You are on page 1of 3

Menurut Schlumberger (1989), porositas dapat dihitung dari log densitas dengan menggunakan persamaan: = dengan rhom = densitas

matriks (g/cc) rhof = densitas fluida (g/cc)

Alat densitas bekerja dengan menginjeksikan sinar gamma ke dalam formasi batuan yang kemudian menghasilkan efek Compton scattering (Schlumberger,1989). Sinar gamma tersebut kemudian dideteksi oleh dua buah detektor. Terdapat perbedaan densitas elektron yang disebabkan oleh perbedaan mineral sehingga sebaiknya dilakukan kalibrasi terhadap hasil pengukuran densitas. Koreksi tersebut sebenarnya sangat kecil (kurang dari 1%) sehingga tidak terlalu menjadi masalah (Schlumberger,1989). Pada batupasir, rhom memiliki kisaran nilai antara 2,65 sampai 2,67 g/cc. Bila data core regional tersedia, nilai tersebut dapat diambil dari nilai rata-rata pengukuran padaconventional core plugs (Schlumberger,1989). Densitas fluida (rhom) tergantung pada tipe lumpur pemboran, sifat fluida yang ada di formasi, dan sebagian invasi yang terlihat pada log densitas (Schlumberger,1989). Untuk menguji kelayakan nilai yang digunakan, Darling (2005) menyarankan tes berikut:

Bila informasi regional tersedia, zona porositas rata-rata dapat dibandingkan denganoffset sumur. Pada banyak kasus, tidak ada lompatan nilai porositas yang teramati melewati kontak. Sebuah pengecualian dimana ada nilai porositas yang melewati OWC merupakan efek diagenetik yang bisa saja terjadi.

Pada batupasir umumnya porositasnya tidak lebih dari 36%.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa porositas yang dihitung dengan menggunakan log densitas merupakan nilai porositas total sehingga air yang terikat di dalam pori-pori lempung (clay-bound water) tetap termasuk di dalamnya (Darling, 2005). Untuk itu hasil pengukuran log densitas perlu dibandingkan dengan hasil analisis batu inti yang relatif lebih bisa menghilangkan pengaruh clay-bound water. Dalam menghitung porositas, penting untuk memeriksa zona yang mengalami washoutsehingga nilai densitasnya menjadi sangat tinggi tak menentu dan

mengakibatkan nilai porositas tinggi yang tidak realistis (Darling, 2005). Pada sejumlah kasus zona tersebut dapat dikenali dari karakternya yang soft dan mempunyai porositas tinggi. Meskipun demikian, pada sejumlah kasus perlu dilakukan pengeditan data log densitas secara manual dengan menggunakan persamaan tertentu (Darling, 2005). Menurut Schlumberger (1989), estimasi yang paling baik pada water-bearing section adalah dengan menggunakan resistivitas sebenarnya (Rt) dan persamaan Archie sebagai berikut: Rt = Rw* -m* atau Sw = [(Rt/Rw)* m](-1/n)

dengan: Rw M Sw N = resistivitas air formasi = eksponen dari sementasi atau porositas = saturasi air = eksponen saturasi

Pada porositas efektif, pengukurannya agak berbeda. Pengertian porositas efektif agak berbeda untuk tiap orang namun menurut Darling (2005), porositas efektif adalah porositas total dikurangi dengan clay-bound water . Persamaan untuk menghitung porositas efektif adalah sebagai berikut: eff = total * (1 C*Vsh) Dengan C merupakan faktor yang tergantung pada porositas serpih dan CEC (caution exchange capacity). Nilai C dapat diperoleh dengan menghitung porositas total dari serpih murni (Vsh=1) dan mengatur agar eff menjadi nol (Darling, 2005). Meskipun demikian sejumlah ahli meragukan apakah pengkoreksian dengan menggunakan asusmsi pada serpih non-reservoar bisa digunakan pada serpih yang bercampur pasir di reservoar (Darling, 2005). Hal ini menyebabkan sejumlah ahli tidak merekomendasikan penghitungan porositas efektif sebagai bagian dari quicklook evaluation (Darling, 2005).

Darling (2005) mengemukakan sejumlah alasan mengenai kelemahan penggunaancrossplot log densitas dan neutron di dalam menghitung porositas sebagai berikut:

Log neutron dan densitas merupakan statistical devices dan sangat dipengaruhi oleh kecepatan logging, kondisi detektor, kekuatan sumber, dan efek lubang bor. Kesalahan ketika dua buah alat yang bersifat acak tersebut dikomparasikan jauh lebih besar daripada ketika digunakan sendiri-sendiri.

Neutron dipengaruhi oleh kehadiran atom klorin di dalam formasi. Klorin terdapat di dalam air formasi dan pada mineral lempung. Hal ini menyebabkan porositas yang dibaca oleh log neutron hanya akurat pada daerah yang tidak mengandung kedua hal tersebut.

Neutron juga dipengaruhi oleh kehadiran gas tertentu

You might also like