You are on page 1of 15

Kecelakaan Kerja

Dynastiani 10 2008 143 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Email: dynasti_meiling@yahoo.co.id

Skenario A:
Suatu kelompok kerja diberi tugas untuk memasang kabel transmisi tegangan rendah, mereka meminta tangga dan berbagai peralatan lain dari petugas gudang. Pada saat melaksanakan pekerjaan, seorang teknisi memanjat tangga dan menginjak bagian yang cacat, dan bagian tersebut patah, teknisi yang tidak menggunakan sabuk pengaman tersebut terjatuh. Ternyata tangga yang diberikan petugas adalah sebuah tangga yang cacat pada anak ketiga dari bawah. Tangga tersebut disimpan di gudang perusahaan. Petugas gudang saat itu tidak mengetahui tangga tersebut cacat, karena itu ia menyerahkan tangga tersebut kepada pimpinan kelompok untuk digunakan. Pengawas gudang sudah mengetahui bahwa tangga tersebut cacat, tetapi ia lupa memasang tanda peringatan atau memberi perintah agar anak tangga diperbaiki.

Pendahuluan1
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan. Hal ini dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi dan merusak lingkungan. Efek tersebut pada akhirnya akan berdampak bagi masyarakat luas. Jika dianalisis secara mendalam, kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan oleh tidak dijalankannya semua syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan baik dan benar. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kegiatan sosialisasi dan kampanye yang terus-menerus guna meningkatkan kepedulian masyarakat sehingga K3 dapat membudaya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine Page 0

PEMBAHASAN
1.1 Definisi1,2 Kecelakaan kerja adalah: A. Permenaker 03/Men 1998 Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula berupa korban jiwa dan harta. B. Foresman Kontak antara energi yang berlebihan (agent) secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/fungsi organ. C. Frank E Bird J R Kecelakaan kerja yang tidak dikehendaki menyebabkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda sebagai akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas.

1.2 Kecelakaan kerja umunya disebabkan oleh berbagai penyebab, Teori Penyebab Kecelakaan Kerja2 1. Teori Kebetulan Umum Teori ini menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendakNYA sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwa, karena itu kecelakaan terjado secara kebetulan saja. 2. Teori Kencenderungan Kecelakaan Pada pekerjaan tertentu lebih sering terjadi kecelakaan kerja,karena sifat-sifat pribadi yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja. 3. Teori 3 Faktor Menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan merupakan peralatan, lingkungan, dan faktor manusia itu sendiri. 4. The Human Factor Theory The Human Factor Theory menyatakan bahwa setiap kecelakaan yang terjadi dalam rangkaian peristiwa disebabkan oleh kesalahan manusia. Dalam buku Occupational Safety and Health, David Geotsch membahas factor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan manusia tersebut antara lain :

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 1

- Overload, terlalu banyak atau berlebihan beban kerja yang diterima baik secara physical ataupun physichological. - Respon yang tidak sesuai dari situasi yang dihadapi, seperti mengenali bahaya tapi tidak memperbaiki, mengindahkan keselamatan dan

memindahkan pengaman 5. Teori domino Berdasarkan data-data, Heinrich mengemukakan sebuah teori yang dikenal sebagai Teori Domino. Dalam teorinya tersebut dinyatakan mengenai lima faktor yang terjadi secara berurutan dan berakhir dengan suatu kerugian. Lima faktor tersebut adalah : a. Kebiasaan atau lingkungan sosial (uncestry or social environment). Kebiasaan merupakan karakter sifat individu seperti sombong, keras kepala, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan sosial yang mempengaruhi terbangunnya karakter sifat tersebut. b. c. Kesalahan manusia (faultry person) Kondisi tidak aman dan atau tindakan tidak aman (unsafe condition and or unsafe action) Tindakan yang tidak aman antara lain: tidak mengikuti metode kerja yang disetujui menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan dan keselamatan kerja mengambil jalan pintas tidak hati hati.3 d. e. Kecelakaan (accident) Cidera atau kerusakan peralatan (loss/injury)

Heinrich kemudian mengganbarkan kelima faktor tersebut dalam rangkaian domino dalam posisi berdiri, dimana apabila salah satu domino tersebut jatuh akan menimpa domino lainnya dan menyebabkan seluruh domino terjatuh. Sementara dari penggambaran itu dapat dilihat bahwa apabila salah satu faktor hilang tidak akan terjadi progress dan tahapan terakhir yaitu kerugian.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 2

