Professional Documents
Culture Documents
Etika merupakan kode yang berisi prinsip prinsip dan nilai nilai moral yang mengatur perilaku orang atau kelompok terkait dengan apa yang benar atau salah. Etika menetukan standar sejauh mana sesuatu dalam tingkah laku dan pengambilan keputusan dianggap baik dan buruk. Etika berhubungan dengan nilai nilai internal yang merupakan sebagian dari budaya perusahaan dan membentuk keputusan mengenai tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan lingkungan eksternal. Perilaku yang diatur melalui hukum dan pilihan bebas dibagi ke dalam tiga kategori. Domain hukum yang dikodifikasi, dimana nilai nilai dan standar ditulis menjadi sistem hukum dan ditegakkann di dalam pengadilan. Dalam bidang ini, para pembuat hukum mentepkan bahwa orang dan perusahaan harus bertindak dengan jalan tertentu, seperti menperoleh surat izin mengemudi kendaraan atau membayar pajak perusahaan. Domain etika, tidak memiliki hukum yang khusus, namun memiliki standar tingkah laku yang didasarkan pada prinsip dan nilai nilai yang dianut bersama mengenai tingkah laku moral yang menuntun seseorang atau perusahaan. Domain pilihan bebas, adalah ujung yang berlawanan dan menunjukkan perilaku dimana hukum tidak berlaku dan dimana setiap orang atau organisasi menikmati kebebasan secara penuh.
Pada domain hukum yang dikodifikasi, kepatuhan adalah untuk hukum yang telah ditetapkan dalam sistem hukum. Pada domain etika, kepatuhan adalah untuk standar dan norma yang tidak dapat dipaksakan yang sebenarnya diketahui oleh seseorang atau perusahaan. Pada domain pilihan bebas, kepatuhan hanyalah untuk seorang individu.
Pendekatan yang relevan bagi manajer terbagi atas 4 kriteria pendekatan, yaitu: Pendekatan utilitarian (utilitarian approach) merupakan konsep etika yang menyatakan bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan paling utama dengan jumlah sebesar mungkin Pendekatan individualisme (individualism approach) merupakan konsep etika yang menyatakan tindakan dianggap bermoral bila mempromosikan kepentingan jangka panjang terbaik seseorang, yang pada akhirnya membawa pada kebaikan yang lebih besar. Pendekatan hak moral (moral-rights approach) merupakan konsep etika yang menyatakan bahwa keputusan moral adalah keputusan yang paling baik mempertahankan hak orang-orang yang dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Ada 6 hak moral yang harus dipertimbangkan selama proses pengambilan keputusan, yakni: 1. hak untuk memberikan konsensi (the right of free consent). Seseorang mendapat suatu perlakuan hanya jika mereka tau dan dengan bebas memberikan konsensi untuk mendapatkan perlakuan tersebut. 2. hak untuk privasi (the right of privacy). Seseorang dapat memilih untuk melakukan sesuatu ketika mereka sedang tidak bekerja dan memiliki kontrol informasi mengenai kehidupan pribadi mereka.
3. hak kebebasan menganut kepercayaan (the right of freedom of conscience). Seseorang dapat menolak untuk melakukan suatu perintah yang melanggar norma-norma moral atau agama yang dianutnya titik. 4. hak kebebasan berbicara (the right of free speech). Seseorang dapat mengajukan kritik yang jujur terhadap etika atau legalitas tindakan orang lain. 5. hak memperoleh keadilan (the right to due process). Seseorang memiliki hak untuk memperoleh proses dengan pendapat yang adil dan perlakuan yang seimbang. 6. hak untuk hidup dan memperoleh keselamatan (the right to life and safety). Seseorang memiliki hak untuk hidup tanpa menghadapi bahaya atau kekerasan yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa mereka. Pendekatan keadilan (justice approach) merupakan konsep etika yang menyatakan bahwa keputusan moral harus didasarkan pada standar kesetaraan, keseimbangan, dan keadilan. Terdapat 3 jenis keadilan yang harus diperhatikan oleh para manajer, yaitu : - Keadilan distribusi yaitu konsep yang menyatakan bahwa perlakuan yang berada terhadap seseorang tidak boleh berdasarkan karakteristik yang bersifat arbitrer. - Keadilan prosedural yaitu konsep yang menyatakan bahwa aturan harus dinyataka dengan jelas dan diberlakukan secara konsisten dan seimbang. - Keadilan kompensasi yaitu konsep yang menyatakan bahwa seseorang harus memperoleh kompensasi atas biaya kerugian yang dialami dari pihak yang bertanggung jawab, dan serta seseorang tidak boleh dianggap bertanggung jawab atas hal hal yang tidak dapat dikendalikannya.
