Professional Documents
Culture Documents
Pentingnya disolusi obat dalam saluran pencernaan dan permeabilitas di dinding usus dalampenghalang proses penyerapan oral telah dikenal sejak 1960, tetapi penelitian yang dilakukan untuk membentuk BCS telah menyediakan data kuantitatif baru yang sangat penting untuk pengembangan obat modern terutama dalam bidang permeabilitas obat
Menurut BCS, bahan obat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas I Permeabilitas tinggi, Kelarutan Tinggi Kelas II Permeabilitas tinggi, Kelarutan Rendah Kelas III Permeabilitas rendah, Kelarutan Tinggi Kelas IV Permeabilitas rendah, Kelarutan Rendah
4
BCS adalah kerangka kerja ilmiah untuk mengklasifikasikan zat obat berdasarkan kelarutan dalam air dan permeabilitas usus. Ketika dihubungkan dengan pelepasan obat BCS mempertimbangkan tiga faktor utama yang mengatur laju dan tingkat penyerapan obat dari sediaan padat bentuk oral: yaitu disolusi, kelarutan, permeabilitas usus
Sebuah zat obat dianggap sangat larut ketika kekuatan dosis tertinggi larut < 250 ml dalam air selama rentang pH 1 sampai 7.5. Sebuah zat obat dianggap sangat permeable ketika tingkat penyerapan pada manusia ditentukan untuk menjadi > 90% dari dosis yang diberikan, berdasarkan massa keseimbangan atau dibandingkan dengan dosis referensi intravena. Sebuah produk obat dianggap cepat larut ketika > 85% dari jumlah zat obat berlabel larut dalam waktu 30 menit menggunakan alat USP I atau II pada volume < 900 ml larutan buffer.
6
Tingkat Batasan
Cara ini akan mengurangi waktu dalam proses pengembangan obat, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahaya obat yang tidak perlu pada sukarelawan sehat, yang biasanya kumpulan penelitian dalam studi Juga telah dilaporkan bahwa penerapan strategi BCS dalam pengembangan obat akan mengakibatkan penghematan langsung dan tidak langsung bagi perusahaan farmasi.
8
..
BCS telah dikembangkan terutama untuk aplikasi peraturan, tetapi juga beberapa aplikasilainnya baik dalam pengembangan obat pra-klinis dan klinis proses dan telah memperoleh pengakuan yang luas dalam industri berbasis penelitian
Berhubungan dengan pelepasan, BCS mempertimbangkan tiga faktor utama yang mengatur yaitu: bioavailabilitas, pelepasan, kelarutan dan permeabilitas. Klasifikasi ini dikaitkan dengan pelepasan obat dan model penyerapan, yang mengidentifikasi parameter kunci meng ontrol penyerapan obat sebagai satu set yaitu angka tak berdimensi.
10
Class I : Obat menunjukkan tingginya nomor absorbansi dan tahap tingkat batasan adalah kelarutan. Jika kelarutan cepat maka tingkat pengosongan lambung menjadi tingkat menentukan tahap selanjutnya. misalnya Metoprolol, diltiazem, verapamil, propranolol.
12
Class II .
obat memiliki nomor penyerapan tinggi tetapi sebagian kelarut an rendah. In vivo kelarutan obat ini kemudian tingkat membatasi langkah untuk penyerapan kecuali di sejumlah dosis yang sangat tinggi. Penyerapan obat kelas II biasanya lebih lambat dari kelas I dan terjadi selama periode waktu yang lebih lama. KorelasI invitro - invivo (IVIVC) biasanya dikecualikan untuk kelas I obat kelas II. misalnya Fenitoin, Danazol, ketokonazol, asam mefenamat, Nife dinpine.
13
14
Class IV
Obat mengalami banyak masalah untuk pengguna an oral yang efektif. kelebihannya, senyawa kelas IV adalah pengecualian dari pada aturan dan jarang dikembangkan dan mencapai pasar. Namun demikian sejumlah obat kelas IV memang ada. misalnya Taxol
15
16
Obat Golongan I
Tantangan utama dalam pengembangan sistem drug delivery untuk obat kelas I adalah untuk mencapai profil target rilis terkait dengan profil pharmcokinetic dan atau farmakodinamik tertentu. Formulasi pendekatan mencakup baik mengendalika n kecepatan pelepasan dan sifat fisikokimia obat tertentu seperti profil pH-kelarutan obat.
18
Obat Golongan II
Sistem yang dikembangkan untuk obat kelas II didasarkan pada micronisation,lyophilization, pen ambahan surfaktan, formulasi sebagai emulsi dan sistemmikroemulsi, penggunaan agen kompleks seperti siklodekstrin.
19
20
Class IV Drugs
Class IV obat menyajikan sebuah tantangan besar bagi pengembangan sistem drug delivery dan rute pilihan untuk memberikan obat tersebut parenteral dengan formulasi yang mengandung enhancer kelarutan.
21