You are on page 1of 19

Disusun oleh:

1. Laras Lestari
2. Agusnu Munadar
3. Fajri Ibnu Huda
4. Aussie Komala Rani
5. Eka Puja P.
6. Sakti Husodho
7. Meutia T.R.I.
8. Dwina R.K.
9. Yessi O.

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 BOGOR


JALAN KARTINI NO. 16 BOGOR TELEPON 0251 -
312290
TAHUN AJARAN 2006 - 2007
A. Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki banyak tempat bersejarah dan sumber belajar.
Tempat – tempat tersebut memiliki banyak informasi dan pengetahuan.
Tempat tersebut dibuat dari zaman ke zaman untuk mengabadikan perjuangan
bangsa, menyimpan materi geologi di Indonesia ataupun memperkenalkan
seni bangsa dan untuk memperlihatkan secara nyata ilmu dan teknologi yang
berkembang dari periode ke periode. Ada beranekaragam jenis dari museum,
iptek, dan bale seni. Museum adalah tempat (berupa gedung) untuk
menyimpan dan memelihara benda – benda peninggalan bersejarah. Iptek
adalah tempat (berupa gedung) yang menyimpan alat – alat peraga untuk ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan bale seni adalah gedung yang
dijadikan untuk kegiatan seni. Biasanya, di bale kita akan diberi pengetahuan
mengenai seni dan macam – macam seni. Tempat – tempat yang disebutkan
tadi adalah sumber belajar bagi masyarakat umum maupun pelajar untuk
menambah wawasan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini :
1. Menambah informasi para pembaca mengenai sumber – sumber
belajar, khususnya di Bandung.
2. Mengenalkan para pembaca dengan macam – macam sumber
belajar, seperti museum, iptek, dan bale.
3. Menjelaskan secara tidak langsung manfaat dan kegunaan sumber
– sumber belajar.
4. Meningkatkan mutu belajar siswa akan sejarah dan ilmu
pengetahuan lainnya.
A. Kesimpulan
Museum, iptek, dan bale seni memiliki manfaat, seperti penambah
wawasan dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Karena di Indonesia
memiliki banyak sejarah serta keanekaragaman alam juga kebudayaan.
Sebagai seorang pelajar, kita juga dapat belajar mengenai pendidikan di
luar sekolah serta menambah pendalaman mengenai materi pelajaran di
sekolah dan juga menambah informasi kita mengenai Indonesia. Karena
sumber belajar juga objek wisata yang menarik. Museum Geologi adalah
sumber informasi mengenai bumi dan usaha pelestariannya juga
informasi mengenai keadaan geologi Indonesia. Museum Konferensi
Afrika adalah sumber informasi mengenai perjuangan bangsa Indonesia.
PUSPA IPTEK adalah sumber informasi ilmu serta teknologi yang
diperkenalkan melalui alat peraga. Bale Seni Barli adalah sumber
aktifitas dan informasi mengenai seni – seni yang ada di Indonesia.
Semua itu adalah salah satu dari banyak sumber belajar di Indonesia dan
kita sebagai warga negara harus melestarikannya.
B. Saran
Pemerintah harus lebih memperhatikan sumber – sumber belajar
yang ada di Indonesia. Karena masih banyak sumber – sumber
belajar yang belum direnovasi ataupun dipugar sehingga tidak layak
untuk menjadi objek wisata. Dan kita juga harus memiliki kesadaran
untuk ikut melestarikannya bersama.
Bale Seni Barli

Bale Seni Barli merupakan Pusat Seni di Kota Baru Parahyangan yang di Bimbing
langsung oleh Bapak Barli Sasmitawinata. Bale Seni Barli mulai beroperasi sejak tahun
2001 dan hingga kini Bale Seni Barli telah mengadakan berbagai Kegiatan Pameran,
Workshop dan Kegiatan Seni Lainya. Pendidikan Seni yang ada sebagai berikut : - Seni
Lukis/ Gambar Model - Seni Patung - Seni Musik Informasi Hubungi : 022 - 680 3007

Bapak Barli Sasmitawitana

Barli adalah sosok penting dalam sejarah dan perkembangan seni rupa di Indonesia. Ia
dikenal sebagai guru dengan ilmu gambar (drawing) yang mumpuni, pelukis realis yang
andal, serta bergabung bersama pelukis perjuangan semasa kemerdekaan. Hingga akhir
hayatnya, ia konsisten menekuni pilihannya di tengah perubahan zaman. Sebagai guru,
Barli punya bekal dasar ilmu gambar akademis yang kuat. Maklum saja, ia belajar di
Academie Grande de la Chaumiere, Paris, Perancis, tahun 1950, kemudian di
Rijksacademie voor Beeldende Kunsten, Amsterdam, Belanda, sampai tahun 1956.

