You are on page 1of 12

Laboratorium Vulkanologi 2013

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Vulkanologi mempelajari tentang gunung api. Dimana dalam mempelajari gunung api tersebut terdapat istilah istiah seperti magm dan lava. Dimana kedua kata tersebut memiliki arti tersendiri. Magma yaitu suatu masa yang cair dan pijar yang keluar mencapai permukaan bumi. Terusan kepundan (diatrema) yaitu sebuah pipa sentral dimana magma keluar. Magma yang keluar disebut lava. gunungapi dapat dikatakan aktif apabila kegiatan magmatismenya dapat dilihat secara nyata. Leleran lava dari kawah puncak atau kawah samping, adanya awan panas letusan dan awan panas guguran, lahar letusan dan lain sebagainya mencirikan bahwa gunung api tersebut masih aktif. Namun apabila gejala kegiatan magmatisme sudah tidak teramati, gunung api tersebut biasanya dikatakan gunung api mati, namun dalam istilah geologi dikatakan gunung api padam. Tetapi pada suatu saat gunungapi itu dapat aktif kembali. Pemantauan gunung api di lakukan sejak abad ke 20, dilakukan di Jepang dan Hawaii. Pemantauan di Indonesia Baru dilakukan pada tahun 1920. Tujuan dari pemantau Gunung api tersebut untuk mengurangi korban jiwa ketika erupsi terjadi. Usaha pengamatan dimulai dengan peralatan geofisika dan serangkaian penelitian kegunungapian.

I.2 Maksud dan Tujuan Tujuan dari praktikum pada bab ini yaitu praktikan dapat membagi peta kawasan rawan bencana menggunakan data yang ada. Serta dapat meletakkan sabo dan menghitung apakah sabo dalam kategori bahaya atau tidak.

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

BAB II DASAR TEORI Sejarah Pemantauan Gunungapi

Menurut Peter Francis pada tahun 1956 pernah menulis cara memantau kegiatan gunungapi secara umum dimana cara pemantauannya yaitu : Mempelajari model letusan gunungapi, yang meliputi aspek kegiatan letusan, sifat letusan, menerus dan tidaknya kegiatan letusan tersebut dan sebagainya. Meneliti sifat sifat kemagnetan dan suhu gunungapi. Melakukan pemetaan gunung geologi gunungapi. Memantau setiap denyut gempa gunungapi melalui seismograf. Dalam pemantauan gunung api menggunakan teknik seperti sifat fisika dan kimia gunung api. Dimana kita dapat mengetahui kemungkinan letusan gunung api. Hal yang diperhatikan dalam pemantauan merupakan adalah : a. Erupsi letusan uap, hampir tidak ada peringatan sebelumnya karena sifatnya mendadak dan manusia pun tidak tahu kapan akan terjadi. b. Erupsi magmatik, diaman erupsi ini menyangkut tentang proses naiknya magma ke permukaan menyebabkan perubahan permukaan tanah. c. Frekuensi kejadian dan tingkat gempa biasanya meningkat pada saat erupsi akan terjadi. Karena saat erupsi terjadui terjadi gempa vulkanis yang sangat kecil dan merupakan tanda-tanda yang dapat dipantau. Erupsi diawali oleh kegiatan fumarol didaerah yang baru atau daerah kegiatan fumarol yang menjadi lebih luas.

Sehingga dari dasar pemantauan merupakan erupsi yang terjadi secara tiba-tiba. Sehingga sangatlah penting pemantauan gunung api dilakukan karena pemantauan gunung api sendiri dilakukan untuk mengurangi korban jiwa yang tinggal di daerah sekitar gunung api. Erupsi didaerah Gunung Api sendiri dapat menyeabkan seperti gempa volkanik lokal dan Hujan Abu.

Tipe Letusan atau Erupsi Gunung Api dimana tipe inii terbagi atas berbagai macam tergantung dari bentuk gunung apinya sendiri.

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

Tipe Strombolian, letusan berenergi rendah, menyemburkan material pijar berupa lapili dan bom lava, volume material letusan kecil hingga sedang. Contoh : Gunung Stromboli. Tipe Merapi, tipe ini umumnya terjadi pada gunung api tipe andesite berbentuk kerucut dan komposisi magmanya adalah asam. Fragmen-fragmen guguran lava terbentuk ketika kubah tidak stabil. Tipe Plinian, berasal dari letusan gunungapi Vesuvius, terjadi ketika magma kental dengan kandungan gas yang tinggi menyemburkan material letusan hingga stratosfer & menyebabkan perubahan iklim. Tipe Hawaiian, yaitu bersifat evusifdengan magma basalt, viskositas rendah, sedikit gas, temperatur tinggi, terbentuk karena hotspot. Tipe Pelean, terbentuknya aliran piroklastik, pembentukkan kubah lava, magma bertipe riolitik atau andesitic. Tipe Vulcanian, tipe letusan ini biasanya dimulai dengan letusan feromagnetik yng menghasilkan suara dentuman yg keras sebagai akibat dari interaksi magma dan air bawah permukaan

