You are on page 1of 168

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.

2013 DAFTAR ISI


Halaman Judul Kata Pengantar . Daftar Isi . Daftar grafik Daftar tabel . Daftar Boks . Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................... Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... A. Latar Belakang ............................................................................................... B. Tujuan dan Manfaat........................................................................................ C. Metodologi penyusunan.................................................................................. Bab II Perkembangan Makro Ekonomi dan Keuangan............................................... A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ..................................................... B. Gini Ratio........................................................................................................ C. Investasi ......................................................................................................... D. Belanja Modal E. Ekspor dan Impor . F. Inflasi .. G. Kinerja Perbankan ... Bab III Perkembangan Indikator Demografis dan Indikator Sektor Terpilih ............. A. Perkembangan Indikator Demografis ... 1. Indeks Pembangunan Manusia .. 2. Laju Pertumbuhan Penduduk .. 3. Ketenagakerjaan ... 4. Kesejahteraan B. Perkembangan Indikator Sektoral Terpilih .. 1. Kesehatan .. 2. Pendidikan .. 3. Pertanian 4. Transportasi ... 5. Konstruksi Bab IV Perkembangan Fiskal Regional A. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat .. 1. Pendapatan dan Hibah 2. Belanja Negara . ii i ii iv vii viii ix 1 1 2 3 6 6 10 11 12 13 14 16 19 19 19 20 21 23 25 25 26 29 31 32 34 34 34 42

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013


B. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah .. 1. Profil APBD Provinsi/Kabupaten/Kota .. 2. Analisis APBD Daerah-daerah Provinsi Sulawesi Selatan Bab V Perkembangan Pengelolaan BLU dan Manajemen Investasi.. A. Pengelolaan BLU ... 1. BLU Pusat .. 2. BLU Daerah ... B. Manajemen Investasi .. 1. Penerusan Pinjaman 2. RDI/RPD/PRJ Bab VI Analisis Fiskal Regional...................................................................................... A. B. C. D. E. Pendapatan Pusat dan Daerah..................................................................... Belanja Pusat dan Daerah............................................................................ Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah ....................................................... Rasio Belanja Sektoral ................................................................................. SILPA dan Pembiayaan................................................................................ 58 58 65 77 77 77 87 90 90 92 96 96 97 99 99 103 106 105 109

Bab VII Penutup .............................................................................................................. A. B. Kesimpulan................................................................................................... Rekomendasi ...............................................................................................

Lampiran Daftar Pustaka Keanggotaan Tim Penyusun

iii

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013


DAFTAR GRAFIK
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Pertumbuhan Ekonomi Sulsel dan Nasional Tahun 2005-2013(1) Struktur PDRB menurut penggunaan triwulan I tahun 2013 Perbandingan PDRB Perkapita Sulsel dan Nasional Tahun 2008-2012 Perbandingan Gini Ratio Sulsel dan Nasional Perbandingan Investasi Sulawesi Selatan tahun 2011 dan tahun 2012 Perbandingan Ekspor dan Impor Sulsel perbulan tahun 2012 dan tahun 2013 Perbandingan Laju inflasi bulanan Sulawesi Selatan dan Nasional tahun 2012- triwulan I-2013 Perbandingan inflasi Sulsel dengan antar kota di Provinsi dan Nasional Perbandingan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi di Sulsel Tahun 2012 Perkembangan LDR Bank Umum Sulawesi Selatan Tahun 2011, 2012 dan triwulan I Tahun 2013 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Selatan tahun 2011, 2012 dan triwulan I Tahun 2013 Perbandingan IPM Sulsel dan Nasional Indeks Pembangunan Manusia Sulsel Tahun 2011 Perbandingan Jumlah Penduduk Sulsel dengan Nasional Laju Pertumbuhan Penduduk % Pertahun Perbandingan Angkatan Kerja dengan Jumlah Pekerja di Sulawesi Selatan Tingkat Pengangguran Terbuka Sulawesi Selatan Angka Kemiskinan Sulawesi Selatan Sarana Kesehatan di Sulawesi Selatan Tenaga Kesehatan di Sulawesi Selatan Angka Partisipasi Sekolah Sulawesi Selatan Angka Partisipasi Sekolah Sulawesi Selatan Tingkat Buta Huruf Masyarakat Sulawesi Selatan Rasio Murid-Guru di Sulawesi Selatan Rasio Murid Sekolah di Sulawesi Selatan Tampak Perbandingan NTP Sulawesi Selatan Triwulan I 2011-2013 Perbandingan NTP Sulawesi Selatan Tahun 2011, 2012 dan triwulan I-2013 Panjang Jalan di Sulawesi Selatan Perkembangan Kendaraan di Sulawesi Selatan Nilai Konstruksi yang Dikerjakan di Sulawesi Selatan Jumlah Perusahaan Konstruksi di Sulawesi Selatan Tren Pendapatan Negara dan Hibah Triwulan I TA 2013 7 7 10 11 12 13 14 15 16 16 17 19 20 21 21 22 23 24 25 26 26 27 28 28 29 30 30 31 31 32 33 34

iv

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013


Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 Tren Tax Ratio Regional Tahun 2010 - 2012 Perbandingan Penerimaan Pajak Pusat - PDRB Sulawesi Selatan Per Triwulan 2011 2013 Rasio Pajak Pusat Terhadap PDRB Sulsel Triwulan I 2011- Triwulan I 2013 Pendapatan Negara dan Hibah per Triwulan Tahun 2012 Komposisi Belanja Negara TA 2012 Komposisi Belanja Negara Triwulan I TA 2012 Komposisi Belanja Negara Triwulan I TA 2013 Tren Realisasi Belanja tahun 2011 dan tahun 2012 Tren Belanja Pegawai Bulanan tahun 2012 dan tahun 2013 Tren Belanja Barang Bulanan tahun 2012 dan tahun 2013 Tren Belanja Modal Bulanan TA 2012 Tren Belanja Sosial Bulanan TA 2012 Plot Diagram Rasio Penyerapan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga Pagu Satker 2011 Yang Realisasinya Rendah Daftar Proyek-Proyek Strategis Yang Realisasinya Rendah Tahun 2011 Total Realisasi Rendah Satker Tahun 2012 Daftar Proyek Strategis Yang Realisasinya Rendah (sisa >10M) Tahun 2012 Daftar Proyek Strategis Yang Realisasinya Rendah (sisa <10M) Tahun 2012 Satker dengan pagu Belanja Modal besar (Rp50M<Pagu<Rp200M) Satker dengan pagu Belanja Modal terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan Perbandingan DBH, DAU, dan DAK TA 2010 2013 Perbandingan Dana Penyesuaian TA 2010 2013 Alokasi APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Tahun 2011 s.d. 2013 Alokasi APBD Sulsel Berdasarkan Klasifikasi Fungsi 2010-2012 Alokasi APBD Sulsel Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun 2012 Alokasi Dana Transfer Sulawesi Selatan Tahun 2011-2013 Komponen PAD Sulsel 2012 Agregat Prov, Kab, Kota PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012 Rasio PAD Dibanding PDRB Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota Perbandingan PAD dengan Dana Transfer Agregat Prov, Kab, Kota Sulsel Perbandingan PAD & Belanja Pegawai Perbandigan PAD & Belanja Barang Perbandingan PAD & Belanja Modal Perbandingan PAD & Belanja Lain-lain v 35 37 38 39 42 42 43 44 45 45 46 46 47 48 49 50 51 52 53 54 58 58 59 60 62 64 65 65 66 67 68 68 69 69

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013


Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 Komposisi Realisasi APBD Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota Komposisi Belanja APBD Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota Alokasi Belanja Modal Agregat Prov, Kab, Kota Persentase Alokasi Belanja Modal Prov. Sulsel PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012 PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012 Perbandingan PAD dan Dana Transfer PAD di 4 Kota Utama Prov. Sulsel PAD di 4 Kota Utama Prov. Sulsel Total Aset Satker BLU Sulawesi Selatan Perkembangan Aset Satker BLU Sulawesi Selatan Perkembangan Pagu RM Satker BLU Sulawesi Selatan Perkembangan Pagu PNBP satker BLU Sulawesi Selatan Rasio Total Pagu RM & PNBP Satker BLU di Sulawesi Selatan Rasio Pagu RM & PNBP Satker BLU Pendidikan di Sulawesi Selatan Kemandirian Satker BLU Sektor Pendidikan Rasio Pagu RM & PNBP Satker BLU Kesehatan Sulawesi Selatan Kemandirian Satker BLU Sektor Kesehatan Rasio Aset dengan PNBP Satker BLU Pendidikan Rasio Aset dan PNBP BLU Kesehatan Perbandingan Aset PNBP Satker BLU Kesehatan Perbandingan Aset PNBP satker BLU Pendidikan Nilai Aset BLU Daerah Pengelolaan Pinjaman RDA 70 71 71 72 73 74 74 75 75 78 78 79 80 80 81 81 82 82 83 84 85 86 88 94

vi

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013


DAFTAR TABEL

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Struktur PDRB menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2010-2011, Triwulan I-2012, Triwulan IV-2012 dan Triwulan I-2013 Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013, Triwulan I 2012, Triwulan IV-2012 dan Triwulan I-2013 Laju Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha Pagu belanja modal Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011, 2012 dan 2013. Kinerja Perbankan Sulawesi Selatan Tahun 2011, 2012 dan Triwulan I 2013 Perbandingan Penerimaan Pajak Pusat dengan PDRB Sulawesi Selatan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja di Sulsel APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Tahun 2012 - 2013 Daftar BLU di Sulawesi Selatan

8 9 10 12 18 36 43 59 77 84 85 87 88 88 89 89 90 91 92 93 93 95 95

10 Perbandingan Aset dengan PNBP Satker BLU Kesehatan 11 Perbandingan Aset dengan PNBP Satker BLU Pendidikan 12 Profil BLU Daerah di Sulawesi Selatan 13 Perkembangan Aset BLU Daerah 14 Perkembangan Aset BLU Daerah dalam Persentase 15 Perkembangan Pagu BLU Daerah 16 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLU Daerah Sulawesi Selatan 17 Profil Penerusan Pinjaman (SLA) s.d. Desember 2012 18 Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA Sulawesi Selatan Triwulan I Tahun 2013 19 Perkembangan Pembayaran Bunga dan Denda SLA Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I Tahun 2013 20 Profil RDA/RDI/RPD s.d. Desember 2012 21 Data Pengelolaan RDI/RDA/PRD/PRJ Bulan Januari s.d. Maret 2013 22 Data Kredit Macet Berdasarkan Sumber Pinjaman 23 Data Pinjaman Macet Yang telah Direstrukturisasi

vii

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013


DAFTAR BOKS

Boks Boks Boks Boks

1 2 3 4

Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak dengan PDRB dan Alokasi APBN Provinsi Sulawesi Selatan Tren Penyerapan Anggaran Belanja TA 2012 di Sulawesi Selatan Realisasi Proyek-Proyek Strategis APBN Tahun 2011, Tahun 2012 dan Triwulan I Tahun 2013 Pagu Blokir Tahun 2012 dan Tahun 2013

39 44 48 55

viii

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

RINGKASAN EKSEKUTIF
Kondisi perekonomian Sulawesi Selatan secara menyeluruh masih menunjukkan

perkembangan yang positif. Pertumbuhan perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan I tahun 2013 mencapai 7,79% pertumbuhan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2012 yaitu 7,95% namun lebih tinggi bila dibandingkan secara nasional pada periode yang sama tahun 2013 yang baru mencapai 6,02%. Secara umum capaian kinerja tersebut didukung oleh pertumbuhan pada sektor pertanian sektor industry pengolahan sektor listrik gas dan air dan sektor perdagangan,hotel dan restoran. Demikian pula dalam tahun 2012 angka pertumbuhan lebih tinggi dari pada pertumbuhan tahun sebelumnya dan pertumbuhan Nasional. Inflasi pada triwulan I 2013 di Sulawesi Selatan cukup tinggi yaitu di kisaran 4,61 % namun masih lebih rendah dibanding nasional yaitu 5,90%. Penyebab inflasi tinggi adalah antara lain pengaruh cuaca dan kebijakan pembatasan impor hortikultura yang menjadi penyebab naiknya harga kelompok bahan makanan disamping peningkatan harga properti dan bahan bangunan demikian juga dengan investasi di Sulawesi Selatan tumbuh cukup tinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar 15,22% (yoy) dan Investasi pada Triwulan I tahun 2013 sebesar 12,64%. Investasi dalam negeri (PMDN) banyak dilakukan pada sektor peternakan, industri makanan, industri kertas dan listrik. PMDN dan PMA juga ikut membiayai proyek infrastruktur swasta. A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk domestik regional bruto sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, semakin besar Produk domestik regional bruto suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan I tahun 2013 mencapai 7,79% dengan nilai nominal PDRB pada triwulan I tahun 2013 mencapai Rp. 42,66 triliun meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 dan triwulan ke IV tahun 2012 yaitu masing-masing Rp. 36,52 triliun dan Rp. 40,96 triliun Jika dilihat dari trend kenaikan mulai tahun 2011 s.d. 2012 maka Nilai nominal PDRB meningkat dan pertumbuhan ekonomi naik dibandingkan tahun 2011. Meningkatnya nilai nominal PDRB mempengaruhi pendapatan perkapita di Sulawesi Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 yang mencapai Rp.19,466 juta yang meningkat cukup signifikan dibanding tahun 2011 sebesar Rp. 16,929 juta, tahun 2010 sebesar Rp. 14,669 juta, tahun 2009 Rp.12,567 juta dan tahun 2008 Rp.10,825 juta.
B. Gini Ratio

Salah satu tujuan dari kebijakan fiskal yang pro poor dan pro job adalah meningkatkan pendapatan masyarakat menengah kebawah yang akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif dan merata. Untuk Provinsi Sulawesi Selatan kecenderungan gini rationya semakin meningkat begitu pula dengan gini ratio Nasioal
ix

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

yang berarti bahwa dari tahun 2008 - 2012 ketimpangan pendapatan penduduk semakin besar, yang mengindikasikan adanya ketidakmerataan pendapatan. C. Investasi
Investasi sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan masih tumbuh cukup tinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar 15,22% (yoy).

Pemda terus berusaha untuk

mendorong investor domestik/Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) melalui kemudahan pengurusan izin melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dari data di Bank Indonesia Sulawesi Selatan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemda adalah dengan mengintensifkan promosi dan memfasilitasi infrastruktur yang bisa mendukung kegiatan investasi di Sulawesi Selatan, misalnya adanya penambahan daya listrik baru tahun 2012 yang mencapai 331 mega watt. Pada umumnya, terdapat tiga hal yang biasa dipertanyakan investor yaitu, mengenai kontribusi pemerintah dalam bentuk insentif seperti penyediaan lahan, keringanan pajak serta kemudahan pada proses pengurusan perizinan. Pada tahun 2011 triwulan I investasi tumbuh 4,74%, Pada tahun 2012 triwulan I investasi tumbuh 22,58%, Pada triwulan I tahun 2013 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 terjadi penurunan yang signifikan yaitu 12,64%, namun mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011.
D. Belanja Modal

Belanja modal yang berasal dari APBN dari tahun ke tahun cukup besar yang diallokasikan untuk provinsi sulsel, tahun 2011 sebesar Rp. 5.877 milyar tahun 2012 sebesar Rp.6.037 milyar dan tahun 2013 sebesar Rp. 4.733 milyar. Belanja modal yang berasal dari APBD juga terus meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2011 sebesar Rp. 3.762 milyar tahun 2012 sebesar Rp. 3.753 milyar dan tahun 2013 sebesar Rp. 4.771 milyar. Belanja modal pemerintah ini berkontribusi dalam menghasilkan sumber investasi dan mendorong pertumbuhan. namun aspek menstimulasi sektor riil sangat diharapkan oleh pemerintah daerah Sulawesi Selatan yang pada gilirannya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. E. Ekspor dan Impor Salah satu komponen Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Selatan adalah jumlah barang-barang ekspor dan impor selama periode tertentu. Adapun beberapa komoditas ekspor Sulawesi Selatan antara lain nikel, kakao, ikan dan udang, biji-bijian dan kayu/barang dari kayu. Sedangkan impor berupa barang capital goods dan intermediate goods. Realisasi ekspor pada triwulan I tahun 2013 sebesar $ 382,9 juta dan realisasi impor triwulan I tahun 2013 telah mencapai $ 399,8 juta, sehingga terjadi defisit neraca perdagangan Sulawesi Selatan pada triwulan I sebesar $16,9. Pada tahun 2012 menunjukan realisasi nilai ekspor $1.562 juta lebih besar dari pada nilai impor yaitu
x

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

$1.305 juta. Adapun kecenderungan nilai ekspor selama tahun 2012 hampir selalu naik kecuali pada bulan Maret dan April serta Agustus dan Oktober, dan pada bulan Desember. Namun untuk impor kecenderungannya selama tahun 2012 polanya tidak teratur.
F. Inflasi

Laju inflasi Sulawesi Selatan selama tahun 2012 dan tahun 2013 triwullan 1. Pada bulan Maret 2013 adalah 0,26% lebih rendah dari periode yang sama pada bulan Maret tahun 2012 yaitu 0,34%. Laju inflasi tahunan tahun 2012 Sulawesi Selatan terkendali sebesar 4,41 persen (yoy), masih dalam kisaran target 4,5 persen 1 persen. Inflasi di Sulawesi Selatan tergolong lebih rendah dari inflasi secara Nasional yaitu 4,3% dan beberapa kota Indonesia bagian timur, di Sulawesi Utara dan Maluku, namun lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi di Sulawesi Barat dan Maluku Utara, G. Kinerja Perbankan Kondisi perbankan di Sulawesi Selatan menunjukkan kinerja yang positif antara lain tercermin dari stabilitas indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan- NPL). Pada triwulan I tahun 2013 Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 134,06% lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 sebesar 130% dan capaian triwulan I tahun 2011 sebesar 124,62%. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan-NPL) juga menjadi indikator kinerja perbankan di Sulawesi Selatan. Sepanjang tahun 2011, 2012 dan triwulan I tahun 2013 rasio kredit bermasalah masih berada di kisaran dibawah 5 persen. Pada triwulan I tahun 2013 NPL perbankan mencapai 2,84% bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 mengalami sedikit kenaikan sebesar 2,82, dan pada periode yang sama tahun 2011 juga terjadi penurunan yang cukup signifikan yaitu 3,25%.

H. Indeks pembangunan manusia Tahun 2008-2009 indeks pembangunan manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Selatan relatif sama dengan IPM nasional. Tahun 2010-2011 IPM Prov. Sulsel berada di atas IPM Nasional. Hal ini menunjukkan pembangunan IPM di Prov. Sulsel relatif lebih berhasil dibandingakan daerah lainnya di Indonesia yang masih berada di bawah IPM Nasional. I. Laju pertumbuhan penduduk Jumlah penduduk secara nasional sesuai sensus tahun 2010 mencapai 237.641.326 orang, termasuk jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 8.034.776 orang atau 3,4 persen dari penduduk nasional. Periode 1990-2000 perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara nasional dan Prov. Sulsel sekitar 0.04 persen. Periode 2000-2010
xi

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

perbedaan laju pertumbuhan penduduk semakin besar yaitu menjadi sekitar 0,32 persen. J. Ketenagakerjaan Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Selatan pada Februari 2010 sebesar 3.536.893 orang, Februari 2011 meningkat menjadi 3.634.355 orang dan Februari 2012 naik lagi menjadi 3.642.426 orang. Namun pada Februari 2013 terjadi sedikit penurunan jumlah angkatan kerja menjadi 3.619.993. Trend kenaikan ini ditengarai sebagai imbas dari meningkatnya investasi yang menciptakan banyak lapangan kerja sehingga menyerap banyak pula tenaga kerja. Angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) Prov. Sulawesi Selatan pada Februari 2013 sebesar 5,8 persen mengalami penurunan dibanding Februari 2012 sebesar 6,46 persen. TPT tahun 2012 juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan Februari 2011 sebesar 6,69 persen. Dan seterusnya. Penurunan TPT secara konsisten mengatasi masalah pengangguran. K. Kesejahteraan Hingga September 2012, penduduk miskin mencapai 805,92 ribu orang atau 9,82%. Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Selatan masih banyak didominasi oleh penduduk pedesaan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan rata-rata mencapai 3 kali atau lebih dibanding di perkotaan. L. Kesehatan Terdapat peningkatan sektor kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan. Rumah sakit meningkat menjadi 76 buah dan Puskesmas menjadi 425 di tahun 2012. Jumlah total tenaga kesehatan juga meningkat menjadi 15.425 tenaga kesehatan pada tahun 2012. Peningkatan terbesar ada pada tenaga perawat, namun terjadi relatif sedikit penurunan pada jumlah Bidan dan Dokter. M. Pendidikan Angka partisipasi sekolah (APS) di Provinsi Sulawesi Selatan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan pendidikan Prov. Sulsel perlu mendapat perhatian untuk menurunkan jumlah anak-anak belum bersekolah khususnya pada kelompok umur 13-15 yang masih cukup tinggi yaitu sebanyak 15,06%. N. Pertanian Nilai Tukar Petani Propinsi Sulawesi Selatan tercatat mengalami sedikit penurunan 0,02 dalam Triwulan I 2013 namun relatif meningkat signifikan dibanding 2011 dan 2012. NTP biasanya mengalami trend peningkatan pada triwulan berikutnya sebagaimana ditunjukkan NTP 2011-212
xii

ini

mengindikasikan bahwa perekonomian Sulawesi Selatan masih cukup baik dalam

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

O. Transportasi Panjang jalan Sulawesi Selatan mengalami penambahan sejak 2010 hingga 2011. Total panjang jalan bertambah sebanyak 1,70% dari 2010 sepanjang 31.770 KM menjadi 32.319,51 KM pada tahun 2011. semua jenis kendaraan jumlahnya meningkat kecuali Bus yang mengalami penurunan hingga 4 kali lipat dari 31.122 unit di 2007 menjadi 8.862 unit di 2011. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena ketersediaan angkutan umum berupa Bus baik dalam kota maupun luar kota dapat menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan dan menghemat penggunaan BBM P. Konstruksi Perkembangan nilai konstruksi yang dikerjakan di Provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat dari tahun 2009 s.d. tahun 2011. Peningkatan tersebut sebanyak 31,19%. Hal sebaliknya terjadi pada jumlah perusahaan konstruksi di Prov. Sulawesi Selatan yang mengalami penurunan. Pada tahun 2009 jumlah perusahaan konstruksi sebanyak 8.699 buah namun tinggal 7.128 perusahaan konstruksi pada tahun 2011 Q. Pendapatan dan Hibah Secara umum pendapatan negara berfluktuasi sesuai kondisi ekonomi. Tax ratio regional Prov. Sulsel mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 4,45% menjadi sebesar 4,28 persen di tahun 2012. Rasio pajak regional Prov. Sulsel masih jauh dibawah rasio pajak nasional. Pendapatan pajak pemerintah pusat tahun 2012 rata-rata berada dalam kisaran angka 4% dari PDRB, hal ini menunjukkan relatif masih banyaknya potensi penerimaan pajak yang belum ditemukan dan perlu digali lebih optimal. Penerimaan pajak pusat triwulan I tahun 2013 menurun dibanding triwulan I tahun 2011 dan 2012, sedangkan PDRB triwulan I tahun 2013 meningkat signifikan dibanding Triwulan I tahun 2011 dan 2012. Rasio penerimaan pajak pusat dengan PDRB per triwulan cenderung konstan dalam kisaran 3-6%. Perkembangan PDRB per triwulan Prov. Sulsel tahun 2011 s.d. Triwulan I 2013, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Secara agregat meningkat sebesar 32,82% atau rata-rata 6,56% setiap triwulannya. Penerimaan PNBP terus meningkat dan bisa menjadi salah satu alternatif penerimaan yang bisa digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui satkersatker PNBP dan BLU. R. Belanja Negara Realisasi Triwulan I 2013 di Sulsel didominasi oleh belanja negara 72,66%, sedangkan belanja transfer ke daerah hanya 27,34%. Masih rendahnya jumlah transfer ke daerah karena beberapa daerah terkena sanksi penundaan pencairan dana transfer karena belum menyerahkan APBD 2013. Di tahun 2013, alokasi belanja pegawai meningkat sejalan dengan kebijakan dalam meningkatkan alokasi anggaran untuk gaji, tunjangan
xiii

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

dan kontribusi sosial. Alokasi belanja barang menurun dibanding tahun 2012 namun alokasi belanja modal meningkat. Penyerapan anggaran 2012 masih menumpuk di bulan Desember (3.200), namun relatif jauh berkurang dibanding Desember 2011 (3.656). Hal ini merupakan respon positif dari Surat Menkeu No. S-596/MK.05/2012 tanggal 14 Agustus 2012 hal Langkah-langkah Mengatasi Penumpukan Penyampaian SPM ke KPPN Menjelang Akhir Tahun Anggaran 2012. S. Realisasi Proyek-Proyek Strategis Tahun 2012 terdapat beberapa satker dengan pagu belanja modal yang besar namun penyerapannya terendah. Total pagu satker-satker tersebut sebesar Rp3,24 triliun namun hanya direalisasikan sebesar 52,05% dan tersisa sebesar 47,95%. Hal ini disebabkan permasalah internal maupun eksternal bahkan permasalah uncontrolable yang tidak bisa ditangani oleh satuan kerja dan Kementerian/Lembaga bersangkutan. Beberapa permasalahan yang sering menghambat antara lain pelelangan yang gagal, pembebasan lahan, persetujuan PHLN serta perencanaan dan administrasi anggaran. Penyerapan anggaran yang perlu mendapat perhatian lebih pada tahun 2013 adalah beberapa satker (17 satuan kerja) yang memiliki belanja modal dengan nilai lebih dari Rp 50 milyar. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya telah diidentifikasi satkersatker yang berpotensi besar mengalami permasalahan penyerapan anggaran yang akan dimonitor dan dibina agar dapat optimal dalam penyerapan anggaran tahun 2013. T. Transfer ke Daerah Anggaran DBH tahun 2012 terealisasi sebesar Rp0,42 triliun, turun 63,9% dari realisasi DBH 2011 senilai Rp1,17 triliun. Realisasi DAU yang merupakan komponen terbesar dana transfer ke daerah pada tahun 2012 mencapai Rp12,03 triliun, naik dari realisasi tahun 2011 Rp9,84 triliun. Realisasi DAK 2012 sebesar Rp1,22 triliun meningkat dari realisasi tahun sebelumnya Rp 1,27 triliun. Transfer ke daerah Triwulan I tahun 2013 relatif kecil karena terjadi penundaan pencairan dana transfer terkait sangsi yang dikenakan pada beberapa pemda yang terlambat menyampaikan APBD kepada Kementerian Keuangan. U. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah Realisasi PAD dalam APBD tahun 2012 Prov. Sulsel secara agregat (prov, kab, kota) Rp3.536,36Milyar. Mayoritas berasal dari Pajak Daerah (74,13%), sisanya adalah Retribusi Daerah (13,86%), Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan (4,06%) dan Penerimaan lain-lain (7,94%). PAD 2012 terutama berasal PemProv Sulsel (62,18%) dan Pemkot Makassar (13,80%). Pemerintah Daerah lainnya hanya berkontribusi dalam kisaran tidak sampai 1,5%. Sebagai contoh tiga kota utama di Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi barometer statistik Prov. Sulsel oleh BPS: Pemkot Pare pare berkontribusi 1,49%, Pemda Bone menyumbang 1,48% dan Pemkot Palopo sebesar 1,02%. Pemda
xiv

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada pemerintah pusat. Persentase PAD agregat dibandingkan dengan transfer paling tinggi baru mencapai sekitar 24%. Tahun 2009-2012 terjadi surplus APBD. Namun dibandingkan kebutuhan pembangunan yang sangat tinggi, maka surplus tersebut bisa diartikan sebagai kurang optimalnya kinerja pemerintah dalam mengalokasikan dana yang disediakan untuk pembangunan di Prov. Sulsel. Surplus 2012 sebesar Rp2.900,22M. Bila dibandingkan dengan PAD 2012 sebesar Rp3.536,36M, maka surplus mencapai 82,01% dari PAD. Jumlah ini sangat besar untuk menjadi dana yang tidak terpakai (idle cash) sedangkan kebutuhan pembangunan di daerah sangat banyak yang harus diperhatikan. Pengeluaran tahun 2012 didominasi oleh Belanja pegawai (50,96%), sisanya Belanja Barang (19,36%), Belanja Modal (17,86%) dan Belanja lain-lain (11,82%). Komposisi belanja 2012 menunjukkan APBD masih belum produktiv. Separuh APBD hanya digunakan untuk membayar keperluan pegawai pemerintah daerah. Belanja Modal yang seharusnya lebih diutamakan masih kalah besar porsinya dibanding Belanja Barang. Pengelolaan Badan Layanan Umum Pusat Terdapat sepuluh satker BLU Pusat di Prov. Sulsel yang terdiri dari 6 satker BLU sektor kesehatan dan 4 satker BLU sektor pendidikan. Hanya satu satker yang PNBPnya lebih besar 65% yaitu R.S. Bhayangkara POLRI. Berdasarkan persentase Pagu PNBP dan RM, maka satker-satker BLU sektor kesehatan relatif lebih mandiri dibandingkan satker-satker BLU sektor pendidikan. Selain itu berdasarkan perbandingan nilai aset dengan PNBP yang mampu dihasilkan, maka secara relatif satker BLU kesehatan menunjukkan efektifitas kinerja mendapatkan PNBP yang lebih baik V. Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah Terdapat 4 (empat) BLU Daerah sektor kesehatan di Sulawesi Selatan milik Pemprov Sulsel yaitu RSUD Labuang Baji, RSKDIA Pertiwi sedangkan RSUD Haji dan RSKDIA Siti Fatimah baru menjadi BLU tahun 2013. Satker RSKDIA Pertiwi mampu mendapatkan PNBP 36,09% dari asetnya sedangkan RSUD Labuang Baji mendapatkan PNBP 37,26% dari asetnya. Pagu PNBP Satker RSKDIA Pertiwi 56,29% dan Satker RSUD Labuang Baji 40,17% hal ini menunjukkan kemandirian yang relatif baik meskipun belum di atas 65%. W. Manajemen Investasi Pada Triwulan I tahun 2013 Pembayaran Pokok Angsuran untuk pinjaman SLA hanya dilakukan oleh 8 debitur dari 41 debitur se-Sulawesi Selatan saja. Hal ini dikarenakan pinjaman tersebut belum jatuh tempo. Sedangkan pembayaran bunga dan denda selama Triwulan I tahun 2013 terlihat bahwa Pemerintah Kota Palopo melakukan pembayaran terbanyak sebesar Rp 3 milyar di bulan Maret 2013 dikuti Pemerintah Kota Pare Pare
xv

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

sebesar Rp 1,5 milyar pada bulan Pebruari 2013. Selain SLA, juga terdapat skema Rekening Dana Investasi (RDI), Rekening Pembangunan Daerah (RPD) dan Perjanjian (PRJ). RDI/RPD adalah hasil pengembalian dana SLA yang ditampung dalam RDI/RPD lalu dipinjamkan kembali kepada debitur seperti PEMDA, BUMD dan BUMN dengan bentuk pinjaman seperti RDI/RPD/PRJ. Pemerintah tidak menyalurkan pinjaman lagi dari dua rekening tersebut, sehingga pinjaman yang ada hanya merupakan pengembaliannya saja. Berdasarkan Perkembangan Pembayaran terdapat kredit macet yang disebabkan karena kondisi bisnis dan juga kondisi keuangan perusahaan daerah penerima SLA. Sebagian besar kredit macet tersebut telah dilakukan restrukturisasi.

REKOMENDASI
1. Perlu dikembangkan sistem pencatatan data kinerja ekonomi makro yang lebih kompatibel (asumsi, ukuran dan standar yang sama) pada keempat sektor perekonomian yang ada oleh Instansi-instansi terkait seperti BPS, Kemenkeu, BI. Untuk itu perlu koordinasi dan kerja sama yang erat pada instansi tersebut (koordinasi dan kerja samanya dapat diinisiasi oleh Kemenkeu) sehingga diharapkan antara lain benefit dari kebijakan fiskal (misal : pemberian stimulus fiskal) dapat ditelusuri pengaruhnya ke sistem perekonomian khususnya sektor riil 2. Mengingat struktur PDRB selalu didominasi oleh pertanian yg diikuti oleh jasa-jasa, namun laju pertumbuhan dari sektor pertanian dan jasa-jasa adalah sangat rendah, yaitu 0,13 dan 0,11 masing-masing berada di urutan 7 dan 8 terkecil dari 9 lapangan usaha yg ada, untuk itu Pemda Sulsel perlu menetapkan sektor dimaksud menjadi prioritas utama yang harus ditingkatkan agar laju pertumbuhan di sektor dimaksud dapat lebih meningkat sehingga dapat memperbesar PDRB. 3. Gini ratio Sulawesi Selatan cenderung semakin meningkat hal ini menunjukkan ketimpangan yang semakin besar dan mengindikasikan ketidakmerataan pendapatan untuk itu diperlukan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan pendapatan penduduk yang semakin besar, sehingga dapat meningkatkan akses seluruh masyarakat kepada infrastruktur pelayanan dasar seperti misalnya infrastruktur kesehatan, pendidikan dan transportasi. 4. Perlu ditempuh langkah-langkah mengoptimalkan penerimaan pajak pemerintah pusat dari sektor-sektor yang berpotensi dan belum digali secara optimal mengingat penerimaan pajak pusat triwulan I tahun 2013 menurun dibanding triwulan I tahun 2011 dan 2012, sedangkan perkembangan PDRB triwulan I tahun 2013 meningkat signifikan dibanding Triwulan I tahun 2011 dan 2012, hal ini menunjukan inkonsistensi antara peningkatan PDRB dengan peningkatan pendapatan pajak. 5. PAD perlu lebih ditingkatkan.
xvi

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

6. 7.