Seni realistik
Menurut kritikus seni rupa Jim Supangkat, Barli menduduki posisi dalam seni realistik
sebagai basis perkembangan seni rupa di Indonesia. Barli melukis wajah-wajah rakyat
secara wajar, apa adanya. Itu memberikan citra berbeda di tengah lukisan karya pelukis
Belanda yang menggambarkan wajah pribumi dengan jelek. Itu juga lain dengan lukisan
Basuki Abdullah, yang terlanjur berhadapan dengan lukisan realis yang lebih
mengekspresikan "jiwa kethok", sebagaimana disuarakan pelukis Soedjojono. "Karyanya
mungkin agak kurang populer dibandingkan dengan karya pelukis Affandi atau Hendra
Gunawan. Tetapi, peran Barli dalam dunia seni rupa sangat penting. Dia berada pada 'titik
sambung' antara seni lukis masa kolonial dan seni lukis modern Indonesia. Kalau mau
mencari dasar lukisan realistik, ya ke Barli," katanya. Enin Supriyanto, pengamat seni rupa
yang pernah belajar melukis pada Barli, mengungkapkan, Barli memahami detail peralatan
dan media lukis, seperti pena, tinta, cat air, crayon, dan cat minyak. Ia pun menguasai
ilmu-ilmu melukis akademis, antara lain anatomi tubuh manusia, warna, garis, komposisi,
atau perpektif. "Soal anatomi tubuh, Barli bahkan hapal sampai istilah Latin-nya," kata
Enin. Kemampuan itu berusaha ditularkan Barli kepada murid-muridnya dengan disiplin
dan sistem. Setiap murid diminta mengenali karakter alat dan belajar bertahap. Bagi Barli,
pelukis harus menguasai ilmu menggambar dengan benar. Sepulang dari Eropa, tahun
1958, Barli mendirikan Sanggar Rangga Gempol di kawasan Dago, Bandung. Barli sempat
mengajar seni lukis di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan ikut merintis pembentukan
jurusan seni rupa di Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung—sekarang
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Setelah itu, Barli memilih lebih banyak mengajar
murid secara informal di sanggar. Usai Sanggar Rangga Gempol eksis tahun 1960-1980-
an, ia membangun studi sekaligus museumnya di Setrasari, Karangsetra, Bandung, lantas
mendirikan Bale Seni Barli di Kota Baru, Padalarang, Bandung. Keberhasilannya sebagai
guru bisa dilihat dari sejumlah muridnya yang mekar menjadi pelukis kuat. Sebutlah
beberapa di antaranya, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Yusuf Affendi, AD Pirous,
Anton Huang, R Rudiyat Martadiraja, Chusin Setiadikara, Sam Bimbo, Rudi Pranajaya.
Chusin (58) termasuk salah satu murid yang berhasil mengembangkan dasar ilmu gambar
menjadi karya seni yang diperhitungkan dalam peta seni kontemporer. Karyanya punya
reputasi baik di dunia internasional. Pelukis yang kini tinggal di Kuta, Bali, ini pernah
mengantongi penghargaan dari Beijing International Art Biennale tahun 2005. Pengamat
seni rupa asal Bandung Mamannoor mengungkapkan, Barli menjadi inspirator bagi
beberapa generasi pelukis di Bandung. Barli selalu menegaskan, melukis adalah disiplin
hidup yang dijalani dengan semangat dan produktif berkarya. Ia berkarya dalam banyak
corak, tetapi ketekunannya pada corak realistik dipertahankan lewat pasang-surut
pergeseran zaman. Saat remaja, sekitar tahun pertengahan tahun 1930-an, Barli bergabung
dalam 'Kelompok Lima' bersama Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi. Ia punya
semangat nasionalis tinggi. "Saat terjadi perdebatan realisme sosial pertengahan tahun
1960-an, Barli tangguh berdiri sendirian. Ia saksi hidup dan rujukan penting bagi
perjalanan seni rupa saat itu," katanya. Barli pernah menerima penghargaan Satyalencana
Kebudayaan dari Presiden pada tahun 2000. Kepergiannya adalah kehilangan besar bagi
dunia seni rupa Tanah Air.