Otoriter / memaksa
Pencapaian tugas
perhatian terhadap kebaikan bersama Kepemimpinan Transformatif/ pelayanan Karyawan yang kerja diberdayakan, partisipasi penuh
Organisasi Seluruh keputusan beretika dibuat dalam konteks interaksi dengan orang lain, dan jaringan sosial dalam organisai memainka peranan penting dalam memandu tindakan seseorang. Dalam organisani, pengaruh yang penting terhadap perilaku etis adalah adanya norma dan nilai tim, departemen, dan organisasi secara keseluruhan. Aspek organisasi yang lain seperti budaya, aturan dan kebijakan yang eksplisit, sistem penghargaan, sejauh mana perusahaan memperhatikan karyawannya, sistem seleksi, penekanan pada standar hukum dan profesional, serta proses kepemimpinan dan pengambilan keputusan, juga dapat mempengaruhi nilai etika dan proses pengambilan keputusan oleh manajer.
Pihak yang berkepentingan (Stakeholder) adalah setiap kelompok didalam ataupun diluar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap kinerja organisasi. Investor, pemegang saham, karyawan, pelanggan, dan pemasok dianggap sebagai pihak berkepentingan yang utama, tanpa mereka organisasi tidak akan dapat bertahan. Pihak-pihak berkepentingan lain yang juga penting adalah pemerintah dan masyarakat. Masyarakat meliputi pemerintah lokal, lingkungan alam dan fisik, dan kualitas hidup yang tersedia bagi para penghuni disekitarnya. Kelompok dengan tujuan khusus, yang juga pihak berkepentingan lainnya meliputi asosiasi dagang, komite tindakan politik, asosiasi profesional, dan kelompok perlindungan konsumen. ORGANISASI YANG BERETIKA Tiga pilar dari organisasi yang beretika adalah individu yang beretika,kepemimpinan beretiga dan struktur dan sistem organisasi yang beretika INDIVIDU YANG BERETIKA Manajer yang pada dasarnya adalah seseorang yang beretika, menjadi pilar yang pertama. Individu ini memiliki kejujuran yang intagritas, yang tercermin pada tingkah laku dan keputusan mereka. Orang didalam dan diluar perusahaan mempercayai mereka karena dapat di andalkan untuk memgikuti standar keadilan, memperlakukan orang dengan baik, dan memiliki etika ketika berhubungan dengan orang lain. Manajer harus menciptakan iklim etika yang kuat bagi orang lain.mereka menemukan cara untuk memusatkan perhatian seluruh organisasi terhadap nilai-nilai etika dan menciptakan lingkungan organisasi yang mendorong, memandu, dan mendukung perilaku etis seluruh karyawan. KEPEMIMPINAN YANG BERETIKA Cara paling utama bagi para pemimpin dalam menetapkan arah etika organisasi adalah melalui tindakan mereka sendiri. Selain itu para pemimpin membuat komitmen terhadap nilai etika dan
membantu yang lain diseluruh organisasi dan mencerminkan nilai-nilai tersebut. Melakukan pengulasan kinerja dan penghargaan secara efektif merupakan cara yang paling ampuh bagi manajer untuk menunjukkan arti pentingnya nilai. Menghargai perilaku beretika dan mendisiplinkan tindakan yang tidak beretika diseluruh tingkatan dalam perusahaan secara konsisten merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan kepemimpinan peretika. STRUKTUR DAN SISTEM ORGANISASI Pilar ketiga dari organisasi yang beretika adalah sejumlah alat yang digunakan oleh manajer untuk membentuk dan mempromosikan perilaku yang beretika si seluruh organisasi. Ketika alat alat ini adalah kode etik, struktur etika, dan upaya mendukung pihak pembocor (whistle blowers) Kode etik adalah pernyataan formal mengenai nilai nilai perusaahan yang berkaitan dengan isu etika dan sosial. Komite etika adalah sekelompok eksekutif yang diangkat untuk mengawasi etika perusahaan dengan memberikan penegasan terhadap masalah masalah etika yang dipertanyakan dan mendisiplikan orang yang melakukan pelanggaran. Direktur etika adalah seorang eksekutif perusahaan yang mengawasi seluruh aspek kepatuhan terhadap etika dan pemenuhan legal. Pelatihan etika adalah program pelatihan yang membantu para karyawan yang menghadapi pertanyaan dan nilai etika. Pembocoran kabar (whistler blowers) adalah pengungkapan oleh karyawan atas praktik yang ilegal, tidak bermoral, dan tidak sah yang dilakukan pihak pemberi kerja.