1.3 Faktor Penyebab1-5 1. Manusia Manusia merupakan unsur yang paling penting dan paling menentukan dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak contoh yang membuktikan bahwa terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak diakibatkan oleh kesalahan manusia dibandingkan dengan diakibatkan oleh faktor di luar manusia seperti peralatan maupun alam. Beberapa persyaratan yang wajib dipunyai pelaku kegiatan pekerjaan konstruksi agar terjamin keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Terampil dalam menjalankan pekerjaannya Sikap pekerja dalam pekerjaannya Hubungan antara pekerja dengan kelompok kerjanya Prilaku individu setiap orang Tekun dan disiplin Mematuhi ketentuan peraturan keselamatan kerja Berkonsentrasi terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan, dan Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai bidang tugasnya

Perilaku perilaku mengacu pada tingkah laku atau tindakan individu yang dapat diamati oleh orang lain. Dengan kata lain, perilaku adalah apa yang seseorang katakan atau lakukan yang merupakan hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Faktor penentu perilaku terbagi atas 2 bagian: 1. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan dan berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, misalnya tingkat pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik, seperti iklim, manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 3

2. Peralatan Keadaan alat-alat kerja dapat menyebabkan kecelakaan, kesalahan letak mesin, tidak dilengkapi alat pelindung, alat pelindung rusak karena kurangnya pemeriksaan rutin pengecekan alat-alat kerja. 3. Lingkungan Kerja a) Faktor Kimia Disebabkan oleh bahan produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda-benda mudah terbakar, mudah meledak dan lain-lain. b) Faktor Biologis Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi dan juga berupa binatang-binatang penggangu yang lainnya pada saat berada dilapangan atau kebun. c) Faktor Fisik Misalnya penerangan yang baik dalam ruangan maupun luar dan dalam ruangan, panas, kebisingan dan lain lain. 1. Pencahayaan Mempunyai penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. Lampu darurat harus disediakan untuk berjaga-jaga seandainya lampu utama mengalami kegagalan dan menimbulkan bahaya. 2. Lantai Rata, mulus, dan tidak licin Tidak berlubang, bergelombang atau rusak yang mungkin menyebabkan bahaya sandungan. 3. Jatuh dari ketinggian
Tangga harus cukup kuat, aman dan tidak licin. Tangga harus mempunyai pegangan tangan di kedua sisinya, baik

pada tangga yang brdiri bebas maupun tangga yang berapa di antara dinding.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 4

d) Faktor Ergonomi Pemakaian atau pemakaian alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasa kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan. e) Faktor Psikologis Perlu dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan. 4. Pekerja a) Umur pekerja Penelitian dalam test kerja memberikan kesimpulan bahwa umur mempengaruhi dalam menimbulkan kecelakaan kerja, ternyata

golongan pekerja yang berumur lebih muda memiliki kencenderungan rendah dalam mengalami atau menimbulakan kecelakaan kerja dibandingkan golongan umur yang sudah tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi, akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kecelakaan kerja yang cukup tinggi akibat kelalaian dan kecerobohan terhadap pekerjaan yang dihadapi. b) Pengalaman Bekerja Pengalaman bekerja sangat ditentukan dengan lamanya seseorang dalam bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak

pengalamannya. Pengalaman bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja, pengalaman kerja yang sedikit terutama diperusahaan yang memiliki resiko tinggi terhadap resiko kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. c) Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Pendidikan seseorang mempengaruhi pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan demikian juga dalam menghadapai latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk dantaranya cara pencegahan atau cara menghindari kecelakaan kerja.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 5

d) Kelelahan Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau

menurunnya semngat kerja atau produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dmana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh.Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja. e) Jam Kerja Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat mengurangi kecelakaan kerja. 1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja3-5 Klasifikasi kerja menurut Komisi Perburuhan Internasional adalah: 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a) Terjatuh, b) Tertimpa benda jatuh, c) Tertumbuk benda atau alat, kecuali benda jatuh, d) Terjepit oleh benda, e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan, f) Pengaruh suhu tinggi, g) Terkena arus listrik h) Kontak dengan bahan-bahan yang berbahaya atau radiasi, 2. Klasifikasi menurut penyebab a) Mesin
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Pembangkit tenaga, kecuali motor-motor listrik Mesin penyalur transmisi Mesin pengolah kayu Mesin pertanian Dan mesin mesin yang lain yang tidak disebutkan.