Sumber: Harian Kompas, Jumat-9 Pebruari 2007


PUSPA IPTEK BANDUNG

Bentuk bangunan itu sungguh tak lazim. Dilihat dari samping, bagian atapnya terlihat
seperti mata tombak raksasa yang siap dilepaskan ke udara. Panjang mata tombaknya
sendiri mencapai 30 meter. Sementara, "pegangan" tombaknya tak kurang dari 40
meter. Gambaran yang sama muncul jika bangunan itu dilihat dari udara. Tapi dilihat
dari arah depan, gedung itu seperti sebuah kapal lengkap dengan anjungannya. Tapi,
itulah penampakan fisik jam matahari (sundial), yang berada di belakang gerbang
masuk kompleks perumahan Kota Baru Parahyangan, di Jl Raya Padalarang,
Bandung. Jam matahari itu ditopang bangunan yang difungsikan sebagai wahana
Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspa Iptek). Secara konseptual,
gedung Puspa Iptek sebagai penopang fungsi jam matahari merupakan tatanan terpadu
dengan gerbang bumi dan 12 bulan yang ada di depan. Jika dilihat secara keseluruhan,
ketiga tatanan merefleksikan konstelasi matahari-bumi-bulan. Bagi mereka yang
berkendaraan dari arah Bandung-Jakarta, kompleks tersebut berada di sisi kiri Jl Raya
Padalarang -atau arah kanan bagi pengendara Jakarta-Bandung. Anda akan melihat
batu bulat berdiameter dua meter dikelilingi 12 tiang di pintu gerbang kompleks
tersebut. Batu utuh berbobot hampir 12 ton yang diambil dari sekitar Padalarang itu
merupakan simbol bumi. Sementara, 12 tiang melambangkan bulan. Di setiap tiang
terdapat ragam hias kalender tradisional dari berbagai daerah di Indonesia dan
mancanegara. Konstelasi itulah yang dimaksud Andrian dengan matahari-bumi-bulan.
Jam matahari dipilih karena merupakan salah satu instrumen ilmiah pertama yang
ditemukan manusia. Kata "ilmiah" menjadi penting karena Kota Baru Parahyangan
memiliki misi sebagai "Kota Mandiri Berwawasan Pendidikan." Dengan
pertimbangan ini pula, Puspa Iptek di bawah jam matahari dibangun. Tak tanggung-
tanggung, biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan fisiknya saja menghabiskan
uang Rp 3,5 miliar. Ikhwal jam matahari beserta gedung Puspa Iptek-nya, semua
berada dalam areal berupa lingkaran dengan diameter 50 meter. Bangunan induknya
juga berbentuk lingkaran. Luas keseluruhan lahan itu 7.850 meter persegi. Bagian
atap yang menyerupai mata tombak itu merupakan panjang jarum (gnomon), dan
berada di ketinggian 15 meter dari atas tanah. Di bagian bawah jarum bagian depan
-yang disangga tembok Puspa Iptek-- terdapat bidang refleksi horisontal seluas 2.785
meter persegi. Sedangkan di bagian belakang terdapat bidang refleksi vertikal seluas
50 meter persegi. Kedua bidang refleksi inilah yang mencerminkan waktu saat
matahari bersinar dan menerpa jarum jam. Jika bidang refleksi vertikal sekadar berisi
angka penunjuk jam, yakni 8-9-10-11-12-1-2-3-4, isi bidang refleksi horisontal lebih
lengkap lagi. Selain angka yang sama, juga terdapat areal bulan dalam kalender
matahari. Cobalah lihat dari atas, pembagian garis-garis yang menunjukkan jam dan
bulan itu seperti jejaring. Kalau melongok dari dalam gedung bagian atas, Rabu (28/9)
