You are on page 1of 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 13 - 16 TAHUN TENTANG PERAWATAN ALAT REPRODUKSI EKSTERNAL DENGAN PERILAKU MERAWAT ALAT

REPRODUKSI EKSTERNAL
THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE OF 13-16 YEARS OLD TEENAGER ABOUT WITH THE BEHAVIOUR EXTERNAL REPRODUCTION ORGAN
Ratna Feti Wulandari Akademi Kebidanan Pamenang, Pare, Kediri

ABSTRAK Seperti organ tubuh yang lain, organ reproduksi seksual juga harus diberi perawatan dengan baik dan harus menjaga kebersihannya, akan tetapi masih banyak remaja putri yang tidak mengetahui cara merawat organ reproduksi eksternalnya dengan dan tidak banyak yang telah melakukannya dengan benar. Desain penelitian yang dilakukan adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswi usia 13 16 tahun SMPN Papar 2 Kabupaten Kediri jumlah 305 siswi, dengan teknik simple random sampling diperoleh sampel 76 siswi. Pengukuran vairiabel menggunakan kuesioner dan hasilnya dianalisa dengan menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian di SMPN Papar 2 pada tanggal 30 April sampai dengan 16 Mei 2012 diketahui pengetahuan remaja putri usia 13 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal sebagian besar adalah cukup, yaitu 48 orang (63%) perilaku merawat alat reproduksi eksternal sebagian adalah cukup, yaitu 37 orang (48%). Hasil analisa data diperoleh P = 0,032 (P<) maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada hubungan pengetahuan remaja putri usia 13 - 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal dengan perilaku merawat alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri dengan koefisien korelasi sebesar 0,247 atau dalam tingkat sedang. Bagi SMPN Papar 2 Kabupaten Kediri disarankan untuk mendorong siswa didiknya untuk memberikan pengetahuan tentang perawatan alat reproduksi eksternal sehingga perilaku remaja putri dalam perawatan organ reproduksi eksternal menjadi baik. Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Perawatan Organ Reproduksi Eksternal ABSTRACT Just like another organ, sexual reproduction external organ must periodically cleansing, but there were some teenage doesnt understand how to care his sexual reproduction external organ, a few was done in wrong way. This was correlation research with cross sectional approach. The population was female student with 13 16 years old age of SMPN Papar 2 Kabupaten Kediri amount 305, with 17 simple random sampling to get 76 female students. The variable was measured by questioner and the result was analyzed by spearman rank test. The research in SMPN Papar 2 at April, 30 until May, 16 2012 was known 13 16 years old teenager mostly has enough knowledge about 48 teenagers (63%). The behaviors was enough about 37 people (48%). The analysis result was shown P = 0,032 (P<) so H0 was refused and H1 accepted, its mean there was correlation between 13-16 years old teenager with the behavior external reproduction organ in SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri 2012. This research recommendation for SMPN 2 Papar was suggested to push up the student by health education about external reproduction organ, to influence their behavior was came good. Key words : Knowledge, Behavior, sexual reproduction external organ caring.

PENDAHULUAN Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Hurlock (2005) membagi masa

remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah

masalah fisik, sosial dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku dan kebutuhan yang unik (Jansen, 2005 : 327). Perilaku sehat seseorang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksinya. Bahkan sejak usianya belum dinyatakan telah akil baligh (secara biologis dapat didefinisikan bahwa organ-organ reproduksinya telah dapat melakukan fungsi reproduksinya dengan baik). Ketika seorang anak telah akil baligh, maka saat itu anak tersebut telah berubah menjadi seorang remaja. Namun, sering kali ketika fisik seorang remaja telah dinyatakan akil baligh, remaja tersebut tidak dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya. Padahal, usia-usia akil baligh seorang anak di Indonesia mulai bergeser menjadi semakin muda. Ironisnya, semakin muda seorang anak mengalami akil baligh, biasanya semakin minim pengetahuannya mengenai kesehatan reproduksi. Sehingga mereka tidak tahu bagaimana seharusnya memperlakukan organ reproduksinya dengan sehat, baik dalam bentuk nutrisi makanan maupun cara membersihkan diri (personal hygiene) (Hartanto, 2001 : 132). Dari empat propinsi, sejumlah 463 total remaja wanita yang disurvei, didapatkan hasil sekitar 97,9% dari remaja muda mempunyai kebiasaan mandi dua kali atau lebih dalam sehari. Selain perihal kebiasaan mandi, yang perlu diperhatikan adalah kebiasaan membersihkan bagian tubuh, terutama setelah melakukan aktivitas buang air kecil dan buang air besar. Aktivitas ini mungkin kadang dipandang sepele, namun mempunyai dampak yang cukup berpengaruh pada kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi. Dari 463 jumlah remaja yang buang air kecil, 77,3% memakai air bersih saja, 21,0% pakai air dan sabun 1,1% tidak pakai apa-apa. Sedangkan buang air besarnya 46,4% pakai air saja, 51,6% memakai sabun dan air, 1,1% lainnya (Hartanto, 2001: 122). Seperti organ tubuh yang lain, organ reproduksi seksual juga harus diberi perawatan dengan baik dan harus menjaga kebersihannya. Usahakan agar selalu kering dan tidak lembab. Karena dalam keadaan basah memudahkan berjangkitnya infeksi