Perlu

segera diupayakan jalan keluar hambatan-hambatan proyek-proyek strategis

dengan Pemerintah Daerah lebih berkoordinasi dengan semua pihak. Mengingat waktu pelaksanaan APBN Perubahan adalah sangat sempit maka terkait dengan prosedur pengadaan barang dan jasa disarankan agar dana-dana untuk kegiatan pengadaan barang dan jasa lebih diarahkan alokasinya kepada pengadaan Peralatan dan Mesin dengan mengurangi alokasi yang sifatnya Pembangunan Gedung dan Jaringan. 8. Agar lebih dioptimalkan keseluruhan proses tahapan penyusunan anggaran sampai dengan pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban antara lain meminimalksan blokir dan meningkatkan kualitas dokumen anggaran, efektifitas Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan tindak lanjut melalui spending review. 9. Pemda di Prov. Sulsel agar lebih memperbesar alokasi belanja modal untuk pembangunan infrastruktur seperti Jalan, Jembatan dan Irigasi, dan infrastruktur lainnya untuk menunjang kelancaran distribusi dan meningkatkan perekonomian masyarakat. 10. Untuk dapat menekan pembayaran gaji (50% dari APBD) komposisi gaji pegawai khususnya pemberian tunjangan kinerja agar berpedoman pada hasil evaluasi kinerja pegawai/pejabat melalui suatu sistem manajemen kinerja. 11. Perlu dilakukan pembinaan dalam proses bisnis agar Satker BLU dapat lebih mandiri yang salah satunya dengan meningkatnya PNBP. 12. Perlu dilakukan pembinaan kepada debitur penerusan pinjaman secara terus menerus.

xvii

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dewasa ini perekonomian dunia kembali dihadapkan pada terjadinya krisis ekonomi. Tingginya tingkat krisis diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal-modal yang lari keluar negeri (capital outflow), serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Berbekal dari pengalaman krisis yang melanda Indonesia di pertengahan 2008 yang lalu, menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya pemahaman mengenai pengaruh perubahan-perubahan di tingkat global pada perekonomian nasional. Salah satu pelajaran berharga yang dapat ditarik dari pengalaman negara-negara yang mampu bergelut mengatasi krisis adalah pentingnya memelihara stabilitas dan menciptakan kemandirian dengan mendorong tumbuhnya sektor-sektor dalam perekonomian domestik. Kondisi seperti ini memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya sehingga tujuan pembangunan bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi variabel-variabel berikut diantaranya permintaan agregat dan tingkat aktifitas ekonomi, pola persebaran sumber daya, dan distribusi pendapatan. Kebijakan fiskal diharapkan dapat meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran serta menstabilkan harga-harga barang khususnya mengatasi inflasi. Setiap kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah apapun bentuknya harus didasarkan pada analisis yang mendalam, persiapan yang matang, serta applicable saat diterapkan sehingga dapat mencapai tujuan dari kebijakan fiskal untuk mendorong
1

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

pertumbuhan ekonomi, melindungi penduduk dari ketidakpastian dan pajak yang eksesif, serta untuk membantu para pembuat peraturan perundangan dalam mengatasi masa-masa kesulitan ekonomi. Penerapan prinsip kebijakan fiskal secara keseluruhan dapat menghemat pengeluaran pemerintah pada satu sisi (subsidi korporasi, block grant, jamkesmas dan bantuan kepada perusahaan publik). Pada sisi yang lain dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk belanja sesuai tupoksi pemerintah, misalnya biaya peningkatan infrastruktur, biaya merekrut dan melatih relawan bidang kesehatan untuk surveilance penyakit penduduk yang tidak mampu, bidang pertanian untuk penyuluhan, bidang sosial untuk mendata penduduk miskin yang butuh bantuan sosial, tenaga guru di daerah terpencil, biaya program pemberdayaan usaha masyarakat, serta biaya program peningkatan produksi komoditas unggulan. Program tersebut diharapkan dapat langsung menyerap tenaga pekerja, mengurangi pengangguran, memberikan penghasilan yang memadai dan dapat mengentaskan kemiskinan. Dengan adanya pemberian otonomi daerah yang lebih luas maka pola perencanaan akan mengalami perubahan yakni lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan kemampuan daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian fiskal regional yang dapat mengarahkan daerah untuk dapat merencanakan program yang komprehensif meliputi kerangka regional dan sektoral. Dengan berubahnya orientasi pola perencanaan sektoral yang dititikberatkan pada pencapaian pertumbuhan regional, alokasi dana proyek sektoral diarahkan pada perkembangan perekonomian daerah sehingga fungsi dana sektoral berubah menjadi penyeimbang pembangunan pada masing-masing daerah. Selanjutnya jajaran Kementerian Keuangan sebagai penguasa fiskal dan Bendahara Umum Negara di daerah adalah representasi Menteri Keuangan di daerah dengan terbitnya PMK Nomor 169/PMK.01/2012, sehingga perlu melakukan Kajian Fiskal Regional untuk dapat memberikan umpan balik pada pemerintah pusat maupun daerah dalam menciptakan stabilitas melalui penerapan kebijakan-kebijakan fiskal. B. Tujuan dan Manfaat Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian regional di Sulawesi Selatan dalam tahun 2012 dan triwulan I tahun 2013 yang diperlihatkan melalui indikasi di semua sektor perekonomian seperti pertumbuhan ekonomi, belanja modal, investasi, ekspor impor, serta mendeskripsikan berbagai kebijakan yang diupayakan pemerintah sebagai pemegang otoritas fiskal
2

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

dengan tetap melakukan koordinasi yang baik dengan otoritas moneter di daerah dalam naungan ekonomi regional. Selain itu, melalui Kajian Fiskal Regional ini Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan diharapkan memiliki data/informasi profil dan perkembangan kondisi fiskal di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terdokumentasi secara baik, sistematis dan memenuhi kaidah ilmiah; data/informasi pada laporan kajian bermanfaat bagi Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk melakukan tugas pembinaan dan koordinasi dengan stakeholders (Satuan Kerja K/L, Pemerintah Daerah, BI, dan pengamat ekonomi); proses penyusunan dapat menjadi sarana pengembangan kapasitas organisasi dan sumber daya manusia pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan kearah yang lebih strategis. Selanjutnya tujuan penulisan Kajian Fiskal Regional ini adalah sebagai upaya optimalisasi dan revitalisasi fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN sehingga bisa menjadi perpanjangan tangan kantor pusat di daerah. Organisasi Kantor Vertikal Ditjen Perbendaharaan dimaknai secara utuh merupakan amanat Menteri Keuangan sebagai representasi Kementerian Keuangan dan pengelola kebijakan fiskal di daerah untuk mengemban tugas dan fungsi bidang perbendaharaan, penganggaran dan perimbangan keuangan sebagaimana yang tertuang dalam PMK Nomor 169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Ditjen Perbendaharaan. Sedemikian pentingnya kajian fiskal ini sehingga menjadi salah satu IKU Kemenkeu Two yaitu Indeks Ketepatan Waktu dan Kualitas Laporan Analisis Fiskal Regional Kanwil dimana kajian untuk mengetahui kinerja ekonomi makro di wilayah Sulawesi Selatan yaitu kinerja di sektor riil terkait dengan inflasi, tenaga kerja, konsumsi dan sektor pengeluaran pemerintah berupa belanja negara terkait dampaknya terhadap sektor riil serta ekspor dan impor di Sulawesi Selatan. Manfaat penyusunan Buku Kajian Fiskal Regional ini yakni dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi para pembuat kebijakan, stakeholders maupun masyarakat pada umumnya serta khususnya bagi Kementerian Keuangan dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil laporan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat dimanfaatkan juga untuk mempertajam analisis pada Unit Eselon II Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan maupun Kementerian Keuangan (BKF, Ditjen Anggaran, dan Ditjen Perimbangan Keuangan). C. Metodologi Penyusunan Gambaran umum kajian tercermin pada Struktur laporan kajian ini yaitu Bab I Pendahuluan, Bab 2 menjabarkan tentang perkembangan ekonomi regional (PDRB, Gini rasio, Investasi, Belanja Modal, Ekspor dan Impor, inflasi dan Kinerja Perbankan.
3

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Bab 3 tentang perkembangan indikator demografis dan indikator sektor terpilih (Indeks Pembangunan Manusia, Laju Pertumbuhan Penduduk, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan), Perkembangan Indikator Sektoral Terpilih (Kesehatan, Pendidikan, Pertanian, Transportasi, Konstruksi). Bab 4 memuat tinjauan umum terhadap Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat (pendapatan dan hibah, dan belanja negaraI) perkembangan pelaksanaan anggaran daerah (profil APBD provinsi/kabupaten/kota, APBD berdasarkan klasifikasi ekonomi, klasifikasi fungsi, klasifikasi urusan, alokasi dana transfer, dan analisis APBD pada daerah daerah Provinsi

Sulawesi Selatan). Bab 5 menjelaskan Perkembangan Pengelolaan BLU ( BLU pusat,


profil dan jenis layanan satker BLU pusat, perkembangan pengelolaan asset, PNBP, dan RM BLU Pusat, kemandirian BLU, Efektivitas satker BLU, profil dan jenis layanan satker PNBP dan potensi satker PNBP menjadi satker BLU, BLU daerah, profil dan jenis layanan satker BLU daerah, perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU daerah, analisis legal, dan Manajemen investasi terdiri dari penerusan pinjaman, dan RDI/RPD/PRJ. Kemudian Bab 6 Analisa Fiskal Regional yang membahas Pendapatan Pusat dan Daerah (Rasio Pendapatan terhadap PDRB, Rasio Pendapatan per kapita), Belanja Pusat dan Daerah (Rasio Belanja APBN, Rasio Total Belanja terhadap Populasi, Rasio Belanja Pegawai, Rasio Belanja Modal Pemerintah Pusat, Rasio Belanja Modal), Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah (Ruang Fiskal, Rasio Kemandirian Daerah) serta Rasio Belanja Sektoral ( Rasio Belanja Sektoral, Perkembangan Pembiayaan). Kemudian terakhir Bab 7 penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi atas laporan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan ini. Tempat dan rentang waktu penyusunan laporan Kajian Fiskal Regional di Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan ini dilaksanakan secara triwulanan dan dilaporkan secara semesteran kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan yang antara lain memuat data perkembangan ekonomi regional, pelaksanaan anggaran pusat dan daerah, pengelolaan BLU dan manajemen investasi serta analisis fiskal regional di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Teknik pengumpulan data kajian ini disusun dengan mengakomodir Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai sumber diantaranya dengan mengambil data dari laporanlaporan di Badan Pusat Statistik (BPS), Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK), Bank Indonesia, BKPM, LKPP serta di KPPN lingkup Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Sulsel untuk data pagu maupun realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat.
4

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

(Teknik analisis data) mengakomodir Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan tersebut, kanwil tetap melakukan elaborasi analisis secara lebih terarah dengan bekerja sama Regional Economist yang diinisiasi oleh BKF di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan melalui capacity building dan focus group discussion yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Mei 2013, pelaksanaan focus group discussion ini sesuai dengan surat Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 2882/PB/2013 tanggal 23 April 2013.

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

BAB II

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI DAN KEUANGAN

Kondisi perekonomian Sulawesi Selatan secara menyeluruh masih menunjukkan perkembangan yang positif. Pertumbuhan perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan I tahun 2013 adalah sebesar 7,79% pertumbuhan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2012 yaitu sebesar 7,95% dan lebih tinggi bila dibandingkan secara nasional pada periode yang sama tahun 2013 yang baru mencapai 6,02%. Secara umum capaian kinerja tersebut didukung oleh pertumbuhan pada sektor pertanian dengan angka sebesar 15,67% sektor industry pengolahan sebesar 1,43% sektor listrik gas dan air sebesar 0,78% dan sektor perdagangan,hotel dan restoran yang tumbuh 0,49%. Sedangkan sektor-sektor lainnya yang mengalami penurunan adalah sektor pertambangan dan penggalian (minus 11,31%), sektor konstruksi (minus 4,43%), sektor jasa-jasa (minus 3,27%) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar (minus 1,12%) dan sektor pengangkutan dan komunikasi (minus 0,54%). Demikian pula pada tahun 2012 angka pertumbuhan mencapai 8,379% lebih tinggi dari pada pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu 7,61% dan pertumbuhan nasional yaitu 6,23%. Berbagai faktor pendukung kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2012 yaitu dari sisi permintaan yang tetap tumbuh tinggi, terutama didukung oleh kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran tingginya kinerja perekonomian Sulawesi Selatan yaitu dari sektor pertanian dan sektor pertambangan yang tumbuh positif dan untuk sektor industri, sektor konstruksi, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa tetap tumbuh hingga akhir tahun 2012. Demikian juga dengan inflasi pada triwulan I 2013 di Sulawesi Selatan cukup tinggi yaitu di kisaran 4,61 % bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 yaitu 4,41% dan masih lebih rendah dibanding nasional yaitu 5,90%. Pengaruh cuaca dan kebijakan pembatasan impor hortikultura antara lain yang menjadi penyebab naiknya harga kelompok bahan makanan disamping peningkatan harga properti dan bahan bangunan. A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu cerminan kemajuan ekonomi suatu daerah yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan dalam suatu wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam waktu satu tahun. Penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) lapangan usaha/sektor. Produk domestik regional bruto sebagai salah satu
6

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, semakin besar produk domestik d regional bruto ruto suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan ekonominya. Selama periode tahun 2005-triwulan triwulan I 2013 trend rend tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dengan pertumbuhan ertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan hampir sama, , begitu juga dengan trend Produk domestik bruto antara Sulawesi Selatan dengan nasional asional periode 2008 2008-2012. (lihat grafik).

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005-Triw I 2013


10 8 7,78 6 4 2 2005 2006 2007 2008 2009 Sulsel 2010 2011 Nasional 2012 2013 (I) 6,05 5,69 6,72 5,5 6,34 6,35 6,01 6,23 4,63 8,19 6,22 8,37 7,61 6,49 6,23 7,79 6 6,11 4 2 10 8

Sumber : BPS

Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Sulsel dan Nasional Tahun 2005-2013(1) 2005

Adapun komposisi produk domestik regional bruto triwulan I tahun 2013 didominasi konsumsi rumah tangga menjadi 48,29% diikuti oleh konsumsi LPNRT 0,85%, konsumsi pemerintah 32,63%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik sebesar 28,14%, perubahan inventori 1,60%, dan impor 30,78%, kecuali komponen ekspor yang mengalami penurunan pada triwulan I 2013 menjadi 19,26%. Struktur PDRB menurut penggunaan triwulan I tahun tah 2013 tergambar dalam grafik 2. Struktur PDRB menurut penggunaan Triw I-2013 I
60 50 40 30 20 10 0
48,29 32,63 28,14 19,26 0,85 Konsumsi Rumah tangga Konsumsi Konsumsi LNPRT Pemerintah (PMTB) 1,6 Perubahan Inventori Ekspor Barang & Jasa Impor Barang & Jasa 30,78

Sumber : BPS

Grafik 2 Struktur PDRB menurut menurut penggunaan triwulan I tahun 2013

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tren komposisi produk domestik regional bruto pada triwulan I tahun 2013 berlanjut dari tahun 2012 dan 2011 yaitu pada komponen penggunaan komposisinya juga didominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 47,22% diikuti oleh konsumsi LPNRT 0,79%, konsumsi pemerintah 31,99%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik sebesar 27,61%, perubahan inventori 1,51%, ekspor 19,73% dan impor 28,84% (grafik 3). Dari grafik di bawah bila dibandingkan dengan PDRB tahun 2011 terlihat bahwa komponen konsumsi rumah tangga, perubahan inventori, dan ekspor mengalami penurunan dan impor mengalami kenaikan sedangkan komponen konsumsi LPNRT, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik, dari kenaikan PMTB yang cukup signifikan ini di Sulawesi Selatan terlihat bahwa iklim investasi sudah semakin membaik serta secara perlahan-lahan dan terus menerus meningkat dan menstimulasi indikator di sektor riil lainnya. Struktur PDRB menurut komponen pengeluaran tahun 2010-2011, triwulan I-2012, triwulan IV-2012 dan triwulan I- 2013 sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel 1 Struktur PDRB menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2010-2011, Triwulan I-2012, Triwulan IV-2012 dan Triwulan I-2013 (persen)
2012 No. Lapangan Usaha Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa PDRB 2011 48,23 0,77 29,46 23,66 1,73 21,94 25,79 100,00 Sumber: BPS
Triw I Triw IV

2013
Triw I

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

48,79 0,80 30,72 26,22 1,46 19,00 26,99 100,00

48,20 0,82 34,41 30,36 -4,24 21,41 30,96 100,00

48,29 0,85 32,63 28,14 1,60 19,26 30,78 100,00

Komposisi PDRB menurut lapangan usaha triwulan I tahun 2013 apabila dibandingkan triwulan I tahun 2012 sektor pertanian turun menjadi 23,85%, sektor perdagangan, hotel dan restoran naik menjadi 18,07%, sektor jasa-jasa turun menjadi 17,32%, sektor industri dan pengolahan naik menjadi 12,67%, sektor pengangkutan dan komunikasi turun menjadi 8,02%, sektor keuangan persewaan jasa perusahaan naik menjadi 7,67%, sektor konstruksi naik menjadi 5,73% dan sektor listrik gas dan air naik menjadi 0,92%. Demikian pula jika dibandingkan antara tahun 2012 dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2011, terjadi beberapa peningkatan antara lain pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa, sektor jasa-jasa, sektor konstruksi, sektor perdagangan hotel dan restoran kemudian industri dan pengolahan, dan yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,
8

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

dan sektor listrik gas dan air bersih, sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel 2 Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013, Triwulan I-2012, Triwulan IV-2012 dan Triwulan I-2013 (persen)

No.

Lapangan Usaha
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restorani Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB PDRB TANPA MIGAS

2012 2011 25,32 6,07 12,22 0,91 5,67 17,64 7,90 6,92 17,37 100,00 99,81 Sumber : BPS Triw I 26,06 4,04 12,66 0,93 5,57 17,58 8,38 7,08 17,70 100,00 99,82 Triw IV 20,56 6,59 12,60 0,93 6,22 18,57 8,37 7,96 18,19 100,00 99,83

2013 Triw I 23,85 5,75 12,67 0,92 5,73 18,07 8,02 7,67 17,32 100,00 99,83

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9.

Nilai nominal PDRB Sulawesi Selatan pada triwulan I tahun 2013 mencapai Rp. 42,66 triliun meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 dan triwulan ke IV tahun 2012 yaitu masing-masing Rp. 36,52 triliun dan Rp. 40,96 triliun. Jika dilihat dari trend kenaikan mulai tahun 2011 s.d. 2012 maka Nilai nominal PDRB meningkat dari tahun 2011 Rp.137,38 trilyun, tahun 2012 menjadi Rp.159,42 trilyun dan pertumbuhan ekonomi naik dibandingkan tahun 2011. Meningkatnya nilai nominal PDRB mempengaruhi pendapatan perkapita di Sulawesi Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 yang mencapai Rp.19,466 juta yang meningkat cukup signifikan dibanding tahun 2011 sebesar Rp. 16,929 juta, tahun 2010 sebesar Rp. 14,669 juta, tahun 2009 Rp.12,567 juta dan tahun 2008 Rp.10,825 juta. Namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pendapatan perkapita nasional yaitu tahun 2012 yang mencapai Rp.33,339 juta yang meningkat cukup signifikan dibanding tahun 2011 sebesar Rp. 30,424 juta, tahun 2010 sebesar Rp. 26,788 juta, tahun 2009 Rp.23,648 juta dan tahun 2008 Rp.21,014 juta sebagaimana terlihat pada grafik 3.

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Perbandingan PDBR Perkapita Sulsel dan Nasional Tahun 2008-2012 60000 Sulsel 50000 40000 30000 20000 10.825 10000 0 0 2008 2009 2010 2011 2012 12.567 14.669 16.929 19.466 23.648 21.014 Nasional 26.788 30.424 33.339

Ribuan

Sumber: BPS

Grafik 3 Perbandingan PDRB Perkapita Sulsel dan Nasional Tahun 2008-2012

Laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha tahun 2012 s.d. 2013, triwulan I tahun 2012, triwulan IV tahun 2012 dan triwulan I tahun 2013 sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Laju Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha (persen)
Triw I-2013 terhadap Triw IV 2012 (q-toq) 15,67 11,31 1,43 0,78 -4,43 0,49 -0,54 -1,12 -3,27 2,09 2,10 Sumber: BPS Triw I-2013 Terhadap Triw I-2012 (y-on-y) 0,49 17,59 10,01 7,81 12,20 12,06 7,53 17,21 1,06 7,79 7,85 Sumber Pertumbuhan Triw I-2013 (y-on-y) 0,13 1,09 1,38 0,09 0,72 2,13 0,76 1,37 0,11 7,79 7,85

No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian

Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB PDRB TANPA MIGAS

B. Gini Ratio

Salah satu tujuan dari kebijakan fiskal yang pro poor dan pro job adalah meningkatkan pendapatan masyarakat menengah kebawah yang akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif dan merata. Gini ratio mencerminkan ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat. Nilai gini ratio adalah 0 < GR < 1, dengan kategori G < 0,3 rendah, 0,3 G 0,5 sedang, dan G > 0,5 tinggi. Semakin
10

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

besar gini ratio maka distribusi distribusi pendapatan makin tidak seimbang, dengan kata lain jumlah penduduk dengan pendapatan yang tinggi sangat kecil dan jumlah penduduk yang berpendapatan rendah sangat besar. Provinsi Sulawesi Selatan kecenderungan gini rationya semakin meningkat begitu pula pu dengan gini ratio nasioal asioal yang berarti bahwa dari tahun 2008 - 2012 ketimpangan pendapatan penduduk semakin besar, yang mengindikasikan adanya ketidakmerataan pendapatan. Sebagaimana grafik dibawah ini.
Perbandingan Gini Ratio Sulsel dan Nasional
1 2008 0,8 0,6
0,36 0,39 0,37 0,4 0,38 0,41 0,41 0,41

1 2009 2010 2011 2012 0,8 0,6 0,4


0,35 0,41

0,4 0,2 0

0,2 0

Sulsel

Nasional

Sumber: BPS

Grafik 4 Perbandingan Gini Ratio Sulsel dan Nasional

C. Investasi
Investasi sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan masih tumbuh cukup tinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar 15,22% (yoy).

Pemda terus berusaha untuk

mendorong investor dome domestik/Penanaman stik/Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) melalui kemudahan pengurusan izin melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Terhadap PMDN, investasi antara lain melalui sektor peternakan, industri makanan, industri kertas dan listrik dan berlanjut dari proyek infrastruktur swasta termasuk yang bersumber dari modal asing. Dari laporan di Bank Indonesia Sulawesi Selatan salah alah satu upaya yang dilakukan oleh Pemda adalah dengan mengintensifkan promosi dan memfasilitasi infrastruktur yang bisa mendukung kegiatan investasi di Sulawesi Selatan, misalnya adanya penambahan daya listrik baru tahun 2012 yang mencapai 331 mega watt. Pada umumnya, terdapat tiga hal yang biasa dipertanyakan investor yaitu, mengenai kontribusi pemerintah dalam bentuk insentif seperti penyediaan lahan, keringanan pajak serta kemudahan pada proses pengurusan perizinan. Pada tahun 2011 triwulan I investasi investas tumbuh 4,74%, triwulan II meningkat menjadi 7,27%, triwulan III kembali meningkat 11,3% dan triwulan IV tetap meningkat menjadi 16,69%. Pada tahun 2012 triwulan I investasi tumbuh 22,58%, triwulan II meningkat menjadi 23,62%, triwulan III terjadi
11

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

penurunan yang cukup signifikan

menjadi 20,18% dan kembali pada triwulan IV

mengalami penurunan menjadi 15,22%. Pada triwulan I tahun 2013 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 terjadi penurunan yang signifikan yaitu 12,64%, namun mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011. Data investasi tahun 2011 dan tahun 2012 serta triwulan I 2013 terlihat pada grafik 5.

Perbandingan Investasi Sulsel triwulan I s.d. IV tahun 2011 dan 2012 serta triwulan I tahun 2013 (dalam %)
25 23,62 22,58 20,18 20 16,69 15,22 15 11,3 10 7,27 4,74 12,64

Triw I Triw II Triw III Triw IV

5 0

2011

2012

2013 (1)

Sumber: BPS Bank Indonesia

Grafik 5 Perbandingan Investasi Sulawesi Selatan tahun 2011, 2012 dan triwulan I 2013

D. Belanja Modal

Belanja modal yang berasal dari APBN cukup besar dari tahun ke tahun, tahun 2011 sebesar Rp. 5.877 miliar tahun 2012 sebesar Rp.3.737 miliar dan tahun 2013 sebesar Rp. 4.733 miliar. Belanja modal yang berasal dari APBD terus meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2011 sebesar Rp. 3.762 miliar tahun 2012 sebesar Rp. 3.753 miliir dan tahun 2013 sebesar Rp. 4.771 milyar. Belanja modal pemerintah ini berkontribusi dalam menghasilkan sumber investasi dan mendorong pertumbuhan. Walaupun tidak terlalu besar membentuk PDRB pada triwulan I tahun 2013 mencapai Rp 13,92 triliun atau 32,63.% dibandingkan dengan konsumsi masyarakat yaitu Rp 20,60 triliun atau 48,29%. (atas dasar harga berlaku), namun aspek menstimulasi sektor riil sangat diharapkan oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan yang pada gilirannya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Tabel belanja modal di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut:

12

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tabel 4 Pagu belanja modal Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011, 2012 dan 2013. 2013

No 1. 2.

Uraian Belanja Modal (APBN) Belanja Modal (APBD) Jumlah

Tahun 2011 5.877.049 3.737.240 9.614.289

Tahun 2012 5.774.186 3.753.294 9.527.480

Tahun 2013 4.733.515 4.771.402 9.504.917

Sumber : LKPP dan DJPK

E. Ekspor dan Impor Dari Laporan Bank Indonesia Sulawesi Selatan dan Data BPS salah salah satu komponen produk domestik regional egional bruto ruto Sulawesi Selatan adalah jumlah barang barang-barang ekspor dan impor selama periode tertentu. Adapun beberapa komoditas ekspor Sulawesi Selatan antara lain nikel, kakao, ikan dan udang, biji-bijian biji bijian dan kayu/barang dari kayu. Sedangkan impor berupa barang capital goods dan intermediate goods. Realisasi ekspor pada triwulan I tahun 2013 sebesar $ 382,9 juta dan realisasi impor triwulan I tahun 2013 telah mencapai $ 399,8 juta, sehingga terjadi defisit neraca perdagangan Sulawesi Selatan pada triwulan I sebesar $16,9 juta, dan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 ekspor hanya mencapai $304 juta dan impor $237 juta. juta Pada tahun 2012 menunjukan realisasi nilai ekspor $1.562 juta lebih besar dari pada nilai impor yang hanya mencapai $1.305 juta. Adapun kecenderungan nilai ekspor selama tahun 2012 hampir selalu naik kecuali pada bulan Maret dan April serta Agustus dan Oktober, dan pada bulan Desember Desember. Namun untuk impor kecenderungannya selama tahun 2012 hampir polanya tidak teratur teratur. Perbandingan antara nilai ekspor dan impor perbulan selama tahun 2012 dan tahun 2013 Sulawesi Selatan terlihat pada grafik 6.
Perbandingan Ekspor dan Impor Sulsel perbulan Tahun 2012 dan tahun 2013 (dalam US$ Juta)
Ekspor Impor 234 284 147 145 78 83 98 110 86 56
Apr Mei Juni Juli Agust Sept Oktob Nov Des Jan 13

300 250 200 150 100 50 0


Jan 12 Peb

105 82 118 87 81 64 80

123 163

139 143

161 157 126 189

128 134 120,9

68
Mar

59,8
Peb Maret

Sumber: BPS

Grafik 6 Perbandingan erbandingan Ekspor dan Impor Sulsel perbulan tahun 2012 dan tahun 2013

13

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

F. Inflasi Inflasi sebagai proses meningkatnya harga-harga harga harga secara umum dan terus menerus dan berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh faktor-faktor faktor faktor tertentu. Suatu daerah dalam proses berkembang tidak terlepas inflasi dan hal itu memang wajar sepanjang masih dalam kategori ori inflasi ringan dan terkendali. Inflasi pada triwulan I- 2013 di Sulawesi Selatan cukup tinggi yaitu di kisaran 4,61 % bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 yaitu 4,41 namun masih lebih rendah dibanding nasional yaitu 5,90%. Pengaruh cuaca uaca dan kebijakan pembatasan impor hortikultura yang antara lain menjadi penyebab naiknya harga kelompok bahan makanan disamping peningkatan harga pro properti dan bahan bangunan. Laju inflasi Sulawesi Selatan selama tahun 2012 dan tahun 2013 triwulan I dibandingkan dengan inflasi secara nasional dapat dilihat pada grafik 7.
Perbandingan Inflasi Sulawesi Selatan dan Nasional Tahun 2012-2013(1) 1,12 0,44 0,34 0,34 0,76

2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 -0,50 -1,00

1,23 0,60 0,68 0,62 0,70 0,95 0,59

1,13 0,71 1,03 0,26 0,75 0,63

0,21 -0,52 Jan 0,05 Peb 0,07 Mar Apr 0,07 Mei Jun 12

-0,22 -0,13 -0,13 0,54 0,16 0,07 0,01 Okt Nop Jul Agus Sept Des Jan Per Mar 13 Nasional

Sulsel

Sumber : BPS

Grafik 7 Perbandingan Laju inflasi bulanan Sulawesi Selatan dan Nasional tahun 2012- triwulan I-2013

Pada bulan Maret 2013 laju inflasi adalah 0,26% lebih rendah dari periode yang sama pada bulan Maret tahun 2012 yaitu 0,34%. Laju inflasi triwulan I tahun 2013 Sulawesi Selatan terkendali sebesar 4,61 persen (yoy). Inflasi nflasi di Sulawesi Selatan tergolong lebih rendah dari inflasi secara ecara nasional yaitu 5,90% dan beberapa kota Indonesia bagian timur, di Sulawesi Utara Utara, Gorontalo, Papua, Irian Jaya Barat dan Sulawesi Tengah Tengah, namun lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi di Sulawesi Barat, Barat Sulawesi Tenggara, Maluku dan Maluku Utara, sebagaimana grafik 8.

14

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Perbandingan Inflasi Tahun 2012 antara kota Provinsi dengan Nasional


10 8 6 4 2 0 4,61 5,9 6,83

7,62 5,18 5,89 5,9 5,9 5,9 2,58 5,97 5,9 5,9 3,02 4,19 5,9
3,97 5,9

5,9

5,9

Wilayah

Nasional

Sumber: BPS

Grafik 8 Perbandingan inflasi Sul Sulsel l dengan antar kota di Provinsi dan Nasional

Inflasi tahun triwulan I 2013 201 di Sulawesi Selatan cukup tinggi jika dibandingkan ibandingkan inflasi triwulan IV tahun sebelumnya yaitu tahun 2012, , inflasi tahun ini cukup tinggi yang cenderung nderung didorong koreksi ke atas oleh dua kelompok yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, , pada kelompok bahan makanan ini disebabkan naiknya harga sub kelompok bumbu-bumbuan, bumbuan, sub kelompok daging, sub ikan kan segar, sub kelompok kacang-kacangan, sub kelom mpok sayur-sayuran serta sub kelompok ikan yang diawetkan. Sedangkan edangkan kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan adalah kelompok yang paling kecil laju inflasinya. . Faktor cuaca yang menyebabkan naiknya ya harga bawang merah, bawang putih dan cabe yang puncaknya terjadi pada bulan Februari, disamping fa faktor cuaca juga karena adanya pembatasan impor barang-barang hortikultura. Naiknya inflasi sektor perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar karena adanya adanya penyesuaian TDL sejak awal 2013 diduga menjadi faktor tor utama pendorong sektor ini. Termasuk subkelompok biaya tempat tinggal tetap menjadi pencetak angka inflasi tertinggi di kelompok ini hal ini disebabkan karena adanya kenaikan harga jual rumah di Sulsel pada triwulan I-2013 I dibandingkan triwulan sebelumnya. Banyaknya developer property nasional yang melakukan ekspansi bisnis ke Sulsel menyebabkan harga jual semakin kompetitif. Permintaan yang kuat dari masyarakat diduga turut menjadi faktor pendukung dan mengatrol harga jual rumah, kontrak rumah, dan bahan bangunan. Adapun sumbangan kelompok pengeluaran terhadap inflasi Sulawesi Selatan sebesar 4,61% 4, selama triwulan I tahun 2013 antara lain berasal dari andil kelompok bahan makanan sebesar 8,01%, kelompok makanan jadi 4,57 57%, %, kelompok perumahan air, listrik gas dan bahan bakar sebesar 3,43%, kelompok sandang 6,03%, kelompok kesehatan 2, 2,28%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 3,55%, 3, sedangkan kelom mpok transportasi komunikasi dan jasa asa keuangan memberikan sumbangan 0,89%. Perbandingan kelompok pengeluaran terhadap inflasi dapat dilihat pada grafik.
15

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

10 8

Perbandingan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Sulsel Triw I Tahun Bahan Makanan 2013
8,01 6,03 Makanan Jadi Perumahan, air, listrik, Gas dan Bahan bakar Sandang 3,43 2,28 3,55 Kesehatan 0,89 Pendidikan, rekreasi dan olah raga Transportasi, komunikasi dan Jasa Keuangan

6 4 2 0

4,57

Inflasi
Sumber: BPS

Grafik 9 Perbandingan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi di Sulsel sel Tahun 2012

G. Kinerja Perbankan Kondisi perbankan di Sulawesi Selatan menunjukkan kinerja yang positif antara lain tercermin dari stabilitas indikator-indikator indi utama kinerja perbankan yaitu itu Loan to Deposit Ratio (LDR) dan rasio kredit bermasalah (Non Prforming Loan-NPL). . Pada triwulan I tahun 2013 Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 134,06% lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 sebesar 130% dan capaian triwulan I tahun 2011 sebesar 124,62%. Begitu pula pada triwulan II tahun 2012 mencapai 130,53% lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun 2011 yang hanya 117,9%. Pada triwulan III tahun 2012 sebesar 125,09% mengalami penurunan dari 130% pada periode yang sama tahun 2011. Dan pada triwulan IV tahun 2012 sebesar 128,88% lebih tinggi dari pada Triwulan IV tahun 2011 yaitu 124,62%, sebagaimana grafik di bawah ini.

Data LDR Bank Umum di Sulawesi Selatan (%)


0

2013 (1)

0 0 134,06

Triw IV Triw III Triw II Triw I

128,88

2012

125,09 130,53 127,47

124,62

2011

130 117,9 124,13

50
Sumber : BI

100

150

Grafik 10 Perkembangan LDR Bank Umum Sulawesi Selatan Tahun 2011, 2012 dan triwulan I Tahun 2013 16

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan-NPL) juga menjadi indikator kinerja perbankan di Sulawesi Selatan. Sepanjang tahun 2011, 2012 dan triwulan I tahun 2013 rasio kredit bermasalah masih berada di kisaran dibawah 5 persen. Pada triwulan I tahun 2013 NPL perbankan mencapai 2,84% bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 mengalami sedikit kenaikan sebesar 2,82, dan pada periode yang sama tahun 2011 juga terjadi penurunan yang cukup signifikan yaitu 3,25%. Pada triwulan II tahun 2012 NPL perbankan mencapai 2,88% terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 3,36%. Pada Triwulan III tahun 2012 capaian NPL 2,65% terjadi penurunan yang signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yaitu sebesar 3,22%, dan untuk triwulan IV tahun 2012 NPL perbankan tercapai 2,64% bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi kenaikan capaian 2,63%.

Perkembangan NPL Bank Umum di Sulawesi Selatan Tahun 2011, 2012 dan Triwulan I tahun 2013 (%)

2013(1) 2,84 2,64 2,65 2,88 2,82 2,63 2011 3,22 3,36 3,25 0 1 2
Sumber : BI

Triw IV Triw III Triw II Triw I

2012

Grafik 11 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Selatan tahun 2011, 2012 dan triwulan I Tahun 2013

17

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tabel 5 Kinerja Perbankan Sulawesi Selatan Tahun 2011, 2012 dan Triwulan I-2013

18

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

BAB BAB III PERKEMBANGAN INDIKATOR DEMOGRAFIS DAN INDIKATOR SEKTOR TERPILIH
A. Perkembangan Indikator Demografis

Dampak atau outcome dari suatu kebijakan fiskal melalui alokasi anggaran (pemerintah pusat dan daerah) pada suatu wilayah antara lain adalah memperbaiki kualitas kesejahteraan yang umumnya terrefleksikan pada indikator-indikator indikator indikator demografis wilayah tersebut. Beberapa rapa indikator yang dapat dijadikan acuan antara lain: 1. Indeks pembangunan manusia (Human Development Index/lHD) lHD) HDI merupakan indeks komposit yang mencerminkan tingkat harapan hidup, pendidikan dan pendapatan masyarakat suatu wilayah. wilayah Indeks ndeks pembangunan manusia secara nasional dapat dibandingkan dengan indeks pembangunan manusia Sulawesi Selatan. Sejak tahun 2008-2011 2008 2011 indeks pembangunan manusia nasional mengalami peningkatan namun bila dibandingkan dengan indek pembangunan manusia Sulawesi wesi Selatan peningkatannya cukup drastis terutama dari tahun 2009 ke tahun 2010 yang peningkatannya peningkatannya mencapai 16,33%, sebagaimana grafik dibawah ini.
Perbandingan IPM Sulsel dan Nasional
Sulsel
69,6 70,2 73,14 71,62 70,94 70,22

Nasional
86,53 88,07

74 73 72 71 70 69 68

2008

2009

2010

2011

Sumber: BPS

Grafik 12 Perbandingan IPM Sulsel dan Nasional

Pada tingkat Provinsi Sulawesi Selatan indeks Pembangunan manusia tahun 2011 yang tertinggi adalah pada Kota Makassar mencapai 79,11 dan yang paling rendah indeks Pembangunan manusia adalah Kabupaten Jeneponto yang hanya mencapai 65,27, , sebagaimana grafik dibawah ini.

19

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Indek Pembangunan Manusia (IPM/HDI) Sulawesi Selatan Tahun 2011


Sulawesi Selatan Kota Palopo Kota Parepare Kota Makassar Toraja Utara Luwu Timur Luwu Utara Tana Toraja Luwu Enrekang Pinrang Sidrap Wajo Soppeng Bone Barru Pangkep Maros Sinjai Gowa Takalar Jeneponto Bantaeng Bulukumba Kepulauan selayar 0,00 20,00 40,00 60,00 72,14 76,85 78,19 79,11 70,15 73,11 74,69 72,29 74,42 74,84 73,80 72,74 71,04 72,23 70,77 71,19 69,89 71,74 70,16 71,29 69,09 65,27 70,66 71,77 70,00 80,00 100,00

Sumber : BPS

Grafik 13 Indeks Pembangunan Manusia Sulsel Tahun 2011

2. Laju pertumbuhan penduduk

Laju

pertumbuhan

penduduk

merupakan

angka

yang

menunjukan

tingkat

pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Jumlah penduduk secara nasional sesuai sensus tahun 2010 mencapai mencapai 237.641.326 orang dan termasuk jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 8.034.776 orang. orang Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 3,4 persen dari penduduk nasional (lihat grafik).

20

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Perbandingan Jumlah Penduduk

250.000
200.132

237.641

200.000 150.000 100.000 50.000


7.159 8.035

Sulsel Nasional

2000
Sumber: BPS

2010

Grafik 14 Perbandingan Jumlah Penduduk Sulsel dengan Nasional

Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Selatan dapat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk nasional untuk dua periode yaitu periode tahun 1990 1990-2000 dan periode 2000-2010. 2010. Pada periode 1990-2000 1990 2000 laju pertumbuhan penduduk nasional dibandingkan dengan Sulawesi Selatan perbedaannya sekitar 0.04 persen. Pada periode selanjutnya yaitu periode 2000-2010 2000 justru terjadi perbedaan laju pertumbuhan yang jauh yaitu sekitar 0,32 persen. Pada periode ini pula justru laju pertumbuhan penduduk nduduk nasional yang lebih besar. (lihat Grafik).
Laju Pertumbuhan Penduduk % Pertahun
1,48 1,44 1,49 1,17

1,5 1 0,5 0

Sulsel Nasional

1990-2000

2000-2010

Sumber: BPS

Grafik 15 Laju Pertumbuhan Penduduk % Pertahun

3. Ketenagakerjaan Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja. kerja baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Jumlah angkatan
21

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

kerja Sulawesi Selatan pada bulan Februari 2010 sebesar 3.536.893 orang dan pada periode yang sama tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 3.634.355 orang, dan pada periode yang sama tahun 2012 jumlah angkatan kerja juga mengalami kenaikan menjadi 3.642.426 orang, namun pada periode yang sama tahun 2013 justru jumlah angkatan kerja mengalami penurunan menjadi 3.619.993. Berbeda dengan jumlah angkatan kerja jumlah penduduk yang bekerja di Sulawesi Selatan kecenderungannya terus mengalami kenaikan yaitu pada periode yang sama bulan Februari 2010 sebesar 3.276.523 orang, pada bulan Februari 2011 naik menjadi sebesar 3.391.334, pada bulan Februari 2012 naik menjadi 3.407.181 orang, dan terus naik pada bulan yang sama tahun 2013 menjadi 3.408.979 orang. Trend kenaikan ini ditengarai sebagai imbas dari meningkatnya investasi yang menciptakan banyak lapangan kerja sehingga menyerap banyak pula tenaga kerja. (lihat grafik)
Angkatan Kerja dengan Jumlah Pekerja (Pebruari) Ribuan
3.700 3.600 3.500 3.400 3.300 3.200 3.100 3.000
3.409 3.407 3.391 3.620 3.642 3.634

3.537

3.277

Angkatan Kerja Februari-13 Februari-12


Sumber: BPS

Yang Sudah bekerja Februari-11 Februari-10

Grafik 16 Perbandingan Angkatan Kerja dengan Jumlah Pekerja di Sulawesi Selatan

Angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sulawesi Selatan pada bulan Februari 2013 sebesar 5,8 persen mengalami penurunan dari bulan Februari 2012 yaitu 6,46 persen. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tahun 2012 juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu bulan Februari 2011 sebesar 6,69 persen. Dan seterusnya bila dibandingkan dengan periode yang sama bulan Februari 2010 tingkat pengangguran terbuka turun menjadi sebesar 7,99 mengalami penurunan yang cukup besar. Penurunan ini mengindikasikan bahwa perekonomian Sulawesi Selatan masih cukup baik dalam mengatasi pengangguran.(lihat grafik)
22

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tingkat Pengangguran Terbuka (% Pebruari/tahun)

12 10 8 6 4 2 0

10,49 8,74 7,99 6,69 6,46 5,8

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber: BPS

Grafik 17 Tingkat Pengangguran Terbuka Sulawesi awesi Selatan

4. Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan suatu daerah dapat diukur dari presentase penduduk miskin di daerah tersebut. Angka kemiskinan di Sulawesi Selatan terus menunjukkan penurunan. Hingga September 2012, penduduk miskin mencapai 805,92 ribu orang atau 9,82%. Penduduk miskin Sulawesi Sulawesi Selatan masih banyak didominasi oleh penduduk pedesaan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan rata-rata rata rata mencapai 3 kali atau lebih dibanding di perkotaan. Angka kemiskinan di perkotaan terlihat berfluktuasi, sempat menurun dari 4,7% di tahun 2010 dan 4,61% 4,61% di tahun 2011 menjadi 4,31% pada Maret 2012, lalu kembali naik menjadi 4,44% pada September 2012. Penduduk miskin di perkotaan relatif lebih sedikit dibanding di pedesaan. Peningkatan penduduk miskin perkotaan bisa jadi akibat adanya urbanisasi dari des desa ke kota. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut terkait dengan permasalahan sosial dan pengendalian urbanisasi. Pada grafik angka kemiskinan Sulawesi Selatan terlihat penurunan yang terus menerus pada jumlah penduduk miskin di pedesaan dari 14,88% 14,88% di tahun 2010 menjadi 12,93% di tahun 2012. Hal ini harus terus menerus diperhatikan karena jumlah penduduk miskin di pedesaan yang lebih besar dibanding perkotaan dapat memacu meningkatnya urbanisasi. Perlu dilaksanakan upaya yang terpadu untuk mengembangkan bangkan kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan daerah agar tercipta banyak lapangan kerja di pedesaan. Dengan demikian dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan, serta meningkatkan
23

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

minat masyarakat untuk untuk menekuni dan memajukan sektor pertanian dan usaha di daerahnya masing-masing.
14,88
14,00 12,00

13,57 11,60 10,29

13,46

12,93

Persentase

10,00 8,00 6,00

10,11

9,82

4,70
4,00

4,61

2010 Kota Desa Rata2 4,70 14,88 11,60

2011 4,61 13,57 10,29


Sumber :BPS

4,31 Mar-12

4,44 Sep-12

4,31 13,46 10,11

4,44 12,93 9,82

Grafik 18 Angka Kemiskinan Sulawesi Selatan

Untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah telah melaksanakan Program Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dicanangkan sejak tanggal 2 Februari 2012 dengan melibatkan 13 (tiga belas) kementerian. Hal ini untuk merubah mind set masyarakat terutama sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta yang cenderung berperan sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Program ini berusaha mendorong generasi muda menjadi wirausaha handal. Bank Indonesia juga memberikan dukungannya kepada program tersebut dengan turut serta dalam penciptaan wirausaha baru. Hal ini dilakukan dengan menciptakan kegiatan atau pusat aktivitas ekonomi yang secara langsung akan menurunkan tingkat pengangguran. Percepatan penciptaan lapangan wirausaha baru, dilakukan melalui program pengembangan wirausaha bertemakan green entrepreneurship program: reduce, reuse dan recycle atau dapat disebut juga Wirausaha Ramah Lingkungan. Tema ini sesuai dengan semakin meningkatnya kesadaran konsumen dan masyarakat terhadap berbagai produk ramah lingkungan. Berbagai pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dilakukan guna mencetak wirausaha baru yang akhirnya akan tercipta nasabah potensial bagi industri perbankan ke depan.

