You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010 begitu pula dengan visi pembangunan di Jawa Timur adalah Penggerak masyarakat Jawa Timur Sehat 2010 dimana pembangunan kesehatan diharapkan mampu mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Jawa Timur, masyarakat yang memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan bermutu serta membangun organisasi kesehatan yang mampu memberikan pelayanan prima dan didukung oleh sumber daya manusia yang potensial (Dinas kesehatan, 2005). Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan perlu dilakukan dengan serius diantaranya melalui peningkatan status gizi penduduk, peningkatan akses pada pelayanan kesehatan dasar, subsidi di biaya pelayanan kesehatan, serta perbaikan keadaan lingkungan. Hal tersebut tidak lepas dari peran pemerintah dengan mendukung ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai sehingga dapat dinikmati oleh seluruh lapisan 1

2 masyarakat serta peran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat, memelihara, dan melindungi kesehatan diri dan lingkungan. Derajat kesehatan dapat diuraikan melalui beberapa indikator diantaranya mortalitas, morbiditas (angka kesakitan), dan status gizi. Mortalitas (kematian) dapat dilihat dari indikator angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu melahirkan sedangkan status gizi dapat dilihat dari indikator banyaknya balita dengan gizi buruk. Sedangkan permasalahan yang sering muncul yaitu kinerja pelayanan rendah yang dapat dilihat dari beberapa indikator seperti pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi diberi imunisasi campak, dan proporsi penemuan tuberkulosis paru. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian ASI eksklusif, jumlah penderita HIV/AIDS, dan juga jumlah penderita penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA) dan kematian akibat kecelakaan. Permasalahan lainnya yaitu rendahnya kondisi kesehatan lingkungan yang tercermin dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Rendahnya kualitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dapat diukur dari jumlah dan kualitas pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu). Terbatasnya tenaga kesehatan juga menjadi permasalahan dalam menyongsong Indonesia sehat 2010 yang dilihat dari jumlah tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, ahli gizi (www.bappenas.go.id). Talangko (2009) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah adanya jamban dalam rumah, penggunaan air bersih, adanya tempat pengelolaan limbah, perilaku hidup bersih dan sehat, pemberian ASI eksklusif, persalinan dengan tenaga kesehatan, dan tumbuh kembang balita melalui pelayanan kesehatan. Untuk mengukur derajat kesehatan dari angka kematian bayi (AKB), faktor-faktor yang berpengaruh seperti halnya yang dikemukakan oleh Pramasita (2005) dikelompokkan ke dalam faktor kesehatan dan faktor diluar kesehatan. Faktor kesehatannya meliputi banyaknya trauma lahir, banyaknya bayi berat badan lahir rendah (BBLR), banyaknya

3 bayi terkena tetanus, dan banyaknya bayi lahir prematur. Sedangkan faktor diluar kesehatan meliputi banyaknya unit pelayanan kesehatan, banyaknya tenaga medis dan nonmedis pada unit pelayanan kesehatan, persalinan yang ditolong tenaga non medis, jumlah penduduk miskin, pengeluaran rumah tangga sebulan, dan rumah tangga yang menggunakan sumber air minum selain air bersih. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat dijadikan teori untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini dianalisis menggunakan Moderated Structural Equation Modeling (MSEM) yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan hubungan antara suatu variabel independen terhadap variabel dependen yang dipengaruhi variabel laten lainnya (Ghozali dan Fuad, 2005). Dalam penelitian ini variabel observasi yang akan digunakan yaitu rumah yang menggunakan air bersih untuk minum/masak, rumah yang memiliki jamban, rumah dengan lantai tidak dari tanah, banyaknya infrastruktur kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu), banyaknya tenaga medis pada sarana kesehatan (rumah sakit dan puskesmas), pertolongan persalinan dengan tenaga medis, pemberian ASI eksklusif pada bayi, bayi dengan imunisasi campak, Angka Kematian Bayi (AKB), prevalensi balita kurang gizi, dan keluhan kesehatan masyarakat dengan infrastruktur sebagai variabel moderasi. Variabel moderasi merupakan variabel yang mempunyai ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan hubungan variabel terikat (endogen) dan variabel bebas (eksogen). Penelitian dengan menggunakan metode MSEM juga dilakukan oleh Koesmono (2005) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Dan Tuntutan Tugas Terhadap Komitmen Organisasi Dengan Variabel Moderasi Motivasi Perawat Rumah Sakit Swasta Di Surabaya. Penelitian serupa pernah pula dilakukan oleh Cahyono, dkk (2007) yang berjudul Pengaruh Moderasi Sistem Pengendalian Manajemen dan Inovasi terhadap Kinerja. Sedangkan penelitian mengenai derajat kesehatan dengan menggunakan metode MSEM masih jarang dijumpai

4 sehingga perlu dilakukan penelitian ini dengan menggunakan metode tersebut. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan permasalahan sebagai berikut. 1. Apakah lingkungan, pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan infrastruktur berpengaruh terhadap derajat kesehatan di Jawa Timur? 2. Apakah infrastuktur dapat menjadi variabel moderasi terhadap hubungan pelayanan kesehatan dengan derajat kesehatan? 3. Apakah infrastuktur dapat menjadi variabel moderasi terhadap hubungan tenaga kesehatan dengan derajat kesehatan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh lingkungan, pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan infrastruktur terhadap derajat kesehatan di Jawa Timur. 2. Mengetahui apakah infrastruktur dapat menjadi variabel moderasi terhadap hubungan pelayanan kesehatan dengan derajat kesehatan di Jawa Timur. 3. Mengetahui apakah infrastruktur dapat menjadi variabel moderasi terhadap hubungan tenaga kesehatan dengan derajat kesehatan di Jawa Timur. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai kondisi Kesehatan di Jawa Timur tahun 2007 dan dapat dujadikan bahan pertimbangan bagi pemeritah khususnya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam merencanakan pembangunan dibidang kesehatan.

5 1.5 Batasan Masalah Batasan permasalahan pada penelitian ini adalah membuat model persamaan struktural pada Derajat Kesehatan di Jawa Timur Tahun 2007 yang diukur dari variabel indikator Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Tenaga Kesehatan, dan Infrastruktur. Dan memodelkan persamaan struktural Derajat Kesehatan yang dimoderasi oleh variabel Infrastruktur dengan menggunakan Partial Least Square (PLS).

(Halanan ini sengaja dikosongkan)

You might also like