lalu, bayangan jarum jam matahari di bidang horisontal mendekati angka 9. Adapun
bayangan ujung jarum berada di areal September. Waktu sebenarnya, seperti terlihat
di arloji, pukul 08.45 WIB, bertepatan dengan 28 September 2004. Alhasil, jika orang
lupa membawa jam tangan dan ingin melihat saat itu pukul berapa, ia bisa
memperkirakan sendiri. Memang tidak tepat benar hingga ke hitungan menit.
Maklum, bidang refleksi jam matahari memang tidak sedetil arloji bermesin yang
sampai menunjukkan menit dan detik. Meski begitu, jika orang mau berempati
dengan kehidupan di masa lalu --saat jam bermesin belum ada, petunjuk dari
bayangan jam matahari jelas sangat berharga. Untuk membuat jam matahari beserta
hitungan-hitungannya agar waktu yang ditunjukkan mendekati waktu yang
sebenarnya tentu bukan urusan mudah. Beragam pertimbangan harus dilakukan,
seperti penentuan kemiringan bidang refleksi, garis jam (hour lines) di bidang
refleksi, juga posisi dan panjang jarum. Itu sebabnya, untuk urusan tetek-bengek
akurasi ini, pengembang dan tim arsiteknya harus melibatkan orang-orang Astronomi
ITB. Kini, semua kerumitan itu sudah berlalu, dan jam matahari sudah tegak berdiri.
Desain bangunan yang sekarang ada merupakan garapan Rekamatra, Bandung,
setelah mereka memenangi lomba desain terbatas yang dilakukan Belaputra. Untuk
sampai ke bentuk final, mereka terus melakukan pembicaraan dengan pengembang,
yang sejak awal menghendaki landmark jam matahari. Pada awalnya, jam matahari
tersebut dibuat sebatas scriptural building -- semacam tugu monumen. Karena itulah
desain pertama yang arsitek Rekamatra buat berupa taman berbentuk bulat, dan di
tengahnya ada tugu jam matahari. Namun, dalam perkembangannya, desain itu
kemudian banyak mengalami perubahan. Hal itu terjadi karena pengembang
menghendaki banyak fungsi yang ingin bisa diakomodasi pada landmark mereka.
Dari situlah, akhirnya, muncul konsensus dengan pengembang untuk membuat
bangunan yang fungsional. Pada Maret 2001, pembangunan jam matahari dimulai.
Selanjutnya, sejak 11 Mei 2002, keseluruhan bangunan yang sekarang difungsikan
sebagai Puspa Iptek mulai beroperasi. Sebagai taman ilmu, peresmiannya dilakukan
oleh dua menteri sekaligus, Menteri Riset dan Teknologi, Hatta Rajasa, dan Menteri
Pendidikan Nasional, Malik Fajar. Selain tercatat memiliki banyak hal ilmiah di
dalam gedung Puspa Iptek, desain jam matahari dengan 'mata tombak' mengarah ke
udara itu juga punya catatan tersendiri. Museum Rekor Indonesia memberikan dua
rekor, yakni Jam Matahari Terbesar di Indonesia, dan Jam Matahari Vertikal dan
Horisontal Pertama di Indonesia. Jam matahari di atas gedung Puspa Iptek tersebut
juga menjadi jam matahari terbesar di Asia dan dunia untuk kategori jam matahari
terintegrasi (vertikal dan horisontal). Tidak ada yang mengetahui kapan jam matahari
pertama dibuat. Namun berdasar catatan sejarah, tahun 1728 seorang astronom asal
Jaipur, India, Jntar Mantar, menemukan jam matahari kuno di kota tersebut. Sebelum
jam modern diciptakan, orang menemukan waktu dengan menandai bayangan sesuatu
