Professional Documents
Culture Documents
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. DEFINISI
Pneumonia peradangan parenkim paru disebabkan proses infeksi akut atau penyebab non infeksi Bronkopneumonia peradangan akut bronkiolus dan peribronkial alveoli. Klasik penyakit respiratorik dengan batuk, sesak nafas, demam, dan ronki basah, serta gambaran infiltrat rontgen toraks.
I.2. Epidemiologi
1990penyebab kematian: 28% balita di dunia 50% usia <1 tahun Eropa & Amerika Utara30-45 balita dari 1000 anak Malaysia 28-39,3% balita Indonesia 5 balita dari 1000 anak setiap tahun = 300 balita / hari = 1 balita / menit
I.3. Klasifikasi 1. Berdasar lokasi lesi di paru 2. Berdasar asal infeksi 3. Berdasar mkroorganisme penyebab 4. Berdasar karakteristik penyakit 5. Berdasar lama penyakit
I.4. Etiologi Sebagian besar karena infeksi: 1. Pneumonia bakteri 2. Pneumonia virus 3. Pneumonia mikoplasma 4. Pneumonia jamur 5. Pneumonia parasit
Etiologi Sebagian kecil proses non infeksi: 1. Aspirasi 2. Chemical pneumonia 3. Drugs reaction pneumonitis 4. Eosinophilic pneumonia 5. Pneumonia akibat penyakit lain
I.5. Patogenesis Normal sal. nafas atas dijaga tetap bersih Inhalasi droplet bakteri & virus epitel sal. nafas aktivasi IgG, leukosit PMN, respon inflamasi dinding sel menebal, debris menumpuk, sekresi kelenjar abN sumbatan nafas intake O2 dan retensi CO2.
Demam Sesak nafas Takipnu Penggunaan otot bantu nafas Batuk Nyeri dada Nyeri abdomen Iritabel
Pemeriksaan laboratorium 1. Leukosit > 15.000 2. Biakan darah positif 3-11% saja 3. Pemeriksaan sputum kurang berguna 4. Rapid tes antigen bakteri spesifitas dan sensitifitas rendah 5. Pemeriksaan serologis kurang bermanfaat
Pemeriksaan penunjang
Foto roentgen toraks PA dasar diagnosa utama Tidak dpt membedakan pnie bakteri dengan virus Gambaran: Konsolidasi lobar/segmental Corakan bronkovaskular meningkat Corakan peribronkial meningkat Infiltrat
I.7. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Diagnosa etiologik sangat sulit pemberian antibiotik empirik sesuai dg pola kuman tersering S.pneumonia : ampisilin H.influenzae : kloramfenikol Sekresi lendir berlebih inhalasi -agonis
Penatalaksanaan
Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tidak berbunyi menciut, tidak dipengaruhi oleh cuaca, tidak dipengaruhi makanan dan aktifitas, makin lama nafas bertambah sesak.
Muntah tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat batuk-batuk lama dan sesak nafas sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk-batuk lama atau minum obat paru untuk 6 bulan Ibu pasien alergi dengan ikan laut
Riwayat Kehamilan Riwayat Kelahiran Riwayat Makanan dan Minuman : ASI : tidak pernah Susu Formula : 0 bulan sekarang, setiap 3 jam sekali sehari. Kesan : kuantitas cukup dan kualitas kurang Riwayat Imunisasi : Belum pernah mendapat imunisasi Kesan : imunisasi dasar tidak ada
Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum : sakit sedang Kesadaran : sadar Frekuensi nadi : 140 x/menit Frekuensi napas : 62 x/menit Suhu : 37,2oC Berat badan : 6500 gram Tinggi badan : 67,5 cm Status gizi : BB/U = 89,04% TB/U = 103,1% BB/TB = 80,25% Kesan : gizi kurang
Pemeriksaan Sistemik : Kulit : teraba hangat Kepala : bentuk simetris, ubun ubun besar datar, lingkar kepala 42 cm (normal : standar Nellhaus) Mata : tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Mulut : mukosa mulut dan lidah basah Telinga : tidak ditemukan kelainan Hidung : nafas cuping hidung tidak ada Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher
: normochest, retraksi epigastrium tidak ada : fremitus kiri = kanan : sonor : bronkovesikuler, ronki basah sedang dengan eksperium memanjang
Abdomen : inspeksi : distensi tidak ada palpasi : supel perkusi : timpani auskultasi : BU (+) normal Punggung : tidak ada kelainan Alat kelamin : tidak ada kelainan Anggota gerak : akral hangat, refilling kapiler baik
Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin : Hb 10,5 gr% Leukosit 15400/mm3 Hitung jenis 0 / 1 / 1 / 48 / 47 / 3 Urin dan feses dalam batas normal Diagnosis Kerja : 1. Bronkopneumonia dengan eksperium memanjang 2. Gizi kurang
Terapi : Masalah 1 : Bronkopneumonia dengan eksperium memanjang O2 2L/menit Amoxicillin 3 x 175 mg Chloramphenicol 4 x 125 mg Dexametason bolus 3 mg Dexametason 3 x 1 mg IVFD Ka En IB 105 cc/kgBB/hari Sementara puasa Masalah 2 : Gizi kurang SF 3 x 75 cc (715 kkal/hari) setelah sesak nafas hilang
FOLLOW UP:
26 Okt Demam Sesak Batuk Suhu Nafas Lendir Ronki Terapi Tidak ada ada ada 37,2C 60x/menit ada ada O2 2 L/menit Amoxicillin 3x175 mg Kloramfenikol 4x125mg IVFD KaEn IB 682,5 cc Sementara puasa 27 Okt Tidak ada berkurang berkurang 37,0C 52x/menit banyak ada O2 2 L/menit Amoxicillin 3x175 mg Kloramfenikol 4x125mg Nebu Ventolin 1/3 resp IVFD KaEn IB 682,5 cc Sementara puasa 28 Okt Tidak ada berkurang Berkurang 36,8C 44x/menit berkurang ada O2 stop Amoxicillin 3x175 mg Kloramfenikol 4x125mg Nebu Ventolin 1/3 resp SF 8x75 cc
DISKUSI
Diagnosis ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang yaitu foto rentgen toraks AP. Dari anamnesa didapatkan adanya demam tinggi dan batuk 2 hari sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi dan batuk-batuk lama. Pasien tidak mendapat ASI dan imunisasi dasar sehingga pertahanan tubuhnya lebih rentan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu pasien 37,2C karena sudah mendapatkan antipiretik dari puskesmas pada pagi harinya, frekuensi nafas meningkat, dan pada auskultasi paru didapatkan ronki basah, ini sesuai dengan pemeriksaan fisik bronkopneumonia.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan jumlah leukosit meningkat yang menunjukkan adanya proses infeksi bakteri. Pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya gambaran infiltrat di perihiler dan parakardial yang sesuai dengan kesan bronkopneumonia.
DISKUSI
Gizi kurang pada pasien ini diperoleh dari perhitungan status gizi. Pasien membutuhkan diet 715 kkal/hari dan tercukupi oleh susu formula yang dikonsumsinya sebanyak 715,9 kkal/hari, namun karena bukan ASI yang diberikan sehingga kualitasnya kurang. Iintervensi terhadap gizinya diberikan pada hari ke-3 rawatan setelah sesak nafasnya hilang. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko pasien ini menderita bronkopneumonia adalah karena tidak mendapatkan ASI dan imunisasi dasar.