b) Alat angkut atau alat angkat Mesin angkat dan peralatannya, Alat angkut diatas rel, Alat angkutan beroda kecuali kereta api,
Page 6

Alat angkut udara Alat angkut air, Alat angkut lain.

c) Peralatan lain Bejana bertekanan, Dapur pembakar atau pemanas Instalasi dingin Instalasi listrik Alat-alat kerja Tangga Stager Peralatan lain yang belum termasuk klasifiksi tersebut.

d) Bahab-bahan zat radiasi Bahan peledak Debu,gas,cairan dan zat-zat kimia, Radiasi

e) Lingkungan kerja 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a) Patah tulang, b) Dislokasi, c) Regang otot, d) Memar dan luka dalam e) Amputasi f) Luka-luka lain, g) Luka dipermukaan h) Gegar dan remuk, i) Luka bakar, j) Pengaruh radiasi, k) Keracunan makanan, 4. Klasifikasi menurt letak kelainan atau kecacatan Kepala, leher, badan, anggota atas, anggota bawah

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 7

1.5 Standar Operasional Prosedur(SOP) Pengertian SOP 1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. 2. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu Dilihat dari fungsinya, SOP dapat berfungsi untuk: Membentuk sistem kerja & aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan Menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku Menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung Sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan Menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik. Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan. SOP sebagai suatu dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku. Pengembangan instrumen manajemen tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja dapat terkendali dan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai suatu instrumen manajemen, SOP berlandaskan pada sistem manajemen kualitas (Quality Management System), yakni sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Secara
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine Page 8

konseptual, SOP merupakan bentuk konkret dari penerapan prinsip manajemen kualitas yang diaplikasikan untuk organisasi pemerintahan (organisasi publik). Oleh karena itu, tidak semua prinsip-prinsip manajemen kualitas dapat diterapkan dalam SOP karena sifat organisasi pemerintah berbeda dengan organisasi privat.6 1.6 Alat pelindung diri (APD)3 Menurut undang-undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970 untuk mengurangi akibat kecelakaan kerja, maka setiap perusahaan harus menyediakan alat pelindung diri (APD) yang harus disesuaikan dengan jenis perusahaannya masing-masing. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang petugas adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan. APD yang efektif harus: Sesuai dengan bahaya yang dihadapi Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya

APD harus: Disediakan secara gratis Hanya digunakan sesuai keperluannya Dijaga dalam kondisi baik Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan Disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan.

Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh: Informasi tentang bahaya yang dihadapi Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar Pelatihan cara memelihara dan menyimpan APD dengan rapi Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 9

1.7 Kebijakan-Kebijakan1-3 1. UU kesehatan Kerja 1970. a) Tujuan Umum Melindungi tenaga kerja ditempat kerja Melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja yaitu selamat dan sehat. Melindungi bahan dan peralatan produksi.

b) Tujuan Khusus Mengurangi atau mencegah kecelakaan kerja,kebakaran ,peledakan,PAK. Mengamankan mesin instalasi,pesawat,bahan dan hasil produksi Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman,sehat.dan penyesuaian antara pekerja dengan manusia atau antara manusia dengan pekerja. 2. OSHA a) 4 Program K3 ditempat kerja Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja, Analisi risiko ditempat kerja Pencegahan dan pengendalian bahaya Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis pekerja, memahami dan melaksanakannya. Aturan dan prosedur kerja dipatuhi. Pemeliharaan sebagai usaha preventif. Perencanaan untuk keadaan darurat Pencatatan dan pelaporan kecelakaan Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja Pemeriksaan tempat kerja secara berkala. 1.8 SMK33-5 Sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja (SMK3) dalam Permenaker 05/Men/ 1996 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine Page 10

Pelatihan buat pekerja, penyedia dan manajer

daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. SMK3 adalah standar yang diadopsi dari standar Australia AS4801 ini serupa dengan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001 standar ini dibuat oleh beberapa lembaga sertifikasi dan lembaga standarisasi kelas dunia. SMK3 merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan yang ada dan berlaku yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. SMK3 merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga kesesuaian terhadapnya menjadi obyektif. SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem manajemen yang berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam kesehatan, keselamatan dan bahkan properti. Tujuan dan sasaran SMK3 adalah pengendalian risiko dengan penciptaan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan penerapan SMK3 : 1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia, 2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja, 3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi, 4. Proteksi terhadap industri dalam negeri, 5. Meningkatkan daya saingan dalam perdagangan internasional, 6. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem, 7. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi Karena kesehatan dan keselamatan kerja bukan semata-mata kebutuhan pemerintah, masyarakat, pasar atau dunia internasional akan tetapi juga merupakan tanggung jawab dari para pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerjanya adalah alasan dalam penerapan SMK3. Selain itu manfaat kesesuaian dengan SMK3 adalah memastikan bahwa resiko kecelakaan kerja ditekan hingga pada resiko yang dapat ditoleransi, meyakinkan pemberi kerja atau pelanggan bahwa proses pekerjaan selalu menggunakan aturan kesehatan dan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine Page 11