Produk suatu erupsi sangat bervariasi tergantung pada tingkat viskositas magmanya. Produk tersebut dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Letusan Efusif, terjadi pada gunungapi yang memiliki kekentalan magma rendah. Hasil letusan berupa lelehan lava. 2. Letusan Eksplosif, terjadi pada gunungapi yang memiliki kekentalan magma tinggi. Hasil letusan berupa aliran piroklastik dan tefra. 3. Letusan Campuran, terjadi pada gunungapi yang memiliki kekentalan magma menengah. Hasil letusan berupa lelehan lava, tefra, kadang-kadang disertai aliran piroklastik.

Setelah kita mengetahui Prosuk Letusan dan Tipe Letusan Gunung Api maka kita dapat membagi Bahaya Gunung Api sendiri yaitu Bahaya Primer Sekunder Ataupun tidak langsung Dimana Penjelasan sebagai berikut :

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

1. Bahaya primer,. Bahaya yang terjadi selama letusan gunungapi masih berlangsung. Daerah yang teramcam disekitar gunungapi atau sektor tertentu saja, yang dicapai oleh jatuhan bahan letusan dan semburan aliran piroklastik. Jarak sangat terbatas. 2. Bahaya sekunder, Daerah yang terancam hanya disepanjang sungai yang hulunya dilerenga atas gunungapi tetapi dapat mencapai puluhan kilometer jauhnya dari gunungapi itu. 3. Bahaya tidak langsung, Bahaya sekunder berupa semburan abu dapat menyebabkan pencemaran, gangguan kesehatan penduduk, lalu lintas udara khususnya serta udara dan iklim. Bahaya sekunder dapat menyebabkan bencana susulan berupa banjir atau akibat lainnya.

Setelah itu kita sebagi seorang ahli volkanologi dapat melakukan mitigasi bencana alam dengan melakukan usaha penanggulangan akibat bahaya gunungapi yaitu dengan cara : a. b. Menentukan kapan letusan terjadi Membuat peta rawan bencana dan melakukan penyuluhan kepda warga sekitar tentang apakah tempat tinggal mereka aman atau tida c. d. Menyingkir dari daerah bahaya yang mungkin terancam bahaya. Usaha memperkecil bencana yang disebabkan oleh aliran lahar juga dilakukan denga membangun : Bronjong, Terowongan, Sabo dan Kantong lahar. e. Menduga intensitas aliran lahar yang mungkin terjadi ditiap sungai dan menentukan daerah yang mungkin dilanda aliran lahar. Pemantauan letusan gunung api ditandai dengan :
Peringatan awal letusan

Merupakan erupsi eksplosif awal tanpa tanda-tanda awal atau peringatan awal. Awal pemantauannya menggunakan sifat kimia dan fisikan gunung api, saat terjadi erupsi. Sehingga dari keterbatasannya teknologi kita tidak dapat memperkirakan gunung tersebut akan meletus. Pemantauan visual Pemantauan ini dilihat dari fisiknua dari gunung pai yang ada seperti : warna asap, suara pada saat erupsi, mengukur suhu kawah, pengamatan cuaca, pengamatan suhu di sekitar wilayah gunung api. Pemantauan instrumental

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

Pengamatan geodinamika : mengukur besarnya deformasi didaerah tersebut dengan alat-alat geodesi yang dipasang di dekat lubang kepundan , Mengukur sifat kemagnetan , Mengukur gaya berat , Mengukur kegempaan. Pengamatan geokimia : analisa geokimia batuan dan gas suatu gunungapi , bertujuan untuk mengetahui evolusi magma berdasarkan komposisi kimia batuan. Pengamatan fotografi inframerah : apabila magma telah berhasil mencapai permukaan maka akan terjadi pancaran gelombang inframerah. Pengamatan Satelit : Pada saat ini pemantauan yang lebih canggih dengan menggunakan satelit telah dilakukan sperti Gunung Merapi , Gunung Lokon dan Gunung Semeru. Pemantauan instrumental ini merupakan pemantauan dengan

menggunakan teknologi yang sangat modern. Dan ketiga macam di atas merupakan pemantauan gunung api.

