rp 10 triliun. Para pelaku bursa saham Eropa menyebut spekulan yang namanya dirahasiakan tersebut sebagai Bin Laden, mengingat hanya kejadian besar seperti serangan World Trade Center (atau kejadian lain yang lebih hebat lagi) yang mampu membuat pasar saham Eropa anjlok 33%. Dipastikan spekulan itu rugi Rp 10 triliun karena ekspektasinya tidak tercapai. Para analisis memperkirakan spekulan tersebut berani mempertaruhkan hartanya karena percaya Amerika akan menyerang Iran (saat itu konflik Amerika-Iran seputar program nuklir Iran tengah memuncak) sehingga mengakibatkan krisis energi dunia yang berimbas pada melorotnya indeks saham bursa-bursa saham dunia. Namun apalah artinya Rp 10 triliun jika spekulan tersebut ternyata adalah salah satu pemilik obligasi pemerintah Amerika yang nilainya mencapai $ 9 triliun, atau hampir senilai Rp 90.000 triliun. Total kewajiban pemerintah Amerika (termasuk hutang) saja bahkan mencapai $ 50 triliun. Dipastikan sebagian besar dari kewajiban itu adalah disebabkan transaksi derivatif. Jumlah itu tidak akan pernah terlunasi meski ditanggung oleh seluruh rakyat Amerika. Sebagian orang sangat yakin seyakin besok matahari terbit dari timur bahwa para spekulan-lah yang telah membuat harga komoditas dan BBM melambung berlipat-lipat sementara jumlah permintaan tidak pernah naik signifikan mengingat kenaikan penduduk dunia hanya berkisar 1-

2% setahun. Sebagian orang tahu bahwa bursa minyak dunia New York yang menentukan harga minyak dunia sebenarnya berada di Rockefeller Center, kantor milik keluarga raja minyak Rockefeller. Sedangkan bursa emas London yang menentukan harga emas dunia berada di kantor keluarga Rothschild di London. Mencermati fenomena transaksi spekulatif rasanya kurang afdhol jika tidak menyebut sebuah dokomen rahasia Protokol Zion yang bocor ke publik tahun 1905 di Rusia. Meski banyak yang menuduh dokomen ini rekayasa, namun banyak pula yang percaya dokumen itu asli dibuat oleh sekelompok orang tertentu (Yahudi) untuk menguasai dunia melalui skenario-skenario yang canggih, matang, juga keji. Keaslian dokumen tersebut dapat dianalisis berdasarkan fakta-fakta sejarah yang terjadi yang kejadiannya mirip dengan skenario pada Protokol Zion, seperti revolusi komunisme di Rusia (1908), Depresi Besar (1929-1930-an), Perang Dunia (1911-1918), runtuhnya negara-negara kerajaan Eropa (paska Perang Dunia), fenomena negara-negara yang terjerat hutang berkepanjangan dsb. Dokumen itu juga menyinggung secara rinci mengenai transaksi derivatif. Disebutkannya bahwa perekonomian global harus berdiri di atas dasar spekulasi karena hanya dengan ini dapat dijamin kekayaan akan dikuasai oleh para pemilik modal. Tanpa spekulasi maka secara alamiah perekonomian akan tumbuh dan membuat semua orang sejahtera. Dan ini tidak diinginkan oleh orang-orang Yahudi karena merasa sebagai manusia istimewa pilihan Tuhan mereka menganggap paling berhak mewarisi dunia. Dengan spekulasi yang menghancurkan ekonomi maka kesejahteraan dapat dihilangkan dan kekayaan ekonomi berpindah tangan dalam sekejab ke tangan mereka.(Dimuat di Harian Batam Pos, 2007)

You might also like