keselamatan kerja yang baku dan global. Keuntungan dalam penerapan SMK3 dapat secara langsung dan tidak langsung. Keuntungan langsung, antara lain: 1. Dapat mengurangi jam kerja yang hilang yang dikarenakan karena kecelakaan kerja, 2. Menghindari hilangnya nyawa ataupun benda material perusahaan karena kecelakaan kerja, 3. Menciptakan tempat kerja yan produktif dan efisien karena pekerja merasa aman dalam tempat kerja Keuntungan tidak langsung yaitu: 1. Meningkatkan nama baik perusahaan pada pasar, 2. Menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan pekerjanya, 3. Perawatan terhadap alat dan mesin kerja menjadi lebih baik sehingga alat dan mesin perusahaan menjadi tahan lama dan mengurangi biaya untuk pembelian alat baru yang rusak. Penerapan SMK3 dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu: 1. Peninjauan Awal Pada fase ini organisasi yang akan menerapkan wajib menilai kesesuaian terhadap persyaratan yang berlaku, termasuk meninjau proses-proses yang ada khususnya yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan. 2. Proses Penerapan Pada tahapan ini organisasi menetapkan kebijakan Kesehatan dan keselamatan kerja, sasaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, pelaksanaan hazard identification and risk assessment, penetapan kegiatan pelatihan, pengendalian proses, pendokumentasian, investigasi dan tindakan perbaikan, latihan-latihan penanganan Bahaya, kegiatan audit dan rapat peninjauan 3. Penilaian Keseluruhan Pada fase ini, organisasi akan diaudit untuk menilai kesesuaian rencana kerja dan hasil kerja terhadap persyaratan standar SMK3 dan peraturan yang menyertainya. Apabila proses audit berjalan dengan lancar dan tidak ditemukan ketidaksesuaian mayor, maka organisasi memperoleh pengakuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine Page 12

dengan menerima sertifikat SMK3 dari Pemerintah atau OHSA dari lembaga sertifikasi Benefit When Implementing SMK3. Penerapan SMK3 di tempat kerja terdapat ketentuan-ketentuan yang wajib dilakukan antara lain: 1 Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3, 2 3 Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3, Menerapkan kebijakan kesehatan keselamatan kerja (K3) secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3, 4 Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan , 5 Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3. Prinsip dasar dari SMK3 adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Penetapan kebijakan K3, Perencanaan penerapan K3, Penerapan K3, Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 13

KESIMPULAN Kasus-kasus kecelakaan kerja, mungkin disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman atau perilaku yang tidak aman. Baik pemilik usaha dan pekerja bekerja sama mengaktualisasikan keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja setiap saat melaporkan penyebab tidak aman di lingkungan kerja kepada pemilik usaha, pemilik usaha juga bertanggung jawab melakukan perbaikan lingkungan, mengoreksi perilaku pekerja yang tidak aman. Konsep ini tergantung pada pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dalam jangka waktu panjang, hingga terbentuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja, memperbaiki kondisi kerja secara tuntas, menjadi figur perusahaan yang baik, sehingga dapat membuat pekerja saling membantu, menjamin kelancaran produksi, mencapai tujuan nol kecelakaan kerja.

Daftar Pustaka 1. Jusuf Hanafi, M. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2008. 2. Keselamatan Kerja. Diunduh dari www.scribd.com/doc/56042742/K3 12 Oktober 2012 3. Ridley John. Ikhitisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. Hal 77-95, 113-118, 142-143 4. Jeyaratnam J, David KOH. Praktik kedokteran kerja. Jakarta: penerbit buku EGC; 2010.h.261-270. 5. 6. Suardi, Rudi. Sistem keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. PPM. 2007 Royan FM. Distributorship management. Jakarta: Gramedia pustaka utama; 2009.h. 399- 403.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Blok 28 Occupational Medicine

Page 14

You might also like