24

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

B. Perkembangan indikator sektoral terpilih 1. Kesehatan Salah satu indikator penting dalam rangka mengukur perkembangan suatu daerah adalah indikator sektor kesehatan. Semakin banyak fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersedia di daerah tersebut maka akses terhadap fasilitas kesehatan akan semakin mudah. Dalam grafik sarana kesehatan di bawah bawah ini tampak terdapat peningkatan sarana kesehatan di Sulawesi Selatan. Rumah sakit meningkat dari 74 buah pada tahun 2008 menjadi 76 buah pada tahun 2012. . Puskesmas dari 303 buah di tahun 2009 meningkat menjadi 425 42 di tahun 2012.

Puskel

407 348 348 399 1.134 1.267 1.210 1.210 1.284 425 423 413 401 393
76 77 73 73 74

Pustu

2012 2011 2010 2009 2008

Puskesmas

RS

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

Sumber: BPS

Grafik 19 Sarana Kesehatan di Sulawesi Selatan

Jumlah total tenaga kesehatan di Sulawesi Selatan juga meningkat pesat. Tahun 2008 berjumlah 11.447 menjadi 15.425 tenaga kesehatan pada tahun 2012. Peningkatan terbesar ada pada tenaga perawat dari 7.049 di tahun 2008 meningkat menjadi 9.154 tenaga perawat. Penurunan jumlah tenaga kesehatan terjadi pada Bidan dan Dokter.
25

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

15.425
15.792

Total
11.447 9.154 8.893

13.230 13.230

Perawat

7.796 7.796 7.049 3.771 4.413 2.821 2.821 2.517 2.119 2.851 2.613 2.613 1.881

2012 2011 2010 2009 2008

Bidan

Dokter

2.000

4.000

6.000

8.000 10.000 12.000 14.000 16.000

Sumber: BPS (2008-2011), Bank Data Depkes (2012)

Grafik 20 Tenaga Kesehatan di Sulawesi Selatan

2. Pendidikan Angka partisipasi sekolah (APS) di Sulawesi Selatan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Grafik berikut menunjukkan angka partisipasi sekolah berdasarkan kelompok umur dari tahun 2009 s.d. 2011.
20,40
2011

56,66 84,04 18,64

2010

53,00 82,63 15,79

19-24 16-18 13-15

2009

51,67 80,96
0 20 40 60 80 100

Sumber: BPS Pusat

Grafik 21 Angka Partisipasi Sekolah Sulawesi Selatan 26

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Angka partisipasi sekolah pada kelompok umur 13-15 tahun terus mengalami peningkatan dari 80,96% tahun 2009, 82,63% tahun 2010 dan 84,04 pada tahun 2011. Angka partisipasi sekolah pada kelompok umur 16-18 tahun terus mengalami peningkatan dari 51,67% tahun 2009, 53% tahun 2010 dan 56,66 pada tahun 2011. Angka partisipasi sekolah pada kelompok umur 19-24 tahun terus mengalami peningkatan dari 15,79% tahun 2009, 18,64% tahun 2010 dan 20,40 pada tahun 2011. Data Angka partisipasi sekolah menurut kelompok umur dalam tingkat pendidikan berdasarkan Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional 2011 adalah sebagai berikut:
100,00

96,88

97,16 89,42 84,04

90,00

80,00 2010 70,00

64,15
60,00

2011

56,66
50,00 7-12 13-15
Sumber: BPS

16-18

Grafik 22 Angka Partisipasi Sekolah Sulawesi Selatan

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok umur 7-12 tahun (jenjang pendidikan SD) terjadi peningkatan dari 96,88% pada 2010 menjadi 97,16% pada 2011. Pada kelompok umur 13-15 tahun (jenjang pendidikan SMP) terjadi penurunan dari 89,42% di 2010 menjadi 84,04% di 2011. Penurunan juga dialami pada kelompok umur 16-18 tahun (jenjang pendidikan SMU) dari 64,15% tahun 2010 menjadi 56,66% tahun 2011. Tampak jelas pembangunan di sektor pendidikan Sulawesi Selatan perlu mendapat perhatian lebih untuk menurunkan jumlah anakanak yang masih belum bersekolah khususnya pada kelompok umur 13-15 tahun yang pada tahun 2011 masih cukup tinggi yaitu sebanyak 15,06%. Perlu ditempuh langkah-langkah untuk mengalokasikan dana pendidikan yang optimal dan efektif yang difokuskan pada permasalahan tersebut.

27

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

2011

4,84 11,93

27,61

2010

4,04 12,25

45+

29,21

15-44 15+

2009

4,72

12,98

30,02

-4

11

16

21

26

31

Sumber: BPS

Grafik 23 Tingkat Buta Huruf Masyarakat Sulawesi Selatan

Untuk jumlah penduduk yang buta huruf masih cukup tinggi di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2011 masih terdapat penduduk yang buta huruf sebanyak 11,93% pada usia s.d. 15 tahun, 4,84% pada usia 15-44 tahun dan 27,61% pada kelompok umur di atas 45 tahun. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama pemerintah daerah kabupaten/kota agar bersinergi untuk menurunkan angka buta huruf dikalangan masyarakat tersebut. Upaya ini dapat dilakukan dengan memberdayakan lembagalembaga sosial masyarakat setempat untuk secara informal mengadakan pendekatan kepada masyarakat agar mau belajar membaca dan menulis.
25,00 20,00

23,57

16,03
15,00 10,00 5,00 0,00 SD/MI

16,44 14,01 12,64

17,40

2010 2011

SLTP/MTs

SLTA/MA

Sumber: BPS

Grafik 24 Rasio Murid-Guru di Sulawesi Selatan 28

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Berdasarkan grafik di atas, rasio murid-guru uru untuk semua jenjang pendidikan di Sulawesi Selatan semakin meningkat. Hal ini berarti meningkatnya jumlah murid tidak diimbangi dengan meningkatnya jumlah guru. Belum ada rasio standar terkait rasio guru dan murid. Bila tidak memungkinkan untuk menambah jumlah guru, maka dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas kompetensi guru dan sarana prasarana belajar mengajar.

350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 SD/MI

319,30 294,70 267,10 212,80 186,90 161,50


2010 2011

SLTP/MTs
Sumber: BPS

SLTA/MA

Grafik 25 Rasio Murid Sekolah di Sulawesi Selatan

Jumlah rasio murid-sekolah sekolah juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat un untuk tuk menyekolahkan anak. 3. Pertanian Sektor pertanian Sulawesi Selatan adalah penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2012 mencapai 20 persen dari total jumlah PDRB seberar Rp159 triliun. Terdapat sejumlah komoditi unggulan yang ditetapkan pemerintah daerah, diantaranya beras, jagung, kakao, udang dan rumput laut. Hal ini didukung oleh meningkatnya jumlah petani di Provinsi Sulawesi Selatan 1.469.245 pekerja pada Agustus 2011 menjadi 1.475.783 pekerja pada Agustus 2012 (termasuk sektor perkebunan, bunan, kehutanan, peternakan dan perikanan). Kemajuan sektor pertanian tersebut selayaknya berdampak pada meningkatnya kesejahteraan petani yang ditunjukkan dengan meningkatnya Nilai Tukar Petani. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan angka perbandingan antara a indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Dalam gra grafik tampak perbandingan NTP Prov. Sulawesi Selatan Triwulan I 2011-2013. 2011 2013.
29

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

109,00 108,00

108,15
107,86

108,01

107,83

Nilai NPT

107,00 106,00 105,00 104,00 103,00

107,26

107,22

105,32 104,68 103,75

2 108,01 107,26 104,68


Sumber : BPS

3 107,83 107,22 105,32

2013 2012 2011

108,15 107,86 103,75

Grafik 26 Tampak perbandingan NTP Sulawesi Selatan Triwulan I 2011-2013.

NTP Propinsi Sulawesi Selatan tercatat mengalami sedikit penurunan 0,02 dalam Triwulan I 2013 namun relatif meningkat signifikan dibanding 2011 dan 2012. NTP biasanya mengalami trend peningkatan pada triwulan berikutnya sebagaimana ditunjukkan NTP 2011-212 dalam grafik berikut.
109,00 108,00

Nilai NPT

107,00 106,00 105,00 104,00 103,00

10

11

12

2013 108, 108 107, 2012 107, 107, 107, 107, 107, 108, 108, 108, 108, 108, 108, 108, 2011 103, 104, 105, 106, 107, 108, 108, 108, 107, 108, 108, 108,
Sumber: BPS

Grafik 27 Perbandingan NTP Sulawesi Selatan Tahun 2011, 2012 dan triwulan I-2013.

Hal ini menunjukkan adanya pengaruh efektivitas pelaksanaan pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan dalam menunjang peningkatan kesejahteraan di sektor pertanian.
30

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

4. Transportasi Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian suatu daerah. Dengan meningkatnya ketersediaan jalan maka kegiatan ekonomi akan meningkat, mobilitas orang dan barang akan semakin cepat. Ketersediaan jalan akan diikuti oleh peningkatan volume kendaraan di suatu daerah yang bisa jadi merupakan pertanda meningkatnya kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.
35.000,00 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00
1.556,00 1.531,00 1.147,51 1.260,00 29.616,00 28.979,00 31.770,00 32.319,51

2010 2011

Negara

Prov
Sumber: BPS

Kab

Jumlah

Grafik 28 Panjang Jalan di Sulawesi Selatan

Panjang jalan di Sulawesi Selatan mengalami penambahan sejak 2010 hingga 2011. Total panjang jalan bertambah sebanyak 1,70% dari 2010 sepanjang 31.770 KM menjadi 32.319,51 KM pada tahun 2011. Banyaknya kendaraan bermotor di Sulawesi Selatan meningkat dari tahun ke tahunnya. Grafik berikut menunjukkan perkembangan kendaraan bermotor di Sulawesi Selatan.
96.111 8.862 183.129 34.250 23.855 161.257 31.954 35.822 136.352 31.049 33.868 121.448 26.095 31.122 101.412 1.166.113 1.898.161

2011

1.655.489

2010

1.538.733

Motor Truck

2009

1.426.875

Bus Mobil Penumpang

2008

2007
0

500.000

1.000.000
Sumber: BPS

1.500.000

2.000.000

Grafik 29 Perkembangan Kendaraan di Sulawesi Selatan 31

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Terlihat bahwa semua jenis kendaraan jumlahnya meningkat dengan pesat kecuali Bus yang mengalami penurunan hingga 4 kali lipat dari 31.122 unit di 2007 menjadi 8.862 unit di 2011. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena ketersediaan angkutan umum berupa Bus baik dalam kota maupun luar kota dapat menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan dan menghemat penggunaan BBM yang sebagian besar menggunakan BBM bersubsidi.

5. Konstruksi
Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat juga melalui pembangunan gedung, mal, waduk, sarana olah raga seperti stadion, jembatan serta bangunan lainnya. Selain itu indikator ini dapat dilihat juga dari semakin banyaknya jumlah perusahaan konstruksi serta banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor konstruksi.

Nilai Konstruksi
8.000.000.000

7.773.816.977
7.000.000.000

6.408.649.385
6.000.000.000

5.349.241.103
5.000.000.000

2009

2010
Sumber: BPS

2011

Grafik 30 Nilai Konstruksi yang Dikerjakan di Sulawesi Selatan

Grafik di atas menunjukkan perkembangan nilai konstruksi yang dikerjakan perusahaan-perusahaan konstruksi di Sulawesi Selatan. Nilainya terus meningkat dari tahun 2009 s.d. tahun 2011. Peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2011 tersebut sebanyak 31,19%.

32

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Jumlah Perusahaan
9.000 8.500 8.000 7.500 7.000 6.500 6.000 5.500 5.000

8.669 7.414 7.128

2009

2010
Sumber: BPS

2011

Grafik 31 Jumlah Perusahaan Konstruksi di Sulawesi Selatan

Hal sebaliknya terjadi pada jumlah perusahaan konstruksi di Sulawesi Selatan yang mengalami penurunan. Pada tahun 2009 jumlah perusahaan konstruksi sebanyak 8.699 buah namun tinggal 7.128 perusahaan konstruksi pada tahun 2011.

33

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

BAB IV PERKEMBANGAN FISKAL REGIONAL


A. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat 1. Pendapatan dan Hibah Pada 2013, Kementerian Keuangan merencanakan rasio pajak nasional sebesar 12,7 persen atau naik 0,8 persen dari rencana rasio pajak 2012 sebesar 11,9 persen, sedangkan rasio pajak 2011 adalah 11,8 persen dan 2010 sebesar 11,3 persen. Oleh karena itu akan ditempuh sejumlah langkah untuk mengoptimalkan pungutan pajak, yaitu pembenahan pelayanan dan administrasi, peningkatan dan perluasan basis pajak, penyusunan data pajak yang terintegrasi, terintegrasi, perbaikan regulasi perpajakan, dan peningkatan pengawasan pungutan pajak. Perkembangan realisasi pendapatan negara dan hibah Triwulan I TA 2013 di Sulawesi Selatan mencapai Rp1,712 Rp triliun terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp1,437 triliun. un. Penerimaan PNBP Rp0,275 triliun un dan hibah Rp382 juta. Komponen penerimaan pada triwulan I tahun 2013 mengalami perubahan yang cukup menjanjikan jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012. Pajak Penghasilan yang terkumpul sejumlah Rp772 miliar meningkat sebesar 15,74 15,74 persen dibanding triwulan I 2012 sejumlah Rp667 miliar. PPN meningkat tipis dari Rp586 miliar di triwulan I 2012 menjadi Rp590 miliar di triwulan I 2013. Bea masuk mengalami penurunan dari Rp18 miliar di 2012 menjadi 9 miliar di 2013 (turun 50%) sedan sedangkan Bea keluar naik dari Rp13 miliar di 2012 menjadi Rp42 miliar. Hal ini menunjukkan ekspor Sulawesi Selatan lebih tinggi dibandingkan impor.

0,28

918,00 1.437

Hibah PNBP

Triwulan I

Pajak

500

1.000

1.500

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran-Kanwil Anggaran Kanwil DJPB Prov. Sulsel

Grafik 32 Tren Pendapatan Negara dan Hibah Triwulan I TA 20 2013

34

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Pada TA 2012, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp7,956 triliun yakni sebesar 244,27 persen dari yang ditargetkan Rp3,257 triliun. Angka ini naik dari realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2011 yang mencapai Rp7,033 triliun. Realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2012 tersebut berasal dari realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp6,826 triliun, realisasi PNBP sebesar Rp1,089 triliun, dan realisasi hibah sebesar Rp41 miliar. Sama seperti tahun sebelumnya, Pendapatan negara dan hibah tahun 2012 masih didominasi oleh penerimaan perpajakan yakni 85,80% persen dari total penerimaan, yang diikuti dengan realisasi PNBP sebesar 13,69% persen dan realisasi hibah sebesar 0,51 persen. Penerimaan Perpajakan terealisasi sebesar Rp6,826 triliun meningkat dari realisasi tahun 2011 sebesar Rp6,111 triliun. Perlambatan ekonomi domestik dan global terkait krisis dunia yang terjadi, berdampak pada menurunnya penerimaan dari PPn-BM dan Bea Keluar. Penerimaan PPn-BM tahun 2012 minus Rp127 juta dibandingkan pada tahun 2011 yang berjumlah Rp6,4 miliar. Pendapatan Bea Masuk 2012 Rp72,364 miliar naik sebesar 42,99% dibanding tahun 2011 sejumlah Rp50,608 miliar menandakan naiknya nilai impor Sulawesi Selatan yang signifikan. Sebaliknya Pendapatan Bea Cukai Tahun 2012 sebesar Rp100,056 miliar menurun sebesar 46,24% dari tahun 2011 sejumlah Rp146,329 miliar yang menandakan menurunnya ekspor dari Sulawesi Selatan. Dengan demikian, tax ratio regional Sulawesi Selatan yakni rasio penerimaan pajak pusat terhadap PDRB tahun 2012 mengalami penurunan menjadi sebesar 4,28 persen, dibandingkan tax ratio tahun 2011 sebesar 4,45 persen terhadap PDRB.

Rasio Penerimaan Pajak Pusat Dibanding PDRB Sulawesi Selatan


4,50 4,40 4,30 4,20 4,10 4,00 3,90 3,80

4,45 4,28

4,04

2010
rasio

2011
Linear (rasio)

2012

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran & BPS

Grafik 33: Tren Tax Ratio Regional Tahun 2010 - 2012 35

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Kebijakan umum perpajakan dilaksanakan berupa program intensifikasi perpajakan, program ekstensifikasi perpajakan, dan law enforcement. Kebijakan intensifikasi dilakukan (OPDP). Kebijakan ekstensifikasi pada tahun 2012 ditujukan untuk memperluas basis pajak melalui perluasan sasaran pada sektor properti untuk perumahan dan apartemen. Untuk kebijakan law enforcement dalam tahun 2012, dilakukan dengan melanjutkan program pemeriksaan yang dititikberatkan pada perorangan dan badan hukum. Selain itu, law enforcement juga dilakukan melalui penagihan yang difokuskan kepada penertiban administrasi penagihan, serta pemetaan dan pengelompokan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Langkah-langkah dalam usaha meningkatkan penerimaan perpajakan tahun 2012 juga dilakukan dengan melaksanakan Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP), Sensus Pajak Nasional untuk menggali potensi perpajakan dengan menargetkan 2 juta Wajib Pajak bisa terdata atau meningkat dari target 2011 yaitu sebesar 900 ribu Wajib Pajak, memberikan keringanan perpajakan bagi masyarakat berupa rencana kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), penetapan sumbangan umat Hindu sebagai pengurang pajak, dan pembebasan PPN untuk rumah murah. Rasio Penerimaan Pajak Pusat dengan PDRB Per Triwulan Tahun 2011-2013 Perbandingan penerimaan pajak pusat dengan PDRB Sulawesi Selatan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 6 Perbandingan Penerimaan Pajak Pusat dengan PDRB Sulawesi Selatan

antara

lain

melalui

kegiatan

mapping,

profiling,

benchmarking,

pemanfaatan data pihak ketiga, dan Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan

2011-I 2011-II 2011-III 2011-IV 2012-I 2012-II 2012-III 2012-IV 2013-I

PDRB 32,118.90 34,615.00 35,994.00 34,615.80 36,075.50 39,994.28 41,630.20 40,966.03 42,661.00

PAJAK 1,167.82 1,446.49 1,423.02 2,004.95 1,315.28 1,553.60 1,581.60 2,284.10 1,437.22

% 3.64% 4.18% 3.95% 5.79% 3.65% 3.88% 3.80% 5.58% 3.37%

Data-data tersebut dapat dideskripsikan dalam grafik sebagai berikut.

36

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Perbandian Penerimaan Pajak Pusat - PDRB Sulsel Per Triwulan 2011 - 2013
45.000,00 40.000,00 35.000,00 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 PDRB PAJAK

3.64%

4.18% 3.95%

5.79%

3.65%

3.88% 3.80%

5.58% 3.37%

2011-I 2011-II 2011-III 2011-IV 2012-I 2012-II 2012-III 2012-IV 2013-I


Sumber : Laporan Realisasi APBN, BPS

Grafik 34 Perbandingan Penerimaan Pajak Pusat - PDRB Sulawesi Selatan Per Triwulan 2011 - 2013

Dari grafik dapat dilihat bahwa rasio penerimaan pajak pusat dengan PDRB cenderung konstan dalam kisaran 3-6%. Apabila dilihat perkembangan PDRB pertriwulan Sulawesi Selatan dari tahun 2011 s.d. Triwulan I 2013, tampak bahwa PDRB Sulawesi Selatan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Secara agregat peningkatan PDRB Sulawesi Selatan dari Triwulan I 2011 ke Triwulan III 2013 adalah sebesar 32,82% atau rata-rata meningkat 6,56% setiap triwulannya. Grafik berikut menggambarkan perkembangan penerimaan pajak dibandingkan PDRB dalam Triwulan I Tahun 2011-2013. Dapat dilihat bahwa penerimaan pajak pusat triwulan I tahun 2013 menurun dibanding triwulan I tahun 2011 dan 2012, sedangkan perkembangan PDRB triwulan I tahun 2013 meningkat signifikan dibanding Triwulan I tahun 2011 dan 2012.

37

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

45.000,00 40.000,00

Rasio Pajak Pusat - PDRB Triwulan I


36.075,50

42.661,00

35.000,00 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00

32.118,90

3.64% Tri I-2011

3.65%

3.37% Tri I-2013

PDRB PAJAK Linear (PDRB)


-

Tri I-2012

Sumber: LKPP Grafik 35 Rasio Pajak Pusat Terhadap PDRB Sulsel Triwulan I 2011- Triwulan I 2013

Mencermati data-data ini maka dapat dikatakan bahwa kinerja penerimaan pajak pusat di Sulawesi Selatan belum optimal dalam menangkap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang terbilang cukup tinggi dan stabil. Secara kasar dapat diketahui potensi penerimaan pajak dari PDRB tersebut. Contoh: pada Triwulan I 2013 dengan PDRB Rp42 triliun, bila dipukul rata penerimaan PPN 10% dari PDRB maka setidaknya didapatkan PPN sekitar Rp4,2 triliun, bila rata-rata penerimaan PPH sebesar 5% maka didapatkan Rp2,1 triliun. Dengan demikian ada kemungkinan masih banyak potensi penerimaan pajak pusat yang belum digali optimal ataupun sosialisasi dalam rangka kepatuhan membayar pajak masih belum sesuai yang diharapkan. Penerimaan PNBP dan hibah tahun 2012 mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun 2011. Realisasi PNBP tahun 2012 sebesar Rp1,089 triliun tercapai lebih besar dari target APBN sebesar Rp555 triliun. Realisasi PNBP ini naik sebesar 18,63 persen dari realisasi PNBP tahun 2011 senilai Rp918 triliun. Adapun realisasi PNBP tahun 2012 yang terbesar berasal dari Pendapatan Jasa Layanan Umum BLU Rp0,612 triliun, Pendapatan Jasa Rp0,206 triliun dan Pendapatan Pendidikan Rp0,108 triliun. Realisasi PNBP lainnya tahun 2012 terealisasi senilai Rp77,742 miliar. Angka ini naik 51,11 persen dari realisasi PNBP lainnya tahun 2011 yang mencapai nilai Rp51,788 miliar.
38

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Realisasi Pendapatan BLU sepanjang tahun 2012 20 mencapai Rp Rp658,267 miliar. Realisasi tersebut berasal dari realisasi pendapatan jasa layanan umum sebesar Rp612,372 miliar, , realisasi pendapatan hibah layanan umum senilai Rp6,457 Rp6 miliar, realisasi pendapatan hasil kerja sama BLU Rp34,119 Rp34 miliar dan realisasi pendapatan BLU lainnya Rp5,318 318 miliar. Adapun perkembangan pendapatan negara dan hibah selama tahun 20 2012 dapat dilihat dari Grafik 36.

40,98

Triwulan IV
0,45

336,89 2.284 315,59

Triwulan III
-

1.581
222,84

Hibah PNBP

Triwulan II
-

1.553
243,88

Pajak

Triwulan I

1.315

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran-Kanwil Anggaran Kanwil DJPB Prov. Sulsel

Grafik 36 Pendapatan Negara dan Hibah per Triwulan Tahun 2012

BOX 1 Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak dengan PDRB dan Alokasi APBN Provinsi Sulawesi Selatan 1. Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak dengan PDRB Penerimaan pajak di Sulawesi Selatan 3 tahun terakhir yaitu 2010 s.d. 2012 mengalami fluktuasi. Data Penerimaan Penerimaan Pajak (dalam milyar) sebagaimana tabel berikut: 2010 Penerimaan Pajak 4.760 2011 6.111 2012 6.826

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan secara bertahap. Data PDRB Sulawesi Sulawesi Selatan (dalam miliar) ar) sebagaimana tabel berikut: 2010 PDRB 117,862 2011 137,390 2012 159,427 39

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Sebagaiman kita ketahui rasio pajak yang sering dipublikasikan adalah rasio pajak nasional yang merupakan perbandingan dari penerimaan pajak di seluruh Indonesia dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto Indonesia secara keseluruhan. Rasio Pajak nasional tahun 2010 s.d. 2012 adalah sebagaimana tabel berikut: 2010 2011 11,8 2012 11,9

Rasio Pajak Nasional

11,3

Untuk mendapatakan Rasio Pajak Regional Sulawesi Selatan, maka diperbandingan antara penerimaan pajak pusat di Sulawesi Selatan dengan PDRB Sulawesi Selatan, maka didapatkan rasio pajak regional Sulawesi Selatan sebagai berikut: Dalam Triliun Penerimaan Pajak 2010 4.760 117.862 4,04 2011 6.111 137,390 4,45 2012 6.826 159,427 4,28

PDRB Rasio Pajak Regional

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rasio pajak regional Sulawesi Selatan masih jauh dibawah rasio pajak nasional. Oleh karena itu perlu ditempuh langkah-langkah dalam rangka lebih mengoptimalkan penerimaan pajak pemerintah pusat dari sektor-sektor yang berpotensi dan belum digali secara optimal. 2. Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak dengan Alokasi APBN Analisa ini mencoba mencari seberapa besar pajak yang dipungut pemerintah pusat di Sulawesi Selatan dikembalikan dalam bentuk alokasi APBN. Data penerimaan pajak yang sama seperti dalam rasio pajak regional Sulawesi Selatan dibandingkan dengan alokasi anggaran negara yang dikucurkan untuk Sulawesi Selatan. Data alokasi APBN untuk Sulawesi Selatan tahun 2011 s.d. 2012 adalah sebagai berikut:
2011 15.402 12.899 85,990 2012 16.038 14.222 35,763

Pagu APBN Prov. Sulsel (dalam miliar) Realisasi Blokir

Perbandingan penerimaan pajak dengan Pagu anggaran adalah sebagai berikut:


2011 2012 16.038 6.826 2,35

Pagu APBN Prov. Sulsel (dalam milyar) Penerimaan Pajak Rasio (%)

15.402 6.111 2,52

Perbandingan penerimaan pajak dengan Realisasi anggaran adalah sebagai berikut:


40

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

2011

2012 14.222 6.826 2,08

Realisasi APBN Prov. Sulsel (Dalam Milyar) Penerimaan Pajak Rasio (%)

12.899 6.111 2,11

Perbandingan penerimaan pajak dengan Pagu Belanja Modal adalah sebagai berikut:
2011 2012 6.178 6.826 0,91

Pagu Belanja Modal (dalam milyar) Penerimaan Pajak Rasio (%)

6.491 6.111 1,06

Perbandingan penerimaan pajak dengan Realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut:
2011 2012 4.724 6.826 0,69

Realisasi Belanja Modal (dalam milyar) Penerimaan Pajak Rasio (%)

4.303 6.111 0,70

Dari data-data diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bila dibandingkan dengan total alokasi APBN yang diberikan untuk Sulawesi Selatan, penerimaan perpajakan masih belum bisa menutupinya. 2. Bila dibandingkan dengan alokasi APBN pada belanja modal yang diberikan untuk Sulawesi Selatan, penerimaan pajak masih lebih besar dari alokasi belanja modal. Terkait hal ini mungkin perlu kajian lebih mendalam untuk mengupayakan peningkatan alokasi belanja modal bagi Sulawesi Selatan untuk pembangunan infrastruktur yang mendukung peningkatan perekonomian agar penerimaan pajak yang berasal dari Sulawesi Selatan dapat lebih dinikmati rakyat Sulawesi Selatan sehingga dapat memacu semangat taat membayar pajak bagi masyarakat di Sulawesi Selatan.

41

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

2. Belanja Negara Realisasi belanja negara di Sulawesi Selatan tahun 2012 terealisasi sebesar Rp 30,436 triliun atau 95,35 persen dari target APBN. Realisasi belanja negara berasal dari belanja pemerintah pusat senilai Rp 14,080 triliun atau 46,26 persen dari total belanja negara dan realisasi transfer ke daerah Rp 16,356 tril triliun atau 53,73 persen dari total belanja negara (lihat ( Grafik 37) ) Realisasi belanja negara tahun 20 2012 lebih rendah dari target APBN APBN-P sebesar Rp 31,918 triliun terutama akibat lebih rendahnya realisasi beberapa komponen belanja dari target antara lain belanja modal dan belanja barang. barang Dibandingkan dengan n tahun sebelumnya, angka realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja negara tahun 20 2011 yang berada di level Rp 30,233 triliun.

Realisasi Belanja 2012


46,26 53,73 Belanja Pemerintah Pusat Transfer Daerah

Sumber : LKPP dan DJPK

Grafik 37 Komposisi Belanja Negara TA 2012

Realisasi Belanja Triwulan I 2012


35,81 64,19 Transfer Daerah Belanja Pemerintah Pusat

Sumber : LKPP dan DJPK

Grafik 38 Komposisi Belanja Negara Triwulan I 2012

Realisasi belanja Negara triwulan I tahun 2013 di Sulawesi Selatan sebesar Rp 5,89 triliun un yang berasal dari APBN sebesar Rp 1,61 triliun tril dan yang terdiri dari belanja pegawai terealisasi sebesar Rp 0,97 triliun atau 20,86 % belanja barang terealisasi Rp 0,30 triliun atau 7,77 % dan belanja modal terealisasi Rp 0,28 triliun atau 5,93%, belanja sosial ial terealisasi sebesar Rp Rp. 0,049 triliun atau 3,56 % serta transfer ke daerah sebesar Rp 4,28 triliun.
42

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Realisasi Belanja Triwulan I 2013


27,34 72,66 Transfer Daerah Belanja Pemerintah Pusat

Sumber : LKPP dan DJPK

Grafik 39 Komposisi Belanja Negara Triwulan I 2013

Selama tahun 2012, , komposisi belanja Pemerintah Pusat adalah sebagai berikut: belanja pegawai terealisasi Rp 4,39 triliun atau 26,54 persen dari total belanja Pemerintah Pusat, realisasi belanja barang Rp 3,25 triliun atau 19,68 persen, realisasi belanja modal Rp 4,67 triliun atau 28,19 persen, dan realisasi belanja lain lainlain Rp 1,754 triliun atau 10,60 persen. Di tahun 2013, , alokasi belanja pegawai mengalami kenaikan. Belanja pegawai adalah pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap penyelenggara negara negara. Kenaikan kebijakan alokasi ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan alokasi belanja be barang tahun 2013 mengalami penurunan jika alokasi anggaran untuk gaji dan tunjangan dan kontribusi sosial. Sedangkan dibandingkan dengan tahun 2012 dan belanja modal mengalami peningkatan. peningkatan
Tabel 7 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja di Sulsel No. Jenis Belanja 2011 % 2012 % 2013 (triw I) %

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos Belanja Subsidi Belanja Lain-Lain Lain Jumlah

3.845 101,73 2.982 4.078 1.738 0 43 12.694 89,02 69,40 95,56 0


94,06

4.396 3.259 4.669 1.754 0 0 14.080

99,7 90,5 80,9 98,8 0 0 90,5

978 305 280 49 0 0 1.614

20,86 7,77 5,93 3,56 0 0 11

85

Sumber: LKPP

43

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Boks 2 Tren Penyerapan Anggaran Belanja TA 2012 di Sulawesi Selatan Penyerapan anggaran belanja yang cenderung tidak optimal dari tahun ke tahun dan tren penyerapannya yang cenderung menumpuk di triwulan IV menjadi beberapa isu penting dalam aspek pelaksanaan anggaran. Reformasi manajemen keuangan negara mengakomodasi kendala tersebut dengan memperkenalkan berbagai best practice terutama terkait dengan penganggaran dan realisasi anggaran serta beberapa aspek perbendaharaan lainnya yang menekankan pada manajemen kas yang efisien.

Tren Realisasi Belanja tahun 2011-2012


4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 287 247 437 705 369 501 830 907 1.073 671 1.381 994 933 942 1.226 1.073 1.055 1.148 1.395 1.110 1.407

2011

2012

3.200 3.656

1.230

Jan

Peb Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agus Sep

Okt

Nov

Des

Sumber: LKPP

Grafik 40 Tren Realisasi Belanja tahun 2011 dan tahun 2012 Pemerintah juga mencermati dan terus memperbaiki proses kerja yang ditengarai juga menjadi penyebab tren penyerapan yang tidak optimal. Salah satu kendala di area ini adalah proses pengadaan barang dan jasa yang rigid yang mensyaratkan procurement formalities dalam mekanisme pencairan dana serta kendala-kendala terkait dengan implementasi dari beberapa aturan terutama di perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaan. Untuk itu pada tahun 2012 pemerintah telah merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, dan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. Dan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190 tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara .sebagai pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134 tahun 2005. Dengan
44

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

penguatan treasury function dalam reformasi telah terobservasi bahwa tren penyerapan anggaran dari tahun ke tahun diharapkan semakin membaik.
600 500 400 300 200

540 81,7 73,7 376 335 268 291 36,7 28,8 21,5 12,8 349 48,9 401 58 65,8 342 348 356

89,4

99,7 453

100 80

337

323

320

335

60 40

20,86 13,7 6,89


20 0

100 -

6,2

Jan 2012

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep

Okt

Nov

Des

realisasi (milyar)

penyerapan (%)

Jan 2013

Peb

Mar

Sumber : LKPP

Grafik 41: Tren Belanja Pegawai Bulanan tahun 2012 dan tahun 2013

Tren belanja pegawai sepanjang tahun 2012 berfluktuasi dengan tingkat penyerapan tertinggi pada bulan Juni 2012 yakni sebesar Rp539,69 miliar. Selanjutnya, setelah bulan tersebut tren pencairan belanja pegawai relatif stabil dengan pencairan akhir tahun mencapai Rp 4.396,31 miliar. Tren penyerapan belanja pegawai tidak banyak berbeda dengan tren penyerapan belanja pegawai tahun sebelumnya yang juga mencapai titik tertinggi di bulan Juni yang disebabkan oleh pembayaran gaji bulan ke-13. Demikian juga triwulan I tahun 2013 triwulan I tahun 2012.
700

tren penyerapan belanja pegawai tidak begitu berbeda dengan

realisasi (milyar)
600 500

penyerapan (%) 72,1 62,7 54,9

661 90,5

100

80

400 300 200

352 273 187 16,3 10,3 233 22,8 32,5 39,4 248

46,6 260

340 298 281

60

40

168 44 1,1 94 4 8
20

110
100 -

17 0,42

3,3

Jan Peb Mar Apr Mei Jun 2012

Jul Agus Sep Okt Nov Des

Jan Peb Mar 2013

Sumber : LKPP

Grafik 42 Tren Belanja Barang Bulanan tahun 2012 dan tahun 2013

Realisasi belanja barang tahun 2012 terfluktuasi sepanjang tahun tren pencairan belanja barang mengalami kecenderungan naik dengan realisasi terendah di bulan Januari sebesar Rp 17 miliar dan mencapai puncaknya pada akhir tahun senilai Rp 660,75 miliar. Demikian
45

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

juga pada triwulan I tahun 2013 realisasi sangat rendah di bulan Januari hanya sebesar Rp. 43 miliar dan berangsur-angsur naik pada bulan Pebruari dan Maret 2013.
2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 60

1.881

100

realisasi (milyar)

penyerapan (%) 80,9

80

48,3 39 538 31,3 446 25,2 318 349 255 200 226 19,7 250 172 15,4 11,5 8
Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop
40

36 1 4,6 0,8
Jan Peb 2012

35 0,75 2,47
Des

82 5,92

163

20

Jan Peb 2013

Mar

Sumber: LKPP

Grafik 43 Tren Belanja Modal Bulanan TA 2012

Belanja modal yang berkontribusi sekitar 36,45 persen dari total belanja pemerintah pusat. Pada akhir tahun realisasi pencairan belanja modal melonjak tajam dibandingkan bulanbulan sebelumnya. Realisasi belanja modal bulan Desember 2012 mencapai Rp 1.880,58 miliar yakni 12,08 persen dari total pagu senilai Rp 5.774,18 miliar, atau 80,9 persen dari total realisasi senilai Rp 4.669,46 miliar. Demikian juga triwulan I tahun 2013 penyerapan belanja modal tidak begitu berbeda dengan triwulan I tahun 2012.
300 250 200 150 100

tren

98,8

realisasi (milyar) penyerapan (%)


174 156 160

263 76,5 68,4 174 52,2 42,4 59,8 153 134 144

87,3 205

100 90 80 70 60 50 40 30 48 0 0 0,14 2 3,55 20 10 0

192

27,6 14,5 18,6

50

0 0
0

0 0

Jan 2012 Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agus Sep

Okt

Nop

DesJan 2013Peb

Mar

Sumber : LKPP

Grafik 44 Tren Belanja Sosial Bulanan TA 2012

Tren belanja bansos pada bulan Januari dan Februari hampir tidak ada realisasi namun meningkat pada bulan Maret dan mencapai puncak pada bulan Juni realisasinya mencapai Rp. 263,29 miliar dan kemudian realisasi semakin menurun dan sampai dengan akhir tahun terealisasi Rp 1.754,89 miliar atu mencapai 98,8 persen. Demikian juga triwulan I tahun

46

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

2013

tren penyerapan belanja sosial tidak begitu berbeda dengan triwulan I tahun 2012

yaitu pada bulan Januari tidak ada penyerapan dan pada bulan Pebruari dan Maret penyerapannya sangat rendah. Adapun penyerapan anggaran belanja selain dapat dikaji melalui tren serapan per bulan (lihat boks 2) juga dapat dikaji terhadap pagu yang dialokasikan. Kajian serapan terhadap pagu juga dapat dikaitkan dengan akuntabilitas keuangan negara. Realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi dialokasikan melalui belanja yang dikelola oleh Kementerian Teknis dan belanja yang dikelola oleh Bendahara Umum Negara (BUN). Adapun rasio penyerapan anggaran khusus yang dikelola oleh K/L terlihat pada Grafik 44. Selama tahun 2012, secara kumulatif lebih dari 70 persen total K/L mampu merealisasikan anggarannya di atas 80 persen dari pagu. Terdapat juga beberapa K/L yang memiliki daya serap rendah khususnya K/L yang memiliki alokasi pagu yang relatif rendah. Pada grafik juga terlihat bahwa dua K/L yang memiliki pagu terbesar memiliki tingkat serapan yang cukup tinggi berada di atas 90 persen dan dua K/L yang memiliki pagu terbesar memiliki serapan di bawah 90 persen.