benda atau lubang jendela pada dinding dimana bayangan itu jatuh, baik bayangan
matahari maupun bulan purnama. Dengan cara itu akhirnya ditemukan pola
pergerakan matahari yang kita kenal sekarang sebagai jam matahari. Ada pula sejarah
yang mengatakan bahwa jam matahari pertama berasal dari Mesir, kurang lebih 1500
tahun sebelum masehi. Kemudian teknologi ini berkembang di antara kebudayaan
kuno Babilonia, Yunani dan Romawi. Mereka tergantung dari perkembangan
pengetahuan astronomi dan matematika mereka. Hal ini menunjukan perbedaan
periode sejarah yang saling mempengaruhi. Sun dial juga berkembang di timur jauh
seperti Cina dan Jepang. Selain jam matahari yang menjadi daya tarik utama Puspa
Iptek Bandung, ada pula alat-alat peraga sains lain yang membantu pengunjung
memahami secra nyata ilmu dan teknologi. Seperti sepeda gantung yang ada di ruang
utama, tepat di atas museum virtual Try Science. Sepeda yang diletakkan di atas tali
ini membuktikan massa di bawah cukup besar maka pusat massa selalu berada di
bawah taliu, sehingga sistem sepeda diharuskan selalu tegak sehingga bisa stabil. Ada
juga alat mulri katrol, dimana semkin banyak jumlah tali dan sistem katrol maka
semakin banyak gaya angkat yang direduksi. Tidak ketinggalan alat peraga mesin uap
James Watt yang memperlihatkan bagaimana uap air bisa menggerakkan piston yang
akhirnya menggerakan roda.
Puspa Iptek (Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Sundial Kota Baru
Parahyangan merupakan arena bermain sambil belajar yang bentuk fisik gedungnya
merupakan integrasi antara Jam Matahari (sundial) jenis horizontal dan vertical yang
terbesar di Dunia. Sundial ini juga merupakan yang pertama dan terbesar di Indonesia
(Sertifikat Museum Rekor Indonesia : 11 Mei 2002) Gedung Puspa Iptek Sundial ini
juga merupakan Landmark dari Kota Baru Parahyangan yang berwawasan
Pendidikan. Data–data Umum Gedung Puspa Iptek Sundial : 1.Luas Lahan : 7.850 m2
2.Luas Bangunan + Pendukungnya : 2.000 m2 3.Luas Taman Berundak : 3.300 m2
4.Bidang Refleksi Horizontal : 2.785 m2 5.Bidang Refleksi Vertikal : 50 m2
6.Panjang Jarum (Gnomon) : 30 m 7.Ketinggian Jarum : 15 m 8.Koleksi Alat Peraga :
78 unit Puspa Iptek Sundial telah mendapat kunjungan dari berbagai propinsi di
Indonesia dengan mayoritas pengunjung adalah pelajar. Namun demikian sundial
terbuka untuk umum dari segala usia. Jam Operasional Sundial : Selasa – Minggu
08.30 – 16.30 WIB ( Hari Libur Nasional dan Libur Sekolah Tetap Buka ) Tutup :
Senin Hari Natal & Tahun Baru Hari Pertama Idul Fitri Jl. Raya Padalarang 427
Bandung 40553 Reservasi / Informasi : Telp. 022 – 6803777 Fax. 022 – 6803020 E-
mail : sundial@kotabaruparahyangan.com.
• Sumber: Harian Kompas, Jumat-9 Pebruari 2007
• www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/06/0208.htm
• http://www.korantempo.com/news/2004/10/3/Arsitektur/34.html
• http://www.kotabaruparahyangan.com/kbpa/facility.asp?fid=1
• http://kaa.bandung.go.id/gdmerdeka.htm
• www.sinarharapan.co.id/berita/0402/04/ipt02.html
MUSEUM GEOLOGI