Sejarah Letusan Gunung Tambora

Dengan menggunakan radiokarbon dating, sejarah letusan Gunung Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan tahun 1815, tetapi besarnya letusan tidak diketahui. Perkiraan tanggal letusannya ialah tahun 3910 SM 200 tahun, 3050 SM dan 740 150 tahun. Ketiga letusan tersebut memiliki karakteristik letusan yang sama. Masingmasing letusan memiliki letusan di lubang utama, tetapi terdapat pengecualian untuk letusan ketiga. Pada letusan ketiga, tidak terdapat aliran piroklastik. Pada tahun 1812, gunung Tambora menjadi lebih aktif, dengan puncak letusannya terjadi pada bulan April tahun 1815. Besar letusan ini masuk ke dalam skala tujuh Volcanic Explosivity Index (VEI), dengan jumlah semburan tefrit sebesar 1.6 1011 meter kubik. Karakteristik letusannya termasuk letusan di lubang utama, aliran piroklastik, korban jiwa, kerusakan tanah dan lahan, tsunami dan runtuhnya kaldera. Letusan ketiga ini memengaruhi iklim global dalam waktu yang lama. Aktivitas Tambora setelah letusan tersebut baru berhenti pada tanggal 15 Juli 1815. Aktivitas selanjutnya kemudian terjadi pada bulan Agustus tahun 1819 dengan adanya letusanletusan kecil dengan api dan bunyi gemuruh disertai gempa susulan yang dianggap sebagai bagian dari letusan tahun 1815. Letusan ini masuk dalam skala kedua pada
Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

skala VEI. Sekitar tahun 1880 30 tahun, Tambora kembali meletus, tetapi hanya di dalam kaldera. Letusan ini membuat aliran lava kecil dan ekstrusi kubah lava, yang kemudian membentuk kawah baru bernama Doro Api Toi di dalam kaldera. Gunung Tambora masih berstatus aktif. Kubah lava kecil dan aliran lava masih terjadi pada lantai kaldera pada abad ke-19 dan abad ke-20.[1] Letusan terakhir terjadi pada tahun 1967,[14] yang disertai dengan gempa dan terukur pada skala 0 VEI, yang berarti letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan.

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

BAB II PEMBAHASAN GUNUNG TAMBORA A. Kawasan Rawan Bencana Peta kawasan Rawan Bencana digunakan untuk penanggulangan mitigasi bencana letusan, dalam kondisi sebelum letusan atau sesudah letusan. Peta KRB sangat diperlukan karena banyak warga yang tinggal berada dilereng gunung api sehingga peta KRB sangat dibutuhkan. Gunung Tambora merupakan Gunung Api yang tidak aktif lagi. Terakhir meletus pada tahun 1810, dan letusan tersebut merupakan letusan yang sangat dahsyat. Direktorat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah melakukan pemantauan Gunung Tambora, sehingga mampu membuat Peta Kawasan Rawan Bencana. Peta KRB Gunung Tambora dibagi menjadi tiga satuan yaitu : Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I. 1. Kawasan Rawan Bencana III Pada Kawasan Rawan Bencana III berada pada radius tiga kilometer dari pusat kegempaan, pada KRB III berpotensi dilanda awan panas, aliran lava dan gas beracun serta lontaran batu pijar dan hujan abu lebat. 2. Kawasan Rawan Bencana II

Pada Kawasan Rawan Bencana II berada pada radius lima kilometer pada KRB II berpotensi dilanda awan panas , aliran lava dan gas beracun, serta lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar dan air dengan keasaman tinggi. 3.Kawasan Rawan Bencana I Pada Kawasan Rawan Bencana radius delapan kilometer. Pada Kawasan Rawan Bencan I berpotensi dilanda lahar dan kemungkinan terkena lontaran batu pijar, Hasil perhitungan derajat bahaya : Derajat bahaya Gunung Api Tambora, sifat erupsi ( Preatik ) yang sering terjadi bernilai 75, tipe erupsi (Plinian ) bernilai 100, daur kegiatan (lebih dari 100 tahun) bernilai 100, kelas gunungapi ( Aktif, kelas A ) bernilai 100, jumlah penduduk

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

yang bermukim bernilai95. Total nilai berdasarkan tolak ukur adalah 450, sehingga nilai derajat bahaya adalah :

DB = 470/ 625 x 100 = 75,2 % Menurut Tabel Derajat Bahaya berdasarkan nilai tolak ukur merupakan sangat rawan.

Untuk Perhitungan KRB KRB III : Radius/jarak 8 km dari pusat kegempaan, dengan jarak dari pusat kegempaan pada peta dengan skala 1:50.000 adalah16 cm dari pusat kegempan. KRB II : Radius/jarak 5 km daripusat kegempaan, dengan jarak pada peta dengan skala 1:50.000 adalah 10 cm dari pusat kegempaan. KRB I : Radius/jarak 3 km daripusat kegempaan , dengan jarak pada peta dengan skala 1:50.000 adalah 6 cm dari kawah.

B. SABO Sabo merupakan bangunan teknik yang didirikan di daerah hulu sungai pada sungai-sungai yang terdapat di daerah pegunungan. Sabo pada kali ini menggunakan acuan SABO yang berada pada kali Boyong. Dimana luas SABO memakai rums bidang datar.