140,00 120,00
Rasio Penyerapan

100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500
Pagu tahun 2012 (miliar)
Sumber : LKPP dan DJPK

Grafik 45 Plot Diagram Rasio Penyerapan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga

47

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Boks 3 Realisasi Proyek-Proyek Proyek Strategis APBN Tahun 2011, Tahun 2012 dan Triwulan I Tahun 2013 Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat Pada Proyek-Proyek Proyek Proyek Strategis Tahun 2011 Pada tahun 2011 terdapat 6 (enam) satker yaitu Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Akademi i Teknik Keselamatan Penerbangan Makassar, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin Makassar dan Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku dan Papua, memiliki penyerapan anggaran yang rendah. Beberapa diantaranya adalah satker-satker satker yang mengelola proyek-proyek proyek proyek strategis. Total pagu 6 satker tersebut sebesar Rp 3,53 triliun namun hanya dapat direalisasikan sebesar 49,81% dan menyisakan dana sebesar 50,19%.

Total Pagu Satker 2011 Yang Realisasi Rendah


4.000.000.000.000 3.000.000.000.000 2.000.000.000.000 1.000.000.000.000 0

1.772.789.27 7.983 1.759.306.57 Sisa 6.017

Total Pagu = Rp3.532.095.854.000


Sumber : KPPN

Grafik 46 4 Pagu Satker 2011 Yang Realisasinya Rendah

Penyebab rendahnya penyerapan tahun 2011 antara lain:

1. Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku dan Papua


Penyerapan anggaran rendah karena disebabkan; pelelangan beberapa kali gagal, pembebasan lahan yang bermasalah, dan persetujuan kontraks multi years baru diterima tanggal 18 Oktober 2011, 6 Desember 2011 dan 28 Desember 2011.

2. Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Prov Sulawesi Selatan


Penyerapan anggaran rendah karena disebabkan; disebabkan; pembebasan lahan yang terlambat menyebabkan keterlambatan persetujuan pemberian pinjaman sehingga dana Anggaran yang bersumber dari PHLN tidak dapat digunakan, dana RMP tidak mencukupi untuk mendampingi dana PHLN (porsi 89;11) sehingga tidak bisa dilakukan ilakukan revisi DIPA, administrasi pembebasan tanah dari Panitia di Kabupaten sering terlambat sehingga proses pembayaran pun menjadi terlambat.

3. Universitas Hasanudin
48

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Penyerapan anggaran rendah karena disebabkan pagu yang terlalu besar untuk tunjangan profesi dosen sedangkan banyak dosen yang tidak lulus sertifikasi mengakibatkan dana tersebut tidak dapat direalisasikan.

Politeknik Makassar

Ilmu

Pelayaran

48.126.243.784 169.830.324.216

217.956.568.00

Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Makassar Prov Sulsel Dinas Perkebunan Prov. Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sulsel Universitas Hasanuddin Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku
-

111.493.905.00 0 55.695.535.607 157.167.285.00 0 73.318.537.802


101.471.749.393

0 55.627.657.699 55.866.247.301

Sisa Realisasi Pagu

418.719.194.198 794.698.743.055

492.037.732.00 96.680.154.945 0

891.378.898.00 0 1.443.341.148.14
218.720.317.854 1.000.000.000.000 6 1.662.061.466.0 00
2.000.000.000.000

Sumber : KPPN

Grafik 47 Daftar Proyek Proyek-Proyek Proyek Strategis Yang Realisasinya Rendah Tahun 2011

Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat Pada Proyek-Proyek Proyek Strategis Tahun 2012 Pada tahun 2012 terdapat 14 (empat belas) satker memiliki penyerapan anggaran yang rendah. Beberapa diantaranya adalah satker-satker satker satker yang mengelola proyek-proyek proyek strategis. Total pagu 14 satker tersebut sebesar Rp 3,24 triliun namun hanya dapat direalisasikan sebesar 52,05% dan menyisakan dana sebesar 47,95%.

Total Realisasi Rendah dari Satker-Satker Satker Tahun 2012


3.500.000.000.000 3.000.000.000.000 2.500.000.000.000 2.000.000.000.000 1.500.000.000.000 1.000.000.000.000 500.000.000.000 -

1.553.687.037.1 43 Sisa Realisasi 1.686.730.884.8 57

Total Pagu 2012 = Rp3.240.417.922.000


Sumber :KPPN

Grafik 48 4 Total Realisasi Rendah Satker Tahun 2012 49

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Satker-satker yang realisasinya tahun 2012 rendah sebagaimana ditunjukkan grafik dibawah ini. Penyebab realisasi yang rendah karena adanya berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Namun ada beberapa sebab yang uncontrolable sehingga tidak bisa dihindari oleh satker bersangkutan, yaitu:
Bandara Udara Tampa Padang Mamuju Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov. Sulsel Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sulsel 12.121.864.062 60.442.263.938 72.564.128.000 64.812.199.096 225.763.307.90 290.575.507.00 4 0 77.855.248.459 319.846.233.54 397.701.482.00 1 0 90.089.125.006 240.156.375.99 330.245.501.00 4 Sisa 0 132.039.830.46 Realisasi 129.860.244.53 5 261.900.075.00 Pagu 5 0 151.665.883.49 253.675.120.50 4 405.341.004.00 6 0 453.148.230.00 7.839.680.000 0 460.987.910.00 0 537.840.061.32 329.827.320.67 3 867.667.382.00 7 0 500.000.000.000
Sumber : KPPN

Universitas Hasanuddin

Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov. Sulbar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sulbar Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sulawesi, Maluku dan Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku dan Papua

1.000.000.000.000

Grafik 49 Daftar Proyek Strategis Yang Realisasinya Rendah (sisa >10M) Tahun 2012 Daftar Proyek Strategis Yang Realisasinya Rendah (sisa >10M) Tahun 2012 1. Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku dan Papua 2. Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sulawesi, Maluku dan Papua Penyerapan anggaran rendah karena disebabkan pelelangan beberapa kali gagal, pembebasan lahan yang bermasalah, persetujuan kontraks multi years diterima terlambat. 3. Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sulawesi Barat 4. Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sulawesi Barat
50

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Penyerapan anggaran rendah karena disebabkan pagu APBNP baru diterima bulan Oktober 2012 sehingga tidak cukup waktu untuk melaksanakan proyek tersebut, selain itu iklim yang tidak idak mendukung membuat pekerjaan fisik yang tidak dapat dilaksanakan. 5. Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Prov Sulawesi Selatan 6. Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Prov Sulawesi Selatan Penyerapan anggaran rendah karena disebabkan pembebasan lahan lahan yang terlambat menyebabkan keterlambatan persetujuan pemberian pinjaman sehingga dana Anggaran yang bersumber dari PHLN tidak dapat digunakan, dana RMP tidak mencukupi untuk mendampingi dana PHLN (porsi 89;11) sehingga tidak bisa dilakukan revisi DIPA, administrasi pembebasan tanah dari Panitia di Kabupaten sering terlambat sehingga proses pembayaran pun menjadi terlambat.
Sisa BPMPD Kab. Pangkep LPMP Sulawesi Selatan GKN Mamuju Distrik Navigasi Ujung Pandang Politeknik Kesehatan Mamuju RSU DR. Wahidin Sudiro Husodo Makassar Realisasi Pagu

3.063.133.000 17.583.362.000 20.646.495.000 3.228.000.000 13.865.300.000 17.093.300.000 4.990.532.354 29.734.363.646 34.724.896.000 5.252.964.000 5.627.736.000 10.880.700.000 8.285.299.233 5.101.301.767 13.386.601.000 9.294.666.651 47.408.274.349 56.702.941.000
50.000.000.000
Sumber :KPPN

100.000.000.000

Grafik 50 Daftar Proyek Strategis Yang Realisasinya Rendah (sisa <10M) Tahun 2012

Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat Pada Proyek-Proyek Proyek Strategis Tahun 2013 Realisasi anggaran yang perlu mendapat perhatian lebih pada tahun anggaran 2013 adalah beberapa satuan kerja (satker) yang memiliki belanja modal dengan nilai lebih dari Rp 50 miliar. ar. Terdapat 17 satker di Provinsi Sulawesi Selatan yang masing-masing memiliki pagu belanja modal diatas Rp50 mil miliar. Perkembangan realisasi belanja modal satker-satker satker satker tersebut sampai dengan 30 April 2013 masih rendah yaitu sebagaimana ditunjukkan dalam dalam 2 grafik berikut:

51

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN PELAKSANAAN JALAN NASIONAL PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR LISTRIK PEDESAAN SULAWESI SELATAN AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR OTORITAS PELABUHAN MAKASAR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI POMPENGAN- -

90.000.000.000

161.309.026.00 0
7.280.575.533

132.774.751.00 0 118.889.845.00 0 113.372.448.00 0 96.902.835.000 BLOKIR 95.238.502.000 90.488.273.000


65.000.000.000

17.529.747.730

10.714.705.320

14.919.045.000

7.719.365.600

REALISASI PAGU

534.512.000

74.134.252.000
40.000.000.000

62.612.158.000 55.498.800.000 54.564.000.000 200.000.000.000

47.000.000

2.000.000.000 8.345.691.759

100.000.000.000

Sumber : monev pa.perbendaharaan.go.id

Grafik 51 Satker dengan pagu Belanja Modal besar (Rp50M<Pagu<Rp200M)

Satker dengan jumlah realisasi terbesar adalah Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Sulawesi yaitu Rp17,529 miliar dibandingkan pagu Rp 118,88 miliar atau sekitar 14,74%. Satker dengan persentase realisasi terbesar adalah Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang dengan 15,30% dan Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Makassar dengan 15,40%. Ketiga satker dengan realisasi terbesar tersebut masih berada dibawah target rata-rata penyerapan anggaran nasional Triwulan I yaitu 20% dari pagu anggaran. Satker-satker yang sama sekali belum melakukan realisasi belanja modal adalah Universitas Negeri Makassar, Universitas Hasanudin dan Politeknik Negeri Ujung Pandang. Satker-satker dengan pagu belanja modal yang diblokir terbesar adalah Universitas Negeri Makassar 63,89%, Politeknik Negeri Ujung Pandang 87,68% dan Universitas Hasanudin 55,79%

52

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

UNIT INDUK PEMBANGUNAN JARINGAN SULAWESI, MALUKU, DAN PAPUA UNIT INDUK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT SULAWESI, MALUKU DAN SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR POMPENGAN-JENEBERANG PROVINSI SULAWESI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH II PROVINSI SULSEL PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI SULSEL SNVT PELAKSANAAN JARINGAN PEMANFAATAN AIR POMPENGANJENEBERANG PROVINSI -

92.837.980.135 770.313.992.00 0 3.363.875.988 428.678.190.00 0 50.500.000.000 53.238.594.000 338.950.000.00 0 70.670.543.943 371.751.330.00 0 3.100.000.000 48.016.840.784 299.468.680.00 0 38.576.992.568 242.085.220.00 0 500.000.000.000 1.000.000.000.000

BLOKIR REALISASI PAGU

Sumber : monev pa.perbendaharaan.go.id

Grafik 52 Satker dengan pagu Belanja Modal terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan

Secara keseluruhan realisasi anggaran s.d. 30 April 2013 masih dibawah target nasional Triwulan I yaitu 20%. Satker Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua memiliki pagu belanja modal terbesar di Prov. Sulawesi Selatan yaitu Rp770,313 miliar telah melakukan realisasi anggaran sebesar Rp 92,837 m atau sekitar 12,05%. Satker dengan persentase realisasi terbesar adalah Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov. Sulsel 19,01%, Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sulsel 16,03%, SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Pompengan-Jeneberang Prov. Sulsel 15,94%, SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Pompengan-Jeneberang Prov. Sulsel 15,71%, Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku dan Papua 12,05%. Sedangkan satker Unit Induk Pembangunan Pembangkit melaksanakan realisasi 0,78%. Satker-satker dengan pagu belanja modal yang diblokir terbesar adalah Universitas Negeri Makassar 63,89%, Politeknik Negeri Ujung Pandang 87,68% dan Universitas Hasanudin 55,79%. Dari keenam satker tersebut hanya dua satker yang pagunya diblokir yaitu Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sulsel diblokir sebesar Rp3,1 miliar (1,04%)
53

Sulawesi, Maluku dan Papua baru

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

dan SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Pompengan-Jeneberang Prov. Sulsel sebesar Rp50,5 miliar (14,90%). Mengamati perkembangan penyerapan anggaran tahun 2011 s.d. 2013, dapat diidentifikasi satker-satker yang berpotensi mengalami permasalah penyerapan anggaran di tahun 2013 yaitu; Unit Induk Pembangunan Jaringan Sulawesi, Maluku dan Papua, Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sulawesi, Maluku dan Papua, Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sulsel, Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov. Sulsel, Universitas Hasanudin.

Box 4 Pagu Blokir Tahun 2012 dan Tahun 2013 Pagu Blokir TA. 2012
( dalam ribuan rupiah ) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 BA 005 006 010 015 018 019 022 023 024 025 027 029 032 033 040 043 056 057 059 063 066 068 075 076 086 089 090 092 Nama Kementerian Mahkamah Agung Kejaksaan RI Dalam Negeri Keuangan Pertanian Perindustrian Perhubungan Pendidikan Nasional Kesehatan Agama Sosial Kehutanan Kelautan dan Perikanan Pekerjaan Umum Kebudayaan & Pariwisata Lingkungan Hidup BPN Perpustakaan Nasional Komunikasi & Informatika Badan POM BNN BKKBN Badan Meteoroligi, Klimatologi & Geofisika KPU LAN BPKP Perdagangan Pemuda dan Olah Raga Jumlah : Jumlah Pagu 193.694.249 198.437.082 191.753.572 251.827.230 1.098.928.698 48.890.991 1.024.372.027 1.697.139.894 384.874.467 1.619.390.717 21.619.441 349.287.159 230.824.497 3.416.700.040 71.049.092 51.514.300 155.914.848 8.328.574 19.258.995 52.714.286 9.754.815 71.925.156 45.472.772 44.615.946 37.556.921 25.853.019 137.616.457 14.265.000 11.473.580.245 Pagu Blokir 379.070 45.426.348 30.464.471 34.724.896 8.762.305 416.055 4.474.491 1.171.181.944 61.999.595 642.021.589 830.042 8.982.250 7.833.097 191.291.036 34.910.936 37.866.901 96.298.746 8.328.574 6.998.331 16.707.458 8.825.040 4.362.790 63.900 11.759.660 23.224.630 11.286.757 1.594.137 14.265.000 2.485.280.049 % 0,2 22,9 15,9 13,8 0,8 0,9 0,4 69,0 16,1 39,6 3,8 2,6 3,4 5,6 49,1 73,5 61,8 100,0 36,3 31,7 90,5 6,1 0,1 26,4 61,8 43,7 1,2 100,0 21,7 Sisa 193.315.179 153.010.734 161.289.101 217.102.334 1.090.166.393 48.474.936 1.019.897.536 525.957.950 322.874.872 977.369.128 20.789.399 340.304.909 222.991.400 3.225.409.004 36.138.156 13.647.399 59.616.102 0 12.260.664 36.006.828 929.775 67.562.366 45.408.872 32.856.286 14.332.291 14.566.262 136.022.320 0 8.988.300.196

54

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Pagu Blokir TA. 2013


(dalam ribuan rupiah) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 BA 005 010 013 015 018 019 020 022 023 024 025 027 029 033 040 043 047 056 059 060 066 068 075 076 082 092 107 116 117 Nama Kementerian Mahkamah Agung Dalam Negeri Hukum dan HAM Keuangan Pertanian Perindustrian Energi & Sumber Daya Mineral Perhubungan Pendidikan Nasional Kesehatan Agama Sosial Kehutanan Pekerjaan Umum Kebudayaan dan Pariwisata Lingkungan Hidup Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak BPN Komunikasi & Informatika Kepolisian RI Badan Narkotika Nasional (BNN) BKKBN Badan Meteoroligi, Klimatologi & Geofisika KPU LAPAN Pemuda dan Olah Raga Badan SAR Nasional LPPRRI LPPTVRI Jumlah : Jumlah Pagu 197.319.578 545.318.117 188.815.678 290.375.111 1.147.964.126 98.002.758 1.323.207.168 1.201.970.828 1.632.456.559 712.602.863 1.968.619.908 78.646.022 421.742.131 3.015.857.765 46.158.800 42.944.300 3.340.628 152.382.254 23.598.543 1.353.950.557 10.323.245 68.955.449 59.540.571 51.422.051 9.287.012 15.906.770 18.791.591 21.438.154 23.889.667 14.724.828.204 Pagu Blokir 52.074.785 9.800.000 3.328.511 852.920 2.569.610 15.738.430 119.574.458 747.409.417 853.897.110 631.081 830.235.880 64.092.556 11.678.578 150.896.778 26.845.434 3.272.700 3.340.628 11.008.430 700.000 45.961.170 725.492 7.859.330 85.200 492.303 2.951.369 15.906.770 100.000 1.286.774 5.904.594 2.989.220.308 % 26,4 1,8 1,8 0,3 0,2 16,1 9,0 62,2 52,3 0,1 42,2 81,5 2,8 5,0 58,2 7,6 100,0 7,2 3,0 3,4 7,0 11,4 0,1 1,0 31,8 100,0 0,5 6,0 24,7 20,3 Sisa 145.244.793 535.518.117 185.487.167 289.522.191 1.145.394.516 82.264.328 1.203.632.710 454.561.411 778.559.449 711.971.782 1.138.384.028 14.553.466 410.063.553 2.864.960.987 19.313.366 39.671.600 0 141.373.824 22.898.543 1.307.989.387 9.597.753 61.096.119 59.455.371 50.929.748 6.335.643 0 18.691.591 20.151.380 17.985.073 11.735.607.896

55

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Instrumen utama kebijakan desentralisasi fiskal yakni kebijakan transfer ke daerah Pada tahun 2013 transfer ke daerah mencapai nilai Rp 17,135 triliun, yang terdiri dari realisasi Dana Perimbangan sebesar Rp 16,199 triliun yang terdiri dari DAU Rp. 13,755 triliun, DAK Rp. 1,455 triliun dan Dana Bagi Hasil sebesar Rp. 0,98 triliun, dan realisasi Dana Penyesuaian senilai Rp 0,93 triliun. Pada tahun 2012 mencapai nilai Rp 16,35 triliun, yang terdiri dari realisasi Dana Perimbangan sebesar Rp 13,68 triliun dan realisasi Dana Penyesuaian senilai Rp 2,67 triliun. Prinsip desentralisasi fiskal yang dianut oleh Pemerintah adalah mengurangi vertical fiscal imbalance dan horizontal fiscal imbalance, meningkatkan kualitas service delivery dan mengurangi gap pelayanan publik antar daerah, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya nasional, penegakan tata kelola yang baik dalam pelaksanaan alokasi transfer ke daerah, dan mendukung fiscal sustainability dalam kebijakan ekonomi secara makro. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, daerah juga memiliki taxing power yakni kewenangan memungut pajak. Terkait dengan penguatan taxing power, dilakukan kebijakan antara lain penyelarasan perpajakan dan retribusi daerah dengan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan memperluas basis pajak daerah. Komposisi transfer ke daerah tahun 2013 didominasi oleh Dana Perimbangan mencapai 95 persen dan sisanya berupa Dana Penyesuaian sebesar 5 persen. Dana Perimbangan terdiri Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Anggaran DBH tahun 2012 terealisasi sebesar Rp 0,42 triliun. Angka tersebut turun sekitar 63,9 persen dari realisasi DBH tahun 2011 yang mencapai nilai Rp 1,17 triliun. Sedangkan realisasi DAU yang merupakan komponen terbesar dana transfer ke daerah pada tahun 2012 mencapai Rp 12,03 triliun yang meningkat dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 9,84 triliun. Realisasi DAK tahun 2012 tercatat sebesar Rp 1,22 triliun meningkat dari realisasi tahun sebelumnya Rp 1,27 triliun. Perbandingan Pagu Dana Perimbangan selama 4 tahun terakhir adalah sebagaimana terlihat grafik dibawah ini.

56

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

13.755 14.000 12.000 10.000 8.676

DBH

DAK

DAU
9.844

12.034

milyar

8.000 6.000 4.000 2.000 2010 2011 2012 2013


1.087 1.031 1.177 1.270 424 1.228 989 1.455

Sumber : DJPK

Grafik 53 5 Perbandingan DBH, DAU, dan DAK TA 2010 20 2013

Dana Penyesuaian

milyar

4.000 3.000 2.000 1.000 1.402

3.069 2.671

936

2010

2011

2012

2013

Sumber : DJPK

Grafik 54 Perbandingan Dana Penyesuaian TA 2010 2013 13

B. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah 1. Profil APBD Provinsi/Kabupaten Kota Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Secara umum Struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja belanja daerah dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain lain lain pendapatan sedangkan belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan iayaan dan pengeluaran pembiayaan.
57

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Berdasarkan klasifikasi ekonomi (i- account)

Arah kebijakan fiskal suatu daerah dapat dilihat dari struktur APBD daerah tersebut, yang tercermin dari seberapa besar jumlah pendapatan yang akan dialokasikan dalam suatu periode riode tertentu. Dari ari pendapatan yang telah ditargetkan tersebut dialokasikan dalam bentuk belanja baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Selisih antara pendapatan dan belanja menghasilkan APBD surflus atau defisit. Apabila pendapatan lebih besar besar dari pada belanja menghasilkan surflus demikian pula sebaliknya jika pendapatan lebih kecil dari belanja disebut APBD defisit.
Tabel 8 APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Tahun 2012 - 2013 (dalam miliar rupiah) Pendapatan PAD Dana Perimbangan Lain-lain lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan 2011 32.818 3.654 21.925 7.238 31.537 17.818 13.719 755 1.865 1.110
Sumber: DJPK

2012 21.127 3.561 14.469 3.096 21.740 13.183 8.557 614 1.239 625

2013 23.657 4.183 15.820 3.652 24.843 14.510 10.332 1.028 1.346 317

Profil APBD Sulsel berdasarkan Klasifikasi Ekonomi


35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0
755 614 1.028 21.12721.740 24.843 23.657 32.818 31.537

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan

2011

2012
Sumber: DJPK

2013

Grafik 55 Alokasi APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Tahun 2011 s.d. 2013

Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa APBD Sulawesi Selatan

tahun 2011

mengalami surflus dengan pendapatan sebesar Rp. 32,818 triliun, belanja sebesar Rp. 31,537 triliun dan pembiayaan sebesar Rp.0,76 triliun. Pada tahun 2012 APBD Sulawesi Selatan n mengalami defisit dengan pendapatan sebesar Rp. 21,127 triliun,
58

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

belanja sebesar Rp. 21,740 triliun sehingga pembiayaan mencapai Rp, 0,6 triliun. Begitu pula pada APBD tahun 2013 ditargetkan pendapatan sebesar Rp 23,657 triliun, belanja sebesar Rp.24,843 triliun dengan target pembiayaan sebesar Rp. 1,028 triliun. Berdasarkan klasifikasi fungsi Klasifikasi APBD selain didasarkan atas klasifikasi ekonomi APBD juga dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi. Berdasarkan fungsi terdapat 10 fungsi dalam APBD suatu tu daerah. Fungsi-fungsi Fungsi fungsi tersebut adalah fungsi pelayanan umum, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi pendidikan dan da fungsi perlindungan sosial

Alokasi APBN Sulsel Berdasarkan Fungsi


Perlindungan Sosial Pendidikan Pariwisata & Budaya Kesehatan Perumahan & Fasum Lingk Hidup Ekonomi
Ketertiban & Ketentraman
199 161 130 5710 5492
7587

293 217 184 4386 122 88 83 2204 1869 1568 2194 2139 1726 340 271 304 1885 1598 1431 5892 6809

2012 2011 2010

Pelayanan Umum 0 2000


Sumber: DJPK

4000

6000

8000

Grafik 56 Alokasi APBD Sulsel Berdasarkan Klasifikasi Fungsi 2010-2012 2010 2012

APBD Sulawesi Selatan berdasarkan klasifikasi fungsi terlihat bahwa pada tahun 2010 fungsi yang mendapat alokasi dana terbesar adalah fungsi pelayanan umum dengan alokasi dana mencapai Rp. 5,492 triliun diikuti fungsi pendidikan sebesar Rp. 4.386 triliun, dan yang mendapat alokasi dana terkecil adalah fungsi pariwisata dan budaya yang hanya mendapat alokasi dana sebesar 0,083 triliun. triliun. Pada tahun 2011 fungsi yang mendapat alokasi dana terbesar adalah fungsi pendidikan dengan
59

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

alokasi dana mencapai Rp 5,892 triliun diikuti fungsi pelayanan umum sebesar Rp. 5,710 triliun, dan yang mendapat alokasi dana terkecil adalah fungsi pariwisata dan budaya yang hanya mendapat alokasi dana sebesar 0,088 triliun. Dan alokasi dana pada tahun 2012 fungsi yang mendapat alokasi dana terbesar adalah fungsi pelayanan umumn dengan alokasi dana mencapai Rp 7,587 triliun, diikuti fungsi pendidikan sebesar Rp. 6,809 triliun, dan yang mendapat alokasi dana terkecil adalah fungsi pariwisata dan budaya yang hanya mendapat alokasi dana sebesar 0,122 triliun. Berdasarkan klasifikasi urusan APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah antara lain: transmigrasi, perindustrian, perdagangan, pariwisata, ESDM, pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan seterusnya.

60

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Alokasi APBD Sulsel Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun 2012


Transmigrasi Perindustrian Perdagangan Kelautan & Perikanan Pariwisata Energi dan Sumber Daya Kehutanan Pertanian Perpustakaan Ketahanan Pangan Komunikasi dan Informatika Kearsipan Statistik Pemberdayaan Masyarakat Kepegawaian Pemerintahan Umum Pemuda & Olah Raga Kebudayaan Penanaman Modal Tenaga Kerja Sosial Pemberdayaan Perempuan Pertanahan Lingkungan Hidup Perhubungan Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang Perumahan Pekerjaan Umum Kesehatan Pendidikan
16 60 74 219 28 66 146 610 41 110 29 12 2 178 29 7.334 199 71 94 28 96 84 152 108 46 93 26 213 191 179 100 141 2.052 2.095 6.696 2.000 4.000 6.000 8.000

Sumber: DJPK

Grafik 57 Alokasi APBD Sulsel Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun 2012

Berdasarkan grafik terlihat bahwa alokasi APBD berdasarkan klasifikasi urusan lebih terinci dibandingkan dengan klasifikasi fungsi. Secara umum APBD berdasarkan klasifikasi urusan hampir sama dengan klasifikasi fungsi, terlihat bahwa pada tahun 2012 urusan yang mendapat alokasi terbesar adalah urusan pelayanan umum yaitu
61

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Rp.7.334 triliun dan diikuti urusan pendidikan sebesar Rp. 6,696 triliun, serta urusan yang mendapat alokasi dana paling kecil adalah urusan statistik yang hanya mendapat alokasi sebesar 0,002 triliun. Alokasi Dana Transfer Dana transfer merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. 1. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 2. Dana Alokasi Khusus (DAK) per bidang Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus dibagi atas beberapa bidang antara lain bidang pertanian, bidang pendidikan, bidang kehutanan dan bidang kelautan dan perikanan. 3. Dana Bagi Hasil per jenis bagi hasil pendapatan Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. DBH dibagi atas DBH Pajak, DBH Sumber Daya Alam dan DBH Cukai. 4. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah. Dana otonomi khusus hanya diberikan kepada beberapa provinsi yang telah diatur secara khusus misalnya provinsi Aceh dan Papua. Sedangkan Dana Penyesuaian adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu.
62

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Alokasi Dana Transfer Sulawesi Selatan Tahun 2011-2013 2011


Otsus DBH Cukai DBH SDA DBH Pajak DBH DAK DAU 8 9 93 72 6

3.069 2.670 936

2011 2012 2013

1.075 341 981 1.177 424 989 1.270 1.227 1.455 9.844 12.033 13.755

5.000
Sumber: DJPK

10.000

15.000

Grafik 58 Alokasi Dana Transfer Sulawesi Selatan Tahun 2011-2013 2011 2013

Berdasarkan grafik tersebut di atas terlihat bahwa DAU merupakan komponen dana transfer terbesar yang diterima Sulawesi Selatan. Perbandingan DAU Sulawesi Selatan mengalami kenaikan setiap tahun yaitu pada tahun 2011 sebesar Rp. 9,884 triliun, tahun 2012 sebesar Rp. 12.033 triliun dan tahun 2013 sebesar Rp. 13,755 triliun. Sedangkan perbandingan alokasi DAK Sulawesi Sulawesi Selatan, yaitu tahun 2011 sebesar Rp. 1,270 triliun, tahun 2012 alokasi DAK turun menjadi Rp. 1,227 triliun dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 1,455 triliun. Adapun perbandingan DBH Sulawesi Selatan selama tiga tahun terakhir yaitu ta tahun 2011 sebesar Rp. 1,177 triliun, tahun 2012 mengalami penurunan yang tajam menjadi Rp. 0,424 triliun, dan tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 0,989 triliun. Adapun alokasi dana penyesuaian yang diterima Sulawesi Selatan selama tahun 2011 hingga tahun ahun 2013 mengalami penurunan yaitu semula dari tahun 2011 sebesar Rp. 3.069 triliun, turun menjadi sebesar Rp. 2,670 triliun pada tahun 2012 dan kembali turun pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 936 triliun.

63

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

2. Analisis APBD Pada Daerah aerah- Daerah Prov. Sulsel


a. Komponen PAD 2012

Komponen PAD Sulsel 2012 Agregat Prov, Kab, Kota


143,68 490,25
Pajak D Retribusi D

280,89

2.621,56

Kekayaan Lainnya

Sumber: DJPK

Grafik 59 Komponen PAD Sulsel 2012 Agregat Prov, Kab, Kota

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam APBD tahun 2012 Provinsi Sulawesi Selatan secara agregat yang meliputi seluruh pemerintah provinsi, kabupaten dan kotamadya berjumlah Rp3.536,36Milyar. Komponen terbesar PAD tersebut mayoritas berasal dari Pajak Daerah dengan porsi 74,13%, sisanya berasal dari Retribusi Daerah 13,86%, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4,06% dan Penerimaan lain-lain lain 7,94%.

3.700,00 3.200,00 2.700,00 2.200,00 1.700,00 1.200,00

PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012

Milyar

700,00 200,00 (300,00)

Agregat
PAD %

Prov 2.198,78 62,18%

Makasar 487,90 13,80%

Palopo 36,21 1,02%

Pare 52,63 1,49%

Bone 52,35

3.536,36

1,48%

Sumber: DJPK

Grafik 60 PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012 64

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

PAD 2012 terutama berasal dari PAD Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 62,18% dan disusul Pemerintah Daerah Kotamadya Makassar sebesar 13,80%. Pemerintah Daerah lainnya masing-masing masing hanya berkontribusi dalam kisaran tidak sampai 1,5%. Sebagai contoh tiga kota utama di Provinsi Sulawesi Selatan yang sering menjadi barometer statistik Provinsi Sulsel oleh BPS hanya berkontribusi 1,49% dari Pemerintah Kotamadya Pare pare, 1,48% dari Peme Pemerintah Daerah Bone dan 1,02% dari Pemerintah Daerah Palopo. Data-data data ini menunjukkan belum optimalnya pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan PAD masing masing-masing. masing. Otonomi daerah yang diberikan dimaksudkan agar pemerintah daerah dapat mandiri dalam memenuhi memenuhi kebutuhannya dengan mengandalkan potensi yang ada di masing-masing masing masing daerah lalu menggunakannya untuk sebesar-besarnya besarnya bagi kesejahteraan rakyat di daerah masing masing-masing. Pemerintah Daerah perlu meningkatkan inovasi dan kreativitasnya dalam membangun untuk memberdayakan masyarakat memaksimalkan potensi daerah agar tercipta pertumbuhan ekonomi yang akhirnya akan meningkatkan PAD masing-masing masing pemerintah daerah. b. Rasio PAD dengan PDRB, Transfer, Belanja Daerah Rasio PAD dengan PDRB

Rasio PAD Dibanding PDRB Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota
160.000,00 140.000,00 120.000,00

Milyar

100.000,00 80.000,00 60.000,00 40.000,00 20.000,00 -

PDRB PAD Rasio

2008 85.143,19 1.927,95 2,26

2009 99.954,59 1.991,51 1,99

2010 117.862,2 2.327,10 1,97

2011 137.389,8 3.025,82 2,20

2012 159.427,0 3.536,36 2,22

Sumber : DJPK

Grafik 61 Rasio PAD Dibanding PDRB Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota

Untuk mengetahui seberapa besar pemerintah daerah yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat dengan
65

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

membandingkan PAD dengan PDRB. Dalam grafik di atas dapat dilihat bahwa PAD di Prov. Sulawesi Selatan dan PDRB sama-sama mengalami peningkatan. Sebagai contoh tahun 2011 PAD sebesar Rp3.025,82M dan 2012 menjadi Rp3.536,35M atau terjadi peningkatan 16,87%. PDRB 2011 sebesar Rp137.389,8M menjadi 159.427 pada 2012 atau meningkat 16,04%. PAD dan PDRB sama-sama meningkat dalam kisaran angka 16%. Ini menunjukkan PAD meningkat secara alamiah mengikuti peningkatan yang terjadi pada PDRB, karena itu dapat diduga jika PDRB turun maka PAD juga akan turun secara alamiah. Persentase PAD terhadap PDRB baru mencapai 2,20% pada tahun 2011 dan menjadi 2,22% pada tahun 2012. Peningkatan rasio sebesar 0,02% dalam satu tahun ini relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi yang bisa didapatkan dari PDRB Prov. Sulawesi Selatan yang selalu meningkat cukup tinggi bahkan pada tahun 2012 menjadi Provinsi yang pertumbuhan ekonominya paling tinggi di Indonesia. PAD dengan dana transfer

Perbandingan PAD dengan Dana Transfer Agregat Prov, Kab, Kota Sulsel
Sumber: DJPK 20.000,00 18.000,00 16.000,00 14.000,00 12.000,00 10.000,00 8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 0,00 2008 PAD Dana Transfer % PAD 1.927,95 10.444,89 18,46% 2009 1.991,51 10.641,78 18,71%
Sumber : DJPK

Milyar

2010 2.327,10 11.044,83 21,07%

2011 3.025,82 12.313,99 24,57%

2012 3.536,36 18.114,90 19,52%

Grafik 62 Perbandingan PAD dengan Dana Transfer Agregat Prov, Kab, Kota Sulsel

Grafik di atas menunjukkan perbandingan antara PAD dengan Dana Transfer Pemerintah Pusat untuk Prov. Sulsel. Dapat dilihat kecenderungan PAD yang makin meningkat dibandingkan dengan dana transfer, namun tahun 2012 terjadi penurunan hingga di bawah 20%. Hal ini menunjukkan ketergantungan yang sangat besar dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.
66

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Rasio PAD Pemda dengan belanja daerah

Perbandingan PAD & Belanja Pegawai


12.000,00 10.000,00 8.000,00 6.000,00

Milyar

4.000,00 2.000,00 0,00 2008 Pegawai PAD 6.009,05 1.927,95 2009 6.796,33 1.991,51 2010 8.123,18 2.327,10 2011 9.648,27 3.025,82 2012 10.475,76 3.536,36

Sumber: DJPK Grafik 63 Perbandingan PAD & Belanja Pegawai

PAD pemerintah daerah ternyata belum dapat menutupi belanja pegawainya. Sampai dengan tahun 2012 PAD hanya mampu membiayai 33,757% dari total belanja pegawai seluruh pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan masih belum efektif dan efisien roda pemerintahan daerah. Jumlah pegawai yang relatif banyak membebani anggaran daerah untuk memenuhi kebutuhannya operasionalnya.