Museum ini didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini direnovasi dengan dana bantuan
dari JICA (Japan International Cooperation Agency) dan dibuka kembali secara resmi oleh
Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai sebuah
monumen bersejarah, museum ini dianggap sebagai peninggalan nasional dan berada di bawah
perlindungan pemerintah. Museum ini menyimpan dan mengelola materi geologi yang
berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral, yang dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia
sejak 1850. Museum geologi awalnya berfungsi sebagai laboratorium dan tempat penyimpanan
hasil penyelidikan geologi dan pertambangan dari berbagai wilayah Indonesia lalu berkembang
lagi bukan saja sebagai sarana penelitian namun berfungsi pula sebagai sarana pendidikan,
penyedia berbagai informasi tentang ilmu kebumian dan objek pariwisata. Pergeseran fungsi
museum seirama dengan kemajuan teknologi adalah menjadikan museum geologi sebagai :
• Tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya.
• Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Dimana Museum
Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi
bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga.
• Objek geowisata yang menarik.
Lantai I
Ruang Orientasi
Berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan
geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik
pelayanan pendidikan dan penelitian.
Ruang Sayap Barat
Dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan
informasi tentang :
• Hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya.
• tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia; diujudkan dalam bentuk
maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi aktif
• Keadaan geologi sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya
Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan
beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumberdaya mineral yang ada di setiap
daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan
beragam jenis batuan, mineral dan susunan kristalografinya dalam bentuk panel dan peraga asli.
Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk
jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan dan penelitian serta hasil akhir
kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik dan
segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi geologi
Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung apian, yang mempertunjukkan
keadaan beberapa gunungapi aktif di Indonesia seperti : Tangkuban Perahu, Krakatau,
Galunggung, Merapi dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan
maket kompleks Gunungapi Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan
gunung api tertata dalam lemari kaca.
Ruang Sayap Timur
Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari
primitif hingga moderen, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah
kehidupan.
Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan
bumi yang terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling
primitifpun belum ditemukan. Beberapa milyar tahun sesudahnya, disaat bumi sudah mulai
tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang
keberadaan terekam dalam bentuk fosil. Reptilia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup
menguasai Masa Mesozoikum Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagan dalam
bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis kadal buas pemakan daging) yang
panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8 ton.Kehidupan awal di bumi yang dimulai
sekitar 3 milyar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak
evolusi mamalia yang hidup pada Jaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan Kuarter (1,7 juta
tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui
(gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa
tempat khususnya di Pulau Jawa. Kumpulan fosil tengkorak manusia-purba yang ditemukan di
Indonesia (Homo erectus P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam
bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunkan, yang mencirikan
perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu.Penampang stratigrafi sedimen Kuarter
daerah Sangira, Trinil dan Mojokerto (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap
sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan maket. Sejarah
pembentukan Danau Bandung yang melegenda ditampilkan dalam bentuk panel di ujung
ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta
artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di
pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah
dihuni oleh manusia prasejarah.Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa
lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan
diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi, selain
keadaan lingkungan-purba.
Lantai II
Ruang barat
Dipakai oleh staf museum.
Ruang Tengah
Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengan Irian
Jaya. Tambang terbuka Gransberg yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 milyar ton; dengan
kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa
tambang terbuka dan tambang bawahtanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan bijih
sebanyak 2,5 milyar ton. Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg
yang ditutup pada tahun 1988 merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan
serta dikembangkan menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian
Jaya (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara
pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Ruang Timur
Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif
dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
• Ruang 1 menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi
manusia, serta panel gambar sebaran sumberdaya mineral di Indonesia.
• Ruang 2 menampilkan rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral
• Ruang 3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara tradisional maupun moderen.
• Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan energi
• Ruang 5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif)
seperti tanah longksor, letusas gunungapi dan sebagainya.
• Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan
gejala kegunungapian.
• Ruang 7 menjelaskan tentang sumberdaya air dan pemanfaatannya, juga pengaruh
lingkungan terhadap kelestarian sumberdaya tersebut.
Bumi tempat segenap makhluk hidup termasuk manusia telah terbentuk kira-kira 4.600.000.000
tahun lalu bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tatasurya dengan matahari
sebagai pusatnya. Sejarah kehidupan di bumi baru dimulai sekitar 3.500.000.000 tahun lalu
dengan munculnya micro-organisma sederhana yaitu bakteri dan ganggang. Kemudian pada
1.000.000.000 tahun lalu baru muncul organisme bersel banyak. Pada sekitar 540.000.000 tahun
lalu secara bertahap kehidupan yang lebih komplek mulai berevousi. Perkembangan tumbuhan
diawali oleh Pteridofita (tumbuhan paku), Gimnosperma (tumbuhan berujung) dan terakhir
Angiosperma (tumbuhan berbunga). Sedangkan perkembangan hewan dimulai dari invertebrata,
ikan, amfibia, reptilia, burung dan terakhir mamalia, kemudian terakhir kali muncul manusia.

You might also like