You are on page 1of 3

Platipneu : Platipneu adalah keadaan sesak nafas di mana penderita akan lebih nyaman jika berbaring, dan merasa

lebih sesak ketika dalam keadaan berdiri. Pneumonia Pemeriksaan Fisik didapati : Jika suatu lobus yang mengalami konsolidasi secara khas menimbulkan Peningkatan frekuensi pernapasan, penurunan gerakan hemitoraks, peningkatan fremitus taktil, perkusi redup, egofoni dan mungkin pektoriloqui bisikan dapat terdengar, bunyi nafas bronchial, dan ronki difus pada akhir inspirasi pada daerah auskultasi berhubungan dengan lobus yang terkena, mengi terlokalisir, trakea berdeviasi menjauhi sisi yang mengalami konsolidasai, nyeri pleuritic pain, suhu tubuh lebih dari 38 oC. Sumbatan peradangan dan mucus, takipneu, nyeri tekan trakea (Janice, 2005). Jenice, Willms L.. 2005. Diagnosis Fisik Evaluasi Diagnosis dan Fungsi Di Bangsal. Jakarta : EGC.

Patofisiologi Batuk : Benda asing + Reseptor (untuk reflek batuk) n. Laryngeus Superior n. Vagus Medula oblongata DRG & VRG I Inspirasi Glotis menutup Pembuluh intrathorax meningkat

Batuk

2. Patofisiologi Demam : Substansi penyebab demam disebut pirogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh, baik dari produk proses infeksi maupun non infeksi. Lipopolysaccharyde (LPS) pada dinding bakteri gram negatif atau peptidoglikan dan teichoic acid pada bakteri gram positif, merupakan pirogen eksogen. Substansi ini merangsang makrofag, monosit, limfosit, dan endotel untuk melepaskan IL1, IL6, TNF-, dan IFN-, yang bertindak sebagai pirogen endogen. Pirogen endogen ini akan berikatan dengan reseptornya di hipotalamus dan fosfolipase-A2. Peristiwa ini akan menyebabkan pelepasan asam arakidonat dari membran fosfolipid atas pengaruh enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Asam arakidonat selanjutnya diubah menjadi prostaglandin E2 (PGE2). PGE2 baik secara langsung maupun melalui adenosin monofosfat siklik (c-AMP), akan mengubah setting termostat (pengatur suhu tubuh) di hipotalamus pada nilaiyang lebih tinggi. Selanjutnya terjadi peningkatan produksi dan konservasi panas sesuai setting suhu tubuh yang baru tersebut. Hal ini dapat dicapai melalui refleks vasokonstriksi pembuluh darah kulit dan pelepasan epinefrin dari saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh dan tonus otot. Sehingga penderita akan merasakan dingin lalu menggigil dan menghasilkan panas. (Ridzon, 2004). Ridzon, Renee. 2004. Tuberculosis. Diakses di www.nejm.org pada 04 April 2011

You might also like