Perbandingan PAD & Belanja Barang


5.000,00 4.000,00

Milyar

3.000,00 2.000,00 1.000,00 Barang PAD 2008 2.175,61 1.927,95 2009 2.481,21 1.991,51 2010 2.590,79 2.327,10 2011 3.471,35 3.025,82 2012 3.980,08 3.536,36

Sumber: DJPK Grafik 64 Perbandigan PAD & Belanja Barang

Grafik diatas menunjukkan PAD relatif dapat mengimbangi kebutuhan belanja barang pada pemerintah daerah meskipun belum seluruhnya. Tahun 2012 PAD dapat memenuhi 88,85% kebutuhan belanja barang.

67

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Perbandingan PAD & Belanja Modal


5.000,00 4.000,00 3.000,00 2.000,00 1.000,00 Modal PAD

Milyar

2008 3.910,23 1.927,95

2009 3.941,03 1.991,51

2010 2.895,16 2.327,10

2011 3.737,24 3.025,82

2012 3.672,15 3.536,36

Sumber: DJPK Grafik 65 Perbandingan PAD & Belanja Modal

Bila dibandingkan dengan kebutuhan belanja modal, maka PAD telah mencapai 96,30% dari kebutuhan belanja modal.

Perbandingan PAD & Belanja Lain-lain


4.000,00

Milyar

3.000,00 2.000,00 1.000,00 0,00


Lain-lain PAD 2008 1.511,98 1.927,95 2009 1.214,85 1.991,51 2010 1.249,12 2.327,10 2011 1.285,22 3.025,82 2012 2.428,99 3.536,36

Sumber: DJPK Grafik 66 Perbandingan PAD & Belanja Lain-lain

Bila

dibandingkan

dengan

kebutuhan

belanja

lain-lain,

maka

PAD

bisa

menutupinya bahkan melebihi. Perbandingan PAD dengan Belanja lain-lain mencapai 145,59% dari kebutuhan belanja modal.

68

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

c. Perkembangan Realisasi APBD Agregat Prov. Sulsel

Komposisi Realisasi APBD Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota


25.000,00
Sumber: DJPK

20.000,00

15.000,00

Milyar Rupiah

10.000,00

5.000,00

0,00

(5.000,00) 2008 Pendapatan Belanja Surplus/Defisit Pembiayaan 13.143,00 13.606,80 (463,80) 1.782,63 2009 13.681,70 14.433,40 (751,70) 1.543,73
Sumber: DJPK

2010 15.490,40 14.858,20 632,20 467,03

2011 18.800,10 18.142,00 658,10 622,82

2012 22.084,90 19.184,68 2.900,22 689,69

Grafik 67 Komposisi Realisasi APBD Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota

Perkembangan APBD daerah secara keseluruhan relatif lebih baik. Dalam 3 tahun terakhir terjadi surplus dalam APBD. Namun bila dibandingkan dengan kebutuhan pembangunan di daerah yang sangat tinggi, maka surplus APBD tersebut bisa diartikan sebagai kurang optimalnya kinerja pemerintah di daerah dalam mengalokasikan dana yang disediakan oleh pemerintah pusat untuk dimanfaatkan dalam pembangunan di daerah. Surplus yang terjadi tahun 2012 adalah sebesar Rp2.900,22M. Bila dibandingkan dengan PAD tahun 2012 yang sebesar Rp3.536,36M, maka surplus tersebut mencapai 82,01% PAD. Jumlah ini sangat besar untuk menjadi dana yang tidak terpakai (idle cash) sedangkan kebutuhan pembangunan di daerah sangat banyak yang harus diperhatikan. Surplus 2012 adalah 13,13% dari total pendapatan daerah Prov. Sulsel. Bila pendapatan daerah 2012 sebesar Rp22.084,9Milyar yang hanya digunakan atau dibelanjakan sebesar Rp19.184,68M (85,87%) dapat menghasilkan PDRB menjadi
69

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Rp159.427M, maka ada kemungkinan PDRB akan semakin meningkat melebihi dari yang telah dicapai. Dana yang idle tersebut seharusnya dapat digunakan secara optimal khususnya untuk sektor-sektor yang menunjang produktivitas seperti infrastruktur, peningkatan kapasitas ekonomi unggulan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. d. Pengeluaran perjenis belanja

12.000,00 10.000,00

Komposisi Belanja APBD Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota

Milyar

8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 0,00 2008 Pegawai Barang Modal Lain-lain 6.009,05 2.175,61 3.910,23 1.511,98 2009 6.796,33 2.481,21 3.941,03 1.214,85 2010 8.123,18 2.590,79 2.895,16 1.249,12 2011 9.648,27 3.471,35 3.737,24 1.285,22 2012 10.475,76 3.980,08 3.672,15 2.428,99

Sumber: DJPK Grafik 68 Komposisi Belanja APBD Prov. Sulsel Agregat Prov, Kab, Kota

Pengeluaran tahun 2012 didominasi oleh Belanja pegawai mencapai 50,96%, sisanya merupakan Belanja Barang 19,36%, Belanja Modal 17,86% dan Belanja lain-lain 11,82%. Komposisi belanja 2012 tersebut menunjukkan APBD daerah masih belum produktiv. Lebih dari separuh APBD hanya digunakan untuk membayar keperluan pegawai pemerintah daerah.

Alokasi Belanja Modal Agregat Prov, Kab, Kota


1.800,00 1.600,00 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 Tanah Belanja % 84,00 2,30% Prlt & Mesin 592,52 16,14% Gedung 1.125,54 30,65% Jln/Jemb/Irg 1.551,45 42,25% AT Lain 71,08 1,94% Aset Lain 247,21 6,73%

Milyar

Sumber:DJPK

Grafik 69 Alokasi Belanja Modal Agregat Prov, Kab, Kota 70

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Grafik diatas menunjukkan komposisi Belanja Modal Daerah Prov. Sulsel tahun 2012. Terlihat bahwa dari total Belanja Modal sebesar Rp3.672,15M sebagian besar digunakan untuk pembangunan dan atau rehabilitasi Jalan/Jembatan/Irigasi dengan prosentase sentase 42,25%, untuk gedung 30,65%, Peralatan dan Mesin 16,14%, Aset lain 6,73%, Tanah 2,3% dan Aset Tetap lainnya 1,94%. 1 Pemerintah Daerah di Prov. Sulsel agar lebih fokus untuk mengalokasikan dana belanja modal pada pembangunan/rehabilitasi infrastruktur seperti Jalan, Jembatan dan Irigasi. Keberhasilan pembangunan infrastruktur yang baik akan memberikan efek pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan lebih optimal.

% Alokasi Belanja Modal Prov. Sulsel


1,94% 6,73% 2,30% 16,14%

Tanah Prlt & Mesin Gedung Jln/Jemb/Irg AT Lain

42,25%

30,65%

Aset Lain

Sumber: DJPK

Grafik 70 Persentase Alokasi Belanja Modal Prov. Sulsel

e. Analisis APBD di 4 Kota Utama Prov. Sulawesi Selatan Di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 4 kota utama yang dijadikan barometer statistik Provinsi Sulsel oleh BPS yaitu Makassar, Pare pare, Palopo dan Bone. Oleh karena itu dilakukan juga analisis pada APBD ke-empat ke empat pemerintah daerah tersebut ditambah dengan Pemerintah Prov. Sulsel.

71

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012


3.700,00 3.200,00 2.700,00 2.200,00 1.700,00 1.200,00 700,00 200,00 (300,00) Agregat PAD % 3.536,36 Prov 2.198,78 62,18% Makasar 487,90 13,80% Palopo 36,21 1,02% Pare 52,63 1,49% Bone 52,35 1,48%

Milyar

Sumber: DJPK

Grafik 71 PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012

PAD 2012 sebesar Rp3.536,36M sebagian besar berasal dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 62,18% dan Pemerintah Daerah Kotamadya Makassar sebesar 13,80%. Selebihnya yaitu 24,02% adalah kontribusi dari Pemerintah Daerah lainnya yang masing-masing dalam kisaran tidak sampai 1,5%. Sebagai contoh tiga pemerintah daerah lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Pemerintah Kotamadya Pare pare dengan PAD 1,48%, Pemerintah Daerah Bone 1,48% dan Pemerintah Daerah Palopo 1,02% dari total PAD di Prov. Sulsel. Kontribusi PAD pemerintah daerah dapat dilihat pada grafik di atas. Hal ini menunjukkan bahwa dari 25 pemerintah daerah yang ada di Prov. Sulsel, sebagian besar belum dapat menggali potensi pendapatan daerahnya dengan optimal. Pemerintah Daerah yang telah memiliki otonomi sejak lama masih sangat tergantung pada anggaran dari pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya.

72

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012


20.000,00 18.000,00 16.000,00 14.000,00 12.000,00 10.000,00 8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 Agregat PEND. TRANSFER 18.114,92 % Prov 2.233,55 12,33% Makasar 1.511,16 8,34% Palopo 480,37 2,65% Pare 471,10 2,60% Bone 1.120,83 6,19%

Milyar

Sumber: DJPK

Grafik 72 PAD Di 4 Kota Utama Sulsel 2012

Alokasi dana transfer dari pemerintah pusat kepada prov. Sulsel ditunjukkan dalam grafik alokasi dana transfer ke pemerintah daerah. Lima pemerintah daerah di Prov. Sulsel mendapatkan 32,11% dari total dana transfer sebesar Rp18.114,92M untuk Prov. Sulsel. Sisanya dibagi-bagi untuk 19 Pemerintah daerah.

Perbandingan PAD dan Dana Transfer


20.000,00 18.000,00 16.000,00 14.000,00

Milyar

12.000,00 10.000,00 8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 Agregat TRANSFER PAD % PAD 18.114,92 3.536,36 19,52% Prov 2.233,55 2.198,78 98,44% Makasar 1.511,16 487,90 32,29% Palopo 480,37 36,21 7,54% Pare 471,10 52,63 11,17% Bone 1.120,83 52,35 4,67%

Sumber: DJPK

Grafik 73 Perbandingan PAD dan Dana Transfer

Ketergantungan terhadap anggaran dari pemerintah pusat dapat dilihat dalam grafik perbandingan PAD dengan Dana Transfer. Secara agregat PAD hanya mencapai 19,52% dari dana transfer. Untuk Pemprov Sulsel PADnya mencapai 98,44% dari dana transfer, secara relatif mulai menunjukkan kemandirian dalam membiayai diri sendiri. Pemko Makassar 32,29% merupakan persentase PAD
73

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

terbesar kedua namun hal ini belum menunjukkan kemandirian yang cukup. Pemko Parepare PADnya 11,17%, Pemda Palopo 7,54% dan Pemda Bone 5,67% dan juga 19 pemda lainnya yang persentase PADnya dibandingkan dana transfer ke masing-masing daerah relatif kecil, menunjukkan masih belum mandiri dalam usaha membiayai daerahnya masing-masing. Alokasi Belanja pada pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan ditunjukkan dalam 2 grafik di bawah ini.

PAD di 4 Kota Utama Prov. Sulsel


25.000,00 20.000,00

Milyar

15.000,00 10.000,00 5.000,00 Agregat BELANJA % 19.184,6 Prov 3.927,07 20,47% Makasar 1.963,53 10,23%
Sumber: DJPK

Palopo 525,78 2,74%

Pare 475,03 2,48%

Bone 1.111,24 5,79%

Grafik 74 PAD di 4 Kota Utama Prov. Sulsel

Tampak pada grafik di atas Alokasi belanja di Prov. Sulsel di dominasi oleh belanja 5 pemerintah daerah. Pemprov. Sulsel alokasi belanjanya 20,47% dari agregat belanja. Selanjutnya Pemko Makassar 10,23%, Pemko Pare 2,48%, Pemko Palopo 3,74% dan Pemda Bone 5,79%. Total belanja ke 5 pemda tersebut adalah 41,71%. 19 Pemda lainnya alokasi belanjanya 58,29%.

PAD di 4 Kota Utama Prov. Sulsel


3.500,00 3.000,00 2.500,00

Milyar

2.000,00 1.500,00 1.000,00 500,00 Agregat MODAL % 3.251,16 Prov 377,15 11,60% Makasar 318,62 9,80%
Sumber: DJPK

Palopo 97,88 3,01%

Pare 79,29 2,44%

Bone 194,15 5,97%

Grafik 75 PAD di 4 Kota Utama Prov. Sulsel 74

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tampak pada grafik di atas alokasi belanja modal di Provinsi Sulawesi Selatan didominasi oleh belanja 5 Pemerintah Daerah. Pemprov. Sulsel alokasi belanjanya 11,47% dari agregat belanja. Selanjutnya Pemkot Makassar 9,80%, Pemkot Parepare 2,44%, Pemkot Palopo 3,01% dan Pemda Bone 5,97%. Total belanja ke 5 Pemda tersebut adalah 32,82%. 19 Pemda lainnya alokasi belanjanya 67,18%.

75

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

BAB V PERKEMBANGAN PENGELOLAAN BLU DAN MANAJEMEN INVESTASI

A. Pengelolaan BLU Definisi Badan Layanan Umum adalah Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 1. BLU Pusat a. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat Terdapat 10 BLU di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan 6 BLU di sektor pendidikan dan 4 BLU di sektor kesehatan. Satker-satker BLU Pusat Sulawesi Selatan sebagaimana tabel berikut. Tabel 9 Daftar BLU di Sulawesi Selatan NO Jenis BLU/ Nama BLU I Pendidikan Universitas Hasanuddin Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Politehnik Ilmu Pelayaran Makassar Politehnik Kesehatan Makassar II Kesehatan RS Wahidin RS Kusta Dr Tadjuddin Khalid RS Bhayangkara Tingkat II Mappa Oddang Makassar Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar Balai besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar

1 2 3 4 1 2 3 4 5 6

Satker-satker BLU di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan semuanya berada di Kotamadya Makassar. Satker BLU sektor pendidikan menyediakan pelayanan utamanya berupa jasa pendidikan bagi masyarakat. Satker BLU sektor Kesehatan menyediakan pelayanan kepada masyarakat di bidang Rumah Sakit dan pelayanan medis lainnya seperti pemeriksaan kesehatan dan laboratorium. b. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU pusat Selama dua tahun terakhir satker-satker BLU di Provinsi Sulawesi Selatan telah
76

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

mengalami banyak perkembangan. Hal ini terlihat dari peningkatan aset satker BLU Tahun 2012 sebesar 12,25% atau dari Rp5,493 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp6,166 triliun di tahun 2012.

Total Aset Satker BLU Prov. Sulsel


7,00E+09 6,00E+09 5,00E+09 4,00E+09 3,00E+09 2,00E+09 1,00E+09 0,00E+00 2011
Sumber: KPPN
5.493.458.932 6.166.512.352

Naik 12,25%

2012

Grafik 76 Total Aset Satker BLU Sulawesi Selatan

Perkembangan aset ini bila difokuskan lagi pada masing-masing sektor layanan satker BLU sebagaimana dalam grafik 59 maka dapat diketahui bahwa aset pada satker BLU Kesehatan lebih tinggi dari pada aset pada BLU Pendidikan. Aset Satker BLU Kesehatan pada tahun 2011 besarnya 4,77 kali dibanding aset Satker BLU Pendidikan dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 4,89 kali. Perkembangan Aset Satker BLU Sektor Kesehatan pada tahun 2012 meningkat 12,77% atau dari Rp4,54 triliun pada 2011 menjadi Rp5,12 triliun. Sedangkan peningkatan aset satker BLU Sektor Pendidikan hanya meningkat 9,80% atau dari Rp0,95 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp1,046 triliun pada tahun 2012.

6,000E+12

Perkembangan Aset Satker BLU Prov. Sulsel


4,541E+12 5,120E+12 2011 2012

4,000E+12

2,000E+12

9,528E+11

1,046E+12

0,000E+00 Kesehatan
Sumber: KPPN

Pendidikan

Grafik 77 Perkembangan Aset Satker BLU Sulawesi Selatan

77

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Perkembangan Pagu RM Satker BLU sektor kesehatan di Sulawesi Selatan dari tahun 2011 s.d. 2013 terus mengalami penurunan dengan rata-rata 17,91% per tahun. Pagu RM pada tahun 2011 sebesar Rp1,489 triliun turun 11,97% menjadi Rp1,311 triliun tahun 2012 kemudian pada tahun 2013 turun lagi sebesar 23,85% menjadi Rp0,983 triliun. Perkembangan Pagu RM Satker BLU sektor pendidikan di Sulawesi Selatan dari tahun 2011 s.d. 2013 terus mengalami kenaikan dengan rata-rata 10,41% per tahun. Pagu RM pada tahun 2011 sebesar Rp197 miliar naik 17,62% menjadi Rp232 miliar tahun 2012 kemudian pada tahun 2013 naik lagi sebesar 3,20% menjadi Rp239 miliar.

Perkembangan Pagu RM satker BLU di Propinsi Sulawesi Selatan


1,60E+12 1,40E+12 1,20E+12 1,00E+12 8,00E+11 6,00E+11 4,00E+11 2,00E+11 0,00E+00 Kesehatan
Sumber: KPPN

1,489E+12 1,311E+12 9,983E+11

2011

2012

2013

1,973E+112,320E+112,394E+11

Pendidikan

Grafik 78 Perkembangan Pagu RM Satker BLU Sulawesi Selatan

Perkembangan Pagu PNBP Satker BLU sektor kesehatan di Sulawesi Selatan dari tahun 2011 s.d. 2013 berfluktuasi. Pagu PNBP pada tahun 2011 sebesar Rp344 miliar turun tipis 0,88% menjadi Rp341 miliar tahun 2012 kemudian pada tahun 2013 naik sebesar 5,58% menjadi Rp361 miliar. Perkembangan Pagu PNBP Satker BLU sektor pendidikan di Sulawesi Selatan dari tahun 2011 s.d. 2013 juga mengalami fluktuasi. Pagu PNBP pada tahun 2011 sebesar Rp236 miliar naik 8,91% menjadi Rp257 miliar tahun 2012 kemudian pada tahun 2013 turun sebesar 3,6% menjadi Rp248 miliar.

78

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Perkembangan Pagu PNBP satker BLU di Propinsi Sulawesi Selatan


4,000E+11 3,446E+11 3,416E+11 3,000E+11 2,000E+11 1,000E+11 0,000E+00 Kesehatan
Sumber : KPPN

3,616E+11 2,366E+11

2011 2,577E+11

2012 2,484E+11

Pendidikan

Grafik 79 Perkembangan Pagu PNBP satker BLU Sulawesi Selatan

c. Kemandirian BLU Salah satu tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government). Oleh karena itu satker BLU didorong untuk menciptakan kemandirian terhadap dirinya sendiri. Kemandirian tersebut dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM).

Rasio Total Pagu RM & PNBP Satker BLU Prov. Sulsel


100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 2011 2012

PNBP RM

25,63%

29,53%

74,37%

70,47%

Sumber: KPPN

Grafik 80 Rasio Total Pagu RM & PNBP Satker BLU di Sulawesi Selatan

Pada satker-satker BLU di Sulawesi Selatan baru terdapat satu satker BLU yang telah memiliki porsi pagu PNBP diatas 65% dari total pagunya. Dalam tahun 2012,
79

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

secara rata-rata, pagu PNBP satker BLU baru mencapai 29,53%, sebagian besar pagu anggaran satker BLU masih bergantung pada RM sebesar 70,47%. Pagu PNBP tersebut hanya meningkat 3,9% dibanding tahun 2011. Perkembangan pagu PNBP Satker BLU untuk masing-masing sektor yaitu pendidikan dan kesehatan dapat dilihat dalam 2 grafik di bawah ini. Perkembangan pagu PNBP Tahun 2012 Satker BLU sektor pendidikan

sebagaimana ditunjukkan grafik berikut secara rata-rata hanya meningkat sebesar 2,53%, berarti ketergantungan pada RM masih sangat besar yaitu 78,68%.

100% 80% 60% 40% 20% 0%

Rasio Pagu RM & PNBP Satker BLU Pendidikan Prov. Sulsel


18,79% 21,32%
PNBP RM

81,20%

78,68%

2011
Sumber: KPPN

2012

Grafik 81 Rasio Pagu RM & PNBP Satker BLU Pendidikan di Sulawesi Selatan

Pagu PNBP per satker BLU sektor pendidikan digambarkan dalam grafik berikut.

Kemandirian Satker BLU Sektor Pendidikan


Poltekes Makassar Poltekes Makassar

11,26% 12,39% 27,04% 9,43% 22,42% 21,27% 21,43% 20,61%


20,00% 40,00% 60,00% 77,58% 72,96%

88,74% 87,62%

PIP Makassar 2012 PIP Makassar 2011

90,56%

UIN Makassar 2012 UIN Makassar 2011

78,73%

Unhas 2012 Unhas 2011

78,57% 79,39% 80,00% 100,00%

0,00%

RM

PNBP

Sumber : KPPN

Grafik 82 Kemandirian Satker BLU Sektor Pendidikan 80

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Sampai dengan tahun 2012, pagu PNBP tertinggi dari 4 satker BLU pendidikan di Prov. Sulsel adalah PIP Makassar yang mencapai 27,04%. Perkembangan pagu PNBP Satker BLU sektor kesehatan sebagaimana

ditunjukkan grafik berikut tampak lebih baik dibandingkan dengan sektor pendidikan. Secara rata rata-rata rata satker BLU sektor kesehatan pagu PNBPnya telah melebihi pagu RM walaupun belum mencapai 65%. Pagu PNBP sektor kesehatan tahun 2012 mencapai 55,66% dibandin dibandingkan gkan pagu RM sebesar 44,34%. Pagu PNBP 2012 meningkat tipis sebesar 1,13% dibanding tahun 2011 dengan pagu PNBP sebesar 54,53% dan RM sebesar 45,47%.

Rasio Pagu RM & PNBP Satker BLU Kesehatan Prov. Sulsel


100% 80% 60% 40% 20% 0%
2011 Sumber : KPPN 2012

PNBP 54,53% 55,66% RM

45,47%

44,34%

Grafik 83 Rasio Pagu RM & PNBP Satker BLU Kesehatan Sulawesi Selatan Pagu PNBP per satker BLU sektor kesehatan digambarkan dalam grafik berikut.

Kemandirian Satker BLU Sektor Kesehatan


BKMM Makassar 2011 BKMM Makassar 2011 BBKPM Makassar 2012 BBKPM Makassar 2011 BBLK Makassar 2012 BBLK Makassar 2011 RS Bhayangkara 2012 RS Bhayangkara 2011 RS Kusta 2012 RS Kusta 2011 RS Wahidin 2012 RS Wahidin 2011 11,66% 10,83% 26,60% 19,35% 79,96% 66,52% 30,93% 46,16% 61,47% 57,31% 40,67% 37,96% 88,34% 89,17% 73,40% 80,65% 20,04% 33,48% 69,07% 53,84% 38,53% 42,69% 59,33% 62,04%

PNBP

RM

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sumber:KPPN

Grafik 84 Kemandirian Satker BLU Sektor Kesehatan 81

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Dalam grafik diatas dapat dilihat bahwa satker BLU Kesehatan yang pagu PNBPnya lebih besar dari pagu RM adalah RS. Bhayangkara Makassar sebesar 79,96% pada tahun 2012 dan 66,52% pada tahun 2011. Penerimaan PNBP tersebut bahkan melebih 65%. Satker Satker-satker satker lainnya penerimaan PNBP 2012 meningkat dibanding 2011. Semua satker BLU PNBPnya diatas 20% kecuali satker BBKPM yang g tahun 2012 PNBPnya baru mencapai 11,66%. Berdasarkan data-data data pagu PNBP dan RM Satker-satker Satker satker BLU di Prov. Sulsel maka dapat disimpulkan bahwa satker-satker satker satker BLU di sektor kesehatan lebih mandiri dibandingkan satker-satker satker satker BLU sektor pendidikan karena porsi por pagu PNBP lebih besar dari RM yang menunjukkan ketergantungan pada RM semakin menurun. d. Efektivitas Satker BLU Satker BLU dapat dinilai efektifitasnya mendapatkan PNBP. Efektivitas ini dilihat dari seberapa besar PNBP yang diperoleh bila dibandingkan dibandingkan dengan kemampuan asetnya. Makin besar rasio PNBP dibanding aset maka secara relatif dapat dikatakan bahwa satker BLU telah melaksanakan tugasnya lebih efektif.

Rasio Aset dengan PNBP Satker BLU Pendidikan


6,000E+12 5,000E+12 4,000E+12 3,000E+12 2,000E+12 1,000E+12 0,000E+00 Aset PNBP

5,120E+12 4,541E+12

3,446E+11

3,416E+11

2011
Sumber: KPPN

2012

Grafik 85 Rasio Aset dengan PNBP Satker BLU Pendidikan

Pada BLU sektor Pendidikan dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 dengan aset Rp4,541 triliun dapat menghasilkan PNBP sebesar Rp344,6 miliar atau sekitar 7,59%, sedangkan pada tahun 2012 dengan aset Rp5,12 triliun dapat menghasilkan PNBP sebesar Rp341,6 miliar atau sekitar 6,67%. ,67%. Terlihat bahwa dari tahun 2011 ke tahun 2012 Satker BLU sektor pendidikan mengalami sedikit penurunan efektifitas, disaat aset meningkat 12,77% namun penerimaan PNBP menurun.
82

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Rasio Aset dan PNBP BLU Kesehatan


1,200E+12 1,000E+12 8,000E+11 6,000E+11 4,000E+11 2,000E+11 0,000E+00

9,528E+11

1,046E+12 Aset PNBP 2,366E+11 2,912E+11

2011
Sumber: KPPN

2012

Grafik 86 Rasio Aset dan PNBP BLU Kesehatan

Pada BLU sektor r kesehatan dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 dengan aset Rp9,528 miliar dapat menghasilkan PNBP sebesar Rp236,6 miliar atau sekitar 24,83%, sedangkan pada tahun 2012 dengan aset Rp1,046 triliun dapat menghasilkan PNBP sebesar Rp291,2 miliar atau sekitar 27,83%. Terlihat bahwa dari tahun 2011 ke tahun 2012 Satker BLU sektor kesehatan mendapatkan PNBP yang jumlahnya meningkat 3%. Selain itu rasio PNBP terhadap aset yang dicapai diatas 20%. Hal ini secara relatif menunjukkan efektifitas kinerja satker BLU s sektor kesehatan yang cukup baik.
Tabel 10 Perbandingan Aset dengan PNBP Satker BLU Kesehatan

Tabel Perbandingan Aset Dengan PNBP Satker BLU Kesehatan Nama Satker BLU RS Wahidin 2011 RS Wahidin 2012 RS Kusta 2011 RS Kusta 2012 RS Bhayangkara 2011 RS Bhayangkara 2012 BBLK Makassar 2011 BBLK Makassar 2012 BBKPM Makassar 2011 BBKPM Makassar 2012 BKMM Makassar 2011 BKMM Makassar 2012 Aset 703,898,061,944 755,332,158,410 90,942,354,906 114,578,705,512 63,385,599,846 71,832,201,639 25,612,394,730 26,782,477,730 53,191,677,886 57,151,910,366 15,757,145,003 20,448,484,276 PNBP 68,352,260,000 06,843,837,000 9,718,145,000 4,398,510,000 40,352,636,000 46,633,770,000 2,563,301,000 3,000,000,000 1,317,000,000 2,107,096,000 4,300,000,000 8,201,667,000 % 23.92% 27.38% 21.68% 21.29% 63.66% 64.92% 10.01% 11.20% 2.48% 3.69% 27.29% 40.11%

Dari 6 satker BLU Kesehatan, persentase tertinggi penerimaan PNBP dibandingkan


83

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

aset adalah Rumah Sakit Bhayangkara Makassar yaitu sebesar 64,92% pada tahun 2012 dan 63,66% pada tahun 2011. Perbandingan aset dengan PNBP satker BLU kesehatan digambarkan dalam grafik di bawah ini.

Perbandingan Aset-PNBP Aset Satker BLU Kesehatan


BKMM Makassar 2012 BKMM Makassar 2011

8.201.667.000 20.448.484.276 4.300.000.000 15.757.145.003 2.107.096.000 57.151.910.366 1.317.000.000 53.191.677.886 3.000.000.000 26.782.477.730 2.563.301.000 25.612.394.730 46.633.770.000 71.832.201.639 40.352.636.000 63.385.599.846 24.398.510.000 114.578.705.51 2 19.718.145.000 90.942.354.906 206.843.837.00 0 168.352.260.00 0 755.332.158.41 0 703.898.061.94 4

BBKPM Makassar BBKPM Makassar

BBLK Makassar 2012 BBLK Makassar 2011

PNBP Aset

RS Bhayangkara 2012 RS Bhayangkara 2011

RS Kusta 2012 RS Kusta 2011

RS Wahidin 2012 RS Wahidin 2011

0,00E+00

5,00E+11
Sumber: KPPN

1,00E+12

Grafik 87 Perbandingan Aset PNBP Satker BLU Kesehatan

Tabel 11 Tabel Perbandingan Aset Dengan PNBP Satker BLU Pendidikan Nama Satker BLU Unhas 2011 Unhas 2012 UIN Makassar 2011 UIN Makassar 2012 PIP Makassar 2011 PIP Makassar 2012 Poltekes Makassar 2011 Poltekes Makassar 2012 Aset PNBP % 2,857,488,435,699 277,240,000,000 9.70% 3,203,977,487,694 265,000,000,000 8.27% 1,112,915,598,803 1,184,013,783,684 346,923,338,292 458,230,385,741 223,344,325,361 274,164,757,310 34,468,297,000 3.10% 52,279,310,000 4.42% 23,966,764,000 6.91% 27,217,781,000 5.94% 8,968,520,000 4.02% 10,794,628,000 3.94%

84

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Dari

satker

BLU

Pendidikan,

persentase

tertinggi

penerimaan

PNBP

dibandingkan aset adalah Universitas Hasanuddin yaitu sebesar 9,7% pada tahun 2012 dan 8,27% pada tahun 2011. Perbandingan aset dengan PNBP satker BLU pendidikan digambarkan dalam grafik di bawah ini.

Perbandingan Aset-PNBP Aset Satker BLU Pendidikan


10.794.628.000 274.164.757.310 8.968.520.000 223.344.325.361

Poltekes Makassar 2012 Poltekes Makassar 2011

27.217.781.000
PIP Makassar 2012 PIP Makassar 2011

458.230.385.741 23.966.764.000 346.923.338.292

52.279.310.000
UIN Makassar 2012 UIN Makassar 2011

PNBP Aset

1.184.013.783.6 84 34.468.297.000 1.112.915.598.8 03 265.000.000.000

Unhas 2012 Unhas 2011

3.203.977.487.6 94 277.240.000.000 2.857.488.435.6 99


4.000.000.000.000

2.000.000.000.000

Sumber : KPPN

Grafik 88 Perbandingan Aset PNBP satker BLU Pendidikan

Dari data-data data perbandingan antara aset dengan PNBP satker BLU di atas, maka dapat disimpulkan bahwa satker-satker satker BLU sektor tor kesehatan lebih efekti efektif dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki (aset) untuk mendapatkan penerimaan PNBP. e. Profil dan jenis layanan satker PNBP Tahun 2012 terdapat erdapat 83 satker yang pendanaannya dari PNBP selain RM. Tahun 2013 jumlahnya menurun menjadi 76 satuan kerja. . Belum ada satker PNBP yang akan menjadi satker BLU. Hal ini dikarenakan satker bersangkutan belum mengajukan diri sebagai satker BLU. Selain itu satker-satker satker satker PNBP tersebut belum memenuhi persyaratan untuk menjadi satker BLU sebagaimana yang ditetapkan
85

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, terutama dari sisi jumlah penerimaan PNBP (pagu PNBP) untuk membiayai pengeluaran satker bersangkutan yang masih sangat kecil dibandingkankan pagu RM. Selain itu jenis layanan yang diberikan satker PNBP tersebut bukan merupakan kebutuhan masyarakat banyak sehingga konsumennya sedikit dan pelayanan bersifat perijinan tanpa saingan usaha (monopoli) seperti Kantor Pertanahan, Kantor Imigrasi dan kantor pelabuhan. f. Potensi satker PNBP menjadi satker BLU Dari 76 satker pengelola PNBP tahun 2013 yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan tidak ada satker yang berpotensi untuk menjadi satker BLU. Hal ini dikarenakan tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi satker BLU sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

2. BLU Daerah a. Profil dan jenis layanan satker BLU daerah Terdapat 4 (empat) BLU Daerah di Sulawesi Selatan yang semuanya bergerak di sektor kesehatan. Kepemilikan keempat BLU Daerah tersebut milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Profil BLU Daerah tersebut tampak pada tabel berikut :
Tabel 12 Profil BLU Daerah di Sulawesi Selatan

Dari 4 (empat) BLU Daerah yang memiliki aset terbesar adalah RSUD Haji kemudian, RSUD Labuang Baji, RSKDIA Siti Fatimah dan terakhir RSKD Ibu dan Anak Pertiwi sesuai grafik dibawah ini :

86

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Sumber : Data BLU Daerah (Pemda)

Grafik 89 Nilai Aset BLU Daerah

b. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU Daerah BLU Daerah yang berada di Sulawesi Selatan mulai menjadi BLU Daerah terhitung Januari 2013. Aset BLU Daerah masih terdiri aset dari Pemda dan telah mengalami perkembangan walaupun baru tahun 2013 menjadi BLU Daerah. Perkembangan aset BLU hanya RSKD Ibu dan Anak Pertiwi, dimana terjadi kenaikan Aset sebesar 0,1% dari Rp. 22.999 juta menjadi Rp. 23.023 juta seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 13 Perkembangan Aset BLU Daerah

Tabel 14 Perkembangan Aset BLU Daerah dalam Persen

Selama dua tahun terakhir BLU Daerah di sektor kesehatan telah mengalami banyak perkembangan. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase pagu PNBP
87

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

sebesar 37,02% dari total pagu. pagu. Perkembangan pagu Rupiah Murni dan PNBP BLU Daerah tahun 2012 dan tahun 2013 terlihat pada tabel berikut.
Tabel 15 Perkembangan Pagu BLU Daerah

Salah satu tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government). Oleh karena itu satker BLU didorong untuk menciptakan kemandirian terhadap dirinya sendiri. Kemandirian tersebut dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM). Terlihat bahwa porsi Rupiah Murni Murni semakin berkurang. c. Analisis legal Dalam pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah terdapat beberapa peraturan yang mengatur bahkan sampai ke tingkat Gubernur. Peraturan-peraturan peraturan tersebut telah sinkron dengan peraturan induk pengelolaan BLU yaitu PP no nomor 23/2005 jo PP nomor 74/2012 tentang Pengelolaan BLU dan Permendagri nomor 61/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLU Daerah. Beberapa peraturan daerah yang menjadi dasar pelaksanaan pengelolaan BLU Daerah terlihat pada tabel berikut:
Tabel 16 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLU Daerah Sulawesi Selatan

Sumber : BLU Daerah (Pemda)

88

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

B. Manajemen Investasi Di Provinsi Sulawesi Selatan juga terdapat investasi pemerintah khususnya penerusan pinjaman (Subsidiary Loan Agreement) dan RDI/RPD/PRJ. 1. Penerusan pinjaman Salah satu investasi adalah (Subsidiary Loan penerusan pinjaman pemerintah pusat

Agreement) kepada Pemerintah Daerah / BUMD di wilayah

Sulawesi Selatan sebesar Rp. 410.559.121.041,95


Tabel 17 Profil Penerusan Pinjaman (SLA) s.d. Desember 2012 (dalam jutaan rupiah)

No
1 2 3 4 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 27 28 29 30 31 33 34 35

Nomor SLA
SLA-EKS BI-12/009 SLA-998/DP3/1997 SLA-993/DP3/1997 SLA-991/DP3/1991 SLA-989/DP3/1997 SLA-987/DP3/1997 SLA-986/DP3/1997 SLA-985/DP3/1997 SLA-984/DP3/1997 SLA-980/DP3/1997 SLA-979/DP3/1997 SLA-925/DP3/1996 SLA-833/DP3/1995 SLA-792/DP3/1995 SLA-429/DDI/1988 SLA-159/DDI/1984 SLA-1224/DSMI/2009 SLA-1215/DP3/2008 SLA-1205/DP3/2006 SLA-1202/DP3/2006 SLA-12/032/IBRD/PP SLA-12/032/IBRD/PP SLA-1051/DP3/1998 SLA-1042/DP3/1998 SLA-1041/DP3/1998 SLA-1027/DP3/1998 SLA-1026/DP3/1998 SLA-1018/DP3/1998 SLA-1015/DP3/1998 SLA-1014/DP3/1998

Penerima SLA
PEMKO MAKASAR PEMKAB. BARRU PEMKAB. BANTAENG PEMKAB. JENEPONTO PDAM KAB SINJAI PEMKAB. PINRANG PDAM KAB PINRANG PDAM KAB WAJO PEMKAB. WAJO PDAM KAB BONE PEMKAB SOPPENG PEMPROP SULSEL PEMKO MAKASAR PDAM KOTA MAKASAR PDAM KOTA MAKASAR PEMKO MAKASAR PEMKAB. BARRU PEMKOT. PALOPO PEMKO PARE-PARE PEMKAB SIDRAP PDAM PARE-PARE PDAM PARE-PARE PEMKAB PANGKEP PDAM KAB SIDRAP PDAM KAB GOWA PDAM KAB BULUKUMBA PDAM KOTA PALOPO PEMKAB GOWA PDAM KAB TAKALAR PEMKAB. TAKALAR

Jumlah SLA
2.711,23 1.227,41 2.584,89 1.714,96 471,91 2.413,97 696,64 1.291,93 2.767,51 664,16 1.848,97 8.322,90 15.892,89 159.257,25 17.858,76 6.901,00 45.795,47 43.974,70 41.068,32 34.111,30 1.598,63 158,00 938,08 849,90 1.773,13 984,07 1.307,81 2.005,44 333,85 826,10

Pembayaran Pokok
2.006,26 1.227,41 1.723,26 571,65 1.931,18 1.845,00 365,29 1.848,97 8.322,90 3.589,33 66.234,56 17.858,76 897,26 5.112,18 4.548,17 181,36 20,10 713,27 1.684,47 1.056,30 2.005,44 89,03 523,20

Sisa Pinjaman
704,98 861,63 1.143,31 471,91 482,79 696,64 1.291,93 922,50 298,87 12.303,56 93.022,69 6.003,73 45.795,47 43.974,70 35.956,14 29.563,12 1.417,27 137,90 224,81 849,90 88,66 984,07 251,50 244,83 302,90

89

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

36 37 38 39 40 41

SLA-1012A/DP3/1998 SLA-1012/DP3/1998 SLA-1011/DP3/1997 SLA-1010/DP3/1997 SLA-1003/DP3/1997 SLA-1000/DP3/1997

PDAM KAB PANGKAJENE PDAM KAB JENEPONTO PEMKAB TANATORAJA PDAM KAB TANATORAJA PDAM KAB BARRU PDAM KAB ENREKKANG JUMLAH

732,69 1.747,76 2.792,94 1.165,14 1.341,74 427,68 410.559,12

1.861,96 126.217,32

732,69 1.747,76 930,98 1.165,14 1.341,74 427,68 284.341,81

Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA

Berdasarkan SLA tersebut diatas selama Triwulan I tahun 2013 dilakukan Pembayaran Angsuran Pokok SLA. Perkembangan pembayaran angsuran pokok selama Triwulan I tahun 2013 terlihat pada tabel berikut :
Tabel 18 Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA Sulawesi Selatan Triwulan I Tahun 2013

No
1 2 3 4 5 6 7 8

Nomor SLA
SLA-1015/DP3/1998 SLA-1047/DP3/1998 SLA-1051/DP3/1998 SLA-1205/DP3/2006 SLA-979/DP3/1997 SLA-1026/DP3/1998 SLA-1215/DP3/2008 SLA-1041/DP3/1998

Penerima SLA
Januari 2012
PDAM KAB TAKALAR PEMKAB POLMAS PEMKAB PANGKEP PEMKO PARE-PARE PEMKAB SOPPENG PDAM KOTA PALOPO PEMKOT. PALOPO PDAM KAB GOWA 11.128.432,98 11.128.432,98

Pembayaran Pokok
Pebruari 2012
49.484.640,00 37.195.398,25 1.382.928.515,37 50.300.228,80 1.519.908.782,42

Maret 2012
88.656.552,52 88.656.552,52

JUMLAH

Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA

Pada Triwulan I Pembayaran Pokok Angsuran untuk pinjaman SLA hanya dilakukan oleh 8 debitur dari 41 debitur se-Sulawesi Selatan saja. Hal ini dikarenakan pinjaman tersebut belum jatuh tempo. Sedangkan pembayaran bunga dan denda selama Triwulan I tahun 2013 terlihat bahwa Pemerintah Kota Palopo melakukan pembayaran terbanyak sebesar Rp 3 milyar di bulan Maret 2013 dikuti Pemerintah Kota Pare Pare sebesar Rp 1,5 milyar pada bulan Pebruari 2013. Perkembangan Pembayaran Bunga dan Denda SLA Triwulan I tahun 2013 di Propinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:

90

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

No
1 2 3 4 5 6 7 8

Tabel 19 Perkembangan Pembayaran Bunga dan Denda SLA Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I Tahun 2013 Nomor SLA Penerima SLA Pembayaran Bunga dan Denda Januari Pebruari Maret
SLA-1015/DP3/1998 SLA-1047/DP3/1998 SLA-1051/DP3/1998 SLA-1205/DP3/2006 SLA-979/DP3/1997 SLA-1026/DP3/1998 SLA-1215/DP3/2008 SLA-1041/DP3/1998 PDAM KAB TAKALAR PEMKAB POLMAS PEMKAB PANGKEP PEMKO PARE-PARE PEMKAB SOPPENG PDAM KOTA PALOPO PEMKOT. PALOPO PDAM KAB GOWA JUMLAH 7.328.567,02 7.328.567,02 23.774.620,00 15.735.366,87 1.523.501.661,63 67,25 15.104.040,92 1.578.115.756,67 3.000.000.000,00 5.237.509,36 3.005.237.509,36 -

Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa pada bulan Januari, Pebruari dan Maret masih terdapat Pemda yang tidak membayar bunga demikian juga dengan tahun 2011 dan tahun 2012 untuk itu Direktorat Jenderal Perbendaharaan cq. Direktorat Sistem Manajemen Investasi telah melakukan teguran antara lain dengan surat nomor S535/PB.4/2013 tanggal 11 April 2013 yang ditujukan kepada Direksi PDAM Kab Bone dan surat nomor S-542/PB.4/2013 tanggal 11 April 2013 yang ditujukan kepada Walikota Makassar.
2. RDI/RPD/PRJ

Selain SLA, juga

terdapat skema Rekening Dana Investasi (RDI), Rekening

Pembangunan Daerah (RPD) dan Perjanjian (PRJ). Terdapat 24 jenis RDI/RPD/PRJ yang terdiri dari 1 (satu) RDI, 22 (dua puluh dua) RPD dan 1 (satu) RPJ. RDI/RPD adalah hasil pengembalian dana SLA yang ditampung dalam RDI/RPD. Dana yang tertampung dalam dua rekening tersebut tidak disetorkan ke kas Negara melainkan dipinjamkan kembali kepada debitur seperti PEMDA, BUMD dan BUMN dengan bentuk pinjaman seperti RDI/RPD/PRJ. Namun sejak tahun 2007 BPK merekomendasikan bahwa semua pengeluaran Negara harus melalui mekanisme APBN, sehingga sejak saat itu pemerintah tidak menyalurkan pinjaman lagi dari dua rekening tersebut, karena semua sudah masuk ke kas negara. Sehingga pinjaman yang ada hanya merupakan pengembaliannya saja.