RUMUS SABO Rumus volume piroklastik : Vpa Vpj Vair = panjang sungai x lebar sungai x tebalpa = luas DAS x tebalpj = luas DAS x tinggi curah hujan (mm/s)

Vsabo = luas SABO x panjang sungai Setelah didapatkan Volume SABO kemudian mencari nila C (konstanta), dimana :

C=

Vpa + Vpj + Vair Vsabo

C > 1, bahaya C < 1, aman Keterangan :


Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

Vpa Vpj Vair

: Volume piroklastik aliran : Volume piroklastik jatuhan : Volume air

Perhitungan Lebar sungai = 50 m Tebal piroklastik aliran = 1,75 m Tebal piroklastik jatuhan = 0.391 m Curah hujan = 18 m/jam = 0,018 m/s Lama hujan = 4 jam = 4 x 3600 = 14400 Luas Sabo Penyaring = 434,5 m2 Luas Sabo Penahan = 417,5 m2 Luas DAS =

Sabo Penahan Luas DAS = 16 kotak / 4 x (50.000)2 cm = 16 kotak / 4 x (500)2 m = 1.000.000m2 Panjang Sungai = 2cm x 500 m = 1000 m Vpa = panjang sungai x lebar sungai x tebalpa = 1000 m x 50 m x 1.75 m = 87500m3 Vpj = luas DAS x tpj = 1.000.000m2 x 0.391 m = 391000 m3 Vair = luas DAS x tinggi curah hujan (m/jam) x Lama hujan = 1.000.000m2x 0,018 m/s x 14400 s = 259200000m3 Vsabo penyaring = luas SABO x panjang sungai = 434,5 m2 x 1000 m = 417500m3 Setelah didapatkan Volume SABO kemudian mencari nila C , dimana : Sabo Penahan Vpa + Vpj + Vair C=
Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

Vsabo
87500m3 +391000 m3 + 259200000 m3

= 417 500m Sabo Penyaring Luas DAS 16 kotak / 4 x (50.000)2 cm = 16 kotak / 4 x (500)2 m = 1.000.000m2 Panjang Sungai = 0,75cm x 500 m = 375 m Vpa = panjang sungai x lebar sungai x tebalpa = 375m x 50 m x 1.75 m = 32.812,5 m3 Vpj = luas DAS x tpj = 1.000.000m2 x 0.391 m = 391000m3 Vair
3

=621,984.( C > 1, bahaya)

= luas DAS x tinggi curah hujan (m/jam) x Lama hujan = 1.000.000 m2 x 0,018m/s x 14400 s= 259200000 m3

Vsabo penahan = luas SABO x panjang sungai = 434,5 m2 x 375 m = 162937,5 m3 Setelah didapatkan Volume SABO kemudian mencari nila C , dimana : Sabo Penahan Vpa + Vpj + Vair C= Vsabo
32812,5 m3 + 391000 m3 +259200000 m3

= 162937,5 m3

= 1593, 399 C > 1, bahaya)

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

BAB III KESIMPULAN Hasil interpretasi yang dapat di simpulkan dari pembuatan peta peta yang telah dilakukan yaitu : Derajat bahaya Gunung Tambora termasuk ke dalam sangat rawan >75 dengan nilainya 75,2 % yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan parameterparameter yang telah di sediakan sehingga dari data tersebut kita dapat mengetahui derajat bahaya yang ada. Pada Gunung Tambora dibagi menjadi tiga Kawasan Rawan Bencana yaitu KRB III : Radius/jarak 8km dari kawah, dengan jarak pada peta dengan skala 1:50.000 adalah 16 cm dari kawah. KRB II : Radius/jarak 5 km dari kawah, dengan jarak pada peta dengan skala 1:50.000 adalah 10 cm dari kawah. KRB I : Radius/jarak 3 km dari kawah, dengan jarak pada peta dengan skala 1:50.000 adalah 6 cm dari kawah. Serta diletakkan 2 buah sabo yaitu sabo penyaring serta penahan dengan kondisi tidak aman yaitu dengan angkan C > 1 yaitu 398,49 serta 233,64

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

Laboratorium Vulkanologi 2013

DAFTAR PUSTAKA http://volcanoindonesia.blogspot.com/2010/11/batur.html\ http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=292 http://sejarah.kompasiana.com/2011/10/17/gunung-batur-bali-sejarah-dankosmologisnya-404072.html http://gunungkuindonesiaku.wordpress.com/gunung-batur-bali/ http://www.volcanodiscovery.com/id/volcanoes/indonesia/bali/batur/ http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Batur

Nama : Rika Wandansari Hidayah Nim : 111.110.026 Plug 4

You might also like