dari luar. Cara menyeka vagina yang benar adalah dari arah luar ke belakang, agar bibit penyakit yang kemungkinan besar bersarang di anus tidak terbawa ke vagina yang akan menimbulkan infeksi, peradangan dan rangsangan rasa gatal. Selain permasalahan kelembaban, penggunaan sabun setiap cebok juga akan membawa tingkat kebersihan organ genital luar yang lebih baik. Hasil penelitian studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang remaja putri di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri, 100% mengungkapkan bahwa dalam melakukan cebok setelah buang air kecil tidak menggunakan sabun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang perawatan alat reproduksi eksternal. Dilihat dari manfaat perawatan alat reproduksi dan dampak yang timbul akibat kurang perawatan alat reproduksi eksternal, maka peneliti berkeinginan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri usia 13 - 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal dengan perilaku merawat alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah jenis data primer. Jenis data primer diperoleh dari hasil kuesioner. Hasil dicatat dalam lembar pencatatan hasilkemudian dilakukan editing, coding, dan tabulasi data kemudian di analisa dengan menggunakan rank difference correlation atau rank-order correlation. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi usia 13 16 tahun SMPN Papar 2 Kabupaten Kediri jumlah 305 siswi. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. Dalam penelitian ini digunakan 25% dari total responden sehingga jumlah sampel penelitian adalah 76 responden.

HASIL PENELITIAN
Diagram 4.1. Diagram Pie Lingkaran Distribusi Frekuensi Umur Responden Di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri

Tabel 4.2. Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan tentang Perawatan Organ Reproduksi Eksternal dengan Perilaku Dalam Merawat Alat Reproduksi Eksternal Di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri Diagram 4.2. Diagram Pie Lingkaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Alat Reproduksi Eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri

Diagram 4.3. Diagram Pie Lingkaran Distribusi Frekuensi Perilaku Responden di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri Dalam Merawat Alat Reproduksi Eksternal

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan spearman rank diketahui bahwa besarnya nilai rho hitung adalah sebesar 0,247. Sedangkan nilai rho tabel untuk sampel penelitian 76 orang dengan 5% tidak tercantum sehingga signifikasi hubungan menggunakan nilai PValue yaitu 0,032. Karena P-Value < maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan remaja putri usia 13 - 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal dengan perilaku merawat alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Remaja Putri Usia 13 - 16 Tahun Tentang Perawatan Alat Reproduksi Eksternal Di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri Hasil penelitian pada 76 responden remaja putri usia 13 - 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri adalah cukup, yaitu 48 orang (63%). Pengetahuan remaja putri tentang perawatan organ reproduksi eksternal dapat dipengaruhi oleh umur sebab sebagian besar responden memiliki umur dalam rentang 1415 tahun (79%).

Tabel 4.1. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan tentang Perawatan Organ Reproduksi Eksternal dengan Perilaku Dalam Merawat Alat Reproduksi Eksternal Di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka. Perkembangan fisikPerubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Dorongan pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi. Hormon-hormon utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan estrogen pada wanita, zat-zat yang juga dihubungkan dengan penampilan ciri-ciri seksual sekunder: rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara yang mendalam pada pria; rambut tubuh dan kelamin, pembesaran payudara, dan pinggul lebih lebar pada wanita. Perubahan kondisi hormonal inilah yang menjadi pemicu timbulnya berbagai permasalahan pada organ genital luar remaja putri. Kondisi ini sangat membutuhkan pengetahuan remaja untuk melakukan perawatan organ genital luarnya dengan benar sehingga munculnya permasalahan misalnya infeksi jamur yang berakibat pada terjadinya keputihan patologis dapat ditekan. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri dapat dilaksanakan dengan memasukan kesehatan reproduksi dalam kurikulum pembelajaran serta dengan mengoptimalkan bimbingan dan konseling untuk kesehatan reproduksi. 2. Perilaku Merawat Alat Reproduksi Eksternal Di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perilaku merawat alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri pada sebagian remaja