91

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tabel 20 Profil RDA/RDI/RPD s.d. Desember 2012

No

Nomor RDA/RDI/RPD
RDA-327/DP3/2006 RDA-326/DP3/2005 RDA-294/DP3/1997 RDA-291/DP3/1997 RDA-283/DP3/1997 RDA-277/DP3/1996 RDA-271/DP3/1997 RDA-261/DP3/1997 RDA-246/DP3/1996 RDA-242/DP3/1996 RDA-204/DP3/1994 RDA-19/DDI/1988 RDA-176/DP3/1994 RDA-115/DP3/1993 RDA-090/DDI/1992 RDA-066/DDI/1991 RDA-037/DDI/1990
RDA.P5-23A/DP3/1993 RDA.P5-123/DP3/1993 RDA.P5-118/DP3/1993 RDA.P5-113/DP3/1993

Penerima RDA/RDI/RPD
PEMKAB BONE PEMKAB SOPPENG PDAM KAB TANATORAJA PDAM KAB KOLAKA PEMKAB GOWA PEMKAB PANGKEP PDAM KAB PINRANG PDAM KAB POLMAS PDAM KAB PANGKAJENE PEMKAB MAROS PDAM KAB SOPPENG PDAM KOTA MAKASAR PDAM KAB WAJO PEMKO MAKASAR PDAM KAB SINJAI PEMKO PARE-PARE PDAM KOTA MAKASAR PEMKOT. PALOPO PDAM KOTA PALOPO PDAM KAB BONE PEMKAB BONE JUMLAH

Jumlah RDA/ RDI/RDP

(dalam jutaan rupiah) Pembayaran Sisa Pokok pokok

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

28.892,55 9.899,44 6.938,64 1.491,40 2.045,92 2.445,39 3.605,90 6.129,95 4.709,62 3.349,06 2.075,77 2.232,50 2.751,79 11.988,22 1.221,16 8.973,05 348,21 1.333,46 4.664,74 2.187,02 2.367,24 109.651,03

11.557,02 7.089,75 2.045,92 2.445,39 3.349,06 17,05 2.232,50 91,55 1.598,43 117,50 5.729,71 348,21 1.333,46 4.509,25 1.458,01 2.288,33 46.211,14

17.335,53 2.809,69 6.938,64 1.491,40 3.605,90 6.129,95 4.709,62 0,00 2.058,72 2.660,24 10.389,79 1.103,65 3.243,34 155,49 729,01 78,91 63.439,89

Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA

Perkembangan pengelolaan RDA selama Triwulan I tahun 2013 terlihat pada tabel berikut:
Tabel 21 Data Pengelolaan RDI/RDA/PRD/PRJ Bulan Januari s.d. Maret 2013

Pengelolaan Pinjaman RDI/RDA/PRD/PRJ Bulan Januari -Maret 2013


No 1 2 3 4 5 No. Pinjaman Nama Debitur Pokok RDA.P5-113/DP3/1993PEMKAB BONE 78.908.102,33 RDA-327/DP3/2006 PEMKAB BONE 1.444.627.650,00 AMA-51/RDA.P5-123 PDAM KOTA PALOPO 141.418.128,42 RDA-326/DP3/2005 PEMKAB SOPPENG 2.809.694.112,72 RDA-326/DP3/2005 PEMKAB SOPPENG Bunga 4.188.705,10 1.018.944.035,80 98.593.782,05 491.134.531,93 Denda 1.288,10 3.598.925,00 RPH 83.096.807,43 2.463.571.685,80 240.011.910,47 3.300.829.932,75 3.598.925,00

sumber: Data Kanwil, Dit. SMI

92

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Pengelolaan Pinjaman RDA (dalam Jutaan Rupiah)


PEMKAB SOPPENG PEMKAB SOPPENG PDAM KOTA PEMKAB BONE PEMKAB BONE 1.000 2.000 3.000 4.000
PEMKAB SOPPENG 3,60 3,60 -

PDAM KOTA PEMKAB PEMKAB BONE PEMKAB BONE PALOPO SOPPENG RPH Denda Bunga 83,10 4,19 2.463,57 1.018,94 240,01 98,59 3.300,83 0,00 491,13

Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA

Grafik 90 Pengelolaan Pinjaman RDA

Berdasarkan Perkembangan Pembayaran terdapat kredit macet yang disebabkan karena kondisi bisnis dan juga kondisi keuangan perusahaan daerah penerima SLA, untuk itu telah dilakukan teguran-teguran teguran oleh Direktorat jenderal Perbendaharaan cq. Direktorat Sistem Manajemen Investasi, antara lain surat nomor S-543/PB.4/2013 543/PB.4/2013 tanggal 11 April 2013 yang ditujukan kepada Walikota Parepare, surat nomor S-544/PB.4/201 S 544/PB.4/2013 tanggal 11 April 2013 yang ditujukan kepada Direksi PDAM Kota Palopo dan surat Nomor S-669/PB.4/2013 669/PB.4/2013 yang ditujukan kepada Direksi PDAM Kabupaten Tanatoraja. Berikut disajikan tabel kredit macet berdasarkan sumber pinjaman:

93

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tabel 22 Data Kredit Macet Berdasarkan Sumber Pinjaman

Sumber Pinjaman No Uraian PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI (SLA) No. Pinjaman 1 PDAM KAB BONE 2 PDAM KAB GOWA 3 PDAM KOTA PALOPO SLA-980/DP3/1997 SLA-1041/DP3/1998 SLA-1026/DP3/1997 SLA-429/DDI/1988 4 PDAM KOTA MAKASAR SLA-792/DP3/1995 Jumlah PINJAMAN DALAM NEGERI (RDA,RPD,RDI,PRJ) No. Pinjaman Jumlah 2.187.020.573,96 Jumlah 2.851.175.708,96 1.773.131.050,43 4.664.737.762,83 1.930.000.000,00 2.232.500.000,00 348.207.187,50 5.972.543.711,60 19.788.755.808,22 161.489.750.884,79 348.207.187,50 1.528.313.088,36 RDA-242/DP3/1996 SLA-1051/DP3/1998 SLA-987/DP3/1997 938.077.349,54 RDA-277/DP3/1996 2.413.972.451,06 185.741.461.716,17 17.156.911.607,90 3.349.055.291,68 2.445.390.791,93 3.349.055.291,68 3.383.468.141,47 2.413.972.451,06 202.898.373.324,07

664.155.135,00 RDA.P5-118/DP3/1993 1.773.131.050,43 1.307.805.948,77 RDA.P5-123/DP3/1993 17.858.755.808,22 PRJ-045/MD.4/1987 159.257.250.884,79 RDA-19/DDI/1988 RDA-037/DDI/1990

5 PEMKAB. MAMUJU 6 PEMKAB MAROS 7 PEMKAB PANGKEP 8 PEMKAB. PINRANG JUMLAH

SLA-983/DP3/1997

1.528.313.088,36

Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA

Sebagian besar kredit macet tersebut telah dilakukan restrukturisasi. Hal tersebut terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 23 Data Pinjaman Macet Yang telah Direstrukturisasi

Restrukturisasi No
1 2 3 4 5 6 7 8

Uraian
PDAM KAB BONE PDAM KAB GOWA PDAM KOTA PALOPO PDAM KOTA MAKASAR PEMKAB. MAMUJU PEMKAB MAROS PEMKAB PANGKEP PEMKAB. PINRANG

SLA
365.285.324,25 886.565.525,22 6.877.209.318,11 48.552.751.914,63 611.325.235,34

RDA/RPD/RDI/PRJ
1.436.516.058,31 2.828.362.568,42 257.333.342,00 241.856.274,06 59.482.732,76 3.181.602.458,62

Jumlah
1.801.801.382,56 886.565.525,22 2.828.362.568,42 7.134.542.660,11 48.794.608.188,69 59.482.732,76 611.325.235,34 3.181.602.458,62 1.570.577.573,51 1.206.986.225,53

103.343.573,51 1.206.986.225,53

1.467.234.000,00 -

JUMLAH

58.603.467.116,59

9.472.387.434,17

68.075.854.550,76

Sumber : Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA

94

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

BAB VI ANALISIS FISKAL REGIONAL


A. Pendapatan Pusat dan Daerah 1. Rasio pendapatan terhadap PDRB, mencerminkan kontribusi perekonomian kepada kemampuan fiscal melalui penerimaan negara/daerah. Rasio pajak = Tahun 2011 Rasio pajak = Tahun 2012 Rasio pajak = 341.667.101.000 40.966.030.000 1.075.944.015.000 34.615.800.000 penerimaan pajak PDRB

= 31,08

= 8,34

Rasio bea dan cukai = Tahun 2011 Rasio bea dan cukai = Tahun 2012 Rasio bea dan cukai = Rasio PAD = Tahun 2011 Rasio PAD = Tahun 2012 Rasio PAD =

penerimaan bea masuk dan cukai PDRB 8.307.494.000 34.615.800.000 9.967.825.000 40.966.030.000 PAD PDRB = 0,24

= 0,24

3.026.380 34.615,8 M 3.561.276 40.966,03 M

= 8,74

= 8,69

2. Rasio pendapatan per kapita, mencerminkan kontribusi populasi/penduduk terhadap pendapatan negara/daerah. Rasio pajak = penerimaan perpajakan jumlah penduduk

95

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Tahun 2011 Rasio pajak = Tahun 2012 Rasio pajak =

1.075.944.015.000 8.034.776 jiwa 341.667.101.000 8.115.638 jiwa

= 194.493

= 42.708,37

Rasio bea dan cukai = Tahun 2011 Rasio bea dan cukai = Tahun 2012 Rasio bea dan cukai =

penerimaan bea masuk dan cukai jumlah penduduk

8.307.494.000 8.034.776 jiwa 9.967.825.000 8.115.638 jiwa

= 1.038.375

= 1.245.875

Rasio PAD = Tahun 2011 Rasio PAD = Tahun 2012 Rasio PAD =

PAD jumlah penduduk

3.026.380 juta 8.034.776 jiwa 3.561.276 juta 8.115.638 jiwa

= 378.297,5

= 445.159,5

B. Belanja Pusat dan Daerah 1. Rasio belanja APBN, indikator ini digunakan untuk membandingkan proporsi dana APBN yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan belanja pada APBD. pagu belanja DK+TP+UB pagu total belanja pemerintah daerah

Rasio belanja APBN = Tahun 2011 Rasio belanja APBN = Tahun 2012 Rasio belanja APBN =

2.911.740 18.720.586 2.848.996 21.740.913

= 0,15

= 0,13

2. Rasio total belanja terhadap populasi, indicator ini cenderung berfungsi sebagai perbandingan spasial antara wilayah, untuk mendapatkan proporsi antara kebijakan fiscal yang tercermin dari APBD dengan indicator demografis (populasi). Sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih fair besaran anggaran pada suatu wilayah.

96

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Rasio total belanja terhadap populasi = Tahun 2011 Rasio total belanja terhadap populasi = Tahun 2012 Rasio total belanja terhadap populasi =

pagu total belanja jumlah penduduk

18.720.586 8.034.776 jiwa 21.740.913 8.115.638 jiwa

= 2.340.073,25

= 2.717.614,12

3. Rasio belanja pegawai, rasio ini untuk mengetahui seberapa besar proporsi APBD yang digunakan untuk membayar belanja pegawai. Rasio belanja pegawai = Tahun 2011 Rasio belanja pegawai = Tahun 2012 Rasio belanja pegawai = pagu belanja pegawai pemerintah daerah pagu total belanja pemerintah daerah

8.602.770 18.720.586 9.776.257 21.740.913

= 0,46

= 0,45

4. Rasio belanja modal pemerintah pusat, indicator ini dimaksudkan untuk membandingkan belanja modal yang bersumber dari APBN dan APBD yang merupakan motor pertumbuhan regional. Rasio belanja modal pemerintah pusat = Tahun 2011 Rasio belanja modal pemerintah pusat = Tahun 2012 Rasio belanja modal pemerintah pusat = pagu belanja modal APBN pagu belanja modal APBD

5.877.049 3.762.632 6.037.166 3.753.294

= 1,56

= 1,61

5. Rasio belanja modal, rasio ini untuk mengetahui tingkat fokus Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui alokasi belanja modal, yang tercermin dari proporsi alokasi belanja modal dari belanja pada APBD. pagu belanja modal Rasio belanja modal = pagu total belanja pemerintah daerah Tahun 2011 3.762.632 = 0,20 Rasio belanja modal = 18.720.586 Tahun 2012 Rasio belanja modal =

3.753.294 21.740.913

= 0,17

97

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

C. Ruang fiskal dan kemandirian daerah 1. Ruang fiskal, pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked (DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat). Mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda tanpa mengganggu solvabilitas fiscal (membiayai belanja wajib). Ruang fiscal = (total pendapatan DAK) (belanja pegawai tak lansung) Tahun 2011 17.254.242 Ruang fiscal = (19.462.971 1.269.893) (938.836) = Tahun 2012 Ruang fiscal = (21.127.206 1.227.933) (948.301) = 18.950.972 2. Rasio kemandirian daerah, Rasio PAD terhadap total pendapatan dan rasio dana transfer terhadap total pendapatan. Apabila rasio PAD lebih besar dari pada rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan tinggi. PAD total pendapatan 3.026.380 19.462.971 3.561.276 21.127.206 = 0,15

Rasio PAD = Tahun 2011 Rasio PAD = Tahun 2012 Rasio PAD =

= 0,16

Rasio dana transfer = Tahun 2011 Rasio dana transfer = Tahun 2012 Rasio dana transfer =

total Dana Transfer total pendapatan 12.309.402 19.462.971 14.469.811 21.127.206 = 0,63

= 0,68

D. Rasio Belanja Sektoral 1. Rasio belanja sektoral, rasio-rasio yang digunakan pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran mengenai focus/prioritas bidang pemerintah daerah pada bidang-bidang tertentu. Melalui perbandingan rasio antar wilayah (provinsi/kabupaten/kota) dapat diketahui perbedaan prioritas bidang diantara wilayah tersebut. Disamping itu, juga disajikan rasio-rasio yang bertujuan mendapatkan perbandingan (secara intuitif) dampak dari pertumbuhan belanja pemerintah daerah pada tiap bidang kepada pertumbuhan beberapa indicator social-ekonomi terkait.

98

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

a. Belanja bidang pelayanan public dan birokrasi


Rasio belanja pelayanan publik = Tahun 2011 Rasio belanja pelayanan publik = Tahun 2012 Rasio belanja pelayanan publik = 7.587.571 21.740.913 = 0,34 5.710.875 18.720.586 = 0,30 pagu belanja pelayanan publik pagu total belanja pemerintah daerah

b. Belanja bidang infrastruktur


Rasio belanja infrastruktur = Tahun 2011 Rasio belanja infrastruktur = Tahun 2012 Rasio belanja infrastruktur = 2.194.172 21.740.913 = 0,10 2.139.209 18.720.586 = 0,11 pagu belanja infrastruktur pagu total belanja pemerintah daerah

c. Belanja bidang kesehatan


Rasio belanja kesehatan = pagu belanja kesehatan pagu total belanja pemerintah daerah 1.869.115 18.720.586 2.204.465 21.740.913 = 0,09

Tahun 2011
Rasio belanja kesehatan =

Tahun 2012
Rasio belanja kesehatan = = 0,10

Rasio pertubuhan fasilitas kesehatan =

pertumbuhan belanja kesehatan pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan 0,84 0,93 = 0,90

Rasio pertubuhan fasilitas kesehatan =

Rasio pertubuhan tenaga medis =

pertumbuhan belanja kesehatan pertumbuhan jumlah tenaga medis 0,84 0,82 = 1,02

Rasio pertubuhan tenaga medis =

99

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

d. Belanja bidang pendidikan


Rasio belanja pendidikan = pagu belanja pendidikan pagu total belanja pemerintah daerah 5.817.173 18.720.586 6.696.727 21.740.913 = 0,31

Tahun 2011
Rasio belanja pendidikan =

Tahun 2012
Rasio belanja pendidikan = = 0,31

Rasio pertubuhan partisipasi sekolah =

pertumbuhan belanja pendidikan pertumbuhan jumlah partisipasi sekolah 100 0,04 = 2.500

Rasio pertubuhan partisipasi sekolah =

Rasio pertumbuhan jumlah guru =

pertumbuhan belanja pendidikan pertumbuhan jumlah guru 100 0,35 = 285,71

Rasio pertubuhan jumlah guru =

Rasio penurunan buta huruf =

pertumbuhan belanja pendidikan penurunan jumlah buta huruf 100 0,02 = 5.000

Rasio penurunan buta huruf =

e. Belanja bidang kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan


pagu belanja kesejahteraan pagu total belanja pemerintah daerah 166.395 18.720.586 108.515 21.740.913 = 0,008

Rasio belanja kesejahteraan =

Tahun 2011
Rasio belanja kesejahteraan =

Tahun 2012
Rasio belanja kesejahteraan = = 0,004

100

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Rasio pertumbuhan HDI =

pertumbuhan belanja kesejahteraan Pertumbuhan HDI 2,00 72,14 = 0,02

Rasio pertumbuhan HDI =

Rasio penurunan penduduk miskin =

pertumbuhan belanja kesejahteraan tingkat penurunan penduduk miskin 2,00 0,86 = 2,32

Rasio penurunan penduduk miskin =

Rasio kenaikan angka kematian bayi =

pertumbuhan belanja kesejahteraan kenaikan angka kematian bayi 2,00 1,61 = 1,24

Rasio kenaikan angka kematian bayi =

f. Belanja bidang pertanian


Rasio belanja pertanian = pagu belanja pertanian pagu total belanja pemerintah daerah 464,293 18.720.586 610.311 21.740.913 = 0,024

Tahun 2011
Rasio belanja pertanian =

Tahun 2012
Rasio belanja pertanian = = 0,024

Rasio pertubuhan Nilai Tukar Petani =

pertumbuhan belanja kesejahteraan pertumbuhan NPI 2,00 0,02 = 100

Rasio pertubuhan Nilai Tukar Petani =

Rasio peingkatan produksi =

pertumbuhan belanja pertanian pertumbuhan produksi pertanian 100 11,41 = 8,76

Rasio peingkatan produksi =

101

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

E. SILPA dan Pembiayaan 1. Perkembangan surplus/deficit APBD a. Rasio surplus/deficit terhadap aggregate pendapatan, rasio untuk mengetahui proporsi adanya surplus/deficit anggaran terhadap pendapatan yang menunjukkan performa fiscal pemerintah daerah dalam menghimpun pendapatan untuk mengcover belanja, atau penghematan belanja dengan kondisi pendapatantertentu. Rasio surplus/deficit terhadap pendapatan = surplus/defisit total pendapatan

Tahun 2011
Rasio surplus/deficit terhadap pendapatan =

742.385 19.462.971 613.707 21.127.206

= 3,81

Tahun 2012
Rasio surplus/deficit terhadap pendapatan =

=2,90

b. Rasio surplus/deficit terhadap PDRB, indicator ini menggambarkan kesehatan ekonomi regional, semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik membiayai hutang akibat anggaran pemerintah daerah.

Rasio surplus/deficit terhadap PDRB =

surplus/defisit PDRB

Tahun 2011
Rasio surplus/deficit terhadap PDRB =

742.385 34.615, 613.707 40.966,03

= 2,145

Tahun 2012
Rasio surplus/deficit terhadap PDRB = = 14,98

c. Rasio SILPA terhadap alokasi belanja, rasio ini mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah. jumlah SILPA pagu total belanja pemerintah daerah

Rasio SILPA terhadap belanja =

Tahun 2011
Rasio SILPA terhadap belanja =

1.063.750 18.720.586 1.239.628 21.740.913

= 0,056

Tahun 2012
Rasio SILPA terhadap belanja =

= 0,057
102

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

2.

Perkembangan pembiayaan a. Rasio pinjaman daerah terhadap total pembiayaan, rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang dilakukan daerah untuk membiayai deficit APBD Rasio pinjaman daerah = realisasi pinjaman daerah total realisasi pembiayaan

Tahun 2011
Rasio pinjaman daerah =

104.536 605.001 267.592 614.170

= 0,17

Tahun 2012
Rasio pinjaman daerah =

= 0.43

b. Rasio keseimbangan primer, rasio ini mencerminkan indikasi likuiditas. Semakin besar surplus kesimbangan primer, maka semakin baik kemampuan untuk membiayai deficit. total pendapatan total belanja belanja bunga total pendapatan

Keseimbangan primer =

Tahun 2011
Keseimbangan primer =

19.462.971 18.720.586 41.305 19.462.971 21.127.206 21.740.913 40.512 21.127.206

= 0,036

Tahun 2012
Keseimbangan primer =

= -0,031

103

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

BAB VII VII PENUTUP


A. Kesimpulan 1. Kondisi perekonomian Sulawesi Selatan secara menyeluruh masih menunjukkan perkembangan yang positif. Pertumbuhan perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan I tahun 2013 mencapai 7,79% pertumbuhan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2012 yaitu 7,95% namun lebih tinggi bila dibandingkan secara nasional pada periode yang sama tahun 2013 yang baru mencapai 6,02%. Secara umum capaian kinerja tersebut didukung oleh pertumbuhan pada sektor pertanian sektor industry pengolahan sektor listrik gas dan air dan sektor perdagangan,hotel dan restoran. Demikian pula dalam tahun 2012 angka pertumbuhan lebih tinggi dari pada pertumbuhan tahun sebelumnya dan pertumbuhan Nasional. Inflasi pada triwulan I 2013 di Sulawesi Selatan cukup tinggi yaitu di kisaran 4,61 % namun masih lebih rendah dibanding nasional yaitu 5,90%. Penyebab inflasi tinggi adalah antara lain pengaruh cuaca dan kebijakan pembatasan impor hortikultura yang menjadi penyebab naiknya harga kelompok bahan makanan disamping peningkatan harga properti dan bahan bangunan demikian juga dengan investasi di Sulawesi Selatan tumbuh cukup tinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar 15,22% (yoy) dan Investasi pada Triwulan I tahun 2013 sebesar 12,64%. Investasi dalam negeri (PMDN) banyak dilakukan pada sektor peternakan, industri makanan, industri kertas dan listrik. PMDN dan PMA juga ikut membiayai proyek infrastruktur swasta. 2. Gini ratio Provinsi Sulawesi Selatan cenderung semakin meningkat seiring dengan gini ratio Nasioal, hal ini menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk yang semakin besar dan mengindikasikan ketidakmerataan pendapatan. 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Selatan yang berada di atas IPM Nasional. Hal ini menunjukkan pembangunan IPM di Prov. Sulsel relatif lebih berhasil dibandingakan daerah lainnya di Indonesia yang masih berada di bawah IPM Nasional. 4. Kondisi perbankan di Sulawesi Selatan menunjukkan kinerja yang positif antara lain tercermin dari stabilitas indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) dan rasio kredit bermasalah (Non Prforming Loan- NPL). 5. Jumlah penduduk secara nasional sesuai sensus tahun 2010 mencapai 237.641.326 orang, termasuk jumlah penduduk Prov. Sulsel sebesar 8.034.776
104

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

orang atau 3,4 persen dari penduduk nasional. Periode 1990-2000 perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara nasional dan Prov. Sulsel sekitar 0.04 persen. Periode 2000-2010 perbedaan laju pertumbuhan penduduk semakin besar yaitu menjadi sekitar 0,32 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa Pemda Sulsel berhasil menekan laju pertumbuhan penduduknya. Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Selatan pada Februari 2010 sebesar 3.536.893 orang, Februari 2011 meningkat menjadi 3.634.355 orang dan Februari 2012 naik lagi menjadi 3.642.426 orang. Namun pada Februari 2013 terjadi sedikit penurunan jumlah angkatan kerja menjadi 3.619.993. Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara konsisten mengindikasikan bahwa perekonomian Sulawesi Selatan masih cukup baik dalam mengatasi masalah pengangguran. 6. Beberapa sektor terpilih di Sulawesi Selatan dalam kajian ini menunjukkan perkembangan yang meningkat. Jumlah total tenaga kesehatan, sarana kesehatan, angka partisipasi sekolah (APS), rasio murid-guru dan murid-sekolah untuk semua jenjang pendidikan, nilai tukar petani, perkembangan transportasi dan nilai pekerjaan konstruksi dari tahun ke tahun semakin meningkat. Beberapa hal yang menurun adalah jumlah perusahaan konstruksi dan kesediaan angkutan umum khususnya Bus. 7. Tax ratio regional Prov. Sulsel mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 4,45% menjadi sebesar 4,28 persen di tahun 2012. Penerimaan pajak pusat triwulan I tahun 2013 menurun dibanding triwulan I tahun 2011 dan 2012, sedangkan perkembangan PDRB triwulan I tahun 2013 meningkat signifikan dibanding Triwulan I tahun 2011 dan 2012. Hal ini menunjukkan kinerja penerimaan pajak pusat di Prov. Sulsel relatif belum optimal dalam menangkap pertumbuhan ekonomi Prov. Sulsel yang terbilang cukup tinggi dan stabil peningkatannya. 8. Realisasi PAD dalam APBD tahun 2012 Prov. Sulsel secara agregat (prov, kab, kota) Rp3.536,36Milyar. Mayoritas PAD berasal dari Pajak Daerah (74,13%), sisanya adalah Retribusi Daerah (13,86%), Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan (4,06%) dan Penerimaan lain-lain (7,94%). Tiga tahun terakhir terjadi surplus APBD, namun dibandingkan kebutuhan pembangunan yang sangat tinggi, maka surplus tersebut bisa diartikan sebagai kurang optimalnya kinerja pemerintah dalam mengalokasikan dana yang disediakan untuk pembangunan di Prov. Sulsel. Komposisi belanja 2012 menunjukkan APBD masih belum produktiv. Separuh APBD hanya digunakan untuk membayar keperluan pegawai pemerintah daerah. Belanja Modal yang seharusnya lebih diutamakan masih kalah besar porsinya dibanding Belanja Barang. PAD dan PDRB meningkat dalam kisaran 16%. Ini
105

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

menunjukkan PAD secara alamiah mengikuti PDRB, karena itu dapat diduga jika PDRB turun maka PAD akan turun. Persentase PAD terhadap PDRB 2011 baru 2,20% dan menjadi 2,22% pada 2012. Peningkatan sebesar 0,02% ini relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi yang bisa didapatkan dari PDRB Prov. Sulsel yang selalu meningkat cukup tinggi bahkan pada tahun 2012 menjadi Provinsi yang pertumbuhan ekonominya tertinggi di Indonesia. Pemda memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada pemerintah pusat. PAD agregat paling tinggi baru mencapa sekitar 24%. 9. Realisasi Triwulan I 2013 di Sulsel didominasi oleh belanja negara 72,66%, sedangkan belanja transfer ke daerah hanya 27,34%. Masih rendahnya jumlah transfer ke daerah karena beberapa daerah terkena sanksi penundaan pencairan dana transfer karena belum menyerahkan APBD 2013. Di tahun 2013, alokasi belanja pegawai meningkat sejalan dengan kebijakan dalam meningkatkan alokasi anggaran untuk gaji, tunjangan dan kontribusi sosial. Alokasi belanja barang menurun dibanding tahun 2012 namun alokasi belanja modal meningkat. 10. Penyerapan anggaran 2012 masih menumpuk di bulan Desember (3.200), namun relatif jauh berkurang dibanding Desember 2011 (3.656). Hal ini merupakan respon positif dari Surat Menkeu No. S-596/MK.05/2012 tanggal 14 Agustus 2012 hal Langkah-langkah Mengatasi Penumpukan Penyampaian SPM ke KPPN Menjelang Akhir Tahun Anggaran 2012. Realisasi belanja barang tahun 2012 berfluktuasi sepanjang tahun, tren pencairan belanja barang cenderung naik, realisasi terendah di bulan Januari sebesar Rp17 milyar dan mencapai puncaknya pada akhir tahun senilai Rp660,75 milyar. Demikian juga pada triwulan I tahun 2013 realisasi sangat rendah di bulan Januari hanya sebesar Rp43 milyar dan berangsur-angsur naik pada bulan Pebruari dan Maret 2013. Pada akhir tahun realisasi belanja modal melonjak tajam dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. 11. Tren belanja bansos pada bulan Januari dan Februari hampir tidak ada realisasi namun meningkat pada bulan Maret dan mencapai puncak pada bulan Juni realisasinya mencapai Rp263,29 milyar dan kemudian realisasi semakin menurun dan sampai dengan akhir tahun terealisasi Rp1.754,89 milyar atu mencapai 98,8 persen. Demikian juga triwulan I tahun 2013 tren penyerapan belanja sosial tidak begitu berbeda dengan triwulan I tahun 2012 yaitu pada bulan Januari tidak ada penyerapan dan pada bulan Pebruari dan Maret penyerapannya sangat rendah. 12. Penyerapan anggaran yang perlu mendapat perhatian lebih pada tahun 2013 adalah beberapa satuan kerja (satker) yang memiliki belanja modal dengan nilai lebih dari Rp 50 milyar. Terdapat 17 satker di Provinsi Sulawesi Selatan yang
106

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

memiliki pagu belanja modal diatas Rp50 milyar. Satker-satker dengan pagu belanja modal yang diblokir terbesar adalah Universitas Negeri Makassar 63,89%, Politeknik Negeri Ujung Pandang 87,68% dan Universitas Hasanudin 55,79%. Perkembangan realisasi belanja modal satker-satker tersebut sampai dengan 30 April 2013 masih dibawah target nasional Triwulan I yaitu 12%. Mengamati perkembangan penyerapan 2012-2013(I), dapat diidentifikasi satker-satker yang berpotensi rendah daya serapnya di tahun 2013 yaitu; Unit Induk Pembangunan Jaringan, Unit Induk Pembangunan Pembangkit, Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sulsel, Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov. Sulsel, Universitas Hasanudin. 13. Penyebab rendahnya penyerapan anggaran antara lain: terlalu sempitnya waktu Pelaksanaan APBN Perubahan sehingga tidak sempat direalisasi, Kualitas dokumen anggaran yang belum optimal karena besarnya blokir pada DIPA 14. Realisasi PAD dalam APBD tahun 2012 Prov. Sulsel secara agregat (prov, kab, kota) Rp3.536,36Milyar. Mayoritas PAD berasal dari Pajak Daerah (74,13%), sisanya adalah Retribusi Daerah (13,86%), Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan (4,06%) dan Penerimaan lain-lain (7,94%). 15. Satker BLU Kesehatan yang pagu PNBPnya lebih besar dari pagu RM adalah RS. Bhayangkara Makassar sebesar 79,96%. Semua satker blu PNBPnya diatas 20% kecuali satker BBKPM yang tahun 2012 PNBPnya baru mencapai 11,66%. 16. Sampai dengan tahun 2012, pagu PNBP tertinggi dari 4 satker BLU pendidikan di Prov. Sulsel adalah PIP Makassar yang mencapai 27,04%. Berdasarkan % Pagu PNBP dan RM, maka satker-satker BLU sektor kesehatan relatif lebih mandiri dibandingkan satker-satker BLU sektor pendidikan. 17. BLU sektor kesehatan tahun 2011 dengan aset Rp952,8M menghasilkan PNBP Rp236,6M (24,83%), tahun 2012 dengan aset Rp1,046T menghasilkan PNBP Rp291,2M (27,83%). Terlihat Aset meningkat 9,78% dan PNBP meningkat 3%. Selain itu rasio PNBP terhadap aset mencapai di atas 20%. Dibandingkan dengan perkembangan rasio Aset-PNBP satker BLU pendidikan yang hanya berkisar 6-8% maka dapat disimpulkan secara relatif satker BLU kesehatan menunjukkan efektifitas kinerja mendapatkan PNBP yang lebih baik. Dari 6 satker BLU Kesehatan, persentase tertinggi penerimaan PNBP dibandingkan Aset adalah Rumah Sakit Bhayangkara Makassar yaitu sebesar 64,92% pada tahun 2012 dan 63,66% pada tahun 2011. Semua satker BLU kesehatan mengalami kenaikan pendapatan PNBP, dan yang meningkat pesat adalah satker BKMM Makassar dari 27,29% pada 2011 menjadi 40,11% atau naik sebesar 12,82%. Dari 4 satker BLU
107

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Pendidikan, persentase tertinggi penerimaan PNBP dibandingkan Aset adalah Universitas Hasanuddin yaitu sebesar 9,7% pada tahun 2012 dan 8,27% pada tahun 2011. Namun yang mengalami kenaikan persentase PNBP-Aset hanya UIN Makassar dari 3,10% di 2011 menjadi 4,42% di tahun 2012. Hal ini menunjukkan UIN Makassar mengalami peningkatan efektivitas kinerja dalam usaha meningkatkan penerimaan PNBP. B. Rekomendasi 1. Perlu dikembangkan sistem pencatatan data kinerja ekonomi makro yang lebih kompatibel (asumsi, ukuran dan standar yang sama) pada keempat sektor perekonomian yang ada oleh Instansi-instansi terkait seperti BPS, Kemenkeu, BI. Untuk itu perlu koordinasi dan kerja sama yang erat pada instansi tersebut (koordinasi dan kerja samanya dapat diinisiasi oleh Kemenkeu) sehingga diharapkan antara lain benefit dari kebijakan fiskal (misal : pemberian stimulus fiskal) dapat ditrace ke sistem perekonomian khususnya sektor riil 2. Mengingat struktur PDRB selalu didominasi oleh pertanian yg diikuti oleh jasa-jasa, namun laju pertumbuhan dari sektor pertanian dan jasa-jasa adalah sangat rendah, yaitu 0,13 dan 0,11 masing-masing berada di urutan 7 dan 8 terkecil dari 9 lapangan usaha yg ada, untuk itu Pemda Sulsel perlu menetapkan sektor dimaksud menjadi prioritas utama yang harus ditingkatkan agar laju pertumbuhan di sektor dimaksud dapat lebih meningkat sehingga dapat memperbesar PDRB. 3. Gini ratio Sulawesi Selatan cenderung semakin meningkat hal ini menunjukkan ketimpangan pendapatan yang semakin besar dan mengindikasikan ketidakmerataan untuk mengurangi untuk itu diperlukan upaya-upaya pemerintah

ketimpangan pendapatan penduduk yang semakin besar, sehingga dapat meningkatkan akses seluruh masyarakat kepada infrastruktur pelayanan dasar seperti misalnya infrastruktur kesehatan, pendidikan dan transportasi. 4. Perlu ditempuh langkah-langkah mengoptimalkan penerimaan pajak pemerintah pusat dari sektor-sektor yang berpotensi dan belum digali secara optimal mengingat penerimaan pajak pusat triwulan I tahun 2013 menurun dibanding triwulan I tahun 2011 dan 2012, sedangkan perkembangan PDRB triwulan I tahun 2013 meningkat signifikan dibanding Triwulan I tahun 2011 dan 2012, hal ini menunjukan 5. inkonsistensi antara peningkatan PDRB dengan peningkatan pendapatan pajak. PAD perlu lebih ditingkatkan.

