You are on page 1of 19

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan Yang dibina Oleh Dra. Jumiati, M.Si

Nama Anggota Kelompok : 1. Alan Gusti Utama 2. Noveria Aksa 3. Coni Delvita 4. Yose Rahman NIM 16402 NIM 1102955 NIM 1204576 NIM 1205206

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian rule of law dan negara hukum pada hakekatnya sulit dipisahkan. Ada sementara pakar mendekripsikan bahwa pengertian negara hukum dan rule of law itu hampir dapat dikatakan sama, namun terdapat pula sementara pakar menjelaskan bahwa meskipun antara negara hukum dan rule of law tidak dapat dipisahkan namun masing-masing memiliki penekanan. Menurut Philipus M. Hadjon misalnya negara hukum menurut istilah bahasa belanda rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme, yaitu dari kekuasaan raja yang sewenang-wenang untuk mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu dalam proses perkembangannya rechtsstaat itu lebih memiliki ciri yang revolusioner. Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan dengan rule of law.

B. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui pengertian Rule Of Law dan Negara Hukum 2. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia 3. Untuk mengetahui Penjabaran Hak-hak Asasi Manusia dalam UUD1945 4. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Warga Negara

C. RUMUSAN MASALAH Adapun yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Apakah pengertian Rule Of Law dan Negara hukum ? 2. Apakah pengertian Hak Asasi Manusia ? 3. Bagaimana penjabaran Hak-hak Asasi Manusia dalam UUD1945 ? 4. Apakah pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara ?

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN RULE OF LAW DAN NEGARA HUKUM Pengertian rule of law dan negara hukum pada hakekatnya sulit dipisahkan. Ada sementara pakar mendekripsikan bahwa pengertian negara hukum dan rule of law itu hampir dapat dikatakan sama, namun terdapat pula sementara pakar menjelaskan bahwa meskipun antara negara hukum dan rule of law tidak dapat dipisahkan namun masingmasing memiliki penekanan. Menurut Philipus M. Hadjon misalnya negara hukum menurut istilah bahasa belanda rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme, yaitu dari kekuasaan raja yang sewenang-wenang untuk mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu dalam proses perkembangannya rechtsstaat itu lebih memiliki ciri yang revolusioner. Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan dengan rule of law. Oleh karena itu menurut Hadjon rule of law lebih memiliki ciri yang evalusioner, sedangkan upaya untuk mewujudkan negara hukum atau rechtsstat lebih memiliki ciri yang revolusioner, misalnya gerakan revolusi perancis serta gerakan melawan absolutisme di Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan teologis. Menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau rechtsstaat dan rule of law sebenarnya saling mengisi. Berdasarkan bentuknya sebenarnya rule of law adalah kekuasaan publik yang diatur secara legal. Oleh karena itu, setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara mendasarkan pada rule of law. Berdasarkan kepentingan tersebut maka setiap negara yang legal senantiasa menegakkan rule of law. Dalam hubungan ini rule of law berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara. Konsekuensinya setiap negara akan mengatakan mendasarkan pada rule of law dalam kehidupan kenegaraannya, meskipun negara tersebut adalah negara otoriter. Atas dasar alasan ini maka diakui bahwa sulit menentukan pengertian rule of

law secara universal, karena setiap masyarakat melahirkan pengertian itupun berbedabeda. Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap

kekuasaan, pada dasarnya disebabkan politik kekuasaan cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan peran negara bagi kehidupan individu dan masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut maka terdapat keninginan yang sangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap kekuasaan secara normativeyuridis untuk menghindari kekuasaan politik. Dalam hubungan inilah maka kedudukan konstitusi menjadi sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Konstitusi dalam hal ini dijadikan sebagai perwujudan hokum tertinggi yang harus dipatuhi oleh Negara dan pejabatpejabat pemerintah sesuai dengan prinsip government by law,not by man (pemerintahan berdasarkan hukum, bukan berdasarkan manusia atau penguasa). Menurut Friederich J.Stahlter dapat empat unsur pokok untuk berdirinya satu rechsstaat, yaitu : 1. 2. 3. 4. Hak asasi manusia Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan Peradilan administrasi dalam perselisihan

Bagi Negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum, hal itu tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.Dengan pengertian lain dalam UUD Negara Indonesia bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum atau rehtsstaat dan bukan Negara kekuasaan atau mahtsstaat. Didalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-undang dasar, adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak, yang menjamin persamaan setiap warga Negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasu kterhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak penguasa.

PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW Dalam negara yang menganut sistem rule of law harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan realisasi rule of law itu sendiri. Menurut albert venn dicey dalam introduction to the law of the constitution, memperkenalkan istilah te rule of law yang secara sederhana diartikan sebagai suatu keteraturan hukum. Menurut dicey terdapat tiga unsur yang fundamental dalam rule of law yaitu : 1. Supermasi aturan-aturan hukum,tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang, dalam arti seseorang hanya boleh dihukum jika memang melanggar hukum. 2. Kedudukan sama di muka hukum. Berlaku baik bagi masyarakat biasa maupun pejabat negara. 3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusankeputusan pengadilan.

Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa jika dalam hubungan dengan negara hanya berdasarkan prinsip tersebut, maka negara terbatas dalam pengertian negara hukum formal, yaitu negara tidak bersifat proaktif melainkan pasif. Setelah abad ke-20 mulai bergeser, bahwa Negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya.Untuk itu Negara tidak hanya sebagai penjaga malam saja, melainkan harus aktif melaksanakan upaya-upaya untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dengan cara mengaturkehidupan social-ekonomi. Dalam hubungan Negara hukum ini organisasi pakar hokum internasional, Internasional Commission Of Jurists (ICJ) secara intens melakukan kajian terhadap konsep hokum dan unsur-unsur esensial yang terkandung di dalamnya. Dalam beberapa kali pertemuan ICJ di berbagai Negara seperti di Athena (1955), di New Delhi (1956), di Amerika Serikat (1957), di Rio De Janeiro (1962), dan Di Bangkok (1965), dihasilkan paradigm baru tentang Negara hukum. Secara praktis, pertemuan ICJ di Bangkok tahun 1965 semakin menguatkan posisi rule of law dalam kehidupan bernegara. Disamping itu melalui pertemuan tersebut telah digariskan bahwa disamping hak-hak politik bagi rakyat diakui pula adanya hak-hak sosial dan ekonomi, sehingga perlu dibentuk standar-standar sosialekonomi.

Komisi ini merumuskan syarat-syara tpemerintahan yang demokratis dibawah rule of law yang dinamis, yaitu : 1. Perlindungan konstitusi onal artinya selain menjamin hak-hak individual,

konstitusi harus pula menentukan teknis procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin 2. 3. 4. 5. 6. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak Pemilihan umum yang bebas Kebebasan menyatakan pendapat Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi Pendidikan kewarganegaraan

Dalam welfare state yang terpentingadalah Negara semakin otonom untuk mengatur dan mengarahkan fungsi dan peran Negara bagi kesejahteraan hidup masyarakat.Dalam prinsip Negara ini unsure penting pengakuan adanya pembatasan kekuasaan yang dilakukan secara konstitusinal. Oleh sebab itu, terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep negara hukum yang berbeda, konsep negara hukum dan rule of law adalah suatu relitas dari cita-cita sebuah negara bangsa, termasuk indonesia.

B. HAK ASASI MANUSIA Hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam universal of human right 10 desember 1948, namun melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dari perspektif sejarah deklarasi yang ditanda tangani oleh majelis umum PBB dihayati sebagian besar umat manusia dibelahan dunia khususnya yang tergabung dalam PBB. Upaya konseptualisasi hak-hak asasi manusia, baik di barat maupun di timur meskipun upaya tersebut masih bersifat lokal; karsial dan sporadikal. Pada zaman yunani kuno plato telah memaklumkan kepada warga polisnya, bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan indonesiapun pengakuan serta penghormatan tentang hak asasi manusia telah mulai berkembang.

Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala ditanda tangani magna charta (1215), oleh raja john lackland. Kemudian juga penanda tanganan petition rule of right pada tahun 1628 oleh Raja Charles I. Dalam hubungan ini raja berhadapan dengan utusan rakyat ( house of commons). Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi. Setelah itu prjuangan yang lebih nyata pada penanda tanganan Bill Of Right, oleh raja willem III pada tahun 1689, sebagai hasil dari pergolakan politik yang dahsyat yang disebut sebagai suatu kemenangan parlemen atas raja, melainkan juga merupakan kemenangan rakyat dalam pergolakan yang menyertai pergolakan Bill Of Right yang berlangsung selama 60 tahun. Perkembangan selanjutnya perjuangan hak asasi manusia dipengaruhi oleh pemikiran filsuf inggris John Locke yang berpendapat bahwa manusia tidaklah secara absolut menyerahkan kepada penguasa adalah akar yang berkaitan dengan perjanjian tentang negara, adapun hak-hak lainnya tetap berada pada masing-masing individu. Puncak perkembangan perjungan hak asasi manusia tersebut yaitu ketika human rights itu untuk pertama kalinya merumuskan secara resmi dalam Declaration Of Independence amerika serikat pada tahun 1776. Dalam deklarasi amerika serikat tertanggal 4 juli 1776 tersebut dinyatakan bahwa seluruh umat manusia dikaruniani oleh tuhan yang maha esa, beberapa hak yang tetap dan melekat padanya. Perumusan hakhak asasi manusia secara resmi kemudian menjadi dasar pokok konstitusi negara amerika serikat tahun 1787, yang mulai berlaku 4 maret 1789. Perjuangan hak asasi manusia tersebut sebenarnya telah diawali di perancis sejak rousseau, dan perjuanga itu memuncak dalam revolusi perancis yang berhasil menetapkan hak-hak asasi manusia dalam declaration des droits l homme et du citoyen yang ditetapkan oleh assemblee nationale, pada 26 agustus 1789. Semboyan revolusi perancis yang terkenal yaitu : 1. Liberte (kemerdekaan) 2. Egalite (kesamarataan) 3. Fraternite ( kerukunan atau persaudaraan)

maka menurut konstitusi perancis yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah hakhak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dengan hakikatnya. Dalam rangka koneptualisasi dan reinterprestasi terhadap hak-hak asasi yang mencangkup bidang-bidang yang lebih luas itu , Franklin D. Roosevelt. Presiden amerika pada abad ke-20 memformulasikan empat macam hak-hak asasi yang kemudian dikenal dengan the four freedom itu adalah : 1. Freedom ofspeech yaitu kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat. 2. Freedom of religion yaitu kebebasan beragama. 3. Freedom of fear yaitu kebebasan dari rasa takut. 4. Freedom of want yaitu kebebasan dari kemelaratan.

Dokrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara universal sebagai a moral, poitical, legal framework and as a guideline dalam membangun dunia yang lebih damai bebas dari ketakutan dan penindasan serta perlakuan tidak adil. Terhadap deklasi tentang hak-hak asasi manusia pbb tersebut, bangsa-bangsa sedunia melalui wakil-wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal walaupun realisasinya juga disesuaikan dengan kondisi serta peraturan perundangundangan yang berlaku dalam setiap negara di dunia.

C. Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila sebagai dasar dari bangsa Indonesia hakikat manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai mahluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan hakikat kodrat manusia tersebut.

Konseksuensinya dalam realisasinya maka hak asasi manusia senantiasa memilik

hubungan yang korelatif dengan wajib asasi manusia karena sifat kodrat manusia sebaga individu dan mahluk sosial. Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia telah lebih dulu dirumuskan dari Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia PBB , karena Pembukaan UUD 1945 dan pasasl-pasalnya diundangkan pada tanggal 18 Agustus 1945 , adapun Deklarasi PBB pada tahun 1948. Hal itu merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa Indonesia sebelum tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia oleh PBB, telah mengangkat hak-hak asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini juga telah ditekankan oleh para pendiri negara, misalnya pernyataan Moh. Hatta dalam sidang BPUPKI sebagai berikut : Walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dari warga Negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan (Machsstaat atau negara penindas). Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan UUD 1945, dan Pembukaan UUD 1945 inilah yang merupakan sumber normativ bagi hukum positif Indonesia terutama penjabaran dalam pasal pasal UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu dinyatakan bahwa Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengakuan secara yuridis hak asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal I. Dasar filosofi hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah kebebasan individualis, malainkan menempatkan manusia dalam hubungannya dengan bangsa (makhluk sosial) sehingga hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia .Kata-kata berikutnya adalah pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Penyataan tentang atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Melalui Pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea empat bahwa Negara Indonesia sebagai suatu persekutuan bersama bertujuan untuk melindungi warganya terutama dalam kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya. Adapun tujuan negara yang merupakan tujuan yang tidak pernah berakhir (never ending goal) adalah sebagai berikut :

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Untuk memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal maupun

material tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi untuk kesejahteraan hidup bersama. Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah, antaralain berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, dan agama. Berikut merupakan rincian dari hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam pasal pasal UUD 1945, yaitu sebagai berikut :

BAB XA HAK ASASI MANUSIA Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pasal 28B (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 28C (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara. Pasal 28D (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan. (4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28E (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Pasal 28G (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang

merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. Pasal 28H (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan. (2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memeperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

(3)

Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan perkembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun . Pasal 28I (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. (2) Setiap orang berhak atas bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional di hormati selaras dengan

perkembangan zaman dan peradaban. (4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah. (5) Untuk menegakan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28J (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan

untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.

D. Hak dan kewajiban warga negara 1. Pengetian warganegara dan penduduk Syarat-syarat berdirinya suatu negara merdeka adalah harus ada wilayah tertentu, ada rakyat yang tetap dan ada pemerintahan yang berdaulat. Ketiga syarat ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warga negara dan negara. Warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan sebaliknya warganegara mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara. Dalam hubungan internasional di setiap wilayah negara selalu ada warga negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warganegara adalah penduduk suatu negara, sedangkan penduduk belum tentu warganegara, karena mungkin orang asing. Menurut UUD 1945, negara melindungi segenap penduduk, misalnya dalam pasal 29 (2) disebutkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Di bagian lain UUD 1945 menyebutkan hak-hak khusus untuk warganegara, misalnya dalam pasal 27 (2) yang menyebutkan tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan dalam pasal 31 (1) yang menyebutkan tiap -tiap warganegara berhak mendapat pengajaran. 2. ASAS ASAS KEWARGANEGARAA a. Asas Ius-Sanguinis dan Asas Ius-Soli Setiap negara yang berdaulat berhak untuk menentukan sendiri syarat syarat untuk menjadi warganegara. Terkait dengan syarat syarat menjadi warganegara dalam ilmu tata negara dikenal adanya dua asas kewarganegaraan, yaitu asas ius-sanguinis dan asas ius-soli.

Asas ius-sanguinis adalah asas keturunan dan hubungan darah, artinya bahwa Kewarganegaraan seseorang adalah warga negara A karena orangtuanya adalah warganegara A. Asas ius-soli adalah asas daerah kelahiran, artinya bahwa status Kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya di negara B tersebut. b. Bipatride dan Apatride Dalam hubungannya antarnegara seseorang dapat pindah tempat dan berdomisili di negara lain. Apabila seseorang atau keluarga yang bertempat tinggal di negara lain melahirkan anak, maka status Kewarganegaraan anak ini tergantung pada asas yang berlaku di negara tempat kelahirannya dan berlaku di negara orangtuanya. Perbedaan asas yang dianut oleh negara yang lain, misalnya negara A mengenut asas ius-sanguinis sedangkan negara B mengenut asas ius-soli, hal ini dapat menimbulkan status biptride atau apatride pada anak dari orang tua yang berimigrasi diantara kedua negara tersebut.Bipatrid ( dwi Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan dari dua negara terkait seseorang dianggap sebagai warganegara kedua negara itu. Misalnya, Adi dan Ani adalah suami istri yang berstatus warga negara A namun mereka berdomisili di negara B. Negara A menganut asas ius-sanguinis dan negara B menganut asas ius-soli. Kemudian lahirlah anak mereka Dani. Menurut negara A yang menganut asas ius-sanguinis, Dani adalah warga negaranya karena mengikuti Kewarganegaraan orang tuanya. Menurut negara B yang menganut ius-soli, Dani juga warga negaranya, karena tempat kelahirannya adalah di negara B dengan demikian Dani mempunyai status dua kewarganegaraan atau bipatride. Sedangkan apartride ( tanpa Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan Kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai warganegara dari negara manapun. Misalnya, Agus dan Ira adalah suami istri yang berstatus warganegara B yang berasas ius-soli. Mereka berdomisili di negara A yang berasas ius-sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka Budi, menurut negara A, Budi tidak diakui sebagai warganegaranya, karena orang tuanya bukan warganegaranya. Begitu pula menurut negara B, Budi tidak

diakui sebagai warganegaranya, karena lahir di wilayah negara lain. Dengan demikian Budi tidak mempunyai kewarganegaraan atau apatride. 3. Hak Dan Kewajiban Warganegara Menurut UUD 1945 Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban wargnegara mencangkup pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33, dan 34. a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warganegara yang sama dalam hukum dan pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan. b. Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warganegara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. c. Pasal 27 ayat (3) dalam perubahan kedua uud 1945 menetapkan hak dan kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam upayapembelaan negara. d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warganegara untuk berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. e. Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya. f. Pasal 30 ayat (1) dalam perubahan kedua uud 1945 menyebutkan hak dan kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. g. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

4. Hak Dan Kewajiban Bela Negara a. Pengertian Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kekecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara dengan keyakinan pada pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada uud 1945 sebagai konstitusi negara. Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan tiap warganegara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan

negara, persatuan dan kesatuan bangsa indonesia, keutuhan wilayah nusantara dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai pancasila dan uud 1945. b. Azas demokrasi dalam pembelaan negara Berdasarkan pasal 27 ayat (3) dalam perubahan uud 1945, bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini yang

menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara

mencangkup dua arti. Pertama, bahwa setiap warganegara turut serta dalam menentukan kebijakkan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan uud 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing. c. Motivasi dalam pembelaan negara Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan kewajiabannya. Kesadaran demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan ikut serta dalam pembelaan negara. Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Disamping itu setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan motivasi setiap warga negara untuk ikut serta membela negara Indonesia. 1. Pengalaman sejarah perjuangan RI. 2. Kedudukan wilayah geografis nusantara yang stategis. 3. Keadaan penduduk (demografis) yang benar. 4. Kekayaan sumber daya alam. 5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan. 6. Kemungkinan timbulnya bencana perang.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN 1. pengertian negara hukum atau rechtsstaat dan rule of law sebenarnya saling mengisi. Berdasarkan bentuknya sebenarnya rule of law adalah kekuasaan publik yang diatur secara legal. Oleh karena itu, setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara mendasarkan pada rule of law. 2. Hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam universal of human right 10 desember 1948, namun melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dari perspektif sejarah deklarasi yang ditanda tangani oleh majelis umum PBB dihayati sebagian besar umat manusia dibelahan dunia khususnya yang tergabung dalam PBB. Upaya konseptualisasi hak-hak asasi manusia, baik di barat maupun di timur meskipun upaya tersebut masih bersifat lokal; karsial dan sporadikal. 3. Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila sebagai dasar dari bangsa Indonesia hakikat manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai mahluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan hakikat kodrat manusia tersebut. 4. Syarat-syarat berdirinya suatu negara merdeka adalah harus ada wilayah tertentu, ada rakyat yang tetap dan ada pemerintahan yang berdaulat. Ketiga syarat ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warga negara dan negara. Warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan sebaliknya warganegara mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara.

SARAN Sebaiknya kita sebagai mahasiswa lebih mengerti tentang rule of law dan ham dan tahu tentang proses bangsa dan bisa menerapkanya dalam kehidupan agar tercipta generasi-genarasi penerus bangsa.

You might also like