putri usia 13 - 16 tahun adalah cukup, yaitu 37 orang (48%). Perilaku remaja putri dalam melakukan perawatan organ reproduksi eksternal dipengaruhi oleh pengetahuan remaja putri yang sebagian cukup baik (48,7%). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilakunya, semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya semakin baik pula. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang baik akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan yang cukup. Perilaku remaja dalam melakukan perawatan organ genital akan sangat berpengaruh pada kondisi kegiatannya sehari-hari. Pada remaja yang terserang penyakit yang disebabkan oleh kurang terawatnya organ genital luar dapat menyebabkan terjadinya kurangnya percaya diri pada remaja dan pada akhirnya akan mengganggu aktifitasnya. Hasil identifikasi yang menunjukkan bahwa perilaku remaja putri sebagian masih kurang maka sangat perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan perilaku remaja dalam perawatan organ genital, diantaranya adalah dengan memberikan penyuluhan atau leaflet. Hal ini akan sangat berguna bagi remaja agar perawatan organ genital luar yang dilakukannya dapat berjalan dengan benar sehingga diperoleh manfaat secara maksimal. Upaya pemberian pengetahuan kepada remaja putri tentang perawatan organ reproduksi sangat diperlukan karena dengan memiliki pengetahuan tentang tujuan dan tata cara dalam perawatan organ reproduksi eksternal akan lebih langgeng dalam arti remaja putri akan dengan disipilin melaksanakan perawatan organ reproduksi eksternalnya secara berkala. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan tidak semua perilaku remaja putri dalam melakukan perawatan organ reproduksi eksternal baik akan tetapi ada yang tidak baik, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden tentang perawatan organ reproduksi eksternal sehingga dalam melakukan perawatan organ

reproduksi eksternal responden tidak dapat melakukannya dengan benar. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dapat dilakukan dengan melaksanakan kerjasama lintas sektoral antara dinas kesehatan dengan dinas pendidikan nasional sehingga dapat diperoleh hasil penyuluhan yang maksimal. Hasil optimal ini dapat diperoleh melalui penyuluhan yang disertai dengan demontrasi 3. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Usia 13 - 16 Tahun Tentang Perawatan Alat Reproduksi Eksternal Dengan Perilaku Merawat Alat Reproduksi Eksternal Di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri Hasil analisa data dengan uji spearman rank diketahui bahwa besarnya nilai rho hitung adalah sebesar 0,401. Sedangkan nilai rho tabel untuk sampel penelitian 25 orang dengan 5% adalah 0,392. Karena rho hitung > rho tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan remaja putri usia 13 - 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal dengan perilaku merawat alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa siswi yang memiliki pengetahuan baik perilakunya sebagian besar cukup (2,6%), untuk siswi yang memiliki pengetahuan cukup perilakunya sebagian besar juga cukup (32,9%), untuk siswi dengan pengetahuan kurang, perilakunya sebagian besar cukup (26,3%), dan untuk siswi yang memiliki pengetahuan yang tidak baik perilakunya baik dan cukup masing-masing 1,3%. Dalam pelaksanakan perawatan organ reproduksi eksternal pengetahuan yang baik tentang perawatan organ reproduksi eksternal, terutama tujuan dan tata cara perawatannya maka dalam berperilaku responden cederung akan menyesuaikan dengan pengetahuannya tersebut. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku remaja dalam perawatan organ genital luar menunjukkan bahwa pencapaian perilaku secara baik tidak terlepas dari pengetahuan seseorang. Hal

yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Demikian halnya dengan perilaku remaja putri dalam melakukan perawatan organ genital luar, upaya pendidikan kesehatan reproduksi khususnya tentang perawatan organ genital luar akan mendorong remaja putri untuk melakukan perawatan organ genital luar, sehingga remaja putri dapat memiliki organ genital yang terawat akibatnya dapat terhindar dari berbagai infeksi akibat kelebihan flora alami pada vagina dan dapat lebih leluasa bergerak. Hal ini menunjukkan perlunya dilakukan penyuluhan atau konseling terkait dengan perawatan organ genital luar. Pemberian penyuluhan ini akan menyebabkan remaja putri memiliki dasar untuk melakukan perawatan organ reproduksi eksternal secara berkala sehingga diperoleh derajat kesehatan reproduksi yang lebih dibandingkan dikarenakan dengan mengerti tujuan dan tata cara perawatan organ reproduksi eksternal dengan baik akan menjadi motif yang culu kuat untuk berperilaku positif dalam perawatan organ reproduksi eksternal. Selain dengan penyuluhan kepada remaja putri, penyuluhan kepada ibu dari remaja putri sangat penting karena para ibu inilah yang memiliki peran untuk mengawasi remaja putri dalam melakukan perawatan organ reproduksinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua responden memiliki perilaku baik, hal ini disebabkan karena pengetahuan responden tentang perawatan organ reproduksi eksternal masih sangat terbatas akibatnya dalam melakukan perawatan tidak didasari oleh pengetahuan yang benar. Kondisi ini menyebabkan dalam melakukan perawatan organ reproduksi eksternal responden tidak melakukannya dengan benar. Hal ini dapat dicapai dengan dengan melalui proses pendampingan dengan mengoptimalkan kinerja bimbingan dan konseling. Penambahan fungsi BK ini akan meningkatkan peran pembimbing

siswa yang juga mencakup pada bimbingan kesehatan reproduksi remaja. KESIMPULAN 1. Pengetahuan remaja putri usia 13 - 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri sebagian besar adalah cukup yaitu 63%. 2. Perilaku merawat alat reproduksi eksternal di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri sebagian adalah cukup, yaitu 48%. 3. Ada hubungan pengetahuan remaja putri usia 13 - 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal dengan perilaku merawat alat reproduksi eksternal dengan hasil 0,247 di SMP Negeri 2 Papar Kabupaten Kediri. SARAN 1. Bagi Tempat Penelitian Disarankan untuk mendorong siswa didiknya untuk memberikan pengetahuan tentang perawatan alat reproduksi eksternal sehingga perilaku remaja putri dalam perawatan organ reproduksi eksternal menjadi baik. 2. Bagi Institusi Kesehatan Disarankan untuk memberikan penyuluhan kepada remaja Putri tentang perawatan alat reproduksi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri dan pada akhirnya dapat meningkatkan perilakunya. 3. Bagi Responden Disarankan untuk memberikan melakukan perawatan alat reproduksi eskternal dan meningkatkan pengetahuan dan pada akhirnya dapat meningkatkan perilakunya DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, Azis Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba 2. Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rinika Cipta.

3. BKKBN, (2001). Pengetahuan Kebiasaan Hidup Sehat Remaja Muda. Jakarta : web01.bkkbn.go.id. 4. Bobak, Lowdermilk, Jensen, (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 5. Dewi, (2005). Merawat Organ Reproduksi Cewek. Jakarta : www.http:/cybertokoh.com. 6. Doyle, (1998). Seks. Jakarta : Arcan. 7. Hartanto, Utomo. (2001). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : Media Pustaka. 8. Hurlock, B(2005). Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga. 9. Iwan, (2005). Perawatan dan Pemeliharaan Organ Reproduksi. Jakarta : www.http:/cybertokoh.com. 10. Jansen, Sinamo. (2005). Strategi Adaptif dalam Era Penuh Perubahan II. Jakrta : Institut Mahardika. 11. Notoatmojo S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Refisi). Jakarta : Rineka Cipta. 12. ___________. (2003). Ilmu Kesehatan masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. 13. ___________. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 14. ___________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 15. Nursalam. (2001). Metodologi Penelitian. Surabaya : Salemba Medika. 16. ________. (2002). Konsep dan Penerapan, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. XII. Jakarta : Salemba. 17. ________. (2003). Konsep dan Penerapan, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. XIII. Jakarta : Salemba. 18. ________. (2005). Konsep dan Penerapan, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. XIV. Jakarta : Salemba. 19. Nursalam dan Siti Pariani S. (2001). Keperawatan Pendekatan Praktis Metodologi Riset. Jakarta : CV Agung Seto. 20. Perry dan Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Penerbit EGC. 21. Purwodarminto. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 22. Remaja, (2007). Beberapa Isu Perkembangan Remaja. Jakarta : www.rumahbelajarpsikologi.com. 23. Sugiono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Al Fabeta. 24. ______, 2006. Statistika Untuk Penelitian Kualitatif. Bandung : Al Fabeta. 25. Siswono, 2001. Merawat Organ Reproduksi Cewek. Jakarta : www.gizinet.com.

You might also like