108

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

6. 7.

Perlu segera diupayakan jalan keluar hambatan-hambatan proyek-proyek strategis dengan Pemerintah Daerah lebih berkoordinasi dengan semua pihak. Mengingat waktu pelaksanaan APBN Perubahan adalah sangat sempit maka terkait dengan prosedur pengadaan barang dan jasa disarankan agar dana-dana untuk kegiatan pengadaan barang dan jasa lebih diarahkan alokasinya kepada pengadaan Peralatan dan Mesin dengan mengurangi alokasi yang sifatnya Pembangunan Gedung dan Jaringan.

8.

Agar lebih dioptimalkan keseluruhan proses tahapan penyusunan anggaran sampai dengan pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban antara lain meminimalksan blokir dan meningkatkan kualitas dokumen anggaran, efektifitas Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan tindak lanjut melalui spending review.

9.

Pemda di Prov. Sulsel agar lebih memperbesar alokasi belanja modal untuk pembangunan infrastruktur seperti Jalan, Jembatan dan Irigasi, dan infrastruktur lainnya untuk menunjang kelancaran distribusi dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

10. Untuk dapat menekan pembayaran gaji (50% dari APBN) komposisi gaji pegawai khususnya pemberian tunjangan kinerja agar berpedoman pada hasil evaluasi kinerja pegawai/pejabat melalui suatu sistem manajemen kinerja. 11. Perlu dilakukan pembinaan dalam proses bisnis agar Satker BLU dapat lebih mandiri yang salah satunya dengan meningkatnya PNBP. 12. Perlu dilakukan pembinaan kepada debitur penerusan pinjaman secara terus menerus.

109

LAMPIRAN IV

ALOKASI DANA DK, TP, UB TAHUN 2012


(dalam rupiah)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Prov/kab/kota PROVINSI SULAWESI SELATAN KAB. GOWA KAB. MAROS KAB. TAKALAR KAB. PANGKAJENE KEPULAUAN KAB. WAJO KAB. BONE KAB. SOPPENG KAB. BULUKUMBA KAB. BANTAENG KAB. JENEPONTO KAB. PINRANG KAB. BARRU KAB. SIDENRENG RAPPANG KAB. ENREKANG KAB. LUWU KAB. LUWU UTARA KAB. LUWU TIMUR KAB. SELAYAR KAB. TANATORAJA KAB. TORAJA UTARA KAB. SINJAI KOTA MAKASSAR KOTA PARE-PARE KOTA PALOPO DK 773,609,646,000 TP 424,594,524,000 56,303,270,000 37,853,114,000 14,787,585,000 64,035,780,000 61,524,830,000 30,088,853,000 21,870,297,000 79,852,680,000 83,323,020,000 91,420,800,000 74,625,280,000 13,791,200,000 48,114,500,000 48,905,857,000 74,819,615,000 60,713,352,000 66,147,041,000 43,612,125,000 18,993,374,000 30,050,376,000 28,785,078,000 74,510,600,000 26,971,500,000 48,704,475,000 UB 30,519,236,000 19,134,517,000 15,681,941,000 20,980,289,000 18,724,251,000 17,556,503,000 7,013,858,000 31,925,148,000 64,442,127,000 46,337,016,000 16,401,383,000 9,292,769,000 11,405,197,000 8,347,536,000 58,113,632,000 14,756,404,000 10,555,458,000 8,142,423,000 35,103,448,000 42,168,658,000 570,000,000 20,472,500,000 2,337,500,000 3,750,000,000 Jumlah 1,198,204,170,000 86,822,506,000 56,987,631,000 30,469,526,000 85,016,069,000 80,249,081,000 47,645,356,000 28,884,155,000 111,777,828,000 147,765,147,000 137,757,816,000 91,026,663,000 23,083,969,000 59,519,697,000 57,253,393,000 132,933,247,000 75,469,756,000 76,702,499,000 51,754,548,000 54,096,822,000 72,219,034,000 29,355,078,000 94,983,100,000 29,309,000,000 52,454,475,000

773,609,646,000

1,624,399,126,000

513,731,794,000

2,911,740,566,000

LAMPIRAN BAB IV

ALOKASI DANA TRANSFER TAHUN 2012


dalam ribuan rupiah

No
1 DAU 2 DAK 3 DBH

Jenis dan transfer

Provinsi Sulawesi Selatan


996,939,584 42,774,470 153,056,202 136,666,840 13,399,015 2,990,346 974,081,400 974,081,400 0

Kab. Bantaeng

Kab. Barru

Kab. Bone

Kab. Bulukumba
520,529,199 51,722,710 7,682,366 6,123,014 1,364,158 195,193 82,699,467 82,699,467 0 662,633,742

Kab. Enrekang

Kab. Gowa

Kab. Kab. Luwu Kab. Luwu Jeneponto Utara

325,057,232 358,904,488 754,025,482 39,504,550 5,339,555 3,843,115 1,364,158 132,282 40,820,067 40,820,067 0 42,032,280 5,916,175 4,396,413 1,385,278 134,484 89,442,570 10,099,048 7,976,197 1,374,876 747,975

384,422,103 586,415,307 437,703,926 475,295,053 457,250,496 42,116,080 5,784,161 4,261,091 1,393,118 129,952 52,270,992 52,270,992 0 54,785,160 8,630,603 7,141,847 1,364,158 124,598 95,865,273 95,865,273 0 61,885,780 6,492,861 5,000,660 1,367,603 124,598 54,459,862 54,459,862 0 54,806,460 5,434,668 3,566,389 1,742,611 125,669 65,139,570 65,139,570 0 43,516,120 5,947,229 4,245,087 1,577,544 124,598 74,209,006 74,209,006 0

a DBH pajak b DBH SDA c DBH Cukai 4 Dana Otsus dan penyesuaian a DPID b Dana Otsus Jumlah

46,466,624 175,430,662 46,466,624 175,430,662 0 0

2,166,851,656

410,721,404 453,319,567 ###########

484,593,336 745,696,343 560,542,429 600,675,751 580,922,851

LAMPIRAN BAB IV

ALOKASI DANA TRANSFER TAHUN 2012


dalam ribuan rupiah

No
1 DAU 2 DAK 3 DBH

Jenis dan transfer

Kab. Maros
455,829,227 49,906,540 8,645,763 7,117,797 1,403,368 124,598 84,136,806 84,136,806 0

Kab. Pangkajene Kota Palopo Kepulauan


485,962,003 46,460,490 13,409,221 11,905,395 1,378,110 125,716 61,779,343 61,779,343 0 607,611,057 361,383,685 38,000,330 7,480,356 5,956,779 1,398,979 124,598 39,581,860 39,581,860 0 446,446,231

Kab. Luwu Timur


365,829,499 44,724,510 48,007,299 22,531,237 25,351,464 124,598 36,681,273 36,681,273 0 495,242,581

Kab. Pinrang
502,508,309 44,568,230 6,715,317 5,226,561 1,364,158 124,598 85,508,242 85,508,242 0 639,300,098

Kab. Sinjai
416,771,464 38,021,790 6,351,201 4,146,414 1,373,098 831,689 56,570,368 56,570,368 0 517,714,823

Kab. Kepulauan Selayar


365,634,515 46,580,000 5,031,294 3,542,538 1,364,158 124,598 33,182,041 33,182,041 0 450,427,850

Kab. Sidenreng Rappang


432,894,860 41,347,480 7,095,883 5,528,787 1,442,498 124,598 59,854,189 59,854,189 0 541,192,412

Kab. Soppeng
446,410,179 33,832,040 8,745,292 4,719,494 1,364,158 2,661,640 68,502,486 68,502,486 0 557,489,997

Kab. Takalar
409,280,603 46,835,800 6,248,746 4,750,163 1,373,986 124,598 59,479,153 59,479,153 0 521,844,302

a DBH pajak b DBH SDA c DBH Cukai 4 Dana Otsus dan penyesuaian a DPID b Dana Otsus Jumlah

598,518,336

LAMPIRAN BAB IV

ALOKASI DANA TRANSFER TAHUN 2012


dalam ribuan rupiah

No
1 DAU 2 DAK 3 DBH

Jenis dan transfer

Kab. Tana Toraja


389,286,812 64,649,650 6,538,587 4,975,119 1,427,518 135,950 50,478,933 50,478,933 0

Kab. Wajo
513,517,208 74,835,020 8,982,398 5,810,086 3,036,248 136,064 82,502,476 82,502,476 0 679,837,102

Kota

Pare-pare
332,459,112 50,362,700 8,724,088 7,235,332 1,364,158 124,598 37,379,685 37,379,685 0 428,925,585

Kota Makassar
911,122,797 32,644,320 63,215,293 61,726,537 1,364,158 124,598 211,436,166 211,436,166 0 1,218,418,576

Kab. Toraja Utara


348,127,616 52,577,990 4,851,121 3,274,209 1,451,224 125,689 42,297,040 42,297,040 0 447,853,767

a DBH pajak b DBH SDA c DBH Cukai 4 Dana Otsus dan penyesuaian a DPID b Dana Otsus Jumlah

510,953,982

LAMPIRAN BAB IV

ALOKASI DANA TRANSFER TAHUN 2013


dalam ribuan rupiah

No
1 2 3 DAU DAK DBH

Jenis dan transfer

Provinsi Sulawesi Selatan


1,089,771,438 64,264,340 262,149,183 261,980,617 5,355 163,210 880,420,850 880,420,850 0

Kab. Bantaeng
379,463,356 53,714,160 21,172,853 20,875,369 290,204 7,280 0 0 0 454,350,369

Kab. Barru
417,942,379 43,713,440 20,229,558 19,931,596 290,204 7,758 0 0 0

Kab. Bone
867,813,851 88,244,460 51,016,831 50,682,346 290,204 44,281 0 0 0

Kab. Bulukumba
591,388,184 65,051,440 22,816,879 22,515,601 290,204 11,074 0 0 0 679,256,503

Kab. Enrekang

Kab. Gowa

Kab. Kab. Luwu Jeneponto


494,087,427 542,118,008 76,294,860 22,955,294 22,658,290 290,204 6,800 0 0 0 59,690,400 18,344,399 18,046,062 291,513 6,825 0 0 0

Kab. Luwu Utara


512,644,776 53,187,510 26,367,957 26,070,553 290,603 6,800 0 0 0 592,200,243

436,542,180 670,579,761 48,908,340 24,579,346 24,280,176 292,370 6,800 0 0 0 67,662,600 26,767,981 26,470,976 290,204 6,800 2,000,000 2,000,000 0

a DBH pajak b DBH SDA c DBH Cukai 4 Dana Otsus dan penyesuaian a DPID b Dana Otsus Jumlah

2,296,605,811

481,885,377 1,007,075,142

510,029,866 767,010,342

593,337,581 620,152,807

LAMPIRAN BAB IV

ALOKASI DANA TRANSFER TAHUN 2013


dalam ribuan rupiah

No
1 2 3 DAU DAK DBH

Jenis dan transfer

Kab. Maros
540,383,322 51,205,510 22,853,702 22,556,698 290,204 6,800 28,643,116 28,643,116 0

Kab. Kab. Luwu Pangkajene Kota Palopo Timur Kepulauan


566,929,217 78,201,060 28,766,900 28,469,824 290,204 6,872 0 0 0 673,897,177 408,527,791 39,243,130 17,345,095 17,048,090 290,204 6,800 0 0 0 465,116,016 410,974,651 38,909,600 41,661,585 41,363,232 291,552 6,800 0 0 0 491,545,836

Kab. Pinrang Kab. Sinjai


574,244,531 63,154,020 21,374,197 21,077,192 290,204 6,800 0 0 0 658,772,748 474,528,814 46,854,480 20,165,236 19,839,170 290,204 35,862 0 0 0 541,548,530

Kab. Kepulauan Selayar


421,256,593 75,158,860 19,087,952 18,790,947 290,204 6,800 0 0 0 515,503,405

Kab. Sidenreng Rappang


499,699,753 41,831,330 27,578,398 27,277,950 293,648 6,800 0 0 0 569,109,481

Kab. Soppeng
517,805,122 49,276,640 21,176,894 20,736,402 290,204 150,288 0 0 0 588,258,656

Kab. Takalar
479,073,701 48,956,910 19,549,207 19,252,203 290,204 6,800 0 0 0 547,579,818

a DBH pajak b DBH SDA c DBH Cukai 4 Dana Otsus dan penyesuaian a DPID b Dana Otsus Jumlah

643,085,650

LAMPIRAN IV

ALOKASI DANA TRANSFER TAHUN 2013


dalam ribuan rupiah

No
1 2 3 DAU DAK DBH

Jenis dan transfer

Kab. Tana Toraja


444,741,329 55,955,450 16,312,827 16,013,518 291,784 7,525 0 0 0

Kab. Wajo
592,275,827 73,454,700 109,199,305 108,901,318 290,204 7,783 0 0 0 774,929,832

Kota

Pare-pare
384,096,063 45,798,230 19,510,659 19,213,655 290,204 6,800 0 0 0 449,404,952

Kota Makassar
1,033,583,903 40,886,880 94,551,791 94,254,786 290,204 6,800 24,963,585 24,963,585 0 1,193,986,159

Kab. Toraja Utara


404,597,214 85,464,350 13,936,852 13,639,778 290,204 6,870 0 0 0 503,998,416

a DBH pajak b DBH SDA c DBH Cukai 4 Dana Otsus dan penyesuaian a DPID b Dana Otsus Jumlah

517,009,606

LAMPIRAN BAB III

APBN TA. 2012


( I - Account )

(dalam trilyun rupiah)

URAIAN
PENDAPATAN NEGARA
PENDAPATAN DALAM NEGERI Penerimaan Pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak PENERIMAAN HIBAH

PAGU APBN
3,257
3,257 2,702 555 -

REALISASI
7,956
7,915 6,826 1,089 41

BELANJA NEGARA
BELANJA PEMERINTAH PUSAT Belanja K/L Belanja Non K/L

16,770
16,562 16,562 -

14,278
14,087 14,087 -

TRANSFER KE DAERAH
Dana Perimbangan Dana Otsus dan Penyesuaian

208
208 -

191
191 -

SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN
% Defist terhadap PDB PEMBIAYAAN Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Luar Negeri (Netto)
Sumber : data LKPP UAPPAW

(13,513)
-

(6,322)
-

LAMPIRAN BAB III

APBN TRIWULAN I TA. 2013


( I - Account )

(dalam trilyun rupiah)

URAIAN
PENDAPATAN NEGARA
PENDAPATAN DALAM NEGERI Penerimaan Pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak PENERIMAAN HIBAH

PAGU APBN
57
57 7 50 -

REALISASI
1,712
1,712 1,437 275 -

BELANJA NEGARA
BELANJA PEMERINTAH PUSAT Belanja K/L Belanja Non K/L

19,309
19,100 19,100 -

1,609
1,608 1,608 -

TRANSFER KE DAERAH
Dana Perimbangan Dana Otsus dan Penyesuaian

209
209 -

1
1

SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN
% Defist terhadap PDB PEMBIAYAAN Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Luar Negeri (Netto)
Sumber : data LKPP UAPPAW

(19,252)
-

103
-

LAMPIRAN BAB III PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN FUNGSI TAHUN 2012

No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fungsi
Pelayanan umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama Pendidikan Perlindungan Sosial Jumlah

Pagu Awal
3,365,687 1,178,380 644,365 4,014,290 298,566 739,728 217,168 45,400 159,138 289,876 48,627 11,001,225

Pagu Revisi
3,464,094 1,178,431 648,380 4,420,673 274,868 831,870 259,328 45,953 146,401 3,657,575 45,999 14,973,572

Realisasi (dalam juta rupiah) Trw I


407,783 242,157 111,419 375,632 21,471 15,697 9,718 7,643 18,240 314,650 4,642 1,529,052

Trw II
1,137,076 560,070 254,859 1,041,585 74,370 330,739 50,075 18,691 57,481 1,015,202 22,002 4,562,150

s.d. Trw II
1,544,859 802,227 366,278 1,417,217 95,841 346,436 59,793 26,334 75,721 1,329,852 26,644 6,091,202

Trw III
1,831,975 837,725 411,510 1,612,737 142,550 614,073 93,055 26,484 92,152 1,859,650 32,023 7,553,934

s.d. Trw III


3,376,834 1,639,952 777,788 3,029,954 238,391 960,509 152,848 52,818 167,873 3,189,502 58,667 13,645,136

Trw IV
3,057,090 1,101,557 589,657 3,128,309 248,339 945,873 229,791 39,119 138,266 3,350,538 44,381 12,872,920

s.d. Trw IV
6,433,924 2,741,509 1,367,445 6,158,263 486,730 1,906,382 382,639 91,937 306,139 6,540,040 103,048 26,518,056

Jml
6,433,924 2,741,509 1,367,445 6,158,263 486,730 1,906,382 382,639 91,937 306,139 6,540,040 103,048 26,518,056

Sumber : data LKPP 2012

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN FUNGSI TAHUN 2012

No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fungsi
Pelayanan umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama Pendidikan Perlindungan Sosial Jumlah

Pagu Awal
3,365,687 1,178,380 644,365 4,014,290 298,566 739,728 217,168 45,400 159,138 289,876 48,627 11,001,225

Pagu Revisi
3,464,094 1,178,431 648,380 4,420,673 274,868 831,870 259,328 45,953 146,401 3,657,575 45,999 14,973,572

Realisasi ( % ) Trw I
11.77 20.55 17.18 8.50 7.81 1.89 3.75 16.63 12.46 8.60 10.09 10.21

Trw II
32.82 47.53 39.31 23.56 27.06 39.76 19.31 40.67 39.26 27.76 47.83 30.47

s.d. Trw II
32.82 47.53 39.31 23.56 27.06 39.76 19.31 40.67 39.26 27.76 47.83 30.47

Trw III
52.88 71.09 63.47 36.48 51.86 73.82 35.88 57.63 62.94 50.84 69.62 50.45

s.d. Trw III


52.88 71.09 63.47 36.48 51.86 73.82 35.88 57.63 62.94 50.84 69.62 50.45

Trw IV
88.25 93.48 90.94 70.77 90.35 113.70 88.61 85.13 94.44 91.61 96.48 85.97

s.d. Trw IV
88.25 93.48 90.94 70.77 90.35 113.70 88.61 85.13 94.44 91.61 96.48 85.97

Jml
88.25 93.48 90.94 70.77 90.35 113.70 88.61 85.13 94.44 91.61 96.48 85.97

Sumber : data LKPP 2012

LAMPIRAN BAB III PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN FUNGSI TAHUN 2013

No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fungsi
Pelayanan umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama Pendidikan Perlindungan Sosial Jumlah

Pagu Awal
3,024,015 1,195,734 629,035 4,168,722 333,363 585,610 202,428 2,624 155,163 2,859,688 47,793 13,204,175

Pagu Revisi
3,111,055 1,195,734 529,035 4,168,722 333,363 585,610 202,428 2,624 155,163 2,859,688 47,793 13,191,215

Realisasi (dalam juta rupiah) Trw I


471,713 257,499 148,731 283,018 23,696 13,355 13,408 16,526 256,076 2,959 1,486,981

Trw II

s.d. Trw II

Trw III

s.d. Trw III

Trw IV

s.d. Trw IV

Jml
471,713 257,499 148,731 283,018 23,696 13,355 13,408 16,526 256,076 2,959 1,486,981

Sumber : data LKPP 2013

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN FUNGSI TAHUN 2013

No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fungsi
Pelayanan umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama Pendidikan Perlindungan Sosial Jumlah

Pagu Awal
3,024,015 1,195,734 629,035 4,168,722 333,363 585,610 202,428 2,624 155,163 2,859,688 47,793 13,204,175

Pagu Revisi
3,111,055 1,195,734 529,035 4,168,722 333,363 585,610 202,428 2,624 155,163 2,859,688 47,793 13,191,215

Realisasi ( % ) Trw I
15.16 21.53 28.11 6.79 7.11 2.28 6.62 0.00 10.65 8.95 6.19 11.27

Trw II

s.d. Trw II

Trw III

s.d. Trw III

Trw IV

s.d. Trw IV

Jml
15.16 21.53 28.11 6.79 7.11 2.28 6.62 0.00 10.65 8.95 6.19 11.27

Sumber : data LKPP 2013

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS KEWENANGAN TAHUN 2012 No.
1 2 3 4

Jenis Kewenangan
Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Urusan Bersama JUMLAH

Pagu Awal
11,947,758 904,631 1,515,700 500,123 14,868,212

Pagu Revisi
13,565,724 773,609 1,624,399 513,731 16,477,463

Trw I
1,461,855 29,246 148,460 7,809 1,647,370

Trw II
2,584,999 192,786 251,570 183,081 3,212,436

s.d. Trw II
4,046,854 222,032 400,031 190,891 4,859,808

Realisasi (dalam juta rupiah) Trw III s.d. Trw III


2,621,697 185,822 234,899 141,566 3,183,984 6,668,551 407,855 634,931 334,457 8,045,794

Trw IV
4,506,358 326,818 788,481 80,929 5,702,586

s.d. Trw IV
11,174,910 734,674 1,423,412 415,387 13,748,383

Jml
11,174,910 734,674 1,423,412 415,387 13,748,383

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS KEWENANGAN TAHUN 2012 No.
1 2 3 4

Jenis Kewenangan
Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Urusan Bersama JUMLAH

Pagu Awal
11,947,758 904,631 1,515,700 500,123 14,868,212

Pagu Revisi
13,565,724 773,609 1,624,399 513,731 16,477,463

Trw I
11 4 9 2 10

Trw II
19 25 15 36 19

s.d. Trw II
30 29 25 37 29

Realisasi ( % ) Trw III s.d. Trw III


19 24 14 28 19 49 53 39 65 49

Trw IV
33 42 49 16 35

s.d. Trw IV
82 95 88 81 83

Jml
82 95 88 81 83

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS KEWENANGAN TAHUN 2013 Realisasi (dalam juta rupiah) No.
1 2 3 4

Jenis Kewenangan
Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Urusan Bersama JUMLAH

Pagu Awal
12,754,502 553,732 1,026,321 329,469 14,664,024

Pagu Revisi
12,813,982 553,732 1,026,321 329,469 14,723,504

Trw I
1,535,757 12,595 60,920 4,382 1,613,654

Trw II

s.d. Trw II

Trw III

s.d. Trw III

Trw IV

s.d. Trw IV

Jml
1,535,757 12,595 60,920 4,382

1,613,654

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS KEWENANGAN TAHUN 2013

No.
1 2 3 4

Jenis Kewenangan
Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Urusan Bersama JUMLAH

Pagu Awal
12,754,502 553,732 1,026,321 329,469 14,664,024

Pagu Revisi
12,813,982 553,732 1,026,321 329,469 14,723,504

Realisasi (%) Trw I


12 2 6 1 22

Trw II
-

s.d. Trw II
-

Trw III
-

s.d. Trw III


-

Trw IV
-

s.d. Trw IV
-

Jml
12 2 6 1 22

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS BELANJA TAHUN ANGGARAN 2012
No. Jenis Belanja Pagu Awal 4,351,602 3,884,161 4,578,669 1,199,220 14,013,652 Pagu Revisi 4,410,486 3,602,441 5,774,186 1,775,959 15,563,072 Januari 268,419 17,006 957 731 287,113 Februari 559,107 127,182 36,926 473 188 723,876 Maret 934,699 399,713 208,636 174,169 1,717,217 April 1,269,225 587,046 463,207 330,334 2,649,812 Mei Realisasi Per Bulan (dalam juta rupiah) Juni Juli Agustus 2,157,899 1,172,396 888,443 753,558 4,972,296 2,559,385 1,420,418 1,138,267 927,437 6,045,507 2,901,706 1,680,219 1,456,390 1,061,723 7,100,038 September 3,250,015 1,977,990 1,805,061 1,214,480 237 8,247,783 Oktober 3,605,519 2,258,896 2,250,661 1,358,185 9,473,261 November 3,942,925 2,598,844 2,788,883 1,550,032 10,880,684 Desember 4,396,318 3,259,595 4,669,467 1,754,891 14,080,271

1 Belanja Pegawai 2 Belanja Barang 3 Belanja Modal 4 Bantuan Sosial 5 Pemby.Bunga Utang 6 Belanja Hibah 7 Belanja Lain-Lain JUMLAH

1,618,208 820,365 662,860 490,259 3,591,692

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS BELANJA TAHUN ANGGARAN 2012
No. 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial Pemby.Bunga Utang Belanja Hibah Belanja Lain-Lain JUMLAH Pagu Awal 4,351,602 3,884,161 4,578,669 1,199,220 14,013,652 Pagu Revisi 4,410,486 3,602,441 5,774,186 1,775,959 15,563,072 0 0 2 5 Januari 6 0 0 0 Februari 13 3 1 0 Maret 21 10 5 15 0 0 0 11 April 29 16 8 19 0 0 0 17 Mei 37 23 11 28 0 0 0 23 Realisasi Per Bulan ( % ) Juni Juli Agustus 49 33 15 42 0 0 0 32 58 39 20 52 0 0 0 39 66 47 25 60 0 0 0 46 0 0 53 September 74 55 31 68 Oktober 82 63 39 76 0 0 0 61 November 89 72 48 87 0 0 0 70 Desember 100 90 81 99 0 0 0 90

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS BELANJA TAHUN ANGGARAN 2013
No. Jenis Belanja Pagu Awal 4,687,548 3,843,674 4,732,591 1,402,198 14,666,011 Pagu Revisi 4,689,808 3,931,226 4,733,515 1,402,197 14,756,746 Realisasi Per Bulan (dalam juta rupiah) Juni Juli Agustus

Januari 323,492 43,586 35,465 402,543

Februari 643,069 138,023 117,233 2,000 900,325

Maret 978,417 305,614 280,564 49,889 1,614,484

April

Mei

September

Oktober

November

Desember

1 Belanja Pegawai 2 Belanja Barang 3 Belanja Modal 4 Bantuan Sosial 5 Pemby.Bunga Utang 6 Belanja Hibah 7 Belanja Lain-Lain JUMLAH

PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN JENIS BELANJA TAHUN ANGGARAN 2013
No. 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial Pemby.Bunga Utang Belanja Hibah Belanja Lain-Lain JUMLAH Pagu Awal 4,687,548 3,843,674 4,732,591 1,402,198 14,666,011 Pagu Revisi 4,689,808 3,931,226 4,733,515 1,402,197 14,756,746 Realisasi Per Bulan (%) Juni Juli Agustus

Januari 6.90 1.11 0.75 0.00 0.00 0.00 0.00 3

Februari 13.71 3.51 2.48 0.14 0.00 0.00 0.00 6

Maret 20.86 7.77 5.93 3.56 0.00 0.00 0.00 11

April

Mei

September

Oktober

November

Desember

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN PNBP PER JENIS PNBP Tahun 2012 Realisasi (dalam juta rupiah) No.
A PNBP UMUM 1 Pendapatan Pertambangan Umum 2 Pendapatan Kehutanan 3 Pendapatan dari Pengelolaan BMN B PNBP FUNGSIONAL 1 Pendapatan Jasa 2 Pendapatan Bunga 3 Pendapatan kejaksaan dan Peradilan 4 Pendapatan pendidikan 5 Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan 6 Pendapatan Iuran Denda 7 Pendapatan Lain-lain 8 Pendapatan Jasa Layanan Umum 9 Pendapatan Hibah BLU 10 Pendapatan Hasil Kerja BLU 11 Pendapatan BLU Lainnya 12 Pendapatan Hibah Dalam Negeri JUMLAH
Sumber : LKPP UAPPAW

Jenis PNBP Triwulan I Triwulan II


6,051 2,488 192 3,371 127,863 43,852 552 700 11,672 220 808 19,777 43,174 6,854 254 133,914 8,622 5,108 121 3,393 241,143 44,874 2 826 12,245 9,565 483 17,527 148,434 6,644 543 249,765

s.d. Triwulan II
14,673 7,596 313 6,764 369,006 88,726 554 1,526 23,917 9,785 1,291 37,304 191,608 13,498 797 383,679

Triwulan III
4,834 1,998 2,836 229,985 48,925 1 1,053 35,947 16 3,028 7,894 127,773 4,853 495 234,819

s.d. Triwulan III


19,507 9,594 313 9,600 598,991 137,651 555 2,579 59,864 9,801 4,319 45,198 319,381 18,351 1,292 618,498

Triwulan IV
7,796 3,737 188 3,871 300,934 53,324 30 1,133 32,849 1 4,286 6,590 191,247 1,150 4,594 987 4,743 308,730

s.d. Triwulan IV
27,303 13,331 501 13,471 899,925 190,975 585 3,712 92,713 9,802 8,605 51,788 510,628 1,150 22,945 2,279 4,743 927,228

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN PNBP PER JENIS PNBP Tahun 2013 Realisasi (dalam juta rupiah) No.
A PNBP UMUM 1 Pendapatan Pertambangan Umum 2 Pendapatan Kehutanan 3 Pendapatan dari Pengelolaan BMN B PNBP FUNGSIONAL 1 Pendapatan Jasa 2 Pendapatan Bunga 3 Pendapatan kejaksaan dan Peradilan 4 Pendapatan pendidikan 5 Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan 6 Pendapatan Iuran Denda 7 Pendapatan Lain-lain 8 Pendapatan Jasa Layanan Umum 9 Pendapatan Hibah BLU 10 Pendapatan Hasil Kerja BLU 11 Pendapatan BLU Lainnya 12 Pendapatan Hibah Dalam Negeri JUMLAH
Sumber : LKPP UAPPAW

Jenis PNBP Triwulan I Triwulan II


8,169 4,838 494 2,837 268,193 51,960 25 1,162 19,260 425 1,449 40,893 143,744 2,167 6,854 254 276,362

s.d. Triwulan II

Triwulan III

s.d. Triwulan III

Triwulan IV

s.d. Triwulan IV

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK Tahun 2012

Realisasi (dalam juta rupiah) No. Jenis Pendapatan Perpajakan Triwulan I


667,609 1 667,608 586,342 585,947 395 29,077 10,620 18,457 32,258 18,149 818 13,291 1,315,286

Triwulan II
785,442 9 785,433 640,698 644,006 (3,308) 73,504 52,458 21,046 53,956 39,532 1,061 13,363 1,553,600

s.d. Triwulan II
1,453,051 11 1,453,041 1,227,040 1,229,953 (2,913) 102,581 63,078 39,503 86,214 57,681 1,879 26,654 2,868,886

Triwulan III s.d. Triwulan III


813,107 1 813,106 719,917 718,649 1,268 113,811 93,817 19,994 29,523 6,179 933 22,411 1,676,358 2,266,158 12 2,266,147 1,946,957 1,948,602 (1,645) 216,392 156,895 59,497 115,737 63,860 2,812 49,065 4,545,244

Triwulan IV
1,001,338 2 1,001,336 1,138,897 1,137,379 1,518 82,824 61,342 21,482 61,046 8,502 1,554 50,990 2,284,105

s.d. Triwulan IV
3,267,499 16 3,267,483 3,082,550 3,082,677 (127) 299,215 218,237 80,978 176,787 72,364 4,367 100,056 6,826,051

A Pajak Penghasilan 1 PPh Perorangan 2 PPh Badan B Pajak Pertambahan Nilai 1 PPN 2 PPn-BM C Pajak Lainnya 1 Pendapatan PBB 2 Pajak Lainnya D Bea Cukai 1 Bea Masuk 2 Cukai 3 Pajak Eksport JUMLAH
Sumber : LKPP UAPPAW

LAMPIRAN BAB III

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK Tahun 2013

Realisasi (dalam juta rupiah) No. Jenis Pendapatan Perpajakan Triwulan I


772,579 3 772,576 590,492 590,441 51 20,937 1,863 19,074 53,212 9,342 1,011 42,859 1,437,220 -

Triwulan II
-

s.d. Triwulan II
772,579 11 772,576 590,492 590,441 51 20,937 1,863 19,074 53,212 9,342 1,011 42,859 1,437,220

Triwulan III s.d. Triwulan III


772,579 11 772,576 590,492 590,441 51 20,937 1,863 19,074 53,212 9,342 1,011 42,859 1,437,220

Triwulan IV
-

s.d. Triwulan IV
772,592 16 772,576

A Pajak Penghasilan 1 PPh Perorangan 2 PPh Badan B Pajak Pertambahan Nilai 1 PPN 2 PPn-BM C Pajak Lainnya 1 Pendapatan PBB 2 Pajak Lainnya D Bea Cukai 1 Bea Masuk 2 Cukai 3 Pajak Eksport JUMLAH
Sumber : LKPP UAPPAW

590,492 590,441 51

20,937 1,863 19,074

53,212 9,342 1,011 42,859 1,437,233

LAMPIRAN IV

PROFIL APBD BERDASARKAN KLASIFIKASI FUNGSI PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2012
(dalam jutaan rupiah)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Daerah Prov. Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng Kab. Barru Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Enrekang Kab. Gowa Kab. Jeneponto Kab. Luwu Pelayanan Umum 3,223,159 126,151 112,585 469,079 144,884 153,039 147,199 171,810 175,056 152,662 190,638 117,647 145,399 211,048 139,472 119,553 132,937 149,862 207,410 270,697 102,398 483,482 118,968 153,062 169,376 Ketertiban dan Ketentraman 39,020 4,114 5,400 12,043 5,303 3,409 7,646 5,316 5,244 8,649 8,880 5,357 9,473 8,494 5,157 5,502 6,442 6,109 4,784 2,055 5,155 17,226 8,089 5,878 4,935 Ekonomi 424,660 58,728 39,005 55,596 54,157 46,635 72,463 94,167 66,576 78,140 61,369 64,731 70,765 42,341 42,232 49,787 48,967 61,794 67,372 66,415 43,685 78,540 46,231 90,453 60,313 Lingkungan Hidup 20,480 9,616 2,747 11,499 11,644 5,366 2,455 9,785 23,396 13,749 12,858 11,886 12,337 7,636 3,783 18,514 4,950 2,426 6,203 21,509 19,337 66,865 16,113 12,984 12,600 Perumahan dan Fasilitas Umum 504,786 45,619 35,586 45,742 55,660 89,409 91,492 55,944 27,635 68,301 58,869 86,974 84,881 12,088 84,938 36,443 57,686 25,276 50,556 124,460 60,787 256,689 45,244 155,049 34,058 Kesehatan 329,489 51,130 59,224 112,052 71,751 57,817 96,966 81,194 62,631 89,810 76,190 86,123 73,451 39,458 80,616 50,002 58,578 78,380 65,683 75,548 101,779 190,444 71,967 106,071 37,910 Pariwisata dan Budaya 49,144 3,777 3,486 2,489 3,195 4,219 2,550 2,920 1,474 6,661 3,183 4,222 5,233 3,403 1,253 434 16,158 2,914 2,250 4,002 Pendidikan 129,691 155,714 233,105 493,643 361,992 198,598 394,090 237,760 250,366 259,703 226,796 337,959 298,655 135,390 286,163 281,268 307,144 318,287 203,550 298,791 211,797 626,552 174,014 193,839 194,521 Perlindungan Sosial 40,514 6,488 6,604 6,956 14,504 4,241 13,786 2,110 16,311 20,723 6,002 13,826 7,538 10,709 15,388 4,721 13,687 3,094 10,741 10,069 7,041 32,569 5,629 11,257 8,501

10 Kab. Luwu Utara 11 Kab. Maros 12 Kab. Pangkajene dan Kepulauan 13 Kab. Pinrang 14 Kab. Selayar 15 Kab. Sidenreng Rappang 16 Kab. Sinjai 17 Kab. Soppeng 18 Kab. Takalar 19 Kab. Tana Toraja 20 Kab. Wajo 21 Kota Pare-Pare 22 Kota Makassar 23 Kota Palopo 24 Kab. Luwu Timur 25 Kab. Toraja Utara

LAMPIRAN IV

PROFIL APBD BERDASARKAN KLASIFIKASI URUSAN PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2012
(dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Daerah Prop. Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng Kab. Barru Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Enrekang Kab. Gowa Kab. Jeneponto Kab. Luwu Kab. Luwu Utara Kab. Maros Kab. Pangkajene dan Kepulauan Kab. Pinrang Kab. Selayar Kab. Sidenreng Rappang Kab. Sinjai Kab. Soppeng Kab. Takalar Kab. Tana Toraja Kab. Wajo Kota Pare-Pare Kota Makassar Kota Palopo Kab. Luwu Timur Kab. Toraja Utara Kehutanan 22,234 5,067 4,145 9,328 6,317 5,486 9,895 8,538 6,845 8,245 6,803 5,513 7,143 4,559 5,170 11,893 4,906 1,286 2,734 5,878 4,739 Energi dan Sumberdaya Mineral 18,174 420 1,524 1,631 129 5,345 3,055 5,169 4,504 8,087 3,301 20 1,968 433 4,039 6,327 2,409 Pariwisata 1,537 603 4,219 2,550 2,675 337 6,208 3,012 1,012 681 434 2,703 1,234 1,363 Kelautan dan Perikanan 31,926 6,894 5,202 8,882 8,876 7,069 6,119 10,305 13,426 10,337 14,003 10,526 9,644 6,723 3,120 7,863 6,736 8,237 4,952 18,769 10,163 7,738 2,425 Perdagangan 9,097 4,317 118 4,093 11,969 6,712 492 231 5,988 1,276 4,211 3,827 11,734 921 7,398 2,062 Perindustrian 24,025 389 2,070 601 300 535 42 3,834 4,801 8,044 699 2,897 5,320 148 719 558 5,546 428 Transmigrasi 19 20 85 292 90 200 14,992 100 572

LAMPIRAN IV

PROFIL APBD BERDASARKAN KLASIFIKASI URUSAN PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2012
(dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Daerah Prop. Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng Kab. Barru Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Enrekang Kab. Gowa Kab. Jeneponto Kab. Luwu Kab. Luwu Utara Kab. Maros Kab. Pangkajene dan Kepulauan Kab. Pinrang Kab. Selayar Kab. Sidenreng Rappang Kab. Sinjai Kab. Soppeng Kab. Takalar Kab. Tana Toraja Kab. Wajo Kota Pare-Pare Kota Makassar Kota Palopo Kab. Luwu Timur Kab. Toraja Utara Pemerintahan Umum 3,181,944 121,005 107,456 465,271 140,224 149,042 136,690 166,189 169,746 139,675 183,847 110,798 139,656 196,460 134,500 101,742 125,311 145,171 195,824 260,888 95,589 459,972 112,750 130,807 163,784 Kepegawaian 4,627 6,677 3,829 6,198 8,558 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 24,410 3,701 3,154 2,443 3,193 3,286 22,635 5,204 2,962 4,591 5,692 3,357 4,171 3,536 2,613 4,683 2,425 7,234 19,019 5,949 3,951 11,981 2,962 4,497 21,096 Statistik 373 52 405 50 360 105 141 390 185 Kearsipan 115 1,611 34 777 79 2,094 1,001 1,315 1,159 1,453 53 876 22 7 2,123 Komunikasi dan Informatika 118 576 1,978 4,959 1,428 747 8,718 260 729 2,098 4,615 662 2,107 30 Ketahanan Pangan 16,345 7,079 1,892 1,197 8,083 1,525 14,143 5,622 1,734 10,736 8,403 7,975 6,564 2,443 5,930 5,686 5,263 Perpustakaan 20,532 1,418 2,240 169 1,844 1,306 1,554 1,339 1,031 695 1,601 5,916 1,232 531 Pertanian 165,395 17,740 15,272 18,837 17,536 22,764 16,701 44,854 20,059 18,141 20,884 15,760 30,363 16,243 14,950 23,725 18,509 12,631 14,488 12,495 10,722 7,543 40,017 14,681

LAMPIRAN IV

PROFIL APBD BERDASARKAN KLASIFIKASI URUSAN PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2012
(dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Daerah Prop. Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng Kab. Barru Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Enrekang Kab. Gowa Kab. Jeneponto Kab. Luwu Kab. Luwu Utara Kab. Maros Kab. Pangkajene dan Kepulauan Kab. Pinrang Kab. Selayar Kab. Sidenreng Rappang Kab. Sinjai Kab. Soppeng Kab. Takalar Kab. Tana Toraja Kab. Wajo Kota Pare-Pare Kota Makassar Kota Palopo Kab. Luwu Timur Kab. Toraja Utara Pemberdayaan Perempuan 8,464 1,539 709 6,969 785 4,643 20 5,084 4,003 1,619 4,258 1,608 859 2,128 137 877 3,156 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 5,117 3,643 8,395 927 6,601 8,348 4,883 4,859 2,081 6,556 77 6,419 6,354 1,257 5,608 4,305 5,392 3,588 16,452 1,230 5,703 719 Sosial 32,049 1,969 3,761 2,197 4,330 2,735 9,129 9,305 11,029 3,380 6,063 3,726 4,228 11,639 4,570 3,094 6,542 4,507 3,341 14,607 1,641 5,786 2,666 Tenaga Kerja 25,817 39 3,272 178 3,891 2,967 3,469 82 1,474 3,581 1,434 802 16,324 408 7,050 6,851 2,666 3,705 100 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 18,812 3,939 2,543 2,276 2,765 3,663 2,031 2,233 3,439 4,044 3,953 623 3,077 5,572 5,028 2,954 2,766 2,155 3,667 4,284 8,910 2,141 3,031 2,518 Penanaman Modal 18,537 112 1,059 930 376 876 505 100 35 1,194 705 1,191 225 2,259 381 154 Kebudayaan 49,144 2,240 3,486 2,489 2,592 245 1,137 453 171 4,222 4,221 3,403 572 16,158 211 1,016 2,640 Pemuda dan Olah Raga 24,202 742 2,365 468 350 2,628 8,362 171 3,159 639 3,475 3,556 12,686 2,939 1,666 3,848 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 39,020 4,114 5,400 12,043 5,303 3,409 7,646 5,316 5,244 8,649 8,880 5,357 9,473 8,494 5,157 5,502 6,442 6,109 4,784 2,055 5,155 17,226 8,089 5,878 4,935

LAMPIRAN IV

PROFIL APBD BERDASARKAN KLASIFIKASI URUSAN PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2012
(dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Daerah Prop. Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng Kab. Barru Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Enrekang Kab. Gowa Kab. Jeneponto Kab. Luwu Kab. Luwu Utara Kab. Maros Kab. Pangkajene dan Kepulauan Kab. Pinrang Kab. Selayar Kab. Sidenreng Rappang Kab. Sinjai Kab. Soppeng Kab. Takalar Kab. Tana Toraja Kab. Wajo Kota Pare-Pare Kota Makassar Kota Palopo Kab. Luwu Timur Kab. Toraja Utara Pendidikan 84,958 153,553 233,105 489,037 361,355 196,754 394,090 237,760 248,710 257,075 218,434 337,788 297,102 135,390 283,004 281,268 305,167 317,256 203,550 294,621 206,640 607,949 169,844 192,174 190,143 Kesehatan 329,489 46,012 55,582 103,657 70,824 51,216 88,618 76,312 57,772 87,730 69,634 86,046 67,032 39,458 74,262 50,002 57,321 72,771 61,379 70,156 98,191 173,991 70,737 100,368 37,191 Pekerjaan Umum 449,613 44,159 35,586 39,734 51,871 89,409 91,492 55,944 27,592 66,138 58,817 82,015 84,881 12,088 84,938 36,443 56,186 25,276 25,205 124,319 52,720 243,281 37,500 148,820 28,170 Perumahan 55,172 1,460 6,008 3,789 43 2,163 53 4,959 1,500 25,351 141 8,066 13,408 7,744 6,230 5,889 Penataan Ruang 4,675 128 8,436 4,343 6,620 16,258 1,614 4,356 520 16,363 86 4,290 6,244 9,823 3,788 6,390 6,413 Perencanaan Pembangunan 41,216 4,540 3,518 3,808 3,997 3,997 3,904 4,845 5,310 7,544 3,268 5,051 5,743 6,596 3,812 3,810 7,312 4,691 4,512 8,720 4,583 18,895 5,409 9,078 5,376 Perhubungan 49,887 9,013 4,215 4,731 5,966 4,567 6,985 10,484 7,731 5,753 5,067 5,221 5,368 6,151 4,346 4,472 4,199 4,104 5,792 4,179 4,450 14,366 4,560 5,835 3,867 Lingkungan Hidup 15,805 8,239 2,747 3,063 6,369 5,366 2,455 3,164 7,138 6,667 8,502 8,417 12,337 7,636 3,783 2,151 3,431 2,426 6,203 4,190 12,323 57,042 12,035 6,141 6,187 Pertanahan 1,248 932 5,467 2,948 1,434 13,028 770 290 453 Kependudukan dan Catatan Sipil 2,980 2,843 4,050 3,204 1,506 4,657 2,110 6,222 5,051 2,602 2,678 3,812 2,478 3,749 3,102 4,859 4,199 3,954 2,841 15,834 3,851 4,594 2,679

LAMPIRAN BAB IV

PROFIL APBD TA.2012 BERDASARKAN KLASIFIKASI EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN


Prov. Sulawesi Selatan 1 4,601,370 2,348,695 2,102,450 123,880 64,987 57,378 1,323,874 284,160 996,940 42,774 928,801 928,801 4,760,942 3,376,343 738,276 50 1,232,931 5,000 784,594 550,493 65,000 1,384,599 161,556 859,238 363,804 159,572 159,572 159,572 Kab. Kab. Kab. Kab. Barru Kab. Bone Bantaeng Bulukumba Enrekang 2 446,489 18,227 2,284 9,385 2,977 3,582 391,857 27,295 325,057 39,505 36,405 8,410 20,000 7,995 461,337 240,454 215,227 118 3,791 2,408 681 12,026 6,203 220,882 30,712 100,231 89,939 14,848 26,764 26,411 353 11,916 1,000 10,916 3 509,469 23,239 4,715 12,438 4,586 1,500 424,321 23,384 358,904 42,032 61,910 13,462 33,448 15,000 497,742 330,619 299,461 4,000 2,788 1,301 22,770 300 167,123 22,559 64,252 80,311 (11,727) 21,489 21,239 250 33,216 1,000 10,977 21,239 4 1,130,019 50,943 10,948 10,834 2,021 27,140 895,531 52,063 754,025 89,443 183,544 33,315 118,706 31,522 1,209,129 804,498 706,169 3,311 17,775 8,282 1,774 47,687 19,500 404,631 19,865 162,084 222,682 79,111 97,219 77,219 20,000 18,108 18,108 5 722,923 33,297 7,437 13,394 750 11,716 604,410 32,158 520,529 51,723 85,216 13,950 55,867 15,399 723,090 485,738 442,172 5,458 1,735 6,335 29,537 500 237,352 41,235 90,885 105,232 167 28,411 28,161 250 28,244 1,244 27,000 6 560,449 16,941 1,804 5,549 2,928 6,661 466,538 40,000 384,422 42,116 76,970 7,500 57,455 12,015 558,605 331,865 309,787 4,140 2,816 14,122 1,000 226,740 19,508 97,286 109,946 (1,844) 35,136 5,636 28,000 1,500 36,980 36,980 Kab. Jeneponto 8 566,761 20,038 2,646 4,957 2,790 9,646 532,092 32,502 437,704 61,886 14,631 216 11,628 2,788 660,981 335,576 311,070 298 7,378 2,800 13,030 1,000 325,404 49,456 95,537 180,411 94,219 139,748 139,748 45,529 45,529 -

Uraian Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

Kab. Gowa 7 821,387 54,171 19,618 27,777 3,629 3,147 669,264 28,064 586,415 54,785 97,952 25,049 46,632 26,271 830,317 535,656 504,338 1,398 7,905 3,007 16,648 2,360 294,661 26,018 126,875 141,768 8,930 37,405 34,062 3,344 28,476 25,000 132 3,344 -

LAMPIRAN BAB IV

PROFIL APBD TA.2012 BERDASARKAN KLASIFIKASI EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN


Kab. Kab. Luwu Pangkajene Kab. Maros Utara dan Kepulauan 10 11 12 663,933 708,902 725,771 37,703 51,530 71,076 4,074 31,500 36,513 27,340 13,200 17,338 1,079 5,210 540,914 40,147 457,250 43,516 85,316 13,989 58,629 12,698 693,210 353,035 313,893 25 4,168 1,358 637 32,103 850 340,176 23,141 166,657 150,377 29,277 29,277 29,277 1,730 5,100 541,324 35,588 455,829 49,907 116,048 18,391 83,845 13,813 693,647 417,857 393,357 1,000 5,000 4,500 11,500 2,500 275,790 22,810 110,003 142,976 (15,255) 77,300 17,300 60,000 92,555 24,000 68,555 7,030 10,195 570,794 38,372 485,962 46,460 83,901 8,724 63,416 11,761 754,176 463,002 433,319 100 3,106 8,160 405 13,589 4,323 291,175 43,795 93,756 153,624 28,405 51,185 50,982 203 22,780 500 22,280 Kab. Kab. Kepulauan Sidenreng Selayar Rappang 14 516,389 18,848 1,550 2,350 7,630 7,318 448,885 36,670 365,635 46,580 48,657 10,380 28,367 9,910 501,389 286,698 235,839 225 750 40,884 9,000 214,691 42,677 83,402 88,612 (15,000) 15,000 500 14,500 15 645,180 38,323 4,876 19,908 4,700 8,839 506,551 32,309 432,895 41,347 100,306 17,528 71,922 10,856 658,927 396,087 369,142 7,400 175 4,384 9,986 5,000 262,841 29,633 116,837 116,371 13,747 69,062 30,000 30,000 9,062 55,315 8,000 44,315 3,000 -

Uraian

Kab. Luwu 9 627,482 19,165 4,090 9,721 2,500 2,855 546,852 16,750 475,295 54,806 61,465 6,800 42,432 12,233 630,136 414,056 373,138 5,475 1,000 29,442 5,000 216,080 25,598 107,629 82,853 2,654 4,120 4,120 1,466 1,000 350 116 -

Kab. Pinrang 13 702,765 37,093 5,141 19,872 6,250 5,830 572,077 25,000 502,508 44,568 93,595 15,200 65,786 12,610 702,498 429,169 400,347 500 5,174 1,000 450 19,198 2,500 273,329 12,373 128,677 132,279 (266) 266 266 -

Kab. Sinjai 16 567,519 16,646 3,453 3,944 2,300 6,950 480,138 25,345 416,771 38,022 70,735 13,077 57,658 565,791 365,433 348,858 4,068 2,939 8,568 1,000 200,358 19,223 88,139 92,995 (1,728) 8,867 8,867 10,595 1,000 9,595 -

Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

LAMPIRAN BAB IV

PROFIL APBD TA.2012 BERDASARKAN KLASIFIKASI EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN


Kab. Soppeng 17 601,425 20,413 3,147 12,774 2,510 1,981 509,498 29,256 446,410 33,832 71,514 10,789 48,555 12,170 635,946 423,384 393,999 738 2,880 265 16,972 8,531 212,562 27,308 90,340 94,914 34,983 46,031 46,031 11,047 4,320 6,727 Kab. Takalar 18 601,936 35,021 3,507 21,366 5,081 5,066 482,803 26,686 409,281 46,836 84,113 11,397 61,033 11,683 645,227 431,417 396,011 28 14,490 9,192 6,795 480 4,420 213,811 17,592 81,934 114,284 43,291 80,456 74,612 5,844 37,165 8,369 28,796 Kab. Tana Kota PareKab. Wajo Toraja Pare 19 592,713 29,687 2,348 20,981 2,005 4,353 484,743 30,807 389,287 64,650 78,282 52,884 16,865 8,533 619,860 346,276 320,995 195 7,052 1,699 1,805 14,031 500 273,583 29,509 76,781 167,294 27,147 30,244 21,901 8,343 3,097 2,000 1,097 20 812,626 32,918 6,990 10,405 5,900 9,623 659,400 71,048 513,517 74,835 120,308 23,500 80,044 16,764 870,797 488,462 456,075 200 5,031 1,663 24,543 950 382,335 21,112 114,012 247,211 58,170 75,347 74,682 665 17,177 200 16,977 21 628,329 67,066 9,659 7,750 2,786 46,871 412,256 29,434 332,459 50,363 149,008 17,710 124,379 6,918 552,412 279,256 270,891 4,500 940 2,060 515 350 273,156 21,757 135,403 115,996 (75,917) 7,750 1,000 6,500 250 83,667 1,000 82,417 250 Kota Makassar 22 1,678,886 372,840 286,218 67,962 6,787 11,873 1,080,121 136,354 911,123 32,644 225,925 167,247 20,686 37,991 1,768,525 809,447 772,397 8,446 18,292 5,554 757 4,000 959,078 149,062 533,583 276,433 89,639 121,617 121,617 31,978 23,000 8,978 Kota Palopo 23 496,087 29,444 5,200 22,258 1,500 486 420,015 20,631 361,384 38,000 46,628 13,631 28,229 4,768 489,168 278,988 260,528 3,000 12,000 1,100 560 1,800 210,180 29,381 93,932 86,867 (6,918) 13,434 12,584 850 20,353 10,350 10,003 Kab. Luwu Timur 24 702,684 103,920 67,004 10,422 6,500 19,995 487,469 76,915 365,829 44,725 111,294 84,000 16,501 10,793 730,843 291,156 255,081 2,155 1,015 1,557 29,848 1,500 439,687 37,893 141,524 260,270 28,159 44,709 44,709 16,551 1,000 15,551 Kab. Toraja Utara 25 495,710 14,030 4,126 5,241 4,663 418,086 17,381 348,128 52,578 63,593 9,168 11,004 43,421 526,216 268,576 255,886 9,605 1,635 450 1,000 257,640 24,527 97,271 135,842 30,506 34,484 34,484 3,978 2,500 1,478

Uraian Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

LAMPIRAN BAB IV

PROFIL APBD TA.2013 BERDASARKAN KLASIFIKASI EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN


Uraian Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 1,630 172 15,000 11,618 6,400 1,000 3,047 6,438 1,000 2,500 29,176 3,546 Prov. Sulawesi Selatan 1 5,022,566 2,587,846 2,333,128 65,415 66,787 122,516 1,457,675 303,639 1,089,771 64,264 977,045 9,640 Kab. Kab. Kab. Barru Kab. Bone Bulukumb Bantaeng a 2 3 4 5 591,958 599,433 1,322,838 842,202 24,559 27,578 80,264 37,297 2,996 6,670 14,896 7,657 14,064 13,862 13,446 15,126 3,833 3,667 467,881 34,704 379,463 53,714 99,517 683 11,410 967,405 77,779 9,645 5,644,397 3,572,588 791,000 46,250 1,224,982 2,000 843,053 650,303 15,000 2,071,809 178,070 969,947 923,792 621,832 623,462 123,462 613,503 308,709 282,613 97 7,781 1,884 1,702 13,131 1,500 304,794 33,051 131,278 140,465 21,545 21,717 21,717 4,546 2,500 485,125 23,469 417,942 43,713 86,730 1,750 50,172 1,013,722 57,664 867,814 88,244 228,852 1,000 13,515 688,597 32,158 591,388 65,051 116,307 Kab. Enrekang 6 641,578 20,670 2,000 9,077 2,928 6,666 521,451 36,000 436,542 48,908 99,457 603 12,000 69,839 17,015 631,347 375,329 338,081 Kab. Gowa Kab. Luwu 7 1,000,085 80,129 42,751 28,285 3,652 5,441 765,010 24,768 670,580 69,663 154,945 8 738,611 25,100 5,747 13,541 2,600 3,212 617,654 15,846 542,118 59,690 95,857 1,154 12,800 65,140 16,763 768,294 483,488 405,008

13,678 62,552 10,500 603,279 387,112 350,150 5,400 1,692 1,352 218 27,000 1,300 216,166 19,583 97,947 98,636 3,846 36,864 7,489 29,100

32,879 155,068 40,905 1,362,069 917,284 809,660 3,311 29,192 22,210 2,000 1,787 47,624 1,500 444,784 27,421 214,823 202,541 39,231 49,716 44,716

14,295 82,699 19,313 853,715 543,394 494,926

32,125 95,865 26,955 1,038,222 619,036 594,213

4,396 1,735 7,744 34,094 500 310,320 51,321 119,105 139,894 11,513 15,013 14,913

17,000 3,000

100 2,294 1,675

29,051 1,961

15,998 1,250 256,017 28,881 98,324 128,812 (10,231) 18,945 17,945

20,254 500 419,186 28,239 159,858 231,090 38,138 49,063 20,517 25,000

30,468 17,000 284,806 33,671 136,221 114,914 29,683 32,683 25,183 7,500

500,000 275 1,630 172 33,018 5,000 10,485 100 3,500 1,000 29,176

3,546

10,925 7,380

3,000

3,000

LAMPIRAN BAB IV

PROFIL APBD TA.2013 BERDASARKAN KLASIFIKASI EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN


Kab. Luwu Utara 9 732,077 43,833 5,625 30,307 1,065 6,837 606,418 40,585 512,645 53,188 81,826 2,083 18,162 47,511 14,071 744,358 382,856 346,306 25 3,963 200 610 31,252 500 361,502 28,195 177,562 155,745 12,281 17,113 17,113 15,000 2,500 427,843 29,835 157,027 240,980 (1,180) 46,034 16,034 30,000 Kab. Maros 10 931,492 102,670 46,400 28,770 18,700 8,800 641,549 49,960 540,383 51,206 187,274 15,000 29,631 122,643 20,000 930,312 502,470 471,970 500 8,000 4,500 Kab. Pangkajene Kab. Pinrang dan Kepulauan 11 12 867,848 805,270 82,513 35,037 46,950 5,141 21,338 19,872 7,030 7,195 683,598 38,468 566,929 78,201 101,737 1,596 20,000 63,416 16,726 880,828 498,047 476,017 100 1,450 3,882 345 14,244 2,008 382,780 57,054 125,512 200,214 12,980 13,480 13,480 6,174 3,850 662,399 25,000 574,245 63,154 107,835 2,000 15,200 73,928 16,707 804,968 506,115 463,387 105 17,174 1,000 450 21,500 2,500 298,852 21,455 139,661 137,736 48,134 1,000 332,929 53,558 93,895 185,476 30,635 31,635 31,635 11,283 5,000 335,967 40,142 135,050 160,776 25,316 60,877 30,877 Kab. Kepulauan Selayar 13 602,250 21,263 2,145 2,500 7,618 9,000 523,305 26,890 421,257 75,159 57,682 Kab. Sidenreng Rappang 14 723,700 39,998 5,721 21,705 4,700 7,871 574,947 33,416 499,700 41,831 108,755 Kab. Sinjai 15 641,023 21,219 3,898 6,818 2,400 8,103 547,839 26,456 474,529 46,854 71,966

Uraian

Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

10,500 33,182 14,000 632,885 299,956 247,822

28,045 59,854 20,856 906,876 570,909 356,667 7,654 175,400 14,905

14,308 57,658

644,523 407,744 378,459

1,500 1,500

18,296 400 362 8,228 2,000 236,779 20,011 112,847 103,921 3,500 4,500 4,500

30,000

4,832

47,214

500

1,000

35,562

1,000

12,000 4,832 35,214 500

1,000 35,562

1,000

LAMPIRAN BAB IV

PROFIL APBD TA.2013 BERDASARKAN KLASIFIKASI EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN


Uraian Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 5,844 3,434 6,720 3,500 2,000 109 2,000 444 200 1,000 35,654 250 18,971 12,850 1,471 3,000 Kab. Soppeng Kab. Takalar 16 699,648 22,350 3,377 14,483 2,510 1,981 602,145 35,063 517,805 49,277 75,153 672 12,716 48,555 13,210 699,041 424,595 400,969 738 5,130 800 265 15,873 820 274,446 31,626 112,498 130,321 (607) 9,613 9,613 17 677,138 33,660 3,581 22,418 4,589 3,072 554,717 26,686 479,074 48,957 88,761 483 11,555 61,033 15,690 692,729 424,583 404,914 57 1,570 6,000 404 480 11,157 268,147 17,938 150,057 100,152 15,591 23,544 17,700 Kab. Tana Toraja 18 654,814 32,495 2,398 24,046 1,245 4,806 521,956 21,260 444,741 55,955 100,363 2,100 18,865 68,069 11,329 655,495 386,089 371,009 195 7,690 1,553 1,692 450 3,500 269,406 31,558 105,757 132,091 681 3,125 3,125 30,091 1,250 394,329 26,807 166,029 201,493 12,372 16,006 15,341 515 1,350 283,930 21,254 130,675 132,001 1,600 38,504 1,000 757 4,000 1,134,860 192,155 620,866 321,839 128,069 147,040 123,680 23,360 560 1,400 238,245 29,581 110,211 98,453 (4,889) 12,432 11,582 850 Kab. Wajo 19 1,000,946 60,527 9,815 20,682 5,780 24,250 781,158 115,427 592,276 73,455 159,261 597 26,100 110,453 22,111 1,013,317 618,988 535,122 200 49,725 2,600 53,824 10,393 639,020 355,090 335,813 4,500 12,874 38 Kota ParePare 20 637,420 84,979 13,000 9,613 3,000 59,366 458,224 28,330 384,096 45,798 94,218 30,000 Kota Makassar 21 1,944,589 525,848 436,725 70,301 6,902 11,919 1,148,038 73,568 1,033,584 40,886 270,703 18,307 469,052 21,281 408,528 39,243 63,552 Kota Palopo 22 562,824 30,220 6,215 5,698

185,667 24,964 60,073 2,072,658 937,797 827,806 44,336 60,898

17,431 39,705 6,417 557,935 319,690 304,280 3,000 9,000 1,450

37,254 5,844 10,220 7,953 2,444 665 3,634 250 36,904 18,971 17,321

LAMPIRAN BAB IV

PROFIL APBD TA.2013 BERDASARKAN KLASIFIKASI EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN


Uraian Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 15,000 21,735 1,500 Kab. Luwu Timur 23 797,407 145,129 72,028 16,740 5,800 50,560 517,665 67,780 410,975 38,910 134,614 Kab. Toraja Utara 24 619,317 18,288 4,594 8,866 4,829 510,775 20,713 404,597 85,464 90,254

83,160 37,696 13,758 831,271 350,909 292,226

10,385 13,013 66,856 622,176 317,934 286,393

1,659 1,553 1,557 52,414 1,500 480,362 8,790 153,772 317,799 33,864 70,599 70,599

8,942 2,197 19,902 500 304,243 17,077 114,905 172,261 2,859 4,359 4,359

36,735

1,500

LAMPIRAN BAB

PROFIL RDA/RDI/RPD TAHUN 2012


No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Nomor RDA/RDI/RPD
RDA-327/DP3/2006 RDA-326/DP3/2005 RDA-294/DP3/1997 RDA-291/DP3/1997 RDA-283/DP3/1997 RDA-277/DP3/1996 RDA-271/DP3/1997 RDA-261/DP3/1997 RDA-246/DP3/1996 RDA-242/DP3/1996 RDA-204/DP3/1994 RDA-19/DDI/1988 RDA-176/DP3/1994 RDA-115/DP3/1993 RDA-090/DDI/1992 RDA-066/DDI/1991 RDA-037/DDI/1990 RDA.P5-123A/DP3/1993 RDA.P5-123/DP3/1993 RDA.P5-118/DP3/1993 RDA.P5-113/DP3/1993 JUMLAH

Penerima RDA/RDI/RPD
PEMKAB BONE PEMKAB SOPPENG PDAM KAB TANATORAJA PDAM KAB KOLAKA PEMKAB GOWA PEMKAB PANGKEP PDAM KAB PINRANG PDAM KAB POLMAS PDAM KAB PANGKAJENE PEMKAB MAROS PDAM KAB SOPPENG PDAM KOTA MAKASAR PDAM KAB WAJO PEMKOT MAKASAR PDAM KAB SINJAI PEMKOT PARE-PARE PDAM KOTA MAKASAR PEMKOT. PALOPO PDAM KOTA PALOPO PDAM KAB BONE PEMKAB BONE

Jumlah RDA/RDI/RDP
28,892,553,000.00 9,899,440,400.00 6,938,643,524.16 1,491,403,806.44 2,045,917,253.18 2,445,390,791.93 3,605,904,482.11 6,129,945,226.20 4,709,617,176.34 3,349,055,291.68 2,075,773,744.43 2,232,500,000.00 2,751,785,664.21 11,988,217,588.98 1,221,158,265.27 8,973,048,980.84 348,207,187.50 1,333,463,856.78 4,664,737,762.83 2,187,020,573.96 2,367,243,069.90 109,651,027,646.74

Pembayaran pokok
11,557,021,200.00 7,089,746,287.28 2,045,917,253.18 2,445,390,791.93 3,349,055,219.68 17,052,612.16 2,232,500,000.00 91,546,029.98 1,598,428,800.00 117,504,958.08 5,729,708,895.44 348,207,187.50 1,333,463,856.78 4,509,246,276.29 1,458,013,713.97 2,288,334,967.57 46,211,138,049.84

Sisa Pokok
17,335,531,800.00 2,809,694,112.72 6,938,643,524.16 1,491,403,806.44 3,605,904,482.11 6,129,945,226.20 4,709,617,176.34 72.00 2,058,721,132.27 2,660,239,634.23 10,389,788,788.98 1,103,653,307.19 3,243,340,085.40 155,491,486.54 729,006,859.99 78,908,102.33 63,439,889,596.90

LAMPIRAN BAB PERKEMBANGAN PEMBAYARAN ANGSURAN POKOK RDA DI PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2013

No

Nomor RDA

Penerima RDA PEMKAB BONE PEMKAB BONE PEMKAB SOPPENG PEMKAB SOPPENG JUMLAH

Januari 78,908,102.33 1,444,627,650.00 1,523,535,752.33

Pembayaran Pokok Pebruari 2,809,694,112.72 0 2,809,694,112.72

Maret -

1 RDA.P5-113/DP3/1993 2 RDA-327/DP3/2006 3 RDA-326/DP3/2005 4 RDA-326/DP3/2005

PERKEMBANGAN PEMBAYARAN BUNGA DAN DENDA RDA DI PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2013

No
1 2 3 4

Nomor RDA RDA.P5-113/DP3/1993 RDA-327/DP3/2006 RDA-326/DP3/2005 RDA-326/DP3/2005 JUMLAH

Penerima RDA PEMKAB BONE PEMKAB BONE PEMKAB SOPPENG PEMKAB SOPPENG

Januari 4,188,705.10 1,018,944,035.80 1,023,132,740.90

Pembayaran Pokok Pebruari 491,135,820.03 491,135,820.03

Maret 3,598,925.00 3,598,925.00

LAMPIRAN BAB

PROFIL PENERUSAN PINJAMAN (SLA) Tahun 2012


No Nomor SLA Penerima SLA
PEMKOT MAKASAR PEMKAB. BARRU PEMKAB. BANTAENG PEMKAB. JENEPONTO PDAM KAB SINJAI PEMKAB. PINRANG PDAM KAB PINRANG PDAM KAB WAJO PEMKAB. WAJO PDAM KAB BONE PEMKAB SOPPENG PEMPROP SULSEL PEMKO MAKASAR PDAM KOTA MAKASAR PDAM KOTA MAKASAR PEMKO MAKASAR PEMKAB. BARRU PEMKOT. PALOPO PEMKO PARE-PARE PEMKAB SIDRAP PDAM PARE-PARE PDAM PARE-PARE PEMKAB PANGKEP PDAM KAB SIDRAP PDAM KAB GOWA PDAM KAB BULUKUMBA PDAM KOTA PALOPO PEMKAB GOWA PDAM KAB TAKALAR PEMKAB. TAKALAR PDAM KAB PANGKAJENE PDAM KAB JENEPONTO PEMKAB TANATORAJA PDAM KAB TANATORAJA PDAM KAB BARRU PDAM KAB ENREKKANG JUMLAH

Jumlah SLA
2,711,233,040.55 1,227,409,718.48 2,584,892,532.12 1,714,957,880.96 471,908,197.58 2,413,972,451.06 696,636,460.24 1,291,933,315.46 2,767,506,765.00 664,155,135.00 1,848,971,610.66 8,322,904,415.45 15,892,894,675.47 159,257,250,884.79 17,858,755,808.22 6,900,996,637.31 45,795,468,964.00 43,974,696,222.00 41,068,318,181.00 34,111,297,474.00 1,598,632,290.19 158,000,000.00 938,077,349.54 849,902,684.91 1,773,131,050.43 984,071,349.49 1,307,805,948.77 2,005,435,143.86 333,852,989.34 826,100,000.00 732,687,204.53 1,747,763,074.73 2,792,936,571.58 1,165,144,378.25 1,341,743,672.30 427,676,964.68 410,559,121,041.95

Pembayaran Pokok
2,006,255,444.80 1,227,409,718.48 1,723,261,688.14 571,652,626.99 1,931,177,960.85 1,845,004,510.00 365,285,324.25 1,848,971,610.67 8,322,904,414.60 3,589,334,371.05 66,234,561,847.47 17,858,755,808.22 897,262,817.46 5,112,176,781.48 4,548,173,004.13 181,361,107.00 20,103,800.00 713,266,481.34 1,684,474,497.91 1,056,304,804.78 2,005,435,143.86 89,027,463.83 523,196,666.71 1,861,957,714.39 126,217,315,608.41

Sisa Pinjaman
704,977,595.75 861,630,843.98 1,143,305,253.97 471,908,197.58 482,794,490.21 696,636,460.24 1,291,933,315.46 922,502,255.00 298,869,810.75 (0.01) 0.85 12,303,560,304.42 93,022,689,037.32 6,003,733,819.85 45,795,468,964.00 43,974,696,222.00 35,956,141,399.52 29,563,124,469.87 1,417,271,183.19 137,896,200.00 224,810,868.20 849,902,684.91 88,656,552.52 984,071,349.49 251,501,143.99 244,825,525.51 302,903,333.29 732,687,204.53 1,747,763,074.73 930,978,857.19 1,165,144,378.25 1,341,743,672.30 427,676,964.68 284,341,805,433.54

1 SLA-EKS BI-12/009 2 SLA-998/DP3/1997 3 SLA-993/DP3/1997 4 SLA-991/DP3/1991 6 SLA-989/DP3/1997 7 SLA-987/DP3/1997 8 SLA-986/DP3/1997 9 SLA-985/DP3/1997 10 SLA-984/DP3/1997 12 SLA-980/DP3/1997 13 SLA-979/DP3/1997 14 SLA-925/DP3/1996 15 SLA-833/DP3/1995 16 SLA-792/DP3/1995 17 SLA-429/DDI/1988 18 SLA-159/DDI/1984 19 SLA-1224/DSMI/2009 20 SLA-1215/DP3/2008 21 SLA-1205/DP3/2006 22 SLA-1202/DP3/2006 23 SLA-12/032/IBRD/PP 24 SLA-12/032/IBRD/PP 27 SLA-1051/DP3/1998 28 SLA-1042/DP3/1998 29 SLA-1041/DP3/1998 30 SLA-1027/DP3/1998 31 SLA-1026/DP3/1998 33 SLA-1018/DP3/1998 34 SLA-1015/DP3/1998 35 SLA-1014/DP3/1998 36 SLA-1012A/DP3/1998 37 SLA-1012/DP3/1998 38 SLA-1011/DP3/1997 39 SLA-1010/DP3/1997 40 SLA-1003/DP3/1997 41 SLA-1000/DP3/1997

520,210,148,688.69

LAMPIRAN BAB

PERKEMBANGAN PEMBAYARAN ANGSURAN POKOK SLA DI PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2013 No
Nomor SLA 1 SLA-1015/DP3/1998 2 SLA-1047/DP3/1998 3 SLA-1051/DP3/1998 4 SLA-1205/DP3/2006 5 SLA-979/DP3/1997 6 SLA-1026/DP3/1998 7 SLA-1215/DP3/2008 8 SLA-1041/DP3/1998 Penerima SLA PDAM KAB TAKALAR PEMKAB POLMAS PEMKAB PANGKEP PEMKO PARE-PARE PEMKAB SOPPENG PDAM KOTA PALOPO PEMKOT. PALOPO PDAM KAB GOWA JUMLAH Januari 11,128,432.98 11,128,432.98 Pembayaran Pokok Pebruari 49,484,640.00 37,195,398.25 1,382,928,515.37 50,300,228.80 1,519,908,782.42 Maret 88,656,552.52 88,656,552.52

PERKEMBANGAN PEMBAYARAN BUNGA DAN DENDA SLA DI PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2013
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nomor SLA SLA-1015/DP3/1998 SLA-1047/DP3/1998 SLA-1051/DP3/1998 SLA-1205/DP3/2006 SLA-979/DP3/1997 SLA-1026/DP3/1998 SLA-1215/DP3/2008 SLA-1041/DP3/1998 Penerima SLA PDAM KAB TAKALAR PEMKAB POLMAS PEMKAB PANGKEP PEMKO PARE-PARE PEMKAB SOPPENG PDAM KOTA PALOPO PEMKOT. PALOPO PDAM KAB GOWA JUMLAH Januari 7,328,567.02 7,328,567.02 Pembayaran Bunga dan Denda Pebruari 23,774,620.00 15,735,366.87 1,523,501,661.63 67.25 15,104,040.92 1,578,115,756.67 Maret 3,000,000,000.00 5,237,509.36 3,005,237,509.36

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

DAFTAR PUSTAKA
Alm J, Robert, H. et al, Can Indonesia Decentralize Succesfully? Palns, Problems and Prospects, Bulletin of Indonesia Economic studies 37 (1):83-102,2001 Blanchard, O, Macroeconomics, Pearson International Edition (Fifth Edition) 2009 Mankiw, GN, Macroeconomics, Worth Publisers, Seventh Edition (international Edition), 2009 Indikator Makro Sosial Ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan I 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2012 Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan, Bagian Organisasi dan Tatalaksana, Setditjen Perbendaharaan, 2013 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Kanwil Ditjen Perbendaharaan provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Kanwil Ditjen Perbendaharaan provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Kanwil Ditjen Perbendaharaan provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan, 2010, 2011, 2012 Abulo sibatang, buku rapat dinas Kementerian Keuangan di Makassar, 14 April 2013 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan-I 2012, Bank Indonesia Cabang Sulawesi selatan, 2012 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan-II 2012, Bank Indonesia Cabang Sulawesi selatan, 2012 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan-III 2012, Bank Indonesia Cabang Sulawesi selatan, 2012 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan-IV 2012, Bank Indonesia Cabang Sulawesi selatan, 2012 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan-I 2013, Bank Indonesia Cabang Sulawesi selatan, 2013 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sulawesi Selatan No.43/08/73/Th. VI, 6 Agustus 2012 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sulawesi Selatan No.22/05/73/Th. XVII, 1 Mei 2013 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sulawesi Selatan No.029/05/73/Th.VII, 6 Mei 2013

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sulawesi Selatan No.028/05/73/Th.VII, 6Mei 2013 Sulawesi Selatan Dalam Angka, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, 2012 www.djpk.depkeu.go.id www.bps.go.id www.sulsel.bps.go.id www.pajak.go.id www.pa.perbendaharaan.go.id

Laporan Kajian Fiskal Triwulan I TA.2013

KEANGGOTAAN TIM PENYUSUN


Penanggungjawab: Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan DR. Bilmar Parhusip Ketua Tim Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan Edy Nuryadi Wakil Ketua: Kepala Bidang Pembinaan Perbendaharaan II Farhan Fatnanto Sekretaris Kepala Bagian Umum Usdek Rahyono Dibantu oleh :

Hasan Lutfi Supratman Moch. Fajar Adca Nurseda Yacoba Sampeliling Nurhadi Suhaeri Ratna Ibrachim Andi Tati Aco Shahbiruddin Laseng Samandota Batoarung La Ode Dai

Noor Since Mida La Ode Arisidin Jumading Amirsyah Virniasari Moh. Ali Nurhayati Mustamin Mustafa Wahyuni Ruslan Hasan Erwin Puspita Wijaya Hermin Nita